Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Persepsi sakit dalam kebudayaan jawa

Masyarakat Jawa dahulu adalah masyarakat yang percaya bahwa semua benda, binatang
dan manusia mempunyai jiwa dan kekuatan ajaib. Kekuatan alam adalah hasil dari makhluk-
makhluk halus. Kondisi manusia ditentukan oleh alam dan roh-roh yang menghuni alam itu.
Hubungan antara manusia dan alam gaib sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain. Misalnya setiap orang punya jiwa dan ketika sudah meninggal rohnya
punya peranan dalam kegiatan sehari-hari. Keseimbangan itulah yang diyakini mereka
sebagai keharusan yang dijaga dan mendapatkan manfaatnya. Keseimbangan tersebut yang
menjadikan mereka tetap patuh dan taat menjalankan adat istiadat agar dampak buruk dapat
dihindarkan. Masyarakat Jawa yang ada di desa Tanah Tinggi merupakan masyarakat yang
berasal dari Pulau Jawa pada umumnya yang sudah lama menetap dan memiliki keturunan
asli Jawa tetapi lahir dan besar di Sumatera utara.

Masyarakat Jawa di desa ini masih menjalankan aktivitas kebudayaannya tetapi sudah
tidak menjalankan secara utuh dan murni seperti pada kebudayaan asli pada masyarakat Jawa
dahulunya yang berasal dari Pulau Jawa. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan zaman
dan alkulturasi sosial, ekonomi, budaya, dan agama sehingga masyarakat pada masa sekarang
ini tidak banyak yang mengerti kebudayaan secara utuh, akan tetapi konsep- konsep
pengetahuan terhadap sakit dan pengobatan tradisional masih melekat hingga sekarang.
Universitas Sumatera Utara Sakit memiliki banyak arti dalam kehidupan manusia, baik
diartikan secara umum ataupun khusus. Pemahaman sakit akan memiliki arti yang berbeda-
beda dari setiap pandangan pemikiran manusia dalam menterjemahkan arti sakit yang
memiliki makna yang tertentu. Secara ilmiah penyakit disease diartikan sebagai gangguan
fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat terjadi infeksi atau tekanan dari
lingkungan, jadi penyakit itu bersifat obyektif. Sebaliknya sakit illness adalah penilaian
individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit Sarwono, 1993:31.

3.2 Konsep sakit dalam kebudayaan Jawa

Masyarakat Jawa dahulu adalah masyarakat yang percaya bahwa semua benda,
binatang dan manusia mempunyai jiwa dan kekuatan ajaib. Kekuatan alam adalah hasil dari
makhluk-makhluk halus. Kondisi manusia ditentukan oleh alam dan roh-roh yang menghuni
alam itu. Hubungan antara manusia dan alam gaib sangat erat sehingga tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Misalnya setiap orang punya jiwa dan ketika sudah
meninggal rohnya punya peranan dalam kegiatan sehari-hari. Keseimbangan itulah yang
diyakini mereka sebagai keharusan yang dijaga dan mendapatkan manfaatnya. Keseimbangan
tersebut yang menjadikan mereka tetap patuh dan taat menjalankan adat istiadat agar dampak
buruk dapat dihindarkan. Masyarakat Jawa yang ada di desa Tanah Tinggi merupakan
masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa pada umumnya yang sudah lama menetap dan
memiliki keturunan asli Jawa tetapi lahir dan besar di Sumatera utara. Masyarakat Jawa di
desa ini masih menjalankan aktivitas kebudayaannya tetapi sudah tidak menjalankan secara
utuh dan murni seperti pada kebudayaan asli pada masyarakat Jawa dahulunya yang berasal
dari Pulau Jawa. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan zaman dan alkulturasi sosial,
ekonomi, budaya, dan agama sehingga masyarakat pada masa sekarang ini tidak banyak yang
mengerti kebudayaan secara utuh, akan tetapi konsep- konsep pengetahuan terhadap sakit dan
pengobatan tradisional masih melekat hingga sekarang. Sakit memiliki banyak arti dalam
kehidupan manusia, baik diartikan secara umum ataupun khusus. Pemahaman sakit akan
memiliki arti yang berbeda-beda dari setiap pandangan pemikiran manusia dalam
menterjemahkan arti sakit yang memiliki makna yang tertentu. Secara ilmiah penyakit
disease diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat
terjadi infeksi atau tekanan dari lingkungan, jadi penyakit itu bersifat obyektif. Sebaliknya
sakit illness adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit
Sarwono, 1993:31. Fenomena subyektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak. Masyarakat
Jawa mempunyai konsepsi sakit berdasarkan pandangan kebudayaan mereka masing-masing
terhadap berbagai penyakit, demikian halnya pada kasus pemahaman terhadap arti sakit
maupun penyakit berdasarkan persepsi kebudayaan Jawa. Pada umumnya masyarakat di
Indonesia mempersepsikan bahwa sakit sebagai gangguan atau rasa tidak nyaman dalam
tubuh. Kebudayaan Jawa memiliki pengetahuan sakit dalam memberi pengaruh terhadap
anggapan sakit yang diartikan sebagai hubungannya dengan kegiatan sehari-hari. Sakit terjadi
terhadap orang yang memiliki perasaan tidak enak, perubahan terhadap kelainan fisik yang
dirasakan atau tidak enak badan, terganggunya aktivitas dalam kehidupan sehari-hari atau
tidak bisa bekerja. Sakit yang disebabkan oleh penyakit seperti batuk, pilek, flu, penyakit
kulit, sariawan, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan gangguan yang dianggap ringan yang
sering tidak dianggap sakit oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan, walaupun masyarakat
mengalami penyakit ini, dirinya tidak menghiraukan penyakit tersebut, karena penyakit itu
lazim terjadi. Berikut kutipan wawancara dengan Ibu Sawen yaitu : “Sakit itu, kalau bagi
saya ngak enak makan, minum terasa sakit, ngak bisa kerja, badan terasa berat, kepala
pusing, pokoknya badan terasa ada yang mengganjal. Kalau anak saya sakit gejalanya seperti
ngak mau makan, menangis terus, rewel, gak mau main”. Kutipan wawancara di atas
diperkuat dari hasil wawancara dengan Ibu Warsiah adalah sebagai berikut : “Kalo sakit
batuk, pilek ataupun meriang saya masih menyempatkan bekerja. Terkadang sakit kayak gitu
dibiarkan aja nanti baik sendiri. Kalau sakit udah parah baru saya gak bekerja” Sakit adalah
perasaan tidak nyaman dan perasaan individual yang tidak dapat dirasakan atau dibagi
dengan orang lain. Setiap individu akan merasakan reaksi dan persepsi yang berbeda karena
sakit menyangkut dua aspek yaitu psikologis dan fisiologis yang keduanya dipengaruhi
faktor-faktor seperti budaya, usia, lingkungan dan sistem pendukung, pengalaman masa lalu.
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa sakit sebagai suatu kondisi yang berbeda-beda
menurut masing-masing individu manusia. Perbedaan tersebut tampak pada bagaimana
mereka menjelaskan arti sakit yang benar-benar sakit atau hanya sakit yang belum tentu
dianggap sakit oleh orang lain. Arti sakit memiliki banyak makna yang berbeda-beda dari
satu individu dengan individu masyarakat lainnya. Hal ini terjadi karena penilaian arti sakit
juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masyarakat dari budaya yang melekat yang
sudah lama terjadi dan terus-menerus hingga sekarang. Walaupun defenisi terhadap sakit
berbeda tetapi memiliki persamaan pada berbagai aspek kebudayaan seperti situasi dan
kondisi yang memiliki klasifikasi keadaan sakit pada tubuh manusia. Budaya sakit seperti
pada keadaan di atas menjelaskan bagaimana masyarakat tidak terlalu memperhatikan
kesehatannya apabila mengalami gejala sakit tersebut. Mereka beranggapan bahwa penyakit
yang sering mereka alami ini tidak menjadi suatu halangan bagi mereka untuk tetap bekerja
serta menjalankan aktifitasnya. Pandangan bahwa sakit adalah seringnya dirasakan gangguan,
berakibat penyakit diangggap sudah sembuh, karena rasa sakit sudah tidak terasa lagi.
Pandangan budaya tentang sakit dan penyakit umumnya dilihat dari penyebabnya. Akan
tetapi mereka juga beranggapan bahwa sakit yang sebenarnya adalah mereka yang tidak
berdaya untuk bekerja lagi dan diharuskan banyak beristirahat di rumah serta tidak boleh
meninggalkan tempat tidur. Pengetahuan sakit dapat dijelaskan sebagai kondisi terganggunya
kondisi fisik semata. Sakit hanya tercipta karena melemahnya kondisi tubuh yang terkena
virus dan bakteri penyakit yang mengakibatkan tubuh manusia tidak berada pada kondisi
sebelumnya pada waktu sehat. Sakit pada masyarakat memiliki skala dalam menentuan
terjadinya gejala sakit. Masyarakat mengartikan bahwa sakit terdiri dari sakit yang ringan dan
sakit yang parah. Sakit yang ringan artinya sakit yang dapat disembuhkan dengan
menggunakan obat yang mereka dapat disekitarnya. Obat ini yaitu obat yang berupa ramuan
obat yang mereka buat sendiri dari bahan tumbuhan obat dan obat yang dapat mereka beli
yang berupa pil, kapsul, puyer dan lain sebagainya, yang mereka dapatkan di warung-warung
dan kedai yang ada di sekitar mereka. Berikut kutipan wawancara dengan ibu Mulianti,
”Untuk sakit ringan, seperti sakit kepala, pilek, dan batuk biasanya saya coba dulu obat
warung sebanyak satu atau dua tablet, dan biasanya sembuh. Biasanya makan sebutir sesudah
makan, kalau belum sembuh, makan lagi satu butir. Kalau sudah dirasa sembuh, ya tidak
makan obat lagi. Obat tradisional kadang-kadang juga digunakan, misalnya bawang dicampur
dengan minyak kelapa untuk boreh kepala anak saya yang sakit panas” Keadaan sakit dalam
pandangan masyarakat terjadi tidak hanya berasal dari gejala yang terjadi pada fungsi
fisiologis, sakit juga dapat berasal dari suatu agen lain yang menyebabkan terjadinya sakit.
Agen inilah yang tidak dapat dijelaskan melalui pengetahuan medis semata yang
menampilkan beberapa proses yang tidak lazim terjadi, tetapi memilki peran penting dalam
menyampaikan makna sakit melalui konsep budaya tertentu yang memiliki peran dalam
menjelaskan arti sakit umumnya. Konsep budaya inilah yang dapat memahami arti suatu
gejala penyakit yang tidak dapat dijelaskan secara medis modern, tetapi dapat dijelaskan oleh
budaya, kebiasaan dan pengalaman mereka yang menjadi pengetahuan terhadap penjelasan
tidak dapat dijelaskan oleh medis modern pada umumnya. Berikut kutipan wawancara
dengan Ki Sarjan yaitu : “Sakit bukan hanya yang diderita dari oleh tubuh seperti sakit pada
umumnya, ada juga orang yang juga mengalami sakit diakibatkan oleh perbuatannya sendiri,
misalnya melanggar pantangan tertentu yang dilarang di desa ini yang berkaitan dengan hal-
hal yang gaib dan tabu, sehingga kena penyakit, bahkan ada yang sampai meninggal
karenanya.” Kutipan wawancara di atas diperkuat dari hasil wawancara dengan Ibu Sawen
adalah sebagai berikut : “ Anak saya pernah mengalami sakit yang aneh, seluruh badannya
lumpuh sampai bidan pun gak tau sakit apa, setelah saya tanya dukun rupanya, anak saya
sudah dikerjai oleh orang. Menurut penjelasan si dukun rupanya anak saya melakukan hal
yang ngak gak disenangi yaitu mencuri hewan ternak yang dimiliki orang tersebut.” Berikut
juga kutipan wawancara yang mempertegas kutipan wawancara di atas oleh Mbah Lamiah
“Saya pernah mengalami demam tinggi, mual-mual, dan setengah bagian wajah saya
mengalami pengbengkakan. Pembengkakan tersebut mengakibatkan wajahnya mengalami
luka yang parah dan bau busuk. Penyakit ini dilakukan oleh makhluk halus penunggu ladang
saya ” Penyakit dan peristiwa sakit dianggap terjadi ketika keseimbangan atau harmoni
terganggu. Penyakit dianggap terjadi karena adanya hubungan yang tidak harmonis antar
manusia dan kekuatan gaib, atau sesama manusia yang menyebabkan dorongan kekuatan gaib
melalui sihir. Untuk itu penyembuhannya ditujukan untuk memperbaiki hubungan yang rusak
atau terganggu menurut cara-cara budaya Jawa. Persepsi masyarakat bahwa sakit dapat
disebabkan oleh sihir dan berbagai kekuatan gaib masih banyak diyakini oleh masyarakat
desa. Budaya Jawa terkenal dengan sesuatu yang terkadang tidak rasional, bahkan terkadang
ilmu medis modern masih sulit menerimanya ketika fakta menunjukkan kesembuhan
seseorang bisa dicapai melalui hal yang berbau kepercayaan terhadap tradisi, mistik dan
sangat berakar pada aspek budaya.

Anda mungkin juga menyukai