Anda di halaman 1dari 5

IMPLEMENTASI

PROGRAM PENDIDIKAN JARAK JAUH BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


SEBAGAI LANGKAH STRATEGIS MENUJU INOVASI PENDIDIKAN STIK-PTIK
(Yth. Pak Hendra judul silakan ajah disesuaikan sesuai kebutuhan)

oleh : Yudha Prapantja, M.Pd


Konsultan PPJJ STIK-PTIK

Mendengar istilah PPJJ (Program Pendidikan Jarak Jauh) apa yang ada dipikiran kita? sebuah
model pendidikan yang sulit dilakukan? sebuah model pendidikan yang mudah diucapkan
tetapi sulit sekali dilaksanakan? bahkan sebuah model yang tidak mungkin dilaksanakan
karena banyak kendala yang dihadapi, coba Anda bayangkan “jangankan PPJJ - belajar
melalui tatap muka saja kita sulit memahami seluruh mata pelajaran yang diajarkan”.
Mungkin sebagian besar pembaca akan merasakan hal yang sama dengan beberapa
pernyataan tersebut, bahwa PPJJ masih belum bisa diterapkan di negara kita
ini........betulkah demikian???

Bila jawaban Anda “ya” berarti Anda adalah orang yang memang benar-benar sangat
berpikir rasional dan realistis, dimana masyarakat kita belum memiliki inisiatif secara utuh
dalam belajar, belum memiliki keinginan untuk selalu merubah berbagai kemampuannya
kearah yang lebih baik, tidak suka dengan segala bentuk perubahan, sebab perubahan itu
hanya membuat repot saja, padahal kita tahu bahwa bila tidak berubah maka kita akan akan
tergilas habis dengan perkembangan zaman, kita hanya menjadi penonton saja, bahkan
yang lebih ironis lagi akan menjadi pembantu dan terjajah di negaranya sendiri, sungguh
mengenaskan.

Lalu apa hubungannya semua itu dengan PPJJ? Padahal pelaksanakan pendidikan tidak
harus dilaksanakan dengan PPJJ, ketika pelaksanaan pendidikan seharusnya tenaga pengajar
duduk bareng dengan peserta didik atau orang yang belajar, sehingga pengajar dapat
melakukan apa saja ketika proses pembelajaran itu dilaksanakan, sejuta jurus mengajar pun
dapat kita gunakan, sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik.

Ada pertanyaan yang sangat menggelitik dan mari sama-sama kita cermati bersama
pertanyaan tersebut, yaitu Apakah semua peserta didik atau warga belajar selalu dapat
duduk bareng dalam satu ruangan dengan tenaga pengajar bila ingin belajar? Bagaimana
dengan mereka yang ingin belajar bahkan diwajibkan belajar tetapi tidak memiliki waktu
untuk selalu duduk bareng satu ruangan dengan tenaga pengajarnya, bahkan bila kita tilik
lebih jauh lagi banyak sekali masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan karena faktor
geografis, mereka harus menyeberangi sungai atau lautan untuk datang ke sekolah,
1
ditambah lagi dengan faktor ekonomi yang selalu menjadi kendala, kendala dihampir
seluruh masyarakat. Hampir sebagian masyarakat yang begitu lulus SMA/SMK mereka harus
bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Fakta di lapangan menunjukan bahwa ternyata tidak semua lulusan sekolah menengah atas
dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, hal ini dapat di lihat dari Angka
Partisipasi Sekolah (APS) di Indonesia tahun 2012, menunjukan bahwa pada usia jenjang
perguruan tinggi yaitu rentang 19-24 tahun hanya 16,02% yang melanjutkan ke pendidikan
tinggi (Sumber : Badan Pusat Statistik RI). Kondisi lainnya menunjukan bahwa total anak
Indonesia pada rentang usia 19-24 tahun yaitu berjumlah 25.000.000, yang mendapatkan
kesempatan masuk atau mengakses ke perguruan tinggi hanya 18% (infodiknas.com).

Bila hal ini terus didiamkan tanpa ada solusi yang dilakukan, maka sudah dapat dipastikan
bahwa kualitas penduduk di Indonesia semakin rendah, dan sangat terpuruk. Keterpurukan
faktor pendidikan ini akan berbanding lurus dengan angka kemiskinan, bagaiman mereka
akan dapat meningkatkan taraf hidupnya bila kemampuan dan keterampilan tidak mereka
miliki secara formal, sementara di sisi lain bahwa menurut Undang-undang RI Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.

Merujuk pada Undang-undang tersebut, maka bila kita gunakan jumlah APS sebagai hasil
pendidikan yang berfungsi mengembangkan kemampuan, dapat kita bayangkan bahwa
masih sangat jauh sekali amanah Undang-undang tersebut dapat kita realisasikan.

Salah satu upaya untuk mendongkrak APS melalui percepatan dan perluasan akses
pendidikan adalah dengan menyelenggarakan PPJJ, dimana masyarakat dapat mengikuti
program pendidikan tanpa harus datang ke lokasi belajar (sekolah/kampus) dan mampu
menyelenggarakan pendidikan secara masal, hal ini yang akan dilaksanakan oleh Sekolah
Tinggi Ilmu Kepolisian PTIK, di mana tahun ini STIK-PTIK akan melaksanakan PPJJ pada
program Sarjana Ilmu Kepolisian.

Mungkin dasar pemikiran dilakukannya PPJJ di STIK-PTIK tidak sama dengan upaya
peningkatan APS, namun tidak semua berbeda, ada kesamaan yang paling mendasar
mengapa dilaksanakan PPJJ, yaitu dalam rangka “Percepatan Penuntasan Pendidikan
Sarjana Ilmu Kepolisian”. Istilah “percepatan” bukan berarti memangkas program akademik
sehingga masa studi menjadi lebih singkat, namun lebih kepada percepatan untuk
menuntaskan lulusan Akademi Kepolisian tahun 2003 – 2010 yang belum sarjana. Di sisi lain
ada satu perubahan besar yang sangat dahsyat dirasakan oleh STIK-PTIK dalam
2
melaksanakan PPJJ, yaitu bagaimana pengintegrasian seluruh bidang keilmuan dengan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Perubahan pola pembelajaran dengan memadukan TIK dengan bidang keilmuan,


merupakan ciri khas PPJJ yang akan dilaksanakan oleh STIK-PTIK, dimana STIK-PTIK sebagai
lembaga pendidikan kedinasan di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI),
memiliki peran sentral dalam membekali seluruh perwira agar dapat memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat secara profesional. Kecenderungan
perubahan dan inovasi dalam pembelajaran tersebut antara lain: para mahasiswa lebih
mudah dalam mencari sumber belajar, lebih banyak pilihan untuk menggunakan dan
memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), makin meningkatnya peran media
dan multimedia dalam kegiatan pembelajaran, waktu belajar tetap terkontrol, penggunaan
pembelajaran berbasis komputer, computer based learning (CAI), Penggunaan media video,
mobile learning, e-learning, learning management system, kurikulum online, e-library,
model belajar dengan sistem belajar mandiri.

Model PPJJ yang akan dikembangkan adalah model blended learning artinya
menggabungkan kuliah tatap muka, online dan belajar mandiri, dengan penjelasan sebagai
berikut :

1. Pelaksanaan tatap muka dengan cara termediasi atau dengan memanfaatkan web
conference/video converence secara terjadwal, artinya seluruh dosen dan mahasiwa
memiliki jadwal untuk menyelenggarakan dan mengikuti perkuliahan, sama dengan
pelaksanaan jadwal kuliah reguler, mahasiswa dimasing-masing polda secara terjadwal
setiap harinya untuk berkumpul mengikuti perkuliahan tatap muka termediasi.

2. Pelaksanaan kuliah online dimaksudkan untuk memberikan sarana bagi mahasiswa agar
mendapatkan berbagai sumber belajar dalam bentuk teks, gambar, audio, audio visual
yang tak terbatas, dimana para mahasiswa dapat mempelajari berbagai materi yang
akan diajarkan oleh dosen sebelum kuliah tatap muka termediasi dilaksanakan. Kuliah
online ini memungkinkan mahasiswa dapat berinteraksi dengan dosen melalui media
email dan chating serta dapat menjawab soal untuk mengukur pemahaman mahasiswa
terhadap materi yang telah dipelajari secara online.

3. Belajar mandiri pada PPJJ artinya belajar secara terjadwal yang dilakukan atas inisiatif
sendiri melalui membaca secara lengkap materi yang disajikan melalui online,

3
mengerjakan tugas mandiri serta diskusi kelompok. Dalam belajar mandiri ini dosen
dapat meminta mahasiswa untuk mencari sumber belajar lainnya melalui media
internet, hal ini dilakukan secara tersturktur artinya menjadi bagian dari tugas yang
harus mereka lakukan guna memperkaya substansi keilmuan dari masing-masing mata
kuliah.

Model PPJJ Blended Learning ini dilakukan secara komprehensif dan terjadwal dalam satu
semester, sehingga bila digambarkan alur prosesnya sebagai berikut :

Target Kompetensi

Belajar Mandiri Online Learning


Kuliah Tatap Muka Termediasi
(diskusi kelompok, (diskusi, tanya jawab, (materi dlm bentuk
tugas mandiri dan prsentasi kelompok dll) teks, gambar, audio
praktik) dan audio visual)

Ujian Tengah dan Akhir


Semester
(dilaksanakan off line)

Ketercapaian Kompetensi

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran dengan


menggunakan TIK lebih baik dibanding dengan pembelajaran tradisional atau konvesional.
Hasil penelitian Wilfrid Laurier University pada tahun 1998, menunjukkan bahwa mahasiswa
yang menggunakan web dalam pembelajaran terbukti dua kali lebih cepat waktu belajarnya
dibanding mahasiswa klasikal, 80% mahasiswa tersebut berprestasi baik dan amat baik,
serta 66% dari mereka tidak memerlukan bahan cetak. Sementara Simamora
mengungkapkan hasil penelitian proses belajar yang menggunakan internet sebagai berikut:
kualitas mahasiswa jauh melebihi dibandingkan kelas konvesional, mahasiswa memiliki
antusiasme yang tinggi dalam mengikuti dan menyelesaikan keseluruhan proses
pembelajaran dan adanya tingkat kepuasan yang substansial pada siswa melalui pendekatan

4
constructive pedagogical. Hasil penelitian disertasi Rusman (2006) menunjukkan hasil
belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis komputer model tutorial dan drill and
practice jauh lebih baik ketimbang pembelajaran konvesional.

Melalui PPJJ ini diharapkan seluruh mahasiswa tidak hanya mampu menguasai berbagai
substansi ilmu kepolisian, lebih dari itu mereka akan terbiasa menggunakan TIK selama
belajar dan diharapkan tertanam dan terus diimplementasikan dalam pelaksanaan tugasnya
sehari-hari.

Perubahan paradigma dari pola konvesional menjadi berbasis TIK memang tidak mudah,
namun POLRI sebagai Institusi pengayom masyarakat sudah seharusnya selalu meng-update
ilmu pengetahuannya melalui TIK secara menyeluruh. Sehingga ke depan anggota POLRI
mampu mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi secara menyeluruh.
Inilah barangkali pemikiran logis dan realistis yang harus sama-sama kita miliki, oleh karena
itu dukungan dan peran serta seluruh pemangku kebijakan sangat menentukan POLRI di
masa yang akan datang.

STIK-PTIK sebagai lembaga pendidikan yang akan mencetak calon pemimpin bangsa turut
menyumbangkan pemikiran yang inovatif dan menjadikan pusatnya agen perubahan untuk
mewujudkan pola pikir, pola asuh dan pola tindak secara profesional.

Selamat berjuang terus demi menegakan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil,
makmur dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai