Anda di halaman 1dari 11

A.

Definisi Asma

Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahasa yunani yang
berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk
yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru
kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan karena
pengencangan dari otot sekitar saluran napas, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan dan
iritasi pada saluran napas di paru-paru. Hal lain disebut juga bahwa asma adalah penyakit
yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam-
macam stimuli yang di tandai dengan penyempitan bronkus atau bronkiolus dan sekresi
berlebih dari kelenjar di mukosa bronkus.

Menurut National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP) pada


National Institute of Health (NIH) Amerika, asma (dalam hal ini asma bronkial)
didefinisikan sebagai penyakit radang/inflamasi kronik pada paru, yang dikarakterisir
oleh adanya :

1. Penyumbatan saluran nafas yang bersifat reversible (dapat balik), baik secara
spontan maupun dengan pengobatan.
2. Peradangan pada jalan nafas.
3. Peningkatan respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (hiper-
responsivitas) (NAEPP, 1997).

Pada saat seseorang menderita asma terkena faktor pemicunya, maka dinding
saluran mafasnya akan menyempit dan membengkak menyebabkan sesak napas. Kadang
dinding saluran napas dilumuri oleh lendir yang lengket sehingga dapat menyebabkan
sesak napas yang lebih parah. Jika tidak dapat ditangani dengan baik maka asma dapat
menyebabkan kematian.

B. Klasifikasi Penyakit Asma


1. Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh alegren yang


spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic
dan aspirin) dan spora jamur yang tidak membawa pengaruh apa-apa
terhadap mereka yang sehat.

Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu


predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada alegren spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini

1
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada
asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Dengan kta lain Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada
sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan
saluran pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel
melepaskan zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini
adalah histamin. Dan akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah
reaksi penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya
produksi lendir yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran
tersebut.

b. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap


faktor yang tidak spesifik atau tidak responsif terhadap pemicu yang berasal
dari alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi
lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga
oleh aktivitas olahraga yang berlebihan. Serangan asma ini menjadi lebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.

Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi


ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan
paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru
(pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena
asma intrinsik.

c. Asma Campuran
Asma campuran adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau
non alergik.

2. Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:


a. Intermiten
Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan
derajat asma ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan

2
gejala ini juga bisa muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah
yaitu ≤ 2x sebulan.
b. Persisten Ringan

Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada


tingkatan derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1
kali seminggu, tetapi kurang dari atau sama dengan 1 kali sehari dan
serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

c. Persisten Sedang

Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat.


Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x
seminggu dan hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat
mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

d. Persisten Berat

Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat


keparahannya. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul
biasanya hampir setiap hari, terus menerus, dan sering kambuh.
Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat
mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

C. Gejala - Gejala Penyakit Asma

Secara umum gejala penyakit asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan suara
napas yang berbunyi dimana serinya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu
subuh, hal ini dikarenakan pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya
rendah ketika pagi hari.

Penderita asma akan mengeluhkan sesak napas karena udara pada waktu bernapas
tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran napas yang sempit hal ini juga yang
menyebabkan timbulnya bunyi pada saat bernapas. Pada penderita asma, penyempitan
saluran napas yang terjadi dapat berupa pegerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak
yang diproduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk
mengeluarkan dahak tersebut.

Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan diluar serangan. Artinya, pada saat
serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk, sesak napas,
hebat bahkan sampai tercekik) tetapi diluar serangan penderita sehat-sehat saja. Inilah
salah satu yang membedakannya dengan penyakit lain.

D. Patofisiologi Penyakit Asma

3
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus
dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari
pada inspirasi.

Selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus.

Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah


akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.

E. Manifestasi Klinis
a. Asma Kronik

Asma kronik ditandai dengan episode dispnea yang disertai dengan


bengek, tapi gambaran klinik asma beragam. Pasien dapat mengeluhkan sempit
dada, betuk atau bunyi saat bernapas. Hal ini sering terjadi saat latihan fisik yang
dapat terjadi secara spontan atau berhubungan dengan allergen tertentu. Tanda-
tandanya termasuk bunyi disaat ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi, batuk

4
kering yang berulang atau tanda atopi.
Asma dapat bervariasi dari gejala harian kronik sampai gejala yang
berselang. Terdapat keparahan dan remisi berulang dan interval antar gejala
mingguan, bulanan atau tahunan. Keparahan ditentukan oleh fungsi paru-paru dan
gejala sebelum terapi disamping jumlah obat dalam mengontrol gejala. Pasien
dapat menunjukkan gejala berselang ringan yang tidak memerlukan pengobatan
atau hanya penggunaan sewaktu-waktu agonis beta inhalasi.

b. Asma Parah Akut

Asma yang tidak terkontrol dapat berlanjut menjadi akut dimana


inflamasi, edema jalan udara, akumulasi mukus yang berlebihan dan
bronkospasmus parah yang menyebabkan penyempitan jalan udara yang serius
tidak responsif terhadap terapi bronkodilator biasa. Pasien mengalami kecemasan
dan mengeluhkan dispnea parah, nafas pendek, sempit dada atau rasa terbakar.
Penderita mungkin hanya dapat mengucapkan kata dalam satu napas. Gejala tidak
responsif terhadap penanganan biasa.

Tanda termasuk bunyi yang terdengar dengan auskultasi saat inspirasi dan
ekspirasi, batuk kering yang berulang, takhipnea, kulit pucat atau kebiruan dan
dada yang mengembang disertai dengan retraksi interkostal dan supra klavilar.
Bunyi nafas dapat hilang bila obstruksi sangat parah.

G. Penatalaksanaan Asma

Tujuan pengobatan asma bronkial adalah agar penderita dapat hidup normal, bebas
dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifasi
saluran napas, sehingga menurunkan angka perawatan dan angka kematian akibat asma
Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam jangka pendek dapat menyebabkan
kematian , sedangkan jangka panjang dapat mengakibatkan peningkatan serangan atau
terjadi obstruksi paru yang menahun.

Untuk pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit, pemilihan obat yang
tepat cara untuk menghindari faktor pencetus Dalam penanganan pasien asma penting
diberikan penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan
pengontrolan faktor alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau
debu rumah alergen dari hewan, jamur, dan alergen di luar rumah seperti zat yang
berasal dari tepung sari, ja mur, polusi udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid
dapat menjadi faktor pencetus asma. Olah raga dan peningkatan aktivitas secara bertahap
dapat mengurangi gejala asma.

Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan

5
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan
penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA,
2005).

b. Monitor

Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani


penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin
terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta
memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).

c. Menghindari Faktor Resiko

Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi


gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala
asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan
sebagainya (GINA, 2005).

d. Pengobatan Medis Jangka Panjang

Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan


berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma
intermitten, tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild
intermitten, menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan didukung
oleh Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten,
menggunakan pilihan obat β.

Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma :

 Glukokortikosteroid Inhalasi

Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk
mengurangi gejala inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan fungsi
paru, mengurangi hiperresponsive dan mengurangi gejala asma dan
meningkatkan kualitas hidup (GINA, 2005).

Obat ini dapat menimbulkan kandidiasis orofaringeal,


menimbulkan iritasi pada bagian saluran napas atas dan dapat memberikan
efek sistemik, menekan kerja adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast
(GINA, 2005).

 Glukokortikosteroid Oral

Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat
kortikosteroid inhalasil. Obat ini dapat menimbulkan hipertensi, diabetes,

6
penekanan kerja hipothalamus-pituitary dan adrenal, katarak, glukoma,
obaesitas dan kelemahan (GINA, 2005).

 Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium)

Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala


asma. Obat ini dapat menurunkan gejala dan menurunkan reaksi
hiperresponsive pada imun nonspecific. Obat ini dapat menimbulkan
batuk-batuk pada saat pemakaian dengan bentuk formulasi powder
(GINA, 2005).

 β2-Agonist Inhalasi

Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah


pemakaian. Obat ini dapat mengurangi gejala asma pada waktu malam,
meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menimbulkan tremor pada
bagian musculoskeletal, menstimulasi kerja cardiovascular dan
hipokalemia (GINA, 2005).

 β2-Agonist Oral

Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma


pada waktu malam. Obat ini dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan
kerja jantung, dan menimbulkan tremor pada bagian muskuloskeletal
(GINA, 2005).

 Teofiline

Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan


asma bronkial dengan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan
pembuluh darah pulmonal. Obat ini dapat menyebabkan efek samping
berupa mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia dan iritabilitas. Pada
level yang lebih dari 35 mcg/mL menyebabkan hperglisemia, hipotensi,
aritmia jantung, takikardi, kerusakan otak dan kematian.

 Leukotriens

Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk
mengurangi gejala termasuk batuk, meningkatkan fungsi paru dan
menurunkan gejala asma (GINA, 2005).

7
Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma:

 β2-Agonist Inhalasi

Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan untuk


mengontrol gejala asma, variabilitas peak flow, hiperresponsive jalan
napas. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan
hipokalemia (GINA, 2005).

 β2-Agonist Oral

Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat menstimulasi kerja


jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).

 Antikolinergic

Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat meningkatkan


fungsi paru. Obat ini dapat menyebabkan mulut kering dan pengeluaran
mucus (GINA, 2005).

e. Metode Pengobatan Alternative

Metode pengobatan alternative ini sebagian besar masih dalam penelitian.

Buteyko merupakan salah satu pengobatan alternative yang terbukti dapat

menurunkan ventilasi alveolar terhadap hiperventilasi paru penderita asma, selain

itu memperbaiki gejala yang ditimbulkan asma. Buteyko ini merupakan tehnik

bernapas yang dirancang khusus untuk penderita asma dengan prinsip latihan

tehnik bernapas dangkal (GINA, 2005).

f. Terapi Penanganan Terhadap Gejala

Terapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini dianjurkan

kepada pasien yang mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan

dalam kondisi yang darurat. Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah

penderita asma dengan menggunakan obat bronkodilator seperti: β2 -agonist

inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).

8
g. Pemeriksaan Teratur

Penderita asma disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara

teratur kepada tim medis. Pemeriksaan teratur berfungsi untuk melihat

perkembangan kemampuan fungsi paru (GINA, 2005).

Dalam penatalaksanaan asma, pola hidup sehat sangat dianjurkan. Pola

hidup sehat akan sangat membantu proses penatalaksanaan asma. Dengan

pemenuhan nutrisi yang memadai, menghindari stress, dan olahraga atau yang

biasa disebut latihan fisik teratur sesuai toleransi tubuh (The Asthma Foundation

of Victoria, 2002).

Pemenuhan nutrisi yang memadai dan menghindari stress akan menjaga

penderita asma dari serangan infeksi dari luar yang dapat memperburuk asma

dengan tetap menjaga kestabilan imunitas tubuh penderita asma (The Asthma

Foundation of Victoria, 2002).

Latihan fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar, sehingga tubuh

tidak menjadi lemas. Latihan fisik dapat merubah psikologis penderita asma yang

beranggapan tidak dapat melakukan kerja apapun, anggapan ini dapat

memperburuk keadaan penderita asma. Sehingga dengan latihan fisik, kesehatan

tubuh tetap terjaga dan asupan oksigen dapat ditingkatkan sejalan dengan

peningkatan kemampuan latihan fisik (The Asthma Foundation of Victoria, 2002)

H. Inhaler

Inhaler merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat ke dalam
tubuh melalui paru-paru. Hal ini terutama digunakan dalam pengobatan asma.

Yang paling umum adalah MDI (Metered Dose Inhaler) yang diberi tekanan
udara dan diukur dosis pengisapnya. Pada MDI, obat-obatan biasanya disimpan dalam
bentuk larutan yang diberi tekanan udara dalam tabung kecil yang berisi propellan,
meskipun mungkin juga bisa dalam bentuk suspensi. Prosedur yang benar untuk
menggunakan MDI adalah pertama, mengambil nafas dan keluarkan sepenuhnya,

9
masukkan pompa ke dalam mulut kemudian ambil nafas, tekan ujung tabung untuk
melepaskan obat.

Cara penggunaan :

1. MDI menghasilkan kadar tertentu obat PPOK 1


dalam bentuk aerosol. MDI memungkinkan .
bagi Anda untuk menghirup obat PPOK Anda,
bukan minum pil. Dengan demikian, obat
PPOK anda kemudian langsung menuju ke
paru-paru Anda

2. Sebelum menggunakan MDI, lepaskan tutup 2


mulut dan kocok secara menyeluruh. Jika Anda .
belum menggunakan inhaler selama seminggu
atau lebih, atau itu adalah pertama kalinya anda
menggunakan inhaler, semprot ke udara pertama
untuk memeriksa bahwa ia bekerja.
3 4
3. Ambil napas panjang beberapa
kali dan kemudian bernapas . .
keluar dengan lembut.
4. Segera tempat corong di mulut
Anda dan menempatkan Anda di
sekitar gigi itu (tidak di depan
dan jangan digigit), dan segel bibir Anda di sekitar
mulut, memegang di antara bibir Anda. 5
5. Mulai untuk bernapas dalam perlahan dan me ndalam .
melalui corong telepon. Ketika Anda bernapas dalam,
secara bersamaan tekan ke bawah tabung inhaler
untuk melepaskan obat. Satu siaran pers satu kali
semprotan obat.Lanjutkan bernapas dalam-dalam
untuk memastikan obat masuk ke paru-paru Anda.

6. Tahan nafas Anda selama 10 7 6


detik atau selama Anda nyaman . .
bisa, sebelum bernapas
perlahan-lahan.
7. Jika Anda perlu mengambil puff
lain, tunggu selama 30 detik.
8. kocok inhaler Anda lagi
kemudian ulangi langkah 2 9 8
sampai 6. . .

10
9. Ingatlah untuk membilas mulut Anda secara menyeluruh dengan a ir setelah
setiap kali digunakan untuk membantu mengurangi efek samping
mengganggu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Buku Saku Kedokteran Dorland edisi 25, Penerbit ECG, Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia,Jakarta

Boushey H.A., 2001, Obat-obat Asma dalam Katzung, B.G., Farmakologi Dasar & Klinik,
Ed.I, diterjemahkan oleh Sjbana, D., dkk, Salemba Medika, Jakarta

Mulia, yuiyanti J, 20002, Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma bronchial.


Penerbit EGC, trisakti, Jakarta

Tanjung, dudut.2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronchial.USU Digital library.Sumatra


Utara

Adnyana, I Ketut dkk, 2008. ISO Farmakoterapi. PT.ISFI.Jakarta

Fairawan, Sulfan.2008.Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang penyakit asma dengan


sikap penderita dalam perawatan asma pada pasien rawat jalan di balai kesehatan paru
masyarakat (BBKPM).Skripsi.Surakarta

Maryono.2009.hubungan antara faktor lingkungan dengan kekambuhan asma bronchial


pada klien pasien rawat jalan di poliklinik paru instalasi rawat jalan RSUD.DR
MOEWARDI Surakarta.Skripsi

11

Anda mungkin juga menyukai