A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Pelayanan kesehatan dirumah sakit berjalan secarasinergis antar disiplin
profesi kesehatan dan non kesehatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi
kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan
pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. (Wiwiek, 2009)
Menurut Nursalam (2013), keperawatan sebagai pelayanan yang
profesional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan
obyektif klien, mengacu pada standard professional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan
profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang
selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk
selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etikal).
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen
pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu
proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf,
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999
dikutip dari Nursalam,2013).
Sedangkan menurut (Gillies,2005 dalam Rosidi,2013), manajemen
didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain.
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2013), merupakan suatu
pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling
berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan
antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperwatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan dimasa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan
global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien
dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen
yang baik.
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanana keperawatan,
asuhan keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan
asuhan keperawatan yang profesional. Model pemberian asuhan keperawatan
merupakan salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
profesional yang menjamin terwujudnya kesinambungan dalam pemberihan
asuhan keperawatan dan akuntabilitas. (Nursalam, 2013)
Ruang E3 RS.Tjokrodipo Bandar lampung dalam pengelolaan asuhan
keperawatan profesionalnya menerapkan model pemberian asuhan
keperawatan dengan metode TIM, melalui kerja kelompok yang terkoordinasi
dan kooperatif dapat terwujud pemberian asuhan keperawatan yang
menyeluruh lengkap terhadap pasien.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Dalam rangka meningkatkan
keterampilan manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi
kepemimpinan dan manajemen keperawatan juga melakukan praktek langsung
di lapangan. Mahasiswa Program Profesi Ners, Fakultas Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Pringsewu melakukan praktek Stase Manajemen
Keperawatan di Ruang E3 RS. Tjokrodipo Bandar Lampung dengan arahan
pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajeman keperawatan di
Ruang E3 RS. Tjokrodipo Bandar Lampung mahasiswa mampu melakukan
pengelolaan pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar secara
bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang profesional.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajeman keperawatan
selama 5 minggu di Ruang E3 RS. Tjokrodipo Bandar Lampungmahasiswa
mampu :
1) Melakukan analisis situasi ruangan yang meliputi unsur input,
unsur proses dan unsur output.
2) Menganalisa hasil kajian pada setiap sub unsur pada unsur input,
unsur proses dan unsure output.
3) Membuat identifikasi permasalahan yang ada, memprioritaskan
masalah tersebut dan menyusun rencanakegiatan.
4) Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang
sudah disusun.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program profesi ners
dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara
langsung.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang E3 RS.
Tjokrodipo Bandar Lampung untuk meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan yang mangacu kepada model praktek keperawatan
profesional (MPKP).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
:
Segalanya diberikan atau dibantu
Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
Makan memerlukan NGT
Menggunakan terapi intra vena
Pemakaian suction
Gelisah atau disorientasi
3. Metode Proses Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan
yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta berkesinambungan
dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/ klien,di mulai dari
pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah),
diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan.
Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap dalam proses
keperawatan, yaitu :
1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial
maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,
yaitu pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan
serta keperawatan
a. Pengumpulan data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan
mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif, yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif,
yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau
dari keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan
mual. Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
Pola koping sebelumnya dan sekarang
Fungsi status sebelumnya dan sekarang
Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
Resiko untuk masalah potensial
Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan
berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi
ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.
Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan
segera, mencakup kegawatan dan apabila tidak di atasi akan
menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau
kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan :
a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika
tidak di lakukan intervensi
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan
individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera
tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/
timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3) Rencana tindakan keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994). Rencana tindakan
keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien.
Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan
cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya.
Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana
asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat
dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang. (Potter,1997)
4) Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap
dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan
ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada
tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen dan
interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.
5) Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah
sebagai berikut :
Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/ rencana yang
telah disusun.
Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan
yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
a) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
b) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
c) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam
hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan
6) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
(potter 2005).
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem
dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun
pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem
pendokumentasian yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi
Pada Sumber (Source Oriented Record/ SOR). Sistem ini memberi
kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh
karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara spesifik.
Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain informasi
menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data
berada pada format yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut :
a. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/ klien, seperti : nama, alamat,
tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis pada
saat masuk rumah sakit.
b. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang
dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang
bersangkutan.
c. Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik,
kondisi kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut
d. Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi dan
evaluasi.
e. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan laboratorium,
laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital, masukan dan
haluaran cairan serta pengobatan.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling
ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar dokumentasi.
a. Ketrampilan komunikasi secara tertulis
Adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah
dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya pelayanan
keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut
untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
b. Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses
keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode
yang tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, problem
solving dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan
kerangka atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga
pencatatan hasil berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi
adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dan
metode problem solving.
c. Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi
standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan
tentang kualitas dan kuantitasdokumentasi yang dipertimbangkan
secara adekuaat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokamentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuaran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
d. Keterampilan Dalam Dokumentasi
Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5
komponen yaitu :
a) Novice (orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa
perubahan dan pembaharuan.
b) Advanced Beginer (pemula lanjut)
Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi
terhadap keprofesian mudah untuk menunjang ketrampilan dan
kemampuan pendokumentasian.
c) Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas
memberikan arahan keperawatan.
d) Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.
e) Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan
sangat diperluakan oleh seorang perawat
C. Proses Menejemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman
keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input,
proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dalam proses
manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan, dan
fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Output atau keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas
pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol dalam
proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan
prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan dan survei kendali
mutu, serta penampilan kerja perawat. Proses manajemen keperawatan dalam
aplikasi di lapangan berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga
keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah
pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen sebagaiman juga proses
keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah,
pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil.
(Gillies, 1985)
KEPALA RUANG
PASIEN
b. Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.
Gambar 2.4 Skema Model Tim
KEPALA RUANG
PASIEN PASIEN
c. Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit.
Gambar 2.5 Skema Model Primer
DOKTER KEPALA RUANG PENUNJANG
PRIMARY NURSE
PASIEN
Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a) Waktu perawatan langsung
Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
Rata-rata perawatan langsung= 4-5 jam
b) Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c) Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Rumus Douglas
∑ perawat = ∑ pasien x derajat ketergantungan
Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien
Minimal Partial care Total care
Σ care
klien Pagi Sore Mala Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
m
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
5) Pengembangan Staff.
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi
kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan
kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan
untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
a. Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi
jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi
manajemen maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan
yang dipermasalahkan.
b. Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
c. Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus
dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi
peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir
sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa
kriteria kelulusan.
d. Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh
atasan pada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai
kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan
dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan
kegiatan instansi lainnya.
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian
masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil
yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu. (Azwar, 1996). Fungsi pengawasan (controling)
merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini
mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya,
terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb)
selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang
mampu dikerjakan. Jika ada kesenjanganatau penyimpangan
diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah,
dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan
pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat
lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan
terhadap staf
Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas
yang maksimal dengan menyediakan standar keamanan minimum
Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta
reaktif
Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk
menentukan mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang
ditemukan yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
Menghargai antara standart klinis dengan standar
menggunakan sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk
menerima perawatan sesuai yang diharapkan
Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian
untuk mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan
sebagai hail pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran
yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling
tepat untuk mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi
akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program
telah dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan
menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan
dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya
telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau
bentuk promosi dan latihan lanjutan.
C. Lingkup Garapan
Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan dasar
manusia berdasarkan fokus telaah medikal bedah. Maka lingkup garapan
keperawatan medikal bedah meliputi segala gangguan/hambatan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis pada satu
atau beberapa sistem tubuh yang dialami oleh individu. Secara umum lingkup
garapan keperawatan medikal bedah adalah :
1. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama
dirawat
2. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan
memelihara status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan penyakit
3. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal
4. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.
BAB III
KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN RUANGAN
2. Ketenagaan
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan
Tabel 3.2
Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di
Ruang E3 Tahun 2019
Dr.H.farhan noor
Kepala Ruangan
2) Kapasitas Ruang E3
Ruang E3 memiliki kapasitas 26 tempat tidur dengan klasifikasi :
5 tempat tidur B1
5 tempat tidur B2
5 tempat tidur B3
5 tempat tidur B4
6 tempat tidur B5
3) Fasilitas Untuk Petugas
Ruang nurse station
Ruang pertemuan perawat
Ruang ganti perawat
Kamar mandi dan WC
Ruang administasi dengan komputer + akses internet.
Ruang kepala ruangan
Ruang dokter
b. Methods
1. Visi dan Misi
1) Visi dan Misi RSUD TJOKRODIPO
Visi Menjadi Rumah Sakit Terpercaya dan Pilihan
Utama di kota Bandar Lampung tahun 2019
Misi 1. Memberikan pelayanan kesehatan secara
profesional, bermutu, terjangkau.
2. Mengupayakan peningkatan sarana dan
prasarana Rumah Sakit yang mamadai.
3. Mewujudkan peningkatan sumber daya
manusia rumah Sakit
4. Mengembangkan system informasi Rumah
Sakit berbasis IT yang handal
REMAJA : Ramah, Efektif, Mudah, Aman,
Motto
Terjangkau
Falsafah Melayani dengan Ikhlas
2) Visi dan Misi Ruang E3
Tidak ditemukan (menurut hasil wawancara
Visi
ada)
Tidak ditemukan (menurut hasil wawancara
Misi
ada)
Tidak ditemukan (menurut hasil wawancara
Motto
ada)
Falsafah Perawat CERRIA : Cekatan, Ramah, Rapih,
Ikhlas dan Aseptik
Tujuan Perawatan Bedah :
1. Mencegah terjadinya infeksi selama dalam
perawatan
2. Mengurangi tingkat kecemasan pada pasien
dan keluarga, khususnya pada pasien peri
operatif dan post operatif
3. Menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan pasien, keluarga serta tim
kesehatan lain dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan
2. MPKP
1) Penerapan MPKP
Ruang E3 melaksanakan MPKP dengan metode Tim, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Dalam daftar dinas Ruang E3 terbagi menjadi 2 tim. Tim 1
terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang, dan Tim 2
terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang.
Pembagian pasien untuk Tim 1 bertanggung jawab untuk
kamar 1A, 1B, 1C, 1D dan 3A. Sedangkan Tim 2 bertanggung
jawab untuk kamar 2A, 2B, 3B dan Isolasi. Tersedia buku
laporan pasien untuk 2 Tim yang diisi lengkap tiap shift yang
berisi keadaan umum, pemenuhan KDM, terafi tindakan yang
sudah dan akan dilakukan pada shift berikutnya. Juga tersedia
buku TPRS, buku therafi dan buku visite untuk 2 tim.
Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi
3 shift, yaitu shift pagi dari jam 07.00 WIB – 14.00 WIB, shift
sore dari jam 14.00 WIB -21.00 WIB dan shift malam dari jam
21.00 WIB – 07.00 WIB.
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode Tim
belum optimal karena kurangnya tenaga keperawatan.
2) Discharge planning
Berdasarkan hasil angket terhadap 19 pasien, 84,21 % pasien
menyatakan bahwa perawat memberikan penjelasan kepada pasien
dan keluarga tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan
setelah pasien diperbolehkan pulang.
3) Supervisi
Hasil angket tentang kegiatan dilakukan oleh Kepala Ruangan
Nusa Indah dalam MPKP dapat disampaikan sebagai berikut :
Tabel 3.9
Hasil Kegiatan Evaluasi Kepala Ruangan Dalam MPKP di
Ruang E3Tahun 2019
No AspekYang Dinilai Nilai (%)
1 Perencanaan 59,37
2 Pengorganisasian 54,16
3 Pengarahan 61,53
4 Pengendalian 30
5 Compensasi Reward 63,88
6 Hubungan Kerja 68,75
Berdasarkan tabel 3.9 di atas, aspek pengendalian memiliki nilai
yang paling rendah (30%), penilaian dalam aspek ini meliputi
indikator mutu (BOR, TOI, ALOS, NDR, GDR, ILO), audit
dokumentasi keperawatan, survei kepuasan pasien dan survei
kepuasan perawat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pada saat Kepala
Ruangan berhalangan hadir, Kepala Ruangan mendelegasikan tugas
kepada Kepala Tim. Namun pendelegasian tugas dilakukan tanpa
dokumen tertulis.
4) Dokumentasi
Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan
terhadap 10 sampel status pasien, yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.10
Hasil Evaluasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang
E3Tahun 2019
No AspekYang Dinilai Nilai (%)
1 Pengkajian 72
2 Diagnosa Keperawatan 47,5
3 Perencanaan 77,14
4 Implementasi 30
5 Evaluasi 45
Berdasarkan tabel 3.10 di atas, seluruh dokumentasi keperawatan
pada status pasien tidak lengkap.
c. Money
Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat
langsung diperoleh melalui amprahan permintaan barang ke depo farmasi.
Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur
permintaan barang yang diajukan kebagian administasi rumah sakit.
d. Marketing
Adanya pelanggan peserta asuransi kesehatan seperti ASKES,
ASKESKIN, kontraktor dan umum.
Adanya kerjasama yang baik antara Institusi Pendidikan Kesehatan
dan Rumah Sakit untuk kegiatan praktek klinik mahasiswa.
B. Analisa SWOT
Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan) Opportunities (Kesempatan) Threats (Ancaman)
Adanya Visi dan Misi Rumah Sakit Visi dan Misi Ruangan tidak Adanya kerja sama yang baik antara Meningkatnya sikap kritis
untuk meningkatkan kualitas tersosialisasikan. institusi pendidikan kesehatan dan masyarakat terhadap mutu
pelayanan. Jumlah tenaga keperawatan jika rumah sakit dalam kegiatan praktek pelayanan kesehatan atau
Tenaga pelaksana keperawatan di dibandingkan dengan hasil klinik mahasiswa. keperawatan.
Ruang E3 terdiri dari S1 perhitungan menurut rumus Gillies Adanya kebijakan rumah sakit
keperawatan (15,38%) dan Diploma masih kurang. memberikan kesempatan bagi perawat
III keperawatan (84,62%). 92,31% tenaga perawat tidak untuk meningkatkan pendidikan.
69,23% tenaga keperawatan di pernah memperoleh
Ruang E3memiliki pengalaman pendidikan/pelatihan tambahan.
kerja > 5 tahun. BOR 3 bulan terakhir masih di
Ruangan bersih, nyaman, ventilasi bawah standar nasional (75-85%)
cukup dengan sarana dan prasara Kurang efektifnya peran kepala
cukup memadai. 56,25% perawat di ruangan dalam fungsi pengendalian
Ruang E3merasa puas dengan (kontroling) (nilai angket 30%).
kinerjanya Pendokumentasian asuhan
52,63% pasien merasa puas dengan keperawatan kurang efektif dan
mutu pelayanan keperawatan di efisien
Ruang Nusa Indah.
Dilaksanakanya MPKP dengan
metode Tim
C. Perumusan dan Prioritas Masalah
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Man
Kurangnya jumlah
tenaga pelaksana 4 4 1 1 1 11 VI
perawatan
2 Material
Tidak ada daftar pasien
yang dirawat inap di 3 2 5 3 4 17 I
Ruang E3
3 Methods
Visi dan Misi ruangan
3 3 5 3 3 15 IV
belum tersosialisasikan
Belum adanya
pendelegasian secara
tertulis dari Kepala
4 3 3 3 3 16 III
Ruangan kepada kepala
Tim, pada saat kepala
ruangan berhalangan.
Pendokumentasian
asuhan keperawatan 5 3 3 4 2 17 II
belum optimal
Keterangan :
Magnitud (Mg) : kecenderungan besar dan seringnya
kejadian
masalah
Severity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
Manageability (Mn) : kemungkinan masalah bisa dipecahkan
Nursing Consent (Nc) : melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya.
D. POA
Waktu / Penanggung
No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Media
Tempat Jawab
Tidak ada daftar pasien Membuat daftar nama Mengadakan daftar nama Kepala Ruang 3 Nov Contoh daftar
1 yang dirawat inap di pasien yang dirawat pasien diruang rawat 2019 nama pasien di
Ruang E3 ruangan
Pendokumentasian Menjadi role model Meningkatkan Perawat 3 Nov Makalah tentang
asuhan keperawatan penerapan pengetahuan tentang Pelaksana 2019 pendokumentasi
belum optimal pendokumentasian pendokumentasian an asuhan
asuhan keperawatan asuhan keperawatan keperawatan
2
Memberikan
contoh tentang
pendokumentasian
asuhan keperawatan
Belum adanya Membuat contoh surat Meningkatkan tertib Kepala Ruang, 3 Nov Contoh surat
pendelegasian secara pendelegasian tugas dokumentasi Ka.Tim 2019 pendelegasian
tertulis dari Kepala pendelegasian tugas
3
Ruangan kepada kepala
Tim, pada saat kepala
ruangan berhalangan
Struktur organisasi Membuat struktur Meningkatkan pelayanan Kepala Ruang, 3 Nov Contoh struktur
belum disesuaikan organisasi sesuai dengan asuhan keperawatan Ka.Tim, & 2019 organisasi sesuai
4 dengan MPKP metode MPKP sesuai dengan MPKP Perawat dengan MPKP
Tim metode Tim Pelaksana metode Tim
Visi dan Misi ruangan Merekomendasikan Meningkatkan Kepala Ruang, 3 Nov Mengadakan
belum tersosialisasikan bentuk tulisan visi dan pemahaman tentang visi Ka.Tim, & 2019 bentuk tulisan
misi yang tepat untuk dan misi ruangan Perawat visi dan misi
diletakkan di ruangan Pelaksana untuk
5
Mengulang visi dan diletakkan di
misi dalam bentuk ruangan
ucapan setiap ada
pertemuan
E. Penyelesaian Masalah
Masalah Tujuan Strategi Operasional Sasaran Waktu Penanggung
No
Jawab
MAN :
Kurangnya jumlah tenaga Memenuhi kebutuhan Membuat perhitungan kebutuhan Kepala Ruang, 3 Nov
pelaksana perawat tenaga sesuai dengan perawat Ka.Tim, 2019
kunjungan pasien Perawat
diruangan Pelaksana
MATERIAL
Tidak ada daftar pasien Mengadakan daftar Mengadakan contoh daftar nama Kepala Ruang 3 Nov
yang dirawat inap di Ruang nama pasien diruang pasien di ruangan 2019
E3 rawat
METHODS
1. Visi dan Misi 1. Meningkatkan 1. Mengadakan bentuk tulisan Kepala Ruang, 3 Nov
ruangan belum pemahaman tentang visi dan misi untuk diletakkan di Ka.Tim, 2019
tersosialisasikan visi dan misi ruangan ruangan Perawat
2. Meningkatkan 2. Membuat contoh surat Pelaksana
2. Belum adanya tertib dokumentasi pendelegasian
pendelegasian secara pendelegasian tugas
tertulis dari Kepala
Ruang kepada ka.Tim,
pada saat kepala ruang
berhalangan 3. Meningkatkan 3. Makalah tentang
3. Pendokumentasian pengetahuan tentang pendokumentasian asuhan
asuhan keperawatan pendokumentasian keperawatan
belum optimal asuhan keperawatan