Anda di halaman 1dari 3

MASALAH TOILET, TOILET KITA.

R
Lantai bangunan seluas dua kali satu setengah meter itu bermarmer kuning. Di dalamnya ada
sebuah kloset jongkok, bak, dan sebuah gayung plastik. Pintunya terbuat dari plastik satu
diantaranya adanya tulisan “kamar mandi rusak”.

Inilah salah satu toilet yang berada di Fakultas Ilmu Hukum (FH), di Gedung F lantai satu.
Ada empat toilet di gedung itu.

Mahasiswa mengeluhkan kondisi toilet tersebut. “Pintunya jebol-jebol. Kebersihannya parah


banget, banyak sampah putung rokok juga tisu didalamnya, adapun airnya juga jauh
dikatakan bersih,” ujar Septiyan (cece), mahasiswa FH 2017 sambil mengernyit.

Sebenarnya, FH punya toilet lebih baik di Gedung pascasarjana, yang lebih baik dari toilet di
gedung F. Sayang, di gedung Pascasarjana ini hanya terdapat dua toilet itupun satu satu untuk
laki-laki dan perempuan.

Kondisi ini juga dirasa ribkah, mahasiswa Fakultas Ilmu Hukum (FH) 2017. Selama berada
di kampus ia kerap gunakan toilet perempuan yang ada di seberang Gedung F. Aroma kelat
amoniak khas air seni menyambutnya ketika berkunjung. “Bau kali,” keluhnya.

Suasana berbeda terlihat di toilet Pusat pasca sarjana. Dua toilet ini bersih dan tak
bermasalah.

Dulu kondisi toilet di gedung F sama dengan toilet-toilet yang ada di gedung pasca sarjana.
Mulai 2017, toilet di gedung F tidak mengalami perbaikan.

Berharap sistem perawatan toilet dibuat. Toilet dibersihkan pagi, siang, dan sore setiap hari.
“Biar besok mau dipakai enggak jorok lagi,” jelas Deta R (2017).

Seharusnya ada petugas yang membersihkan semua toilet hingga tidak terjadi kerusakan
sampai saat ini dan seharusnya para petugas kebersihan harus melihat toilet yang tidak layak
dipakai untuk mahasiswa.

Air menjadi salah satu hal paling penting untuk toilet. Ini menjadi salah satu perhatian khusus
di fakultas-fakultas, termasuk FH. Pentingnya ketersediaan air juga dituturkan hana,
mahasiswa FH 2017.

Diana juga menuturkan fasilitas toilet di fakultas menjadi tanggung jawab masing-masing
dalam hal pemeliharaan dan perawatan. Tugas rektorat menerima laporan berkala setiap enam
bulan mengenai kondisi setiap sarana prasarana, termasuk toilet. Dari situ rektorat
mengontrol fasilitas-fasilitas yang ada di seluruh FH. Dari laporan itu pula ia biasanya
pertimbangkan lakukan perbaikan atau peningkatan perawatan.

Iqbal (tewol) menyebut selain air ada beberapa hal yang harus terpenuhi dalam sebuah toilet,
yaitu sabun cair, ventilasi yang sesuai, tempat sampah tertutup, dan alat lain seperti gayung
dan pintu dalam kondisi baik.

“Sabun cair yang sangat kurang bahkan memang tidak disediakan,” ujar Iqbal. Sabun cair
harus tersedia untuk menghindarkan pengguna toilet dari bakteri penyakit. Sementara
ventilasi berfungsi sebagai media sirkulasi udara. Jika toilet terletak di tengah-tengah
bangunan sangat riskan tidak punya ventilasi yang memadai.

R
“Di dinding toilet harusnya ada kartu kontrol yang isinya sudah dibersihkan atau belum,
bagaimana wastafelnya, sampai tong sampahnya pun ada,” ungkap Ghina (2017). Kebijakan
ini sejalan dengan salah satu poin program kerja FH ke depan yang tercantum dalam Rencana
Strategis dan Rencana Jangka Panjang yang memastikan bahwa toilet harus bersih dan
terawat.

Menurut Ghina lembar atau kartu kontrol menjadi salah satu solusi dalam penigkatan
perawatan toilet. Namun harus dibarengi penyediaan petugas khusus untuk membersihkan
toilet.

Mengenai pihak yang paling bertanggung jawab menjaga kebersihan toilet, Ghina
menegaskan pihak tersebut adalah pengguna, baik mahasiswa, pegawai, atau dosen. “Siapa
pun yang menggunakan, setelah selesai harus membersihkan. Mereka harus sadar dan punya
kepedulian” tegas Ghina.

Dampak Bagi Mahasiswa.

Gara-gara toilet di kampusnya tidak higienis, banyak mahasiswa yang merana lantaran
memilih menahan "panggilan alam". Padahal, menahan buang air bisa mengganggu
konsentrasi belajar. "mahasiswi yang sedang haid bahkan ada yang enggan masuk kuliah di
tiga hari pertama menstruasi karena di toilet kampus tak ada tempat untuk membuang
pembalut bekas," ujar karin.

Kuman-kuman di toilet bisa menyebabkan Mahasiswa terjangkit penyakit, utamanya penyakit


yang menular lewat air. Contohnya sakit perut, hepatitis A, cacingan, dan tifus. Penyakit yang
berhubungan dengan sanitasi buruk, misalnya kaki gajah, juga rentan menjangkit pengguna
toilet yang kotor. Demikian pula penyakit yang berhubungan dengan air, seperti demam
berdarah.

Saat mahasiswa berada di toilet yang kotor, bakteri akan menempel di tangan mereka. Tanpa
sadar mahasiswa kemudian menyentuh wajah, rambut, hidung, mata, dan bagian tubuh lain
sehingga bakteri masuk ke dalam tubuh mereka. Bakteri-bakteri tersebut bisa menyebabkan
berbagai penyakit.

Bagaimana jika air di toilet kampus kurang bersih? Air yang kotor telah terkontaminasi
bakteri, tak patut digunakan untuk membasuh. Sebaiknya Mahasiswa menggunakan tisu
untuk menyeka kotorannya. "Jangan lupa mencuci tangan terlebih dulu," kata prisma
menyarankan.

Sebetulnya, dibandingkan menggunakan hand sanitizer, mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir jauh lebih ampuh membunuh kuman. Apalagi, penggunaan hand sanitizer secara
berlebihan bisa menyebabkan ketidakseimbangan antara kuman jahat dan kuman baik yang
secara alami terdapat di tangan. Namun, dalam kondisi darurat, seperti saat tidak ada air
bersih untuk membersihkan tangan, hand sanitizer dapat menjadi solusi.

Anda mungkin juga menyukai