Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL NAFAS

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Gawat Darurat

DISUSUN OLEH :
OKTARIA PUSPASARI
201920729147

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

FAKULTAS KESEHATAN

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL NAFAS

I. KONSEP PENYAKIT

A. Definisi

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan

oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang

adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997).

Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan pertukaran O2

dan CO2 dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heri

Rokhaeni, dkk, 2001)

Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam

paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbon

dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50

mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg

(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).

Klasifikasi gagal nafas:

Tipe I : Disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia : PaO2 rendah dan PCO2

normal. Gagal napas hipoksemia (tipe I) ditandai dengan menurunnya tekanan arterial

oksigen (Pa O2) hingga di bawah 60 mm Hg dengan tekanan arterial karbon dioksida

yang normal atau rendah (Pa CO2). Ini merupakan bentuk paling umum dari gagal napas

dan dapat diasosiasikan dengan segala bentuk penyakit paru yang akut, yang secara

menyeluruh melibatkan pengisian cairan pada unit alveolus atau kolaps dari unit alveolus.

Beberapa contoh dari gagal napas tipe I adalah edema paru kardiogenik atau

nonkardiogenik, pneumonia, dan perdarahan pulmoner.


Tipe II : Disebut gagal nafas Hiperkapnu hipoksemia : PaO2 rendah dan PCO2

Tinggi. Gagal napas hiperkapnia (tipe II) ditandai dengan meningkatnya PaCO2melebihi

50 mm Hg. Hipoksemia biasa terjadi pada pasien dengan gagal napas tipe ini yang

bernapas dengan udara ruangan. Keasaman atau pH bergantung pada kadar bikarbonat,

yang kembali lagi bergantung pada durasi hiperkapnia. Etiologi umum termasuk

overdosis obat, penyakit neuromuskular, abnormalitas dinding dada, dan gangguan jalan

napas berat (contohnya padaasma dan PPOK/penyakit paru obstruktif kronis).

B. ETIOLOGI

1. Depresi sistem saraf pusat

Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang

mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)

sehingga pernafasan lambat dan dangkal.

2. Kelainan neurologis primer

Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat

pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf

spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan

medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi

pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks

Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi

paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit

pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.

4. Trauma

Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.


Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari

hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi

pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan

mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah

pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang

mendasar.

5. Penyakit akut paru

Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia

diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang

bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah

beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

Penyebab gagal nafas bersdasrkan lokasi adalah :

1. Penyebab sentral

a. trauma kepala : contusio cerebri

b. radang otak : encephaliti

c. gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak

d. Obat-obatan : narkotika, anestesi

2. Penyebab perifer

a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans

b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale

c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS

d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks

e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri (harsono, 1996).


C. MANIFESTASI KLINIS

1. Tanda
Gagal nafas total
 Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
 Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela
iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
 Adanya kesulitasn inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi
buatan

Gagal nafas parsial


 Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan
whizing.
 Ada retraksi dada
2. Gejala
 Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
 Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2
menurun)

D. PATOFISIOLOGI/PATHWAY

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana

masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal

nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional

sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien

dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam

(penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan

hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-
paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan

yang ireversibel.

Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan

normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi

bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan.

Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).

Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi

obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di

bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala,

stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai

kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan

dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat

karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan

meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru

dapat mengarah ke gagal nafas akut.


PHATWAY GAGAL NAFAS
- Trauma
- depresi system saraf pusat
- penyakit akut paru
- kelainan neurologis
- efusi pleura,hemotokrat dan pneumotorka

Gg saraf pernafasan dan otot pernafasan

↑ permeabilitas membrane alveolan kafiler

Gg evitalium slveolar gg endothalium


↓ kapiler
kelebiham
Odema paru→ ↓
volume cairan
↓ cairan masuk ke intertisial
↓comlain paru ↓
↓ ↑ tahanan jalan nafas
↓ cairan surfaktan ↓
↓ kehilangan fungsi silia sal pernafasan
Gg pengembangan paru ↓
Kolap alveoli
bersihan jalan nafas tidak efektif

↓ ekspansi paru
Ventilasi dan perfusi ↓
Tidak seimbang pola nafas tidak efektif

Terjadi hipoksemia/hiperkapnia
gg pertukaran gas

↓O2 dan CO2→ dyspenia,sianosis → ↓curah jantung→
gg perfusi jaringan
Sumber : ((harsono, 1996)\
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemerikasan gas-gas darah arteri

Hipoksemia

Ringan : PaO2 < 80 mmHg

Sedang : PaO2 < 60 mmHg

Berat : PaO2 < 40 mmHg

2. Pemeriksaan rontgen dada

Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

• Hemodinamik

Tipe I : peningkatan PCWP

• EKG

Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan Disritmia

F. KOMPLIKASI

Komplikasi pada gagal napas dapat terjadi baik akibat kondisi penyakit maupun akibat

terapi yang diberikan.

 Komplikasi Paru

Komplikasi paru yang terjadi umumnya berkaitan dengan tindakan ventilasi

mekanik yang diberikan kepada pasien. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi

adalah:

- Ventilator-associated pneumonia

- Disfungsi diafragma akibat penggunaan ventilator

- Barotrauma paru, misalnya pneumothoraks

- Emboli paru

- Fibrosis paru
- Ruptur pembuluh darah paru

- Cedera jalan napas

- Fistula jalan napas (misalnya fistula trakeoesofagus)

- Stenosis jalan napas [3]

 Komplikasi Jantung

- Hipotensi

- Gangguan irama jantung

- Penyakit jantung iskemik

- Hipertensi pulmonal

- Cor pulmonale pada gagal napas kronis

 Komplikasi Gastrointestinal dan Ginjal

- Distensi saluran cerna hingga pneumoperitoneum akibat ventilasi mekanik [8]

- Stress ulcer

- Acute kidney injury, umumnya terkait sepsis

 Komplikasi Infeksi

- Infeksi nosokomial akibat penggunaan ventilator, kateter urin, maupun kanul

intravena dalam waktu lama

- Sinusitis

- Sepsis
G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
1. Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal

prong

2. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP

3. Inhalasi nebuliser

4. Fisioterapi dada

5. Pemantauan hemodinamik/jantung

6. Pengobatan Brokodilator Steroid

7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Pimary survey
PENGKAJIAN KEGAWAT DARURATAN
1. Airway
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan
c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS, dengan
memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.
5. Eksposure
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat, tampak
lemah, adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara objektif.

Pemeriksaan fisik :
b. Secondary survey

(Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes, 2000)


1. Sistem kardiovaskuler
Tanda : Takikardia, irama ireguler
S3S4/Irama gallop
Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung
menandakan udara di mediastinum)
TD : hipertensi/hipotensi
2. Sistem pernafasan
Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru ,
keganasan, “lapar udara”, batuk
Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori,
penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan
di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan
(hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi
thorak.
3. Sistem integumen
cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung,
stupor
4. Sistem musculoskeletal
Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2- 4.
5. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
6. Sistem gastrointestinal
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.
7. Sistem neurologi
Sakit kepala
8. Sistem urologi
Penurunan haluaran urine
9. Sistem reproduksi
Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada gangguan pada
rahim/serviks.
10. Sistem indera
 Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau tanpa
kebutaan tiba-tiba.
 Pendengaran : telinga berdengung
 Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
 Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
 Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap
panas/dingin tajam/tumpul baik.
11. Sistem abdomen
Biasanya kondisi disertai atau tanpa demam.
12. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar
ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
13. Keamanan
Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat
radiasi/kemoterapi
14. Penyuluhan/pembelajaran - Gejala : riwayat factor resiko keluarga
dengan tuberculosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas

2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi


sekunder terhadap hipoventilasi

4. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

5. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung


C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnose Tujuan/KH Intervensi Rasional
Tidak Setelah dilakukan 1. Catat perubahan 1. otot-otot
efektifnya jalan
nafas tindakan dalam bernafas interkostal/abdominal/leher
berhubungan keperawatan jalan dan pola dapat meningkatkan usaha
dengan
hilangnya nafas efektif nafasnya dalam bernafas
fungsi jalan Tujuan : 2. Observasi dari 2. Pengembangan dada dapat
nafas,
peningkatan - Pasien dapat penurunan menjadi batas dari
sekret mempertahankan pengembangan akumulasi cairan dan
pulmonal,
peningkatan jalan nafas dengan dada dan adanya cairan dapat
resistensi jalan bunyi nafas yang peningkatan meningkatkan fremitus
nafas
jernih dan ronchi (- fremitus – 3.Suara nafas terjadi karena
) 3. Catat adanya aliran udara
- Pasien bebas dari karakteristik dari melewati batang tracheo
dispneu suara nafas branchial dan juga karena
- Mengeluarkan 4. Catat adanya cairan, mukus atau
sekret tanpa karakteristik dari sumbatan lain dari saluran
kesulitan batuk nafas
5. Pertahankan 4.Karakteristik batuk dapat
posisi merubah ketergantungan
tubuh/posisi pada penyebab dan etiologi
kepala dan dari jalan nafas.
gunakan jalan Adanya sputum dapat
nafas tambahan dalam jumlah yang banyak,
bila perlu tebal dan purulent
6. Kaji kemampuan 5.Pemeliharaan jalan nafas
batuk, latihan bagian nafas
nafas dalam, dengan paten
perubahan posisi 6.Penimbunan sekret
dan lakukan mengganggu ventilasi dan
suction bila ada predisposisi perkembangan
indikasi atelektasis dan infeksi paru
7. Peningkatan oral 7.Peningkatan cairan per oral
intake jika dapat mengencerkan
memungkinkan sputum
Kolaboratif 8.Mengeluarkan sekret dan
8. Berikan oksigen, meningkatkan transport
cairan IV ; oksigen
tempatkan di 9.Dapat berfungsi sebagai
kamar humidifier bronchodilatasi dan
sesuai indikasi mengeluarkan secret
9. Berikan therapi 10.Meningkatkan drainase
aerosol, secret
ultrasonik paru, peningkatan efisiensi
nabulasasi penggunaan otot
10. Berikan otot pernafasan
fisiotherapi
11.Diberikan untuk
dada misalnya :
postural mengurangi bronchospasme,
drainase, menurunkan viskositas sekret
perkusi
dan meningkatkan
dada/vibrasi
jika ada
indikasi
11. Berikan
bronchodilator
misalnya :
aminofilin,
albuteal dan
mukolitik

2. Pola nafas Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi,


tidak efektif tindakan kedalaman dan
b.d keperawatan kualitas
penurunan pasien dapat pernapasan serta
ekspansi paru mempertahankan pola pernapasan.
pola 2. Kaji tanda vital
pernapasan yang dan tingkat
efektif kesasdaran
Kriteria Hasil : setaiap jam dan
Pasien prn
menunjukkan 3. Monitor
•Frekuensi, irama pemberian
dan trakeostomi bila
kedalaman PaCo2 50
pernapasan mmHg atau
normal PaO2< 60
•Adanya mmHg
penurunan 4. Berikan oksigen
dispneu dalam bantuan
•Gas-gas darah ventilasi dan
dalam batas humidifier
normal sesuai dengan
pesanan
5. Pantau dan catat
gas-gas darah
sesuai indikasi :
kaji
kecenderungan
kenaikan PaCO2
atau
kecendurungan
penurunan PaO2
6. Auskultasi dada
untuk
mendengarkan
bunyi nafas
setiap 1 jam
7. Pertahankan
tirah baring
dengan kepala
tempat tidur
ditinggikan 30
sampai 45
derajat untuk
mengoptimalkan
pernapasan
8. Berikan
dorongan utnuk
batuk dan napas
dalam, bantu
pasien untuk
mebebat dada
selama batuk
9. Instruksikan
pasien untuk
melakukan
pernapasan
diagpragma atau
bibir
10. Berikan
bantuan
ventilasi
mekanik bila
PaCO > 60
mmHg. PaO2
dan PCO2
meningkat
dengan
frekuensi 5
mmHg/jam.
PaO2 tidak
dapat
dipertahankan
pada 60 mmHg
atau lebih, atau
pasien
memperlihatkan
keletihan atau
depresi mental
atau sekresi
menjadi sulit
untuk diatasi.

3. Gangguan Setelah diberikan 1. Kaji terhadap 1. Takipneu adalah


pertukaran tindakan tanda dan gejala mekanisme kompensasi
gas keperawatan hipoksia dan untuk hipoksemia dan
berhubungan pasien dapat hiperkapnia peningkatan usaha nafas
dengan mempertahankan 2. Kaji TD, nadi 2. Suara nafas
abnormalitas pertukaran gas apikal dan mungkin tidak sama atau
ventilasi- yang tingkat tidak ada ditemukan.
perfusi adekuat kesadaran setiap[ Crakles terjadi karena
sekunder Kriteria Hasil : jam dan prn, peningkatan cairan di
terhadap Pasien mampu laporkan permukaan jaringan yang
hipoventilasi menunjukkan : perubahan disebabkan oleh
•Bunyi paru tingkat peningkatan permeabilitas
bersih kesadaran pada membran alveoli, kapiler.
•Warna kulit dokter. 3. Wheezing terjadi karena
normal 3. Pantau dan catat bronchokontriksi atau
•Gas-gas darah pemeriksaan gas adanya mukus pada jalan
dalam batas darah, kaji nafas
normal untuk adanya 4. Selalu berarti bila
usia yang kecenderungan diberikan oksigen
diperkirakan kenaikan dalam (desaturas 5 gr dari Hb)
PaCO2 atau sebelum cyanosis muncul.
penurunan dalam Tanda cyanosis dapat
PaO2 dinilai pada
4. Bantu dengan mulut, bibir
pemberian yang indikasi adanya
ventilasi hipoksemia sistemik,
mekanik sesuai cyanosis perifer seperti
indikasi, kaji pada kuku dan ekstremitas
perlunya CPAP adalah vasokontriksi
atau PEEP. 5. Hipoksemia dapat
5. Auskultasi dada menyebabkan iritabilitas
untuk dari miokardium
mendengarkan
bunyi nafas 6. Menyimpan tenaga pasien,
setiap jam mengurangi penggunaan
6. Tinjau kembali oksigen
pemeriksaan 7. Memaksimalkan
sinar X dada pertukaran oksigen secara
harian, terus menerus dengan
perhatikan tekanan yang sesuai
peningkatan atau 8. Peningkatan ekspansi
penyimpangan paru meningkatkan
7. Pantau irama oksigenasi
jantung 9. Memperlihatkan kongesti
8. Berikan cairan paru yang progresif
parenteral sesuai
pesanan
9. Berikan obat-
obatan sesuai
pesanan :
bronkodilator,
antibiotik,
steroid.

4. Kelebihan Setelah diberikan 1. Timbang BB tiap 1. Untuk mengetahui


volume cairan tindakan hari perkembangan bb klien
b.d. edema perawatan pasien 2. Untuk mengetahui balance
pulmo tidak cairan
terjadi kelebihan 2. Monitor input 3. Mengetahui suplai
volume cairan dan output oksigen di dalam tubuh
Kriteria Hasil : pasien tiap 1 jam 4. Mengetahui adanya
Pasien mampu 3. Kaji tanda dan odema
menunjukkan: gejala penurunan 5. Untuk memantau cairan
• TTV normal curah jantung dalam tubuh
•Balance cairan 4. Kaji tanda-tanda 6. Memnuhi kebutuhan
dalam batas kelebihan cairan dan elektrolit
normal volume : dalam tubuh
• Tidak terjadi edema, BB ,
edema CVP
5. Monitor
parameter
Hemodinamik
6. Kolaborasi untuk
pemberian
cairan dan
elektrolit
5. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
perfusi tindakan kesadaran tingkat kesadaran klien
jaringan b.d keperawatan 2. Kaji penurunan 2. Mengetahui keadaan
penurunan pasien mampu perfusi jaringan perfusi jaringan tercukupi
curah jantung mempertahankan 3. Kaji status apa tidaknya
perfusi hemodinamik 3. Untuk memantau cairan
jaringan. 4. Kaji irama EKG dalam tubuh
Kriteria Hasil : 5. Kaji system 4. Untuk mengetahui
Pasien mampu Gastrointestinal kelainan di jantung
menunjukkan 5. Untuk mengetahui
•Status adanya kelainan di
hemodinamik gastrointestinal
dalam bata
normal
• TTV normal
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

2. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M, Jakarta: EGC; 1999
(Buku asli diterbitkan tahun 1993

3. Hudak, Carolyn M, Gallo, Barbara M., Critical Care Nursing: A Holistik


Approach (Keperawatan kritis: pendekatan holistik). Alih bahasa: Allenidekania, Betty
Susanto, Teresa, Yasmin Asih. Edisi VI, Vol: 2. Jakarta: EGC;1997

4. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes.
4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun
1992)

5. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa :
Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001(Buku asli diterbitkan tahun 1999)

6. Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong, Buku-ajar Ilmu Bedah. Ed: revisi. Jakarta: EGC, 1998

7. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2001

Anda mungkin juga menyukai