Anda di halaman 1dari 6

Nama : Siska lahay

Nim : 754840118029
RANGKUMAN

A. Pengertian Sterilisasi.

Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba,
termasuk spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya dapat berupa pemanasan, pemberian
zat kimia, radiasi, atau filtrasi (Gruendemann dan Fernsebner, 2006).
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua
mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya dikombinasi dengan pengemasan
hermetic untuk mencegah kontaminasi ulang. Yang dimaksud pengemasan hermetis adalah
pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh mikroorganisme, air,
ataupun udara (Purnawijayanti, 2001).
Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 211̊ C selama
beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri patogen dan spora
bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya. Metode sterilisasi yang paling umum dilakukan
adalah menggunakan kaleng atau kemasan tetra pack (Yuyun dan Gunaisa, 2011).
Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses dengan metode tertentu dapat
memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya
mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat
bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya
tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu dijaga
terus. mengingat risiko kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada saat akan
digunakan dalam tindakan medis (Darmadi, 2008).
B. METODE STERILISASI
1. Sterilisasi filtrasi
Metode panyaringan berbeda dengan metode pemanasan. Sterilisasi dengen metode
pemanasan dapat membunuh mikroorganisme tetapi mikroorganisme yang mati tetap berada
pada meterial tersebut sedangkan sterilisasi dengan metode penyaringan mikroorganisme tetap
hidup hanya dipisahkan dari material. Bahan filter/penyaringan adalah sejenis yang berpori-pori
yang dibuat khusus dari masing-masing pabrik.(Gabriel, 1996).
Metode fitrasi ini hanya dipakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lain seperti serum
atau sterilisasi hasil produksi seperti enzim dan exotoxin dan untuk memisahkan fitrable virus
dari bacteria dan organisme lain (Gabriel, 1996).

2. Sterilisasi uap bertekanan


Sterilisasi dengan tekanan, metode sterilisasi yang biasa dilakukan untuk semua kirgi dan
instrumen genggam adalah menggunakan autoklaf uap atau kimia. Instrument yang telah
dibungkus kasa diautoklafkan selama 20 menit pada suhu 121ºC dan tekanan 15 psi. Ini
akan membunuh semua bakteri, spora, dan virus (Walton dan Torabinejad, 2008)
3. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi dengan panas kering dilakukan dengan menggunakan oven. Sterilisasi dengan
panas kering sering kali digunakan untuk mensterilkan perangkat kaca. Dalam keadaan
kering, struktur protein bersifat lebih sabil dan tidak mudah rusak sehingga untuk
mematikan organism diperlukan suhu panas kering yang jauh lebih tinggi dan lebih lama
bila dibandingkan dengan suhu pada pemanasan lembap (Gunawan A. W, 2008). Sterilisasi
panas kering dilakukan menggunakan oven pensteril (Hot Air Stelizer). Sterilisasi panas
kering ini tercapai dengan proses konduksi panas. Pada awalnya, panas diabsorbsi oleh
permukaan luar dari sebuah instrument dan kemudian dikirimkan ke lapisan berikutnya.
Pada akhirnya keseluruhan objek mencapai suhu yang di butuhkan untuk sterilisasi.
Mikrooragnisme mati pada saat penghancuran protein secara lambat oleh panas kering.
Proses sterilisasi panas kering berlangsung lebih lama dari pada sterilisasi uap, karena
kelembapan dalam proses sterilisasi uap secara pasti mempercepat penetrasi uap dan
memperpendek waktu yang di butuhkan untuk membunuh mikroorganisme (Tietjen, 2004).

maka metode ini dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan.
Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik. Kondisi yang dibutuhkan untuk
sterilisasi panas kering dengan menggunakan oven steril adalah:
 Suhu 171oC, waktu 1 jam
 Suhu 160oC, waktu 2 jam
 Suhu 150oC, waktu 2,5 jam
 Suhu 140oC, waktu 3 jam
 Suhu 121oC, waktu semalaman (Razuna, 2010).
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai
kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba mati
(Razuna, 2010).

4. Sterilisasi kimia
Selain penguapan tekanan tinggi atau sterilisasi panas kering sebagai alternative adalah
sterilisasi kimia (sterilisai dingin). Apabila objek harus disterilisasi, sedangkan bila
mempergunakan uap tekanan tinggi atau sterilisasi panas-kering akan merusak objek
tersebut atau apabila peralatan tidak tersedia, maka objek itu dapat disterilkan secara kimia
(Tietjen, 2004).

Sejumlah disenfektan tingkat tinggi akan membunuh endospora setelah paparan


berkepanjangan (10-24 jam). Disenfektan umum yang dapat digunakan untuk sterilisasi
berlangsung dengan merendamnya selama sekurang-kurangnya 10 jam dalam larutan
glutaraldehid 2-4 % atau setidaknya 24 jam dalam larutan formaldehid 8%. Glutaraldehid,
seperti Cidex, seringkali jarang tersedia dipasaran dan harganya sangat mahal, tetapi larutan
ini satu-satunya sterilan yang praktis untuk instrument tertentu, seperti laparoskop yang
tidak dapat dipanaskan. Baik glutaraldehid maupun formaldehid membutuhkan penanganan
khusus dan meninggalkan sisa pada instrument yang sudah ditangani. Oleh karena itu
membilas dengan air steril adalah suatu keharusan apabila instrument itu hendak dijaga tetap
steril. Juga apabila tidak dibilas sisa ini akan menggangu (menyebabkan lengket) bagian
geser laparoskop dan juga akan memperkeruh lensa alat tersebut (Tietjen, 2004).

5. Sterilisasi radiasi
Sterilisasi radiasi dapat dilakukan dengan menggunakan radiasi sebagai berikut:

a. Ultraviolet
Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 100-400 mm
dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah lampu uap merkuri dengan daya
tembus hanya 0,01-0,2 mm. Ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruangan pada
penggunaan aseptik (Lukas, 2006).
b. Ion
Mekanisme mengikutitori tumbukan yaitu sinar langsung menghantam pusat kehidupan
mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung dengan sinar terlebih dahulu membentuk
molekul dan mengubahnya menjadi bentuk radikatnya yang menyebabkan terjadinya reaksi
sekunder pada bagian molekul DNA mikroba (Lukas, 2006).
c. Gamma
Gamma bersumber dari Co60 dan Cs137 dengan aktivitas sebesar 50-500 kilo curie serta
memiliki daya tembus sangat tinggi. Dosis efektifitasnya adalah 2,5 MRad. Gamma
digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari logam, karet serta bahan sintesis
seperti polietilen (Lukas, 2006).
6. Kontaminasi
1. Kontaminasi adalah terjadinya pencemaran oleh kontaminan. Komponen yang
menjadi penyebab kontaminasi sangat beragam, baik yang berupa benda mati atau
mahluk hidup. Kotoran dan senyawa kimia merupakan benda mati yang berperan
sebagai kontaminan, sedangkan mikroba merupakan kontaminan berupa mahluk hidup.
Kontaminasi sering terjadi dalam berbagai tahapan kegiatan. Dalam mikrobiologi
perairan, kontaminasi umumnya disebabkan oleh kehadiran mikroba yang tidak
diharapkan. Ikan, produk perikanan, pekerja dan peralatan yang digunakan dapat
mengalami kontaminasi oleh mikroba yang tidak diinginkan kehadirannya. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya kontaminan adalah sterilisasi,
baik terhadap bahan, peralatan atau pekerja yang terlibat.

DAFTAR PUSTAKA

Gruendemann, B.J., dan Fernsebner, B. 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif


Kedokteran EGC. Jakarta
Purnawijayanti, H. A. 2001. Sanitasi, Higine dan keselamatan kerja dalam pengolahan
makanan. Kanisius. Yogyakarta

Yuyun, A., dan Gunaisa, D. 2011. Cerdas mengemas produk makanan & minuman.
AgromediaPustaka. Jakarta
Darmadi. 2008 . Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Salemba Medika.
Jakarta.

Tietjen, Linda. Debora Bossemeyer. Noel Mc Intosh. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi
untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo : Jakarta.

Razuna. 2010. Sterilisasi Peralatan. http://nikku92.wordpress.com/. Diakses 23

Maret 2011 pukul 05:24 WITA di Samarinda.


Lucas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Andi : Yogyakarta

Walton, R.E., dan Torabinejad, M. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia Edisi Tiga.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai