Simbol anarkisme
Varian Anarkisme[tampilkan]
Budaya Anarkisme[tampilkan]
Sejarah terkait[tampilkan]
Daftar terkait[tampilkan]
Subjek terkait[tampilkan]
Kotak ini:
lihat
bicara
sunting
Anarkisme atau dieja anarkhisme adalah filsafat politik yang menganjurkan masyarakat tanpa
negara atau sering didefinisikan sebagai lembaga sukarela yang mengatur diri sendiri.[1][2][3][4] Tapi
beberapa penulis telah mendefinisikan sebagai lembaga yang lebih spesifik berdasarkan asosiasi
bebas non-hirarkis.[5][6][7][8] Anarkisme memegang bahwa negara menjadi tidak diinginkan, tidak
perlu, atau berbahaya.[9][10] Sementara anti-statisme adalah pusat dari pemikiran ini,[11] anarkisme
juga menentang otoritas atau organisasi hierarkis dalam pelaksanaan hubungannya dengan
manusia, sehingga tidak terbatas pada sistem negara saja.[6][12][13][14][15][16][17][18]
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan
pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang superior
dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun privat).
Daftar isi
1 Etimologi
3 Varian-varian anarkisme
o 3.1 Anarkisme-kolektif
o 3.3 Anarko-Sindikalisme
o 4.1 Anarkis-kristen
6 Referensi
7 Bacaan lanjutan
8 Pranala luar
Etimologi
Anarkisme berasal dari kata dasar "anarki" dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan kata
serapan dari anarchy (bahasa Inggris) atau anarchie (Belanda/Jerman/Perancis), yang berakar
dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Ini merupakan kata bentukan a-
(tidak/tanpa/nihil/negasi) yang disisipi /n/ dengan archos/archein (pemerintah/kekuasaan atau
pihak yang menerapkan kontrol dan otoritas - secara koersif, represif, termasuk perbudakan dan
tirani); maka, anarchos/anarchein berarti "tanpa pemerintahan" atau "pengelolaan dan koordinasi
tanpa hubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai,
mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya". Bentuk kata "anarkis" berarti orang yang
mempercayai dan menganut anarki, sedangkan akhiran -isme sendiri berarti
paham/ajaran/ideologi.
Anarkisme adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hierarkis
(baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwa
anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial
dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa
tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun
antara satu dengan yang lainnya. Atau, dalam tulisan Bakunin yang terkenal:
Namun, tidak sedikit juga dari para anarkis yang tidak sepakat untuk menjadikan kekerasan
sebagai suatu jalan yang harus ditempuh. Dalam bukunya What is Communist Anarchist, pemikir
anarkis Alexander Berkman menulis:
Marxisme dalam perkembangannya setelah Marx dan Engels berkembang menjadi 3 kekuatan
besar ideologi dunia yang menyandarkan dirinya pada pemikiran-pemikiran Marx. Ketiga
ideologi itu adalah: (1) Komunisme, yang kemudian dikembangkan oleh Lenin menjadi ideologi
Marxisme-Leninisme yang saat ini menjadi pegangan mayoritas kaum komunis sedunia; (2)
Sosialisme Demokrat, yang pertama kali dikembangkan oleh Eduard Bernstein dan berkembang
di Jerman dan kemudian berkembang menjadi sosialis yang berciri khas Eropa; (3) Neomarxisme
dan Gerakan Kiri Baru, yang berkembang sekitar tahun 1965-1975 di universitas-universitas di
Eropa.
Walaupun demikian, ajaran Marx tidak hanya berkutat pada ketiga aliran besar itu karena banyak
sekali sempalan-sempalan yang memakai ajaran Marx sebagai basis ideologi dan perjuangan
mereka. Aliran lain yang berkembang serta juga memakai Marx sebagai tolak pikirnya adalah
Anarkisme.
Walaupun demikian anarkisme dan Marxisme berada dipersimpangan jalan dalam memandang
masalah-masalah tertentu. Pertentangan mereka yang paling kelihatan adalah persepsi terhadap
negara. Anarkisme percaya bahwa negara mempunyai sisi buruk dalam hal sebagai pemegang
monopoli kekuasaan yang bersifat memaksa. Negara hanya dikuasai oleh kelompok-kelompok
elit secara politik dan ekonomi, dan kekuatan elit itu bisa siapa saja dan apa saja termasuk kelas
proletar seperti yang diimpikan kaum Marxis. Dan oleh karena itu kekuasaan negara (dengan
alasan apapun) harus dihapuskan. Di sisi lain, Marxisme memandang negara sebagai suatu organ
represif yang merupakan perwujudan kediktatoran salah satu kelas terhadap kelas yang lain.
Negara dibutuhkan dalam konteks persiapan revolusi kaum proletar, sehingga negara harus eksis
agar masyarakat tanpa kelas dapat diwujudkan. Lagipula, cita-cita kaum Marxis adalah suatu
bentuk negara sosialis yang bebas pengkotakan berdasarkan kelas.
Selain itu juga, perbedaan kentara antara anarkisme dengan Marxisme dapat dilihat atas
penyikapan keduanya dalam seputar isu kelas serta seputar metode materialisme historis
Pierre-Joseph Proudhon
Pierre-Joseph Proudhon, adalah pemikir yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar terhadap
perkembangan anarkisme; seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba tahu’ dan
merupakan tokoh yang dapat dibanggakan oleh sosialisme modern. Proudhon sangat menekuni
kehidupan intelektual dan sosial pada zamanya, dan kritik-kritik sosialnya didasari oleh
pengalaman hidupnya itu. Di antara pemikir-pemikir sosialis pada zamannya, dialah yang paling
mampu mengerti sebab-sebab penyakit sosial dan juga merupakan seseorang yang mempunyai
visi yang sangat luas. Dia mempunyai keyakinan bahwa sebuah evolusi dalam kehidupan
intelektual dan sosial menuju ke tingkat yang lebih tinggi harus tidak dibatasi dengan rumus-
rumus abstrak.
Internationale pertama
Lihat pula: Mikhail Bakunin
Tokoh utama kaum anarkisme adalah Mikhail Bakunin, seorang bangsawan Rusia yang
kemudian sebagian besar hidupnya tinggal di Eropa Barat. Ia memimpin kelompok anarkis
dalam konverensi besar kaum Sosialis sedunia (Internasionale I) dan terlibat pertengkaran dan
perdebatan besar dengan Marx. Bakunin akhirnya dikeluarkan dari kelompok Marxis mainstream
dan perjuangan kaum anarkis dianggap bukan sebagai perjuangan kaum sosialis. Sejak Bakunin,
anarkisme identik dengan tindakan yang mengutamakan kekerasan dan pembunuhan sebagai
basis perjuangan mereka. Pembunuhan kepala negara, pengeboman atas gedung-gedung milik
negara, dan perbuatan teroris lainnya dibenarkan oleh anarkhisme sebagai cara untuk
menggerakkan massa untuk memberontak.[21]
Mikhail Bakunin merupakan seorang tokoh anarkis yang mempunyai energi revolusi yang
dashyat. Bakunin merupakan ‘penganut’ ajaran Proudhon, tetapi mengembanginya ke bidang
ekonomi ketika dia dan sayap kolektivisme dalam First International mengakui hak milik
kolektif atas tanah dan alat-alat produksi dan ingin membatasi kekayaan pribadi kepada hasil
kerja seseorang. Bakunin juga merupakan anti komunis yang pada saat itu mempunyai karakter
yang sangat otoritar.
Pada salah satu pidatonya dalam kongres ‘Perhimpunan Perdamaian dan Kebebasan’ di Bern
(1868), dia berkata:
Bakunin dan anarkis-anarkis lain dalam First International percaya bahwa revolusi sudah berada
di ambang pintu, dan mengerahkan semua tenaga mereka untuk menyatukan kekuatan
revolusioner dan unsur-unsur libertarian di dalam dan di luar First International untuk menjaga
agar revolusi tersebut tidak ditunggangi oleh elemen-elemen kediktatoran. Karena itu Bakunin
menjadi pencipta gerakan anarkisme modern. Peter Kropotkin adalah seorang penyokong
anarkisme yang memberikan dimensi ilmiah terhadap konsep sosiologi anarkisme.
Anarkisme model Bakunin, tidaklah identik dengan kekerasan. Tetapi anarkisme setelah Bakunin
kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan yang menjadikan kekerasan sebagai jalur
perjuangan mereka. Dan puncaknya adalah timbulnya gerakan baru yang juga menjadikan
sosialisme Marx sebagai pandangan hidupnya, yaitu Sindikalisme. gerakan ini menjadikan
sosialisme Marx dan anarkisme Bakunin sebagai dasar perjuangan mereka. Bahkan gerakan
mereka disebut Anarko-Sindikalisme.
Varian-varian anarkisme
Anarkisme, yang besar dan kemudian berbeda jalur dengan Marxisme, bukan merupakan suatu
ideologi yang tunggal. Di dalam anarkisme sendiri banyak aliran-aliran pemikiran yang cukup
berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan itu terutama dalam hal penekanan dan prioritas pada
suatu aspek. Aliran-aliran dan pemikiran-pemikiran yang berbeda di dalam Anarkisme adalah
suatu bentuk dari berkembangnya ideologi ini berdasarkan perbedaan latar belakang tokoh,
peristiwa-peristiwa tertentu dan tempat/lokasi aliran itu berkembang.
Anarkisme-kolektif
Doktrin utama dari anarkis-kolektif adalah "penghapusan segala bentuk negara" dan
"penghapusan hak milik pribadi dalam pengertian proses produksi". Doktrin pertama merupakan
terminologi umum anarkisme, tetapi kemudian diberikan penekanan pada istilah "kolektif" oleh
Bakunin sebagai perbedaan terhadap ide negara sosialis yang dihubungkan dengan kaum Marxis.
Sedangkan pada doktrin kedua, anarkis-kolektif mengutamakan penghapusan adanya segala
bentuk hak milik yang berhubungan dengan proses produksi dan menolak hak milik secara
kolektif yang dikontrol oleh kelompok tertentu. Menurut mereka, pekerja seharusnya dibayar
berdasarkan jumlah waktu yang mereka kontribusikan pada proses produksi dan bukan "menurut
apa yang mereka inginkan".
Pada tahun 1880-an, para pendukung anarkis kebanyakan mengadopsi pemikiran anarkisme-
komunis, suatu aliran yang berkembang terutama di Italia setelah kematian Bakunin. Ironisnya,
label "kolektif" kemudian secara umum sering diasosiasikan dengan konsep Marx tentang negara
sosialis.
Anarkisme komunis
William Godwin
Ide-ide anarkis bisa ditemui dalam setiap periode sejarah, walaupun masih banyak penelitian
yang harus dilakukan dalam bidang ini. Kita menemuinya dalam karya filsuf Tiongkok, Lao-Tse
(yang berjudul Arah dan Jalan yang Benar[22].) dan juga filsuf-filsuf Yunani seperti Hedonists[23]
dan Cynics[24] dan orang-orang yang mendukung ‘hukum alam’, khususnya Zeno yang
menemukan aliran ‘Stoic’ yang berlawanan dengan Plato. Mereka menemukan ekspresi dari
ajaran-ajaran Gnostics, Karpocrates di Alexandria dan juga dipengaruhi oleh beberapa aliran
Kristen di Zaman Pertengahan di Perancis, Jerman dan Belanda. Hampir semua dari mereka
menjadi korban represi. Dalam sejarah reformasi Bohemia, anarkisme ditemui dalam karya Peter
Chelciky (The Net of Faith) yang mengadili negara dan gereja seperti yang dilakukan oleh Leo
Tolstoy di kemudian hari.
Humanis besar lainnya adalah Rabelais yang dalam karyanya menggambarkan kehidupan yang
bebas dari semua cengkraman otoritas. Sebagian dari pemrakarsa ideologi libertarian lainnya
adalah La Boetie, Sylvan Marechal, dan Diderot. Karya William Godwin yang berjudul
‘Pertanyaan Mengenai Keadilan Politik dan Pengaruhnya Terhadap Moralitas dan Kebahagiaan’,
merupakan bagian penting dari sejarah anarkisme kontemporer. Dalam karyanya tersebut
Godwin menjadi orang pertama yang memberikan bentuk yang jelas mengenai filsafat anarkisme
dan meletakannya dalam konteks proses evolusi sosial pada saat itu. Karya tersebut, boleh kita
bilang adalah ‘buah matang’ yang merupakan hasil daripada evolusi yang panjang dalam
perkembangan konsep politik dan sosial radikal di Inggris, yang meneruskan tradisi yang dimulai
oleh George Buchanan sampai Richard Hooker, Gerard Winstanley, Algernon Sydney, John
Locke, Robert Wallace dan John Bellers sampai Jeremy Bentham, Joseph Priestley, Richard
Price dan Thomas Paine.
Godwin menyadari bahwa sebab-sebab penyakit sosial dapat ditemukan bukanlah dalam bentuk
negara tetapi karena adanya negara itu. Pada saat ini, negara hanyalah merupakan karikatur
masyarakat, dan manusia yang ada dalam cengkraman negara ini hanyalah merupakan karikatur
diri mereka karena manusia-manusia ini digalakkan untuk menyekat ekspresi alami mereka dan
untuk melakukan tindakan-tindakan yang merusak akhlaknya. Hanya dengan cara-cara tersebut,
manusia dapat dibentuk menjadi hamba yang taat. Ide Godwin mengenai masyarakat tanpa
negara mengasumsikan hak sosial untuk semua kekayaan alam dan sosial, dan kegiatan ekonomi
akan dijalankan berdasarkan ko-operasi bebas di antara produsen-produsen; dengan idenya,
Godwin menjadi penemu Anarkisme Komunis.
Namun, kelompok anarkisme-komunis pertama kali diformulasikan oleh Carlo Cafiero, Errico
Malatesta dan Andrea Costa dari kelompok federasi Italia pada Internasionale I. Pada awalnya
kelompok ini (kemudian diikuti oleh anarkis yang lain setelah kematian Bakunin seperti
Alexander Berkman, Emma Goldman, dan Peter Kropotkin) bergabung dengan Bakunin
menentang kelompok Marxis dalam Internasionale I.
Anarko-Sindikalisme
Salah satu aliran yang berkembang cukup subur di dalam lingkungan anarkisme adalah
kelompok anarko-sindikalisme. Tokoh yang terkenal dalam kelompok anarko-sindikalisme
antara lain Rudolf Rocker, ia juga pernah menjelaskan ide dasar dari pergerakan ini, apa
tujuannya, dan kenapa pergerakan ini sangat penting bagi masa depan buruh dalam pamfletnya
yang berjudul Anarchosyndicalism pada tahun 1938.[25] Pada awalnya, Bakunin juga adalah salah
satu tokoh dalam anarkisme yang gerakan-gerakan buruhnya dapat disamakan dengan orientasi
kelompok anarko-sindikalisme, tetapi Bakunin kemudian lebih condong pada anarkisme-
kolektif.
Anarko-sindikalisme adalah salah satu cabang anarkisme yang lebih menekankan pada gerakan
buruh (labour movement). Sindikalisme, dalam bahasa Perancis, berarti “trade unionism”.
Kelompok ini berpandangan bahwa serikat-serikat buruh (labor unions) mempunyai kekuatan
dalam dirinya untuk mewujudkan suatu perubahan sosial secara revolusioner, mengganti
kapitalisme serta menghapuskan negara dan diganti dengan masyarakat demokratis yang
dikendalikan oleh pekerja. Anarko-sindikalisme juga menolak sistem gaji dan hak milik dalam
pengertian produksi. Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, anarko-sindikalisme sepertinya
tidak mempunyai perbedaan dengan kelompok-kelompok anarkisme yang lain.
Anarkisme individualisme
Lihat pula: Anarkisme individualisme
Anarkisme individualisme atau Individual-anarkisme adalah salah satu tradisi filsafat dalam
anarkisme yang menekankan pada persamaan kebebasan dan kebebasan individual. Konsep ini
umumnya berasal dari liberalisme klasik. Kelompok individual-anarkisme percaya bahwa "hati
nurani individu seharusnya tidak boleh dibatasi oleh institusi atau badan-badan kolektif atau
otoritas publik". Karena berasal dari tradisi liberalisme, individual-anarkisme sering disebut juga
dengan nama "anarkisme liberal".
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam individual-anarkisme antara lain adalah Max Stirner, Josiah
Warren, Benjamin Tucker, John Henry Mackay, Fred Woodworth, dan lain-lain. Kebanyakan
dari tokoh-tokoh individual-anarkisme berasal dari Amerika Serikat, yang menjadi basis
liberalisme. Dan oleh karena itu pandangan mereka terhadap konsep individual-anarkisme
kebanyakan dipengaruhi juga oleh alam pemikiran liberalisme.
Individual-anarkisme sering juga disebut "anarkisme-egois", karena salah satu tokohnya, Max
Stirner, menulis buku "Der Einzige und sein Eigentum" (b.Inggris: The Ego and Its Own /
b.Indonesia: Ego dan Miliknya)[26] yang dengan cepat dilupakan, tetapi mengalami kebangkitan
lima puluh tahun kemudian, buku tersebut lebih menonjolkan peran individu.
Buku Stirner itu pada dasarnya adalah karya filsafat yang menganalisis ketergantungan manusia
dengan apa yang dikenal sebagai ‘kekuasaan yang lebih tinggi’ (higher powers). Dia tidak takut
memakai kesimpulan- kesimpulan yang diambil dari hasil survei. Buku tersebut merupakan
pembrontakan yang sadar dan sengaja yang tidak menunjukan kehormatan kepada otoritas dan
karenanya sangat menarik bagi pemikir mandiri.
Selain aliran-aliran yang disebut di atas, masih banyak lagi aliran lain yang memakai pemikiran
anarkisme sebagai dasarnya. Antara lain:
Adalah suatu bentuk, yang tidak dapat terbakukan dalam satu kubu, serta sangat
“ beragam dalam perspektifnya. Anarkisme Insureksioner bukanlah sebuah solusi
ideologis bagi masalah-masalah sosial, dan juga bukan komoditi dalam pasar
ideologi yang digelar kapitalisme. Melainkan, ia adalah praktik berkelanjutan
yang bertujuan untuk mengakhiri dominasi negara dan berteruskembangnya
kapitalisme, yang membutuhkan analisis-analisis dan diskusi-diskusi untuk
menjadikannya semakin maju dan berkembang. Menurut sejarahnya, kebanyakan
anarkis, kecuali mereka yang percaya bahwa peradaban kapitalisme akan terus
berkembang hingga titik kehancurannya sendiri, percaya bahwa sebentuk
aktivitas insureksioner dibutuhkan untuk dapat mentransformasikan masyarakat
secara radikal. Dalam artian ini, negara harus dipukul mundur dari eksistensinya
oleh mereka yang tereksploitasi dan termarjinalkan, dengan demikian para
anarkis harus menyerang: menunggu sistem ini melenyap dan menghancurkan
dirinya sendiri adalah sebuah kekalahan telak. ”
Anarkisme dan agama
Lihat pula: Anarkisme dan agama
Pada dasarnya, sejak mulai dari Proudhon, Bakunin, Berkman, dan Malatesta sampai pada
kelompok-kelompok anarkis yang lain, anarkisme selalu bersikap skeptik dan anti terhadap
institusi agama. Dalam pandangan mereka, institusi keagamaan selalu bersifat hierarki dan
mempunyai kekuasaan seperti layaknya negara, dan oleh karena itu harus ditolak. Tetapi dalam
agama sendiri (Kristen, Yahudi, Islam, dll) sebenarnya pemikiran akan “anarkisme” dalam
pengertian “without ruler” sudah banyak ditemui.
Anarkis-kristen
Dalam agama Kristen, konsep yang dipakai oleh kaum anarkis-kristen adalah berdasarkan
konsep bahwa hanya Tuhan yang mempunyai otoritas dan kuasa di dunia ini dan menolak
otoritas negara, dan juga gereja, sebagai manifestasi kekuasaan Tuhan. Dari konsep ini kemudian
berkembang konsep-konsep yang lain misalnya pasifisme (anti perang), non-violence (anti
kekerasan), abolition of state control (penghapusan kontrol negara), dan tax resistance
(penolakan membayar pajak). Semuanya itu dalam konteks bahwa kekuasaan negara tidak lagi
eksis di bumi dan oleh karena itu harus ditolak. Tokoh-tokoh yang menjadi inspirasi dalam
perkembangan gerakan anarkis-kristen antara lain: Soren Kierkegaard, Henry David Thoreau,
Nikolai Berdyaev, Leo Tolstoy, dan Adin Ballou.
Hakim Bey
Dalam agama Islam, kelompok anarkisme melakukan interpretasi terhadap konsep bahwa Islam
adalah agama yang bercirikan penyerahan total terhadap Allah (bahasa Arab allāhu )ا, yang
berarti menolak peran otoritas manusia dalam bentuk apapun. Anarkis-Islam menyatakan bahwa
hanya Allah yang mempunyai otoritas di bumi ini serta menolak ketaatan terhadap otoritas
manusia dalam bentuk fatwa atau imam. Hal ini merupakan elaborasi atas konsep “tiada
pemaksaan dalam beragama”. Konsep anarkisme-islam kemudian berkembang menjadi konsep-
konsep lainnya yang mempunyai kemiripan dengan ideologi sosialis seperti pandangan terhadap
hak milik, penolakan terhadap riba, penolakan terhadap kekerasan dan mengutamakan self-
defense, dan lain-lain. Kelompok-kelompok dalam Islam yang sering diasosiasikan dengan
anarkisme antara lain: Sufisme dan Kelompok Hashshashin.
Salah seorang tokoh muslim anarkis yang berpengaruh yaitu Peter Lamborn Wilson, yang selalu
menggunakan nama pena Hakim Bey. Dia mengkombinasikan ajaran sufisme dan neo-pagan
dengan anarkisme dan situasionisme. Dia juga merupakan seorang yang terkenal dengan
konsepnya Temporary Autonomus Zones[1].
Yakoub Islam, seorang anarkis muslim, pada 25 Juni 2005 mempublikasikan Muslim Anarchist
Charter (Piagam Muslim Anarkis), yang berbunyi:
Demi tujuan seperti itu kita harus memiliki komitmen yang kuat
untuk mempelajarinya dengan kehendak hati yang bebas, dan secara
sadar menolak setiap bentuk kompromi dengan institusi kekuasaan, entah
dalam bentukbnya yang yuridis, relijius, sosial, korporatik maupun
politis;
Kritik juga dilontarkan atas penolakan anarkisme terhadap organisasi sentralis seperti
pemerintahan kaum buruh, partai revolusioner, dan lain sebagainya, yang dianggap oleh banyak
pihak justru akan melemahkan posisi kaum anarkis apabila revolusi terjadi. Hal ini juga yang
dituduhkan kepada para anarkis saat revolusi Spanyol terjadi, paska pengambilan kekuasaan oleh
kaum proletariat atas rezim fasis yang pada saat itu berkuasa di Spanyol.[28]
Referensi
1. ^ "ANARCHISM, a social philosophy that rejects authoritarian government and
maintains that voluntary institutions are best suited to express man's natural social
tendencies." George Woodcock. "Anarchism" at The Encyclopedia of Philosophy
2. ^ "In a society developed on these lines, the voluntary associations which already
now begin to cover all the fields of human activity would take a still greater extension so
as to substitute themselves for the state in all its functions." Peter Kropotkin.
"Anarchism" from the Encyclopædia Britannica
5. ^ "as many anarchists have stressed, it is not government as such that they find
objectionable, but the hierarchical forms of government associated with the nation state."
Judith Suissa. Anarchism and Education: a Philosophical Perspective. Routledge. New
York. 2006. p. 7
7. ^ "That is why Anarchy, when it works to destroy authority in all its aspects,
when it demands the abrogation of laws and the abolition of the mechanism that serves to
impose them, when it refuses all hierarchical organisation and preaches free agreement —
at the same time strives to maintain and enlarge the precious kernel of social customs
without which no human or animal society can exist." Peter Kropotkin. Anarchism: its
philosophy and ideal
10. ^ Slevin, Carl. "Anarchism." The Concise Oxford Dictionary of Politics. Ed. Iain
McLean and Alistair McMillan. Oxford University Press, 2003.
11. ^ "Anarchists do reject the state, as we will see. But to claim that this central
aspect of anarchism is definitive is to sell anarchism short."Anarchism and Authority: A
Philosophical Introduction to Classical Anarchism by Paul McLaughlin. AshGate. 2007.
p. 28
12. ^ "My use of the word hierarchy in the subtitle of this work is meant to be
provocative. There is a strong theoretical need to contrast hierarchy with the more
widespread use of the words class and State; careless use of these terms can produce a
dangerous simplification of social reality. To use the words hierarchy, class, and State
interchangeably, as many social theorists do, is insidious and obscurantist. This practice,
in the name of a "classless" or "libertarian" society, could easily conceal the existence of
hierarchical relationships and a hierarchical sensibility, both of which-even in the absence
of economic exploitation or political coercion-would serve to perpetuate unfreedom."
Murray Bookchin. The Ecology of Freedom: the emergence and dissolution of Hierarchy.
CHESHIRE BOOKS Palo Alto. 1982. Pg. 3
13. ^ "Authority is defined in terms of the right to exercise social control (as explored
in the "sociology of power") and the correlative duty to obey (as explored in the
"philosophy of practical reason"). Anarchism is distinguished, philosophically, by its
scepticism towards such moral relations – by its questioning of the claims made for such
normative power – and, practically, by its challenge to those "authoritative" powers
which cannot justify their claims and which are therefore deemed illegitimate or without
moral foundation."Anarchism and Authority: A Philosophical Introduction to Classical
Anarchism by Paul McLaughlin. AshGate. 2007. p. 1
14. ^ "Anarchism, then, really stands for the liberation of the human mind from the
dominion of religion; the liberation of the human body from the dominion of property;
liberation from the shackles and restraint of government. Anarchism stands for a social
order based on the free grouping of individuals for the purpose of producing real social
wealth; an order that will guarantee to every human being free access to the earth and full
enjoyment of the necessities of life, according to individual desires, tastes, and
inclinations." Emma Goldman. "What it Really Stands for Anarchy" in Anarchism and
Other Essays.
20. ^ Berkman, Alexander. "What is Communist Anarchist". Now and After: The
ABC of Communist Anarchism, New York: Vanguard Press, 1929.
21. ^ Franz Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke
Perselisihan Revisionisme, Jakarta, 1999
22. ^ Lao tse, Arah dan Jalan yang Benar. diterjemahkan kedalam bahasa inggris dari
the German of Alexander Ular. Penerbit the Inselbucherei, Leipzig
23. ^ Salah satu Hedonis awal adalah Cyrenaics (400 SM), yang menggagaskan ide
bahwa seni kehidupan adalah memaksimalkan setiap detik kehidupan untuk kenikmatan
yang memuaskan indera dan intelek
24. ^ Para pengikut Diogenes (400-325 SM), yang mengemukakan filsafat hidup
bahwa dengan mereduksi keinginan seseorang sampai pada kebutuhan minimal, disatu
sisi memerlukan disiplin diri yang keras, tetapi disis lain akan mengantar pada
swasembada/ketidaktergantungan dan kebebasan. Mazhab ini mengalami masa kejayaan
pada tahun abad 3 SM dan muncul lagi pada abad 1 M.
26. ^ Stirner, Max (1907). The Ego and His Own. Diterjemahkan dari bahasa Jerman
ke dalam bahasa inggris oleh Steven T. Byington. New York: Benj. R. Tucker