Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KE - 7

MATA KULIAH KEPEMIMPINAN

KONFLIK YANG TERJADI SELAMA KEPEMIMPINAN NAPOLEON BONAPARTE

DISUSUN OLEH :

WULANDARI (17011032)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah

melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai

pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan

memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas

dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami

sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah

selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 29 September 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kaisar Napoleon Bonaparte, nama lahir "Napoleone di Buonaparte", adalah seorang

pemimpin militer dan politik Prancis yang menjadi terkenal saat Perang Revolusioner.

Sebagai Napoleon I, dia adalah Kaisar Prancis dari tahun 1804 sampai tahun 1814, dan

kembali pada tahun 1815. Napoleon berasal dari sebuah keluarga bangsawan lokal

dengan nama Napoleone di Buonaparte (dalam bahasa Korsika Nabolione atau

Nabulione). Napoleon memiliki pengaruh yang besar terhadap persoalan-persoalan Eropa

selama lebih dari satu dasawarsa ketika memimpin Prancis melawan koalisi dalam

Perang-Perang Napoleonis. Ia memenangkan kebanyakan dari perang-perang ini dan

hampir semua pertempuran-pertempurannya, dengan cepat memperoleh kendali Eropa

kontinental sebelum kekalahan terakhirnya pada tahun 1815. Karena merupakan salah

seorang panglima terhebat dalam sejarah, kampanye-kampanyenya dipelajari di sekolah-

sekolah militer di seluruh dunia dan ia tetap salah satu tokoh politik yang paling terkenal

dan memicu perdebatan dalam sejarah Barat.

Dalam persoalan-persoalan sipil, Napoleon mempunyai sebuah pengaruh yang besar dan

lama dengan membawa pembaruan liberal ke negara-negara yang ia taklukkan, terutama

ke Negara-Negara Rendah, Swiss, Italia, dan sebagian besar Jerman. Ia melaksanakan

kebijakan-kebijakan liberal pokok di Prancis dan di seluruh Eropa Barat. Prestasi

hukumnya yang kekal adalah Kitab Undang-undang Napoleon, yang telah digunakan
dalam berbagai bentuk oleh seperempat sistem hukum dunia, dari Jepang sampai Quebec.

Dalam organisasi militer, Napoleon mengenalkan istilah korps, yang terdiri atas

kumpulan divisi. Pembentukan korps ini juga didukung oleh besarnya pendaftaran tentara

yang mengakibatkan jumlah tentara menjadi membengkak, sehingga diperlukan suatu

kesatuan tentara yang lebih besar dari divisi. Napoleon juga dikenal dengan penggunaan

artileri secara besar-besaran untuk menghancurkan tentara musuh, ketimbang

menggunakan tentara infantri secara langsung. Dalam pemilihan artileri, Napoleon

memilih artileri yang memiliki mobilitas tinggi agar bisa mendukung taktik manuver

yang sering digunakannya dalam pertempuran. Salah satu artileri yang sering digunakan

adalah meriam Sistem Tahun XI yang sebenarnya lebih merupakan inovasi dari meriam

Sistem Gribeauval.

1.2 Rumusan Masalah

1. Siapa sajakah yang terlibat didalam konflik tersebut ?

2. Sejauh apa konflik tersebut merugikan para pihak ?

3. Berapa lama konflik tersebut berlangsung ?

4. Bagaimanakah pemecahan konflik-konflik tersebut ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui siapa sajakah yang terlibat didalam konflik

2. Mengetahui sejauh mana konflik tersebut merugikan para pihak

3. Berapa lama konflik tersebut berlangsung

4. Mengetahui bagaimanakah pemecahan konflik-konflik tersebut.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan teori

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,

konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di

mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau

membuatnya tidak berdaya.

 Konflik Menurut Robbin

Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks,

yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di

sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik.

Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:

1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik

itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik

disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini

merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan,

keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap

kebutuhan dan aspirasi karyawan.


2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View). Pandangan ini menyatakan

bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok

atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di

dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar

anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna

mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan

sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau

organisasi.

3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong

suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi

yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak

aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu

dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di

dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.

 Penyebab konflik

 Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan

yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau

lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani

hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika

berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan

berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
 Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang

berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian

kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan

perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

 Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh

sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki

kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi

untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal

pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang

menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para

petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat

kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya

diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,

hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada

perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan

mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula

menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar

kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh

dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh
menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar

untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

 Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung

cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.

Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak

akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang

biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-

nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja

dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser

menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai

kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang

cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan

istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak,

akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya

penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan

masyarakat yang telah ada.

 Macam-macam konflik berdasarkan pihak yang terlibat di dalamnya

1. Konflik dalam diri individu (conflict within the individual), adalah konflik yang terjadi

karena memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang

terlampau banyak untuk di tinggalkan.


2. Konflik antar-individu (conflict among individual), adalah konflik yang terjadi karena

adanya perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.

3. Konflik antar individu dan kelompok (conflict among individual and groups), adalah

konflik yang terjadi karena terdapat individu yang gagal beradaptasi dengan norma-

norma kelompok dimana tempat ia bekerja.

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict among groups in the same

organization) adalah konflik yang terjadi karena setiap kelompok memiliki tujuan

tersendiri dan berbeda yang ingin di capai.

5. Konflik antar organisasi (conflict among organization), adalah konflik yang terjadi

karena tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi yang menimbulkan dampak

negatif bagi anggota organisasi lain.

6. Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among individual in

different organization), adalah konflik yang terjadi karena sikap atau perilaku anggota

organisasi yang berdampak negatif anggota organisasi lain.

 Macam-macam konflik berdasarkan fungsinya

1. Konflik konstruktif, adalah konflik yang mempunyai nilai positif kepada pengembangan

organisasi.

2. Konflik destruktif, adalah konflik yang memiliki dampak negatif kepada pengembangan

organisasi.
 Macam-macam konflik berdasarkan posisi seseorang dalam struktur organisasi

1. Konflik vertikal, adalah konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki jabatan yang

tidak sama dengan dalam organisasi.

2. Konflik horizontal, adalah konflik yang terjadi karena memiliki kedudukan/jabatan yang

sama atau setingkat dalam organisasi.

3. Konflik garis staf, adalah konflik yang terjadi karyawan yang memegang posisi

komando, dengan pejabat staf sebagai penasehat dalam organisasi.

4. Konflik peran, adalah konflik yang terjadi karena individu memiliki peran yang lebih dari

satu.

 Macam-macam konflik berdasarkan dampak yang timbul

1. Konflik fungsional, adalah konflik yang memberikan manfaat atau keuntungan bagi

organisasi yang dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik.

2. Konflik Infungsional, adalah konflik yang dampaknya merugikan orang lain.

 Macam-macam konflik berdasarkan sumber konflik

1. Konflik tujuan, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan individu, organisasi

atau kelompok yang memunculkan konflik

2. Konflik peranan, adalah konflik yang terjadi karena terdapat peran yang lebih dari satu.

3. Konflik nilai, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan nilai yang dianut oleh

seseorang berbeda dengan nilai yang dianut oleh organisasi atau kelompok.

4. Konflik kebijakan, adalah konflik yang terjadi karena individu atau kelompok tidak

sependapat dengan kebijakan yang diambil oleh organisasi.


 Macam-macam konflik berdasarkan bentuknya

1. Konflik realistis, adalah konflik yang terjadi karena kekecewaan individu atau kelompok

atas tuntutannya.

2. Konflik nonrealistif, adalah konflik yang terjadi karena kebutuhan yang meredakan

ketegangan.

 Macam-macam konflik berdasarkan tempat terjadinya

1. Konflik in-group, adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri

2. Konflik out-group, adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat

dengan suatu kelompok atau masyarakat lain.


BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam pembuatan tugas ini, saya menggunakan beberapa metode deskriptif dalam pengumpulan

data diantaranya yaitu melalui :

1. Pengadaan diskusi terkait masalah yang berhubungan dengan kasus yang diberikan

2. Dengan mencari informasi dan referensi melalui situs situs yang ada di internet
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Siapa sajakah yang terlibat dalam konflik

Napoleon Bonaparte adalah ahli strategi perang terbaik sepanjang sejarah. Ia menjadi

panutan para jenderal dan panglima di zona pertempuran, bahkan hingga ratusan tahun

kemudian.

Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori

kaum pendukung royalis atau kerajaan dengan cara yang sangat mengejutkan: menembakkan

meriam di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon berusia

26 tahun.

Kemudian ia berhasil membawa kemenangan gilang gemilang Prancis atas Austria dan

Prusia, bahkan nyaris menguasai seluruh daratan Eropa, dengan jalan mengobarkan perang

maupun diplomasi. Pria Korsika itu melakukan setidaknya dua kesalahan fatal. Salah satunya

ketika ia menggiring pasukannya, Grande Armée menyeberangi Sungai Niemen ke Rusia.

Invasi yang diharapkan berakhir dengan kemenangan besar itu justru berubah jadi

malapetaka. Hari itu, 14 September 1812, pasukan Kaisar Prancis itu memasuki Moskow.

Hanya sedikit dari 275 ribu warganya yang masih ada, tak ada satupun tentara Rusia yang

tertinggal. Nyaris kosong melompong.  Kondisi tersebut jelas di luar dugaan. Napoleon

menginvasi Rusia dengan maksud memaksa Tsar Alexander I tetap mengikuti sistem

kontinental yang diterapkannya dan memperkecil kemungkinan ancaman Rusia yang akan
menginvasi Polandia. Namun, Alexander I menolak, sebab sistem itu bakal menghancurkan

perekonomian Rusia. Sebelumnya, pada 24 Juni 1812, Napoleon memerintahkan Grande

Armée, kekuatan militer terbesar di Eropa pada masanya, untuk menyerbu Rusia. Pasukan itu

terdiri atas lebih dari 500 ribu serdadu. Tak hanya dari Prancis tapi dari Prusia, Australia, dan

negara lainnya yang berada di bawah kekuasaan Napoleon. Rekam jejak keberhasilan militer

pria yang lahir pada 1769 itu terletak pada memobilisasi pasukannya dengan cepat dan

menyerang seketika. Namun, itu ternyata tak mempan di Rusia. Padahal Moskow adalah

target invasi Prancis kala itu, setelah Rusia kalah dalam Pertempuran Borodino. Napoleon

mengira, dengan merebut kota itu, Alexander I akan dipaksa takluk. Namun nyaris tak ada

apapun di kota itu. Para pejabat tsar kabur, tak ada persediaan bahan pangan untuk disantap

pasukan yang lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Sang panglima besar pun menempati

sebuah rumah di luar Moskow. Rusia ternyata menerapkan strategi membumihanguskan kota

sambil mundur teratur. Dua jam setelah tengah malam, kebakaran melanda Moskow.

Napoleon segera menuju Istana Kremlin, di mana pria itu menyaksikan api yang terus

berkobar dan membesar. Laporan-laporan aneh bermunculan, yang mengatakan para patriot

Rusia menyulut api. Tiba-tiba kebakaran terjadi di Kremlin, diduga dilakukan oleh polisi

militer Rusia yang segera dieksekusi setelah tertangkap. Dengan kebakaran yang kian hebat,

Napoleon dan para pengikutnya dipaksa melarikan diri ke pinggiran Moskow. Mereka nyaris

tewas tercekik asap. Tiga hari kemudian, api padam, dua pertiga kota binasa, tinggal abu dan

debu gosong. Buntut dari bencana itu, Napoleon masih berharap Alexander akan

menawarkan perdamaian "Saudaraku yang terhormat. Moskow yang indah dan magis tak

bersisa lagi. Bagaimana bisa Anda mengirim kota terindah di dunia itu menuju ke

kehancuran, sebuah kota yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk membangunnya?,"
tulis Napoleon dalam surat untuk Tsar Alexander, seperti dikutip dari situs History, Selasa

(13/9/2016). Api diduga dikobarkan atas perintah Gubernur Jenderal Moskow, Feodor

Rostopchin -- meski yang bersangkutan menolak tuduhan itu. Siapapun yang melakukannya,

Alexander mengatakan, bumi hangus atas Moskow justru telah 'menerangi jiwanya'. Ia tak

sudi bernegosiasi dengan Napoleon.

Jadi yang terlibat dalam konflik ini yaitu Austria, Prusia, Tsar Alexander (Rusia)

4.2 Sejauh apa konflik tersebut merugikan para pihak

Sebulan penuh menunggu penyerahan kekuasaan Rusia dalam kesia-

siaan, Napoleon terpaksa balik kanan. Ia memimpin pasukannya yang lapar dan lelah

bertolak dari Moskow yang tinggal puing. Tak disangka, tentara pimpinan Komandan Rusia,

Jenderal Mikhail Kutuzov muncul dan mengobarkan pertempuran pada 19 Oktober 1812 di

Maloyaroslavets. Grande Armée yang kocar-kacir akhirnya mundur dari lokasi yang subur di

wilayah selatan. Saat manuver mundur itulah, tentara Napoleon terus-terusan menderita

akibat gempuran pasukan Rusia yang tanpa ampun. Tak berdaya akibat kelaparan, suhu beku

di bawah nol derajat Celcius, dan tombak mematikan Cossack, pasukan Napoleon mencapai

Sungai Berezina akhir bulan November, dekat perbatasan dengan Prancis yang diduduki

Lithuania. Namun, sungai yang awalnya beku tiba-tiba mencair, air deras menggelegak,

sementara pihak Rusia telah menghancurkan jembatan di Borisov. Para insinyur Napoleon

kemudian masih sempat membangun dua jembatan penyeberangan di Studienka. Namun,

desakan Rusia memaksa pihak Prancis membakar infrastruktur penghubung itu

meninggalkan 10 ribu serdadu yang terjebak di sisi lainnya. Meski tentara tsar tak sampai

menyerang, mereka yang tertinggal mengalami penderitaan tak terkira akibat tak ada
makanan, tubuh yang payah, dan udara yang beku. Pada Desember tahun itu, Napoleon

meninggalkan pasukannya menuju Paris. Kabar berembus bahwa sang kaisar tewas dan para

jenderalnya melancarkan kudeta yang gagal. Napoleon ternyata melakukan

perjalanan incognito di seluruh Eropa, hanya disertai segelintir pembantunya. Ia mencapai

Paris pada 18 Desember 1812. Enam hari kemudian, Grande Armée akhirnya lolos dari

Rusia, setelah babak belur dan kehilangan lebih dari 400 ribu tentara selama invasi yang

berujung kekalahan telak. Mengetahui kekalahan Napoleon Bonaparte, wilayah Eropa lain

pun bangkit untuk mengalahkan Napoleon pada tahun 1814. Buntut dari kekalahannya,

Napoleon diasingkan ke Pulau Elba. Namun, ia berhasil melarikan diri ke Prancis pada awal

1815 dan membentuk pasukan baru yang menikmati kesuksesan sekilas sebelum kekalahan

yang menyakitkan di Waterloo pada bulan Juni 1815 -- yang konon tak lepas dari campur

tangan alam: amuk Gunung Tambora di Sumbawa, Indonesia. Napoleon kemudian

diasingkan ke pulau terpencil Saint Helena, di mana ia meninggal enam tahun kemudian.

4.3 Berapa lama konflik tersebut berlangsung

Konflik ini berlangsung dari tahun 1812-1815. Dimana pada tahun 1815 menjadi kekalahan

telaknya dalam perang Waterloo.

4.4 Bagaimanakah pemecahan konfli-konflik tersebut

Tak berdaya akibat kelaparan, suhu beku di bawah nol derajat Celcius, dan tombak mematikan

Cossack, pasukan Napoleon mencapai Sungai Berezina akhir bulan November, dekat perbatasan

dengan Prancis yang diduduki Lithuania. Namun, sungai yang awalnya beku tiba-tiba mencair,

air deras menggelegak, sementara pihak Rusia telah menghancurkan jembatan di Borisov. Para
insinyur Napoleon kemudian masih s empat membangun dua jembatan penyeberangan di

Studienka. Namun, desakan Rusia memaksa pihak Prancis membakar infrastruktur penghubung

itu meninggalkan 10 ribu serdadu yang terjebak di sisi lainnya. Meski tentara tsar tak sampai

menyerang, mereka yang tertinggal mengalami penderitaan tak terkira akibat tak ada makanan,

tubuh yang payah, dan udara yang beku. Pada Desember tahun itu, Napoleon meninggalkan

pasukannya menuju Paris. Kabar berembus bahwa sang kaisar tewas dan para jenderalnya

melancarkan kudeta yang gagal. Napoleon ternyata melakukan perjalanan incognito di seluruh

Eropa, hanya disertai segelintir pembantunya. Ia mencapai Paris pada 18 Desember 1812. Enam

hari kemudian, Grande Armée akhirnya lolos dari Rusia, setelah babak belur dan kehilangan

lebih dari 400 ribu tentara selama invasi yang berujung kekalahan telak. Mengetahui

kekalahan Napoleon Bonaparte, wilayah Eropa lain pun bangkit untuk mengalahkan Napoleon

pada tahun 1814. Buntut dari kekalahannya, Napoleon diasingkan ke Pulau Elba. Namun, ia

berhasil melarikan diri ke Prancis pada awal 1815 dan membentuk pasukan baru yang menikmati

kesuksesan sekilas sebelum kekalahan yang menyakitkan di Waterloo pada bulan Juni 1815.

Napoleon kemudian diasingkan ke pulau terpencil Saint Helena, di mana ia meninggal enam

tahun kemudian.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Napoleon adalah seorang yang besar visi dan imajinasinya. Selama pemerintahannya sebagai

kaisar, ia memiliki kelebihan akan visi tentang kemuliaan-Nya. Juga ia merancang taktik militer

revolusioner yang baik di depan untuk setiap pemimpin militer pada masanya.Sekali lagi, kita

melihat bahwa kepemimpinan dengan visi sangat penting. Sebelum Anda dapat memimpin

orang-orang, orang juga perlu mengetahui dari mana Anda memimpin mereka. Bersiaplah untuk

berbagi visi organisasi Anda setiap saat, karena itu mengilhami orang untuk pergi jauh bersama

Anda. Napoleon melihat pentingnya ketekunan dalam mencapai kemenangan. Kita akan melihat

bahwa sebagian jelas dalam bukunya ia akan datang kembali untuk mengambil alih tahta

Perancis bahkan setelah dia diasingkan.

Anda mungkin juga menyukai