Anda di halaman 1dari 32

SPESIFIKASI UMUM

BIDANG JALAN DAN JEMBATAN

DIVISI 6
PERKERASAN BERASPAL

Desember 2007

PUSAT LITBANG JALAN DAN JEMBATAN


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

SEKSI 6.3
CAMPURAN BERASPAL PANAS

6.3.1 UMUM
1) Uraian
a) Yang dimaksud dengan campuran beraspal panas adalah campuran yang terdiri atas kombinasi
agregat yang dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan di Unit Pencampur Aspal
(UPA) sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk
mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur
dan mengerjakannya, maka kedua-duanya dipanaskan masing-masing pada temperatur
tertentu.
b) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pembuatan lapisan campuran beraspal panas
untuk lapis perata, lapis fondasi, lapis permukaan antara dan lapis aus, yang dihampar dan
dipadatkan di atas lapis fondasi atau dan permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan
spesifikasi ini dan gambar rencana.
c) Semua jenis campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di dalam
spesifikasi ini, untuk menjamin bahwa rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga
udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan yang sesuai.
2) Jenis Campuran beraspal
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada gambar rencana.
a) Latasir (Lapis Tipis Aspal Pasir/Sand Sheet) Kelas A dan B
Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau
campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan
panas pada temperatur tertentu. Pemilihan kelas A atau kelas B terutama tergantung pada
gradasi pasir yang digunakan.
b) Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton/HRS)
Lapis Lataston pada dasarnya adalah lapis permukaan yang berupa mortar pasir aspal yang
diberi sisipan butiran kasar dan dapat terdiri atas Lataston adalah lapis permukaan yang
terdiri atas Lapis Aus (Lataston Lapis Aus/HRS-WC) dan Lapis Permukaan Antara (Lataston
Lapis Permukaan Antara/HRS-Base) yang terbuat dari agregat yang bergradasi senjang
dengan dominasi pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam
keadaan panas pada temperatur tertentu.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang sampai
memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam spesifikasi.
Dua kunci utama adalah:
(1) Gradasi yang benar-benar senjang, tercermin dimana butiran-butiran lolos No.30 paling
sedikit 80% dari butiran-butiran lolos No.8. Untuk material Lataston hampir selalu
dilakukan pencampuran pasir alam dan agregat halus pecah mesin.
(2) Rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus memenuhi ketentuan yang
ditunjukkan dalam spesifikasi ini.
c) Laston (Lapisan Aspal Beton/AC)
Laston adalah lapis permukaan atau lapis fondasi yang terdiri atas Laston Lapis Aus (AC-
WC), Laston Lapis Permukaan Antara (AC-BC) dan Laston Lapis Fondasi (AC-Base).
Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan aspal polimer atau aspal dimodifikasi
dengan asbuton atau aspal multigrade atau aspal keras Pen 60 atau Pen 40 yang dicampur
dengan asbuton butir disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan
AC-Base Modified.

6 - 18
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

6.3.2 PERSYARATAN
1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar.
SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles.
SNI 06-2432-1991 : Metode pengujian daktilitas bahan-bahan aspal.
SNI 06-2433-1991 : Metode pengujian titik nyala dan titik bakar dengan alat cleveland open
cup.
SNI 06-2434-1991 : Metode pengujian titik lembek aspal dan ter.
SNI 03-2439-1991 : Metode pengujian kelekatan agregat terhadap aspal.
SNI 06-2440-1991 : Metode pengujian kehilangan berat minyak dan aspal dengan cara A.
SNI 06-2441-1991 : Metode pengujian berat jenis aspal padat.
SNI 06-2456-1991 : Metode pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen.
SNI 03-3407-1994 : Metode pengujian sifat kekekalan bentuk batu terhadap larutan natrium
sulfat dan magnesium sulfat.
SNI 03-3640-1994 : Metode pengujian kadar aspal dengan cara ekstraksi menggunakan alat
soklet.
SNI 03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan
No.200 (0,075 mm).
SNI 03-4428-1997 : Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan
plastis dengan cara setara pasir.
SNI 03-6399-2000 : Tata cara pengambilan contoh aspal.
SNI 03-6721-2002 : Metode pengujian kekentalan aspal cair dengan alat saybolt.
SNI 03-6757-2002 : Metode pengujian berat jenis nyata campuran beraspal padat
menggunakan benda uji kering permukaan jenuh.
SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi agregat halus untuk campuran beraspal.
SNI 03-6877-2002 : Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak dipadatkan.
SNI 03-6885-2002 : Metode pengujian noda aspal minyak.
SNI 03-6893-2002 : Metode pengujian berat jenis maksimum campuran beraspal.
SNI 03-6894-2002 : Metode pengujian kadar aspal dan campuran beraspal cara sentrifius.
RSNI M-01-2003 : Metode pengujian campuran beraspal panas dengan alat Marshall.
RSNI M-04-2004 : Metode pengujian kelarutan aspal.
RSNI M-06-2004 : Cara uji campuran beraspal panas untuk ukuran agregat maksimum dari
25,4 mm (1 inci) sampai dengan 38 mm (1,5 inci) dengan alat Marshall
RSNI T-01-2005 : Cara uji butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong atau pipih dan
lonjong.
AASHTO:
AASHTO T283-89 : Resistance of compacted bituminous mixture to moisture induced
damaged.
AASHTO T301-95 : Elastic recovery test of bituminous material by means of a ductilometer.
AASHTO T165-97 : Effect of water on cohesion of compacted bituminous paving mixtures.
ASTM:
ASTM E 102-93 : Saybolt furol viscosity of asphaltic material at high temperature.

British Standard:
BS 598 Part 104 (1989) : The compaction procedure used in the percentage refusal density test.
2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini
a) Persiapan : Seksi 1.2
b) Lapis Resap Perekat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1

6 - 19
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

3) Toleransi
a) Toleransi tebal lapisan ditunjukkan pada Tabel 6.3.2-1.
b) Apabila campuran beraspal (khususnya Lataston dan Laston) yang dihampar lebih dari satu
lapis, toleransi tebal seluruh lapisan tidak boleh lebih dari toleransi lapis teratas yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.2-1.
c) Seluruh tebal lapisan tidak boleh lebih dari toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.2-1.

Tabel 6.3.2-1 Tebal Nominal Minimum Lapisan Beraspal dan Toleransi


Tebal Nominal Toleransi
Jenis Campuran Simbol
Minimum (mm) Tebal (mm)
Latasir Kelas A SS-A 15
-
Latasir Kelas B SS-B 20
Lataston Lapis Aus HRS-WC 30
Lapis Permukaan HRS-BC 35 ±4
Antara
Laston Lapis Aus AC-WC 40 ±3
Lapis Permukaan AC-BC 50 ±4
Antara
Lapis Fondasi AC-Base 60 ±5

d) Toleransi kerataan harus memenuhi ketentuan berikut ini:


(1) Kerataan Melintang
Apabila diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tegak lurus sumbu
jalan tidak boleh melampaui 4 mm untuk lapis aus, 6 mm untuk lapis permukaan antara
dan 8 mm untuk lapis fondasi.
(2) Kerataan Memanjang
Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan mistar lurus atau mistar lurus beroda
(rolling) sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh
melampaui 5 mm.
e) Perbedaan elevasi melintang untuk lapis aus, lapis antara dan lapis fondasi tidak boleh lebih
5% dari kemiringan rencana.
f) Perbedaan elevasi sumbu jalan dan tepi-tepi untuk setiap 5 meter panjang untuk lapis aus
tidak boleh lebih dari 5 mm, lapis permukaan antara tidak boleh melampaui 8 mm dan untuk
lapis fondasi tidak boleh melampaui 10 mm dari elevasi yang dihitung dari penampang
memanjang yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
4) Persyaratan Bahan
a) Agregat
(1) Umum
(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan
campuran (lihat Butir 6.3.2.5)), memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.2-2 sampai dengan Tabel 6.3.2-3.
(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Teknis. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 1.11 dari
spesifikasi ini.
(c) Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk setiap fraksi
agregat untuk campuran beraspal, paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan
selanjutnya tumpukan persediaan harus dipertahankan paling sedikit untuk
kebutuhan campuran beraspal satu bulan berikutnya.
(d) Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sudah memperhitungkan
penyerapan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal akibat tingkat penyerapan aspal
6 - 20
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

yang berbeda, tidak dapat diterima sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga
satuan dari campuran beraspal.
(e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
(f) Berat jenis (bulk specific gravity) agregat kasar dan halus minimum 2,5 dan
perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2.
(2) Agregat Kasar
(a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan saringan No.8 (2,36 mm)
dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak
dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.3.2-2.
(b) Fraksi agregat kasar harus batu pecah dan harus disiapkan dalam ukuran nominal.
Ukuran maksimum (maximum size) agregat adalah satu saringan yang lebih besar
dari ukuran nominal maksimum (nominal maximum size). Ukuran nominal
maksimum adalah satu saringan yang lebih kecil dari saringan pertama (teratas)
dengan bahan tertahan kurang dari 10%.
(c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel
6.3.2-2.
(d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan kelas B boleh dari kerikil yang bersih.

Tabel 6.3.2-2 Ketentuan Agregat Kasar


Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 03-3407-1994 Maks.12%
natrium dan magnesium sulfat
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 40%
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95%
Angularitas - 95/90(*)
Partikel Pipih dan Lonjong(**) RSNI T-01-2005 Maks. 10%
Material lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1%
Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau
lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih. Prosedur
pengujian angularitas agregat kasar disajikan pada Lampiran 5.1.
(**) Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5
(e) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke Unit Pencampur
Aspal (UPA) dengan melalui pemasok penampung dingin (cold bin feeds)
sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan
baik.
(f) Batas-batas yang ditentukan dalam Tabel 6.3.2-2.
(g) Pembatasan lolos saringan No.200 < 1%, pada saringan kering karena agregat kasar
yang dilekati lumpur tidak dapat dipisahkan pada waktu pengeringan sehingga tidak
dapat dilekati aspal.
(3) Agregat Halus
(a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau pengsaringan
batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan No.8 (2,36 mm) sesuai SNI 03-
6819-2002.
(b) Fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditumpuk
terpisah.
(c) Pasir boleh digunakan dalam campuran beraspal. Persentase maksimum yang
diizinkan untuk laston (AC) adalah 10%.
(d) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu

6 - 21
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

yang memenuhi ketentuan mutu dalam Butir 6.3.2.4) a) (1). Agar dapat memenuhi
ketentuan pasal ini, batu pecah halus harus diproduksi dari batu yang bersih.
(e) Agregat pecah halus dan pasir harus dipasok ke Unit Pencampur Aspal dengan
melalui pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa
sehingga rasio agregat pecah halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik.
(f) Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
6.3.2-3.

Tabel 6.3.2-3 Ketentuan Agregat Halus


Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50%
Material Lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 8%
Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45%

(4) Bahan Pengisi (Filler)


Bahan pengisi yang ditambahkan harus dari semen portland, bahan tersebut harus bebas
dari bahan yang tidak dikehendaki dan tidak menggumpal.
Debu batu (stonedust) dan bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan penyaringan sesuai SNI 03-4142-1996 harus
mengandung bahan yang lolos saringan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75% dari
yang lolos saringan No.30 (600 micron) dan mempunyai sifat non plastis.
b) Gradasi Agregat Gabungan
Gradasi agregat gabungan untuk campuran beraspal, ditunjukkan dalam Tabel 6.3.2-4.
Gradasi agregat gabungan Laston harus berada di dalam batas-batas titik kontrol (control
point) dan harus berada di luar daerah yang dihindari dan sebagaimana yang diberikan dalam
Tabel 6.3.2-4.

Tabel 6.3.2-4 Gradasi Agregat Gabungan


Ukuran % Berat Yang Lolos
Saringan Latasir (SS) Lataston (HRS) LASTON (AC)2
ASTM (mm) Kelas A Kelas B WC Base WC BC Base
1½” 37,5 100
1” 25 100 90 – 100
¾” 19 100 100 100 90 – 100 Maks.90
½” 12,5 90 - 100 90 - 100 90 – 100 Maks.90
3/8” 9,5 100 75 - 85 65 - 100 Maks.90
No.4 4,75 100
No.8 2,36 50 - 721 35 - 551 28 – 58 23 – 49 19 – 45
No.16 1,18
No.30 0,600 35 - 60 15 - 35
No.200 0,075 10 – 15 8 - 13 6 - 12 2-9 4 - 10 4-8 3–7
DAERAH YANG DIHINDARI
No.4 4,75 - - 39,5
No.8 2,36 39,1 34,6 26,8 - 30,8
No.16 1,18 25,6 - 31,6 22,3 - 28,3 18,1 - 24,1
No.30 0,600 19,1 - 23,1 16,7 - 20,7 13,6 - 17,6
No.50 0,300 15,5 13,7 11,4
Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, harus dijaga kesenjangannya, dimana paling sedikit 80% dari butiran
yang lolos saringan No.8 harus juga lolos Saringan No.30 (0,600 mm).
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang utama yang
harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan pada saringan ukuran
nominal maksimum, saringan menengah (2,36 mm) dan saringan terkecil (0,075 mm).

6 - 22
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

c) Aspal
(1) Aspal yang digunakan harus salah satu dari jenis aspal keras Pen 40, aspal keras Pen 60,
aspal polimer, aspal dimodifikasi dengan asbuton dan aspal multigrade yang memenuhi
persyaratan pada Tabel 6.3.2-6, Tabel 6.3.2-7, Tabel 6.3.2-8 dan Tabel 6.3.2-9, dan
campuran yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan campunan beraspal yang diberikan
pada salah satu Tabel 6.3.2-11 sampai dengan Tabel 6.3.2-14 sesuai dengan jenis
campuran yang ditetapkan dalam gambar rencana atau petunjuk Direksi Teknis.
(2) Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6399-2000.
Pengambilan contoh bahan aspal dari setiap truk tangki harus dilaksanakan pada bagian
atas, tengah, dan bawah. Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di
laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek. Aspal di
dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpanan sebelum hasil
pengujian tersebut memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini. Apabila hasil pengujian
tersebut lolos pengujian, tidak berarti aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima
secara final kecuali aspal dan contoh yang mewakili telah memenuhi semua sifat-sifat
aspal yang disyaratkan dalam spesifikasi ini. Kegagalan dipenuhinya salah satu uji
sebagai yang disyaratkan tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
(3) Campuran beraspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640-
1994. Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 ml, partikel
mineral yang terkandung harus dipisahkan dengan alat sentrifugal. Pemisahan ini
dianggap telah terpenuhi apabila kadar abu dalam aspal yang diperoleh kembali tidak
melebihi 1% (dengan pengapian). Aspal harus diperoleh kembali dari larutan sesuai
dengan prosedur SNI 03-6894-2002.

Tabel 6.3.2-5 Persyaratan Aspal Keras Pen 40 dan Pen 60


Persyaratan
No. Jenis Pengujian Metode
Pen 40 Pen 60
1. Penetrasi, 25°C; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 - 59 60 - 79
2. Titik Lembek, °C SNI 06-2434-1991 51 - 63 48 - 58
3. Titik Nyala, °C SNI 06-2433-1991 Min. 200 Min. 200
4. Daktilitas 25°C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100 Min. 100
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 Min. 1,0
6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen, % berat RSNI M -04-2004 Min. 99 Min. 99
7. Penurunan Berat (dengan TFOT), % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 0,8 Max. 0,8
8. Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 Min. 58 Min. 54
9. Daktilitas setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2432-1991 - Min. 50
10. Uji noda aspal SNI 03-6885-2002 Negatif Negatif
- Standar Naptha
- Naptha Xylene
- Hephtane Xylene
11 Kadar paraffin, % SNI 03-3639-2002 Maks. 2 Maks. 2

Catatan : Apabila uji noda aspal disyaratkan, Direksi Teknis dapat menentukan salah satu
pelarut yang akan digunakan.

6 - 23
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Tabel 6.3.2-6 Persyaratan Aspal Polimer

Persyaratan
No. Jenis Pengujian Metode
Plastomer Elastomer
1. Penetrasi, 25 ‘C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 50 - 70 50 - 75
2. TitikLembek,°C SNI 06-2434-1991 Min. 56 Min. 54
3. Titik Nyala, °C SNI 06-2433-1991 Min. 232 Min. 232
4. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 Min. 1,0
5. Kekentalan pada 135°C, cSt SNI 06-6721-2002 150-1500 Max.2000
6. Stabilitas Penyimpanan pada 163°C SNI 06-2434-1991 Homogen* Max. 2
selama 48 jam, Perbedaan Titik Lembek;
°C
7. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen, % RSNI M-04-2004 Min. 99 Min. 99
berat
8 Penurunan Berat (dengan RTFOT), berat SNI 06-2440-1991 Max. 1,0 Max. 1,0
9 Perbedaan Penetrasi setelah RTFOT,
terhadap asli
SNI 06-2456-1991 Max 10 Max 10
- Kenaikan penetrasi, 0,1 mm
- Penurunan penetrasi, 0,1 mm Max 20 Max 20
10 Perbedaan Titik Lembek setelah RTFOT,
terhadap asli
SNI 06-2434-1991 Max 6,5 Max 6,5
- Kenaikan titik lembek,°C
- Penurunan titik lembek,°C Max 2 Max 2
11 Elastic recovery residu RTFOT, % AASHTO T301-95 - Min. 45
Catatan * : Pada permukaan tidak terjadi lapisan (kulit), kerut dan tidak terjadi endapan.

Tabel 6.3.2-7 Persyaratan Aspal Dimodifikasi dengan Asbuton dan Bitumen


Asbuton Modifikasi
Persyaratan
No. Jenis Pengujian Metode Aspal Bitumen
Dimodifikasi Asbuton
Asbuton Modifikasi
1. Penetrasi, 25°C; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40-55 40-60
2. Titik Lembek, °C SNI 06-2434-1991 Min. 55 Min. 55
3. Titik Nyala, °C SNI 06-2433-1991 Min. 225 Min. 225
4. Daktilitas; 25 °C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50 Min. 100
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 Min. 1,0
6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen, % berat RSNI M-04-2004 Min. 90 Min. 99
7. Penurunan Berat (dengan TFOT), % berat SNI 06-2440-1991 Max. 2 Max. 1
8. Penetrasi setelah kehilangan berat, % asli SNI 06-2456-1991 Min. 55 Min. 65
9. Daktilitas setelah TFOT, % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50 Min. 50
10 Mineral Lolos Saringan No.100, % SNI 03-1968-1990 Min. 90* -
Catatan : * Hasil Ekstraksi

6 - 24
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Tabel 6.3.2-8 Persyaratan Aspal Multigrade

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan


1. Penetrasi, 25°C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 50 - 70
2. Titik Lembek, °C SNI 06-2434-1991 Min. 55
3. Titik Nyala, °C SNI 06-2433-1991 Min. 225
4. Daktilitas; 25°C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat RSNI M-04-2004 Min. 99
7. Penurunan Berat (dengan TFOT), %berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8
8 Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 Min. 60
9 Daktilitas setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50

d) Aditif
(1) Aditif untuk aspal
Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan ke dalam aspal apabila
diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jenis aditif yang digunakan haruslah
yang disetujui Direksi Pekerjaan dan persentase aditif yang diperlukan harus dicampur
ke dalam bahan aspal serta waktu pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya.
(2) Aditif untuk campuran
Apabila kualitas campuran beraspal yang menggunakan bahan pengikat aspal keras Pen
60 atau Pen 40 dipandang perlu ditingkatkan, maka sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan
dapat menambahkan aditif ke dalam campuran beraspal tersebut. Jenis aditif yang dapat
digunakan adalah salah satu tipe asbuton butir yang memenuhi ketentuan sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 6.3.2-10 dan harus yang disetujui Direksi Pekerjaan. Takaran
pemakaian aditif, metode kerja proses pencampuran (di pugmill) serta waktu
pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
Asbuton butir yang akan digunakan harus dalam kemasan kantong atau kemasan lain
yang kedap air serta mudah penanganannya saat dicampur di ruang pencampur (pugmill)
dan dapat tersebar secara merata (homogen). Asbuton butir tersebut harus ditempatkan
pada tempat yang kering dan beratap sehingga terlindung dari hujan atau sinar matahari
langsung. Tinggi penimbunan asbuton butir tidak boleh lebih dari 2 m.
Kemasan asbuton harus memiliki label yang jelas dan memuat informasi berikut:
(a) Logo pabrik.
(b) Kode pengenal antara lain tipe, berat, penetrasi bitumen, diameter butir dan kelas
kadar bitumen asbuton harus tertera dengan jelas pada kantong dan satu kantong
dengan kantong yang lain harus mempunyai sifat yang sama.

Tabel 6.3.2-9 Ketentuan Asbuton Butir


Metoda Tipe Tipe Tipe Tipe
Sifat-sifat Asbuton
Pengujian 5/20 15/20 15/25 20/25
Kadar bitumen asbuton; % SNI 03-3640-1994 18-22 18 - 22 23-27 23 – 27
Ukuran butir asbuton butir
- Lolos Saringan No.4 (4,75 mm); % SNI 03-1968-1990 100
- Lolos Saringan No.8 (2,36 mm); % SNI 03-1968-1990 100 100 100 Min 95
- Lolos Saringan No.16 (1,18 mm); % SNI 03-1968-1990 Min 95 Min 95 Min 95 Min 75
Kadar air, % SNI 06-2490-1991 Mak 2 Mak 2 Mak 2 Mak 2
Penetrasi aspal asbuton pada 25°C, SNI 06-2456-1991 ≤10 10 - 18 10 - 18 19 – 22
100 g, 5 detik; 0,1 mm
Keterangan:
1. Asbuton butir Tipe 5/20 : Kelas penetrasi 5 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 20%.
2. Asbuton butir Tipe 15/20 : Kelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 20%.
3. Asbuton butir Tipe 15/25 : Kelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 25%.
4. Asbuton butir Tipe 20/25 : Kelas penetrasi 20 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 25%.

6 - 25
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

e) Sumber Pasokan
Persetujuan sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) serta asbuton butir
(jika diperlukan) harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Teknis sebelum pengiriman
bahan. Contoh-contoh setiap jenis bahan harus diserahkan, seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, paling sedikit 30 (tiga puluh) hari sebelum usulan dimulainya pekerjaan.
5) Campuran
a) Komposisi Umum Campuran
Campuran beraspal terdiri dari agregat, aspal dan filler serta asbuton butir (bila diperlukan).
Jika diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, aditif aspal dapat ditambahkan untuk
menghasilkan sifat-sifat khusus di luar Tabel 6.3.2-11 sampai dengan Tabel 6.3.2-14.
b) Kadar Aspal dalam Campuran
Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran akan bergantung pada
penyerapan agregat yang digunakan.
c) Prosedur Rancangan Campuran
(1) Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal dalam pekerjaan,
Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan agregat dan campuran yang
memadai berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dan hasil percobaan
penghamparan campuran yang dibuat di instalasi pencampur aspal.
(2) Pengujian yang diperlukan meliputi analisa saringan, berat jenis dan penyerapan air
untuk semua agregat yang digunakan. Juga semua pengujian sifat-sifat agregat yang
diminta oleh Direksi Teknis. Pengujian pada campuran percobaan akan meliputi
penentuan berat jenis maksimum campuran beraspal sesuai SNI 03-6893-2002,
pengujian sifat-sifat Marshall (RSNI M-01-2003) dan kepadatan membal (refusal
density) campuran rancangan (BS 598 Part 104-1989), seperti disajikan pada Lampiran
6.2.
(3) Contoh agregat diambil dari penampung panas (hot bin) untuk pencampur jenis takaran
berat (weight batching plant) maupun pencampur dengan pemasok menerus (continuous
feed plant).
(4) Pengujian percobaan campuran harus dilaksanakan dalam beberapa tahapan berikut ini:
(a) Memperoleh Gradasi Agregat yang Cocok
Suatu gradasi agregat yang cocok diperoleh dari penentuan persentase yang
memadai dari setiap fraksi agregat yang dimulai dengan:
i) Buat gradasi masing-masing fraksi agregat termasuk gradasi mineral asbuton
butir hasil ekstraksi (jika digunakan), kemudian buat gradasi campuran
(memenuhi Tabel 6.3.2-4).
ii) Kalibrasi kapasitas bukaan pintu masing-masing bin dingin.
iii) Periksa kadar air masing-masing fraksi agregat dari bin dingin dan hitung kadar
air gabungan (campuran).
iv) Buat rancangan bukaan pintu bin dingin sehingga gradasi agregat gabungan
paling mendekati gradasi campuran.
v) Tentukan rancangan kapasitas produksi UPA dengan menggunakan kadar air
gabungan.
Apabila campuran adalah HRS yang bergradasi halus (mendekati batas amplop
atas), maka akan diperoleh Rongga dalam agregat (VMA) yang lebih besar. Pasir
halus yang digabung dengan agregat pecah harus mempunyai bahan antara 2,36 mm
dan 600 mikron yang sesedikit mungkin. Bahan yang lolos saringan 2,36 mm dan
juga tertahan saringan 600 mikron sebesar 20% masih dapat diterima, akan lebih
baik bila 10% sampai dengan 15%. Bahan bergradasi senjang harus memenuhi
ketentuan dalam Tabel 6.3.2-4.
Campuran beraspal (AC) dapat dibuat bergradasi halus (mendekati batas titik-titik
kontrol atas), tetapi akan sulit memperoleh rongga dalam agregat (VMA) yang
disyaratkan. Lebih baik digunakan aspal beton bergradasi kasar (mendekati batas
titik-titik kontrol bawah).

6 - 26
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

(b) Membuat Formula Campuran Rancangan (Design Mix Formula)


Setelah dilakukan rancangan dingin, UPA dioperasikan tanpa pemberian aspal.
Ambil contoh dari masing-masing bin panas kemudian lakukan pengujian analisa
saringan. Buat gradasi campuran dengan menggabungkan gradasi agregat dari
masing-masing bin panas tersebut termasuk gradasi mineral asbuton butir hasil
ekstraksi (jika digunakan).
Lakukan rancangan dan pemadatan Marshall sampai membal (refusal). Perkiraan
awal kadar aspal rancangan dapat diperoleh dari rumus dibawah ini:
Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler) + Konstanta.
dimana :
Pb = kadar aspal perkiraan;
CA = agregat kasar tertahan saringan No.8;
FA = agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan No.200;
Filler = agregat halus lolos saringan No.200;
Nilai konstanta sekitar 0,5 - 1,0 untuk AC dan HRS.
Buatlah benda uji dengan kadar aspal di atas, dibulatkan mendekati 0,5%, dengan 3
(tiga) kadar aspal di atas dan 2 (dua) kadar aspal di bawah kadar aspal perkiraan
awal yang sudah dibulatkan mendekati 0,5% ini (contoh: apabila rumus memberikan
nilai 5,7%, dibulatkan menjadi 5,5%, buatlah benda uji dengan kadar aspal 5,5%,
dengan 6%, 6,5%, dan 7%, dengan 4,5% dan 5%). Ukurlah berat isi benda uji,
stabilitas Marshall, kelelehan dan rongga dalam agregat. Ukur atau hitunglah
kepadatan benda uji pada rongga udara nol (Gmm). Hitunglah Rongga Dalam
Agregat (VMA), Rongga Terisi Aspal (VFB), dan Rongga dalam Campuran (VIM).
Buatlah benda uji tambahan dan dipadatkan sampai membal (refusal) dengan
menggunakan prosedur PRD-BS 598 untuk 3 (tiga) kadar aspal (satu yang
memberikan rongga dalam campuran di atas 5%, satu pada 5% dan satu yang di
bawah 5%). Ukur berat isi benda uji dan/atau hitung kepadatannya.
Gambarkanlah batas-batas yang disyaratkan dalam grafik untuk setiap parameter
yang terdaftar dalam Tabel 6.3.2-11 sampai dengan Tabel 6.3.2-14 atau sesuai jenis
campuran yang direncanakan, dan tentukan rentang kadar aspal yang memenuhi
semua ketentuan dalam spesifikasi. Rancangan kadar aspal umumnya mendekati
tengah-tengah rentang kadar aspal yang memenuhi semua parameter yang
disyaratkan.
Suatu campuran yang cocok harus memenuhi semua kriteria dari jenis campuran
beraspal dalam Tabel 6.3.2-11 sampai dengan Tabel 6.3.2-14 dengan suatu rentang
kadar aspal praktis. Khusus untuk campuran Laston, kadar aspal harus di kontrol
dengan “tebal film” aspal pada agregat yang dibatasi pada ketebalan 8 mikron
sampai dengan 8,5 mikron. Rentang kadar aspal untuk campuran beraspal yang
memenuhi semua kriteria rancangan harus mendekati (atau lebih besar dari) 1%.
Rentang kadar aspal ini dimaksudkan untuk mengakomodir fluktuasi yang
sesungguhnya dalam produksi campuran beraspal.

6 - 27
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Tabel 6.3.2-10 Ketentuan Sifat Campuran Latasir


Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Jumlah tumbukan per bidang 50
(3) Min 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Max 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 20
Rongga terisi aspal (%) Min 75
Stabilitas Marshall (kg) Min 200
Min 2
Pelelehan (mm)
Max 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min 80
perendaman selama 24 jam, 60°C pada VIM ±7% (4)

Tabel 6.3.2-11 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston


Lataston
Sifat-sifat Campuran
WC BC
Jumlah tumbukan per bidang 75
Min 3,0
Rongga dalam campuran (%) (3)
Max 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min 68
Stabilitas Marshall (kg) Min 800
Pelelehan (mm) Min 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman
Min 80
selama 24 jam, 60°C pada VIM ±7% (4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2) kepadatan
Min 2
membal (refusal)

Tabel 6.3.2-12 Ketentuan Sifat Campuran Laston


Laston
Sifat-sifat Campuran
WC BC Base
Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)
Min 3,5
Rongga dalam campuran (%) (3)
Max 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60
Min 800 1500(1)
Stabilitas Marshall (kg)
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 5(1)
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman
Min 80
selama 24 jam, 60°C pada VIM ±7% (4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2) Kepadatan
Min 2,5
membal (refusal)

6 - 28
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Tabel 6.3.2-13 Ketentuan Sifat Campuran Laston Dimodifikasi (AC Modified)


Laston
Sifat-sifat Campuran WC BC Base
Mod Mod Mod
Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)
Rongga dalam campuran (%) (3) Min 3,5
Max 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60
Stabilitas Marshall (kg) Min 1000 1800(1)
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 5(1)
Max - -
Marshall Quotient (kg/mm) Min 300 350
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
perendaman selama 24 jam, 60°C pada VIM Min 80
±7% (4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2) Min 2,5
Kepadatan membal (refusal)
Stabilitas Dinamis, Lintasan/mm(5) Min 2500
Catatan:
1. Modifikasi Marshall (RSNI M-13-2004 atau lihat Lampiran 6.3 B)
2. Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergetar (vibratory hammer)
disarankan digunakan untuk menghindari pecahnya butiran agregat dalam campuran.
Jika digunakan penumbukan manual jumlah tumbukan per bidang harus 600 untuk
cetakan berdiameter 6 in dan 400 untuk cetakan berdiameter 4 in.
3. Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian berat jenis maksimum
campuran (Gmm - SNI 03-6893-2002).
4. Untuk mendapatkan VIM 7%, buat benda uji Marshall dengan variasi tumbukan, misal
2x40 tumbukan, 2x50 tumbukan, 2x60 tumbukan dan 2x75 tumbukan. Kemudian dari
masing-masing benda uji tersebut, hitung nilai VIM nya dan buat hubungan antara
jumlah tumbukan dan VIM. Dari grafik tersebut dapat diketahui jumlah tumbukan yang
memiliki nilai VIM 7%, kemudian lakukan pengujian stabilitas marshall sisa.
5. Pengujian dengan alat Wheel Tracking Machine (WTM) pada Temperatur 60°C dan
prosedur pengujian sesuai Manual for Design and Construction of Asphalt Pavement -
Japan Road Association, JRA (1980).
(c) Formula Campuran Rancangan (Design Mix Formula)
Paling sedikit 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, Penyedia
Jasa harus menyerahkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan Formula
Campuran Rancangan (DMF) untuk campuran yang akan digunakan dalam
pekerjaan yang mencakup:
i) Ukuran nominal maksimum partikel.
ii) Sumber-sumber agregat.
iii) Persentase setiap fraksi agregat yang akan digunakan Penyedia Jasa, pada
penampung dingin dan penampung panas.
iv) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.2-4.
v) Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran.
vi) Temperatur pencampuran.
Penyedia Jasa harus menyediakan data dan grafik campuran percobaan laboratorium
untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua kriteria sesuai jenis
campuran yang direncanakan dalam salah satu Tabel 6.3.2-11 sampai dengan Tabel
6.3.2-14. Sifat-sifat benda uji yang sudah dipadatkan harus dihitung menggunakan
metode dan rumus yang ditunjukkan dalam RSNI M-01-2003 dan RSNI M-06-2004.

6 - 29
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Dalam 7 (tujuh) hari Direksi Teknis akan:


i) Menerima usulan tersebut jika memenuhi spesifikasi dan mengizinkan
Penyedia Jasa untuk melakukan percobaan pelaksanaan.
ii) Menolak usulan tersebut jika tidak memenuhi spesifikasi.
Selanjutnya Penyedia Jasa harus melakukan percobaan campuran baru dengan biaya
sendiri untuk memperoleh suatu campuran rancangan yang memenuhi spesifikasi.
Direksi Teknis, dapat memberikan saran kepada Penyedia Jasa untuk memodifikasi
sebagian rumus rancangannya atau mencoba agregat lainnya.
Bagaimanapun juga pembuatan suatu rumus campuran rancangan yang memenuhi
ketentuan merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.
(d) Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula)
i) Segera setelah Formula Campuran Rancangan (DMF) disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, Penyedia Jasa harus melakukan penghamparan percobaan paling
sedikit 50 ton. Penyedia Jasa harus menunjukkan bahwa setiap alat laik kerja,
paver mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa
segregasi, tergores, dsb. dan kombinasi penggilas dan jumlah gilasan yang
diusulkan untuk mampu mencapai kepadatan yang disyaratkan serta memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.
Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat
benda uji Marshall maupun untuk pemadataan membal (refusal). Hasil
pengujian ini harus dibandingkan dengan ketentuan sifat campuran yang dipilih
sesuai Tabel 6.3.2-11 sampai dengan Tabel 6.3.2-14. Apabila percobaan
tersebut gagal memenuhi spesifikasi pada salah satu ketentuannya maka perlu
dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali. Direksi
Pekerjaan tidak akan menyetujui campuran rancangan sebagai Formula
Campuran Kerja (JMF) sebelum penghamparan percobaan yang dilakukan
memenuhi semua ketentuan dan disetujui.
ii) Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari campuran yang digunakan
dalam penghamparan percobaan dan diambil dari unit pencampur aspal atau
dari muatan truk di unit pencampur aspal untuk selanjutnya dibawa ke
laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapih. Benda uji Marshall harus
dicetak dan dipadatkan pada viskositas yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3-1
dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan. Dari 12 (dua belas)
benda uji yang memenuhi ketentuan salah satu dari Tabel 6.3.2-11 sampai
Tabel 6.3.2-14 dirata-ratakan untuk menjadi kepadatan standar kerja (job
standard density), yang selanjutnya digunakan sebagai rujukan kepadatan
campuran beraspal terhampar dalam pekerjaan.
iii) Percobaan campuran di Unit Pencampur Aspal (UPA) dan percobaan
pelaksanaan yang memenuhi ketentuan disetujui sebagai Formula Campuran
Kerja (JMF).
(e) Penerapan Formula Campuran Kerja dan Toleransi yang Diizinkan
i) Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan
formula campuran kerja, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.2-15 di bawah ini.
ii) Setiap hari Direksi Teknis akan mengambil benda uji, baik bahan maupun
campurannya seperti yang digariskan dalam Butir 6.3.4.3) dan Butir 6.3.4.4)
dari spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk
pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi
batas-batas yang diperoleh dari Formula Campuran Kerja (JMF) dan toleransi
yang diizinkan harus ditolak.

6 - 30
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Tabel 6.3.2-14 Toleransi Campuran


Uraian Toleransi
Agregat Gabungan Lolos Saringan
- Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5% berat total agregat
- 2,36 mm sampai No.50 ± 3% berat total agregat
- No.100 dan tertahan No.200 ± 2% berat total agregat
- No.200 ± 1% berat total agregat
Kadar aspal ± 0,3% berat total campuran
Temperatur Campuran keluar dari pugmill ± 10ºC
Catatan:
Toleransi di atas tidak berlaku untuk Latasir.
i) Apabila setiap bahan memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Formula
Campuran Kerja (JMF) dan toleransi yang diizinkan, tetapi menunjukkan
perubahan atau tidak konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak
dapat diterima atau jika sumber setiap bahan berubah, maka harus dibuat suatu
Formula Campuran Kerja (JMF) baru atas biaya Penyedia Jasa dan harus
diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas untuk disetujui, sebelum
campuran beraspal baru dihampar di lapangan.
ii) Interpretasi Toleransi yang Diizinkan
Batas-batas absolut yang ditentukan oleh formula campuran kerja maupun
toleransi yang diizinkan menunjukkan bahwa Penyedia Jasa harus bekerja
dalam batas-batas yang digariskan pada setiap saat. Adanya batas-batas
toleransi tidak berarti gradasi pelaksanaan boleh keluar dari titik-titik kontrol
dan memotong daerah yang dihindari (restricted zone).
6) Lapisan Perata
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, maka setiap jenis campuran dapat digunakan sebagai lapisan
perata dengan sebutan Lataston Lapis Aus Perata (HRS-WC L), Lataston Lapis Permukaan Antara
Perata (HRS-BC L), Laston Lapis Aus Perata (AC-WC L), Laston Lapis Permukaan Antara Perata
(AC-BC L), Laston Lapis Fondasi Perata (AC-Base L), Laston Lapis Aus Modifikasi Perata (AC-
WC Mod L), Laston Lapis Permukaan Antara Modifikasi Perata (AC-BC Mod L) dan Laston Lapis
Fondasi Modifikasi Perata (AC-Base Mod L).
7) Unit Pencampur Aspal (UPA)
a) Umum
Unit Pencampur Aspal (UPA) dapat berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran
(batching) atau sistem menerus (continuous), kecuali untuk Laston dimodifikasi (AC
Modified) hanya diizinkan menggunakan UPA dengan sistem penakaran (batching).
UPA harus memiliki kapasitas yang cukup untuk memasok mesin penghampar secara terus
menerus apabila menghampar campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang
dikehendaki. Instalasi ini harus dirancang, dikoordinasi dan dioperasikan sedemikian hingga
dapat menghasilkan campuran dalam rentang toleransi perbandingan campuran.
UPA harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan
sehingga tidak mengganggu ataupun protes dari penduduk di sekitarnya.
UPA harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap berupa
sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone) sehingga tidak
menimbulkan pencemaran debu ke atmosfir. Apabila salah satu sistem rusak atau tidak
berfungsi maka UPA tidak boleh dioperasikan. Alat pengumpul debu dapat digunakan juga
untuk pengendalian material debu yang tidak memenuhi ketentuan.
b) Timbangan Pada Unit Pencampur Aspal (UPA)
(1) Timbangan untuk setiap kotak timbangan atau penampung (hopper) harus berupa jenis
jam (pembacaan jarum) tanpa pegas atau digital dan merupakan produksi standar serta
6 - 31
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

dirancang dengan ketelitian berkisar antara setengah sampai satu persen dari beban
maksimum yang diperlukan.
(2) Ujung jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan permukaan jam dan harus berupa
jenis yang bebas dari paralaks (pembiasan sinar) yang berlebihan. Timbangan harus
dilengkapi dengan tanda (skala) atau sistim otomatis untuk timbangan digital yang dapat
disetel untuk pengukuran berat masing-masing bahan yang akan ditimbang pada setiap
kali pencampuran. Timbangan harus terpasang kokoh dan apabila mudah berubah harus
segera diganti. Semua timbangan harus diletakkan sedemikian hingga mudah terlihat
oleh operator pada setiap saat.
(3) Timbangan yang digunakan untuk menimbang aspal harus memenuhi ketentuan untuk
timbangan agregat dengan ketelitian pembacaan tidak boleh melebihi dari 1 (satu)
kilogram dan harus memiliki kapasitas dua kali lebih besar dari bahan yang akan
ditimbang serta harus dapat dibaca sampai 1 (satu) kilogram yang terdekat.
(4) Apabila dianggap perlu oleh Direksi Teknis, maka timbangan yang telah disetujuipun
tetap harus diperiksa berulang kali sehingga ketepatannya dapat selalu dijamin. Penyedia
Jasa harus senantiasa menyediakan tidak kurang dari 10 (sepuluh) buah beban standar 20
kg untuk pemeriksaan semua timbangan.
c) Tangki Aspal
Tangki aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat dikendalikan dengan efektif dan
handal sampai suatu temperatur dalam rentang yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan
melalui kumparan pipa oli, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi tangki
aspal. Sirkulasi aspal harus lancar dan terus menerus selama periode pengoperasian.
Temperatur aspal yang disyaratkan di dalam pipa, meteran, ember penimbang, batang
semprot, dan tempat-tempat lainnya dari sistem saluran, harus dipertahankan dengan bahan
isolasi. Bila diperlukan di antara tangki dan alat pencampur dapat ditempatkan “booster”
(penguat) untuk menaikkan temperatur aspal.
Apabila akan digunakan aspal yang dimodifikasi dengan asbuton, maka ketel aspal harus
dilengkapi dengan pengaduk yang bisa menjamin homogenitas campuran beraspal.
Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah 30.000 liter dan paling sedikit harus
disediakan 2 (dua) tangki yang berkapasitas sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan
ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah
tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur.
d) Pemasok Untuk Mesin Pengering (Feeder for Drier)
Pemasok yang terpisah untuk masing-masing agregat harus disediakan. Pemasok untuk
agregat halus harus dari jenis ban berjalan. Atas persetujuan Direksi Teknis, jenis lain
diperkenankan hanya jika pemasok tersebut dapat menyalurkan bahan basah pada kecepatan
yang tetap tanpa menyebabkan terjadinya penyumbatan dan penggumpalan. Seluruh pintu
penampung (bin gate) harus dikalibrasi. Bukaan pintu dan pengatur kecepatan harus dapat
dikunci untuk setiap perbandingan campuran yang telah disetujui. Sekali ditetapkan,
kedudukan pintu tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari Direksi Teknis.
e) Tempat Penyimpanan dan Pemasokan Asbuton Butir
Apabila jenis campuran yang akan diproduksi adalah campuran beraspal panas dengan
menggunakan asbuton butir maka untuk tempat penyimpanan dan pemasokan pada saat
produksi campuran dapat menggunakan tempat penyimpanan bahan pengisi (filler storage
atau silo filler) yang dilengkapi dengan alat pemasoknya (bucket cold elevator screw) dan
timbangan atau tempat khusus yang dilengkapi dengan alat pemasok asbuton butir ke tempat
pencampur (pugmill) seperti jenis ban berjalan (belt conveyor) atau sesuai persetujuan Direksi
Teknik. Kecepatan pasokan asbuton butir, baik dari tempat penyimpanan bahan pengisi (filler
storage atau silo filler) ataupun dari jenis ban berjalan (belt conveyor) harus diatur sehingga
sesuai dengan proporsi yang diperlukan.
Ruang pencampur (pugmill) harus dilengkapi dengan pintu pemasok asbuton butir dengan
ukuran yang cukup atau dengan memodifikasi sehingga pasokan asbuton butir dapat masuk
ke dalam ruang pencampur (pugmill) tanpa hambatan dan material asbuton harus dapat

6 - 32
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

tersebar merata pada seluruh campuran sehingga diperoleh kadar campuran asbuton yang
tetap (konstan), baik berasal dari silo filler (filler storage) ataupun tempat khusus yang
menggunakan sejenis ban berjalan.
f) Alat Pengering (Drier)
Alat pengering berputar harus mampu mengeringkan dan memanaskan agregat sampai ke
temperatur yang disyaratkan.
g) Saringan
Saringan harus mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi yang
disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit di atas kapasitas penuh alat pencampur.
Saringan harus memiliki efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat
yang tertampung dalam setiap penampung (bin) tidak mengandung lebih dari 10% bahan
yang berukuran lebih atau lebih kecil.
h) Penampung (Bin) Panas
Penampung panas harus berkapasitas cukup dalam melayani alat pencampur bila
dioperasikan dengan kapasitas penuh. Jumlah penampung minimum tiga buah (tidak
termasuk penampung bahan pengisi) sehingga menjamin kemudahan pembentukan gradasi
sesuai Formula Campuran Kerja (FCK). Setiap penampung panas harus dilengkapi dengan
pipa pembuang yang ukuran maupun letaknya sedemikian rupa sehingga dapat mengeluarkan
kelebihan kapasitas penampung dan mencegah masuknya bahan ke dalam penampung
lainnya. Penampung harus dibuat sedemikian rupa agar benda uji dapat mudah diambil.
i) Unit Pengendali Aspal
(1) Perlengkapan pengendali aspal yang handal, baik jenis penimbangan ataupun volumetrik
harus disediakan untuk memperoleh jumlah aspal yang tepat untuk campuran beraspal
dengan rentang toleransi yang disyaratkan dalam rumus perbandingan campuran.
(2) Untuk UPA sistem penakaran (batching plant), perangkat timbangan atau meteran harus
dapat menyediakan kuantitas aspal sesuai rancangan untuk setiap penakaran campuran.
Untuk UPA sistem menerus (continuous plant), pompa meteran aspal haruslah jenis
rotasi dengan sistem pengaliran yang handal serta memiliki susunan nosel penyemprot
yang teratur pada alat pencampur. Volume penyaluran dari pompa harus dapat
disinkronkan dengan aliran agregat ke alat pencampur dengan pengendali otomatis.
Perlengkapan untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan aliran bahan aspal ke alat
pencampur harus dikalibrasi terlebih dahulu.
j) Perlengkapan Pengukur Panas
(1) Termometer logam dengan bacaan sampai dengan 200ºC harus dipasang di tempat
mengalirnya pasokan aspal dekat katup pengeluaran (discharge) pada alat pencampur
dan mudah dibaca dari ruang operasi atau termometer sistem digital.
(2) Instalasi juga harus dilengkapi dengan termometer, baik jenis arloji (pembacaan jarum),
air raksa (mercury-actuated), pyrometer listrik ataupun perlengkapan pengukur panas
lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat pengering untuk
mengukur temperatur agregat yang dipanaskan. Sebuah termo elemen (thermo couple)
atau bola sensor (resistance bulb) harus dipasang di dekat dasar penampung (bin) untuk
mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki alat pencampur.
k) Pengumpul Debu (Dust Collector)
UPA harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu baik metode basah atau metode kering
yang dibuat sedemikian rupa agar dapat membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator, baik seluruh maupun sebagian bahan yang dikumpulkan, sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Teknis.
l) Pengendali Waktu Pencampuran
UPA harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk mengendalikan waktu
pencampuran dan menjaga waktu pencampuran tetap konstan kecuali kalau diubah atas
perintah Direksi Pekerjaan.

6 - 33
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

m) Timbangan dan Rumah Timbang


Timbangan dan rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan yang siap
dikirim ke tempat penghamparan.
n) Ketentuan Keselamatan Kerja
(1) Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat pencampur dan
landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit perlengkapan harus dipasang.
Untuk mencapai puncak bak truk, perlengkapan untuk landasan atau perangkat lain yang
sesuai harus disediakan sehingga Direksi Teknis dapat mengambil benda uji maupun
memeriksa temperatur campuran dengan mudah dan aman. Untuk memudahkan
pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda uji dan lain-lainnya, maka suatu
sistem pengangkat atau katrol harus disediakan untuk menaikkan peralatan dari tanah ke
landasan (platform) atau sebaliknya. Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai
gigi dan bagian bergerak lainnya yang berbahaya harus seluruhnya dipagar dan
dilindungi.
(2) Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar tempat
pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari benda yang jatuh
dari landasan (platform) alat pencampur.
o) Ketentuan Khusus Untuk Unit Pencampur Aspal (UPA) Sistem Penakaran (Batching Plant)
(1) Kotak/ruang Penimbang atau Penampung (Hopper)
Unit pencampur aspal harus memiliki perlengkapan yang akurat dan otomatis (bukan
manual) untuk menimbang masing-masing fraksi agregat dalam kotak penimbang atau
penampung yang terletak di atas timbangan dan berkapasitas cukup untuk setiap
penakaran tanpa perlu adanya perataan dengan tangan atau tumpah karena penuh. Kotak
penimbang atau penampung harus ditunjang pada titik tumpu dan penopang tipis, yang
dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah terlempar dari kedudukannya atau setelannya.
Semua tepi-tepi, ujung-ujung dan sisi-sisi penampung timbangan harus bebas dari
sentuhan setiap batang penahan dan batang kolom atau perlengkapan lainnya yang akan
mempengaruhi fungsi penimbangan yang sebenarnya. Ruang bebas yang memadai antara
penampung dan perangkat pendukung harus tersedia sehingga dapat dihindari terisinya
celah tersebut oleh bahan-bahan yang tidak dikehendaki. Pintu pengeluaran (discharge
gate) kotak penimbang harus terletak sedemikian rupa agar agregat tidak mengalami
segregasi saat dituang ke dalam alat pencampur dan harus dapat tertutup rapat sehingga
tidak terdapat kebocoran bahan yang akan masuk ke dalam alat pencampur pada saat
proses penimbangan campuran berikutnya.
(2) Alat Pencampur (Mixer)
Alat pencampur sistem penakaran (batch) adalah jenis pengaduk putar ganda (twin
pugmill) yang disetujui dan mampu menghasilkan campuran yang homogen dan
memenuhi toleransi. Ruang pencampur harus dipanasi dengan selubung uap, minyak
panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi Teknis. Ruang pencampur harus memiliki
kapasitas minimum 600 kg dan harus dibuat sedemikian rupa agar kebocoran yang
mungkin terjadi dapat dicegah. Ruang pencampur harus dilengkapi dengan penutup debu
untuk mencegah hilangnya kandungan debu.
Alat pencampur harus memiliki suatu perangkat pengendali waktu yang akurat untuk
mengendalikan kegiatan dalam satu siklus pencampuran yang lengkap dari penguncian
pintu kotak timbangan setelah pengisian ke alat pencampur sampai pembukaan pintu alat
pencampur. Perangkat pengendali waktu harus dapat mengunci ember aspal selama
periode pencampuran kering maupun basah. Periode pencampuran kering didefinisikan
sebagai interval waktu antara pembukaan pintu kotak timbangan dan waktu dimulainya
pemberian aspal. Periode pencampuran basah didefinisikan sebagai interval waktu antara
penyemprotan bahan aspal ke dalam agregat dan saat pembukaan pintu alat pencampur.
Perangkat pengendali waktu harus dapat disetel hingga 60 detik dengan ketelitian 1
detik. Penghitung (counter) mekanis penakar yang dirancang harus dipasang sebagai
bagian dari perangkat pengendali waktu dan harus dirancang dapat mencatat keseluruhan
jumlah penakaran yang telah selesai dicampur, harus dipasang sebagai bagian dari UPA.

6 - 34
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Alat pencampur harus dilengkapi pedal (paddle) atau pisau (blade) dengan jumlah yang
cukup dan dipasang dengan susunan yang benar untuk menghasilkan campuran yang
benar dan seragam. Ruang bebas antara pisau-pisau (blades) dengan bagian yang tidak
bergerak maupun yang bergerak harus tidak melebihi 2 cm, kecuali jika ukuran nominal
maksimum agregat yang digunakan lebih besar dari 25 mm. Apabila digunakan agregat
yang memiliki ukuran nominal maksimum lebih besar dari 25 mm, maka ruang bebas ini
harus disetel sedemikian rupa agar agregat kasar tidak pecah selama proses
pencampuran.
p) Ketentuan Khusus Untuk Unit Pencampur Aspal Sistem Menerus (Continuous Mixing Plant)
(1) Unit Pengendali Gradasi
Unit pencampur aspal harus memiliki perlengkapan untuk mengatur proporsi agregat
(dingin) yang akurat dalam setiap penampung (bin) baik dengan penimbangan maupun
dengan pengukuran volume.
Unit ini harus mempunyai sebuah pemasok (feeder) yang dipasang di bawah penampung
(bin). Masing-masing penampung (bin) harus memiliki pintu bukaan yang dapat disetel
untuk menyesuaikan volume bahan yang keluar dari masing-masing lubang pintu
penampung (bin). Lubang tersebut harus berbentuk persegi panjang, dilengkapi dengan
pintu yang dapat disetel secara mekanis dan dilengkapi dengan pengunci.
Masing-masing lubang pintu penampung harus dilengkapi dengan ukuran berskala yang
menunjukkan bukaan pintu dalam centimeter.
(2) Kapasitas Bukaan Pintu Pemasokan Agregat
Hubungan antara kapasitas dengan bukaan pintu dilakukan dengan cara memeriksa berat
benda uji yang mengalir keluar dari penampung sesuai dengan bukaan pintunya. Berat
benda uji tidak kurang dari 50 kg.
(3) Pemasokan Aspal
Suatu alat pengendali pasokan aspal harus tersedia untuk memperoleh pengendalian
aliran aspal yang tepat dan konstan selama pencampuran basah dari pipa penyalur aspal
ke dalam alat pencampur setelah dilakukan kalibrasi.
(4) Alat Pencampur pada Sistem Menerus
Alat pencampur sistem menerus (continuous) harus dari jenis pengaduk putar ganda
(twin pugmill) yang disetujui dan mampu menghasilkan campuran yang seragam dan
memenuhi toleransi rumus perbandingan campuran. Pedal (paddle) haruslah dari jenis
yang sudut pedalnya dapat disetel, baik posisi searah maupun berlawanan arah dengan
arah aliran campuran. Alat pencampur harus dilengkapi dengan pintu sekat baja yang
dapat disetel sudut kemiringannya (tingginya) yang menentukan waktu pencampuran
sedangkan volume aliran agregat per menit dan volume aliran agregat per menit
(pengeluaran sama dengan pasokan).
Besarnya waktu pencampuran dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kapasitas Penuh Alat Pencampur dalam kg


Waktu Pencampuran (dalam detik) = ----------------------------------------------------
Produksi Alat Pencampur dalam kg/detik

(5) Penampung
Alat pencampur harus dilengkapi dengan sebuah kotak penampung pada bagian
pengeluaran dan langsung ditumpahkan ke dump truk, untuk mencegah terjadinya
segregasi. Bila digunakan elevator untuk memuat campuran beraspal ke dalam bak truk,
campuran harus ditampung terlebih dahulu dalam penampung (silo) sebelum ditumpah
ke dalam dump truk.
q) Peralatan Pengangkut
(1) Truk untuk mengangkut campuran beraspal harus mempunyai bak terbuat dari logam
yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, atau minyak
solar setipis mungkin, untuk mencegah melekatnya campuran beraspal pada bak. Setiap
genangan bahan yang disemprotkan pada lantai bak truk harus dibuang dengan dump

6 - 35
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

truk dalam posisi dumping sebelum campuran beraspal dimasukkan dalam truk. Tiap
muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lain yang cocok sedemikian rupa
agar dapat melindungi campuran beraspal dari penurunan panas dan cuaca.
(2) Truk yang menyebabkan terjadinya segregasi yang berlebihan pada campuran beraspal
akibat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan kebocoran oli
dan bahan bakar, atau kotor yang dapat menimbulkan rontoknya kotoran pada saat
dumping muatan atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya, atas
perintah Direksi Teknis harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.
(3) Jumlah truk untuk mengangkut campuran beraspal harus cukup dan dikelola sedemikian
rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi tanpa berhenti dengan kecepatan
yang disetujui.
r) Peralatan Penghampar dan Pembentuk
(1) Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin sendiri yang
disetujui, yang mampu menghampar dan membentuk campuran beraspal sesuai dengan
garis, kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan.
(2) Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung (hopper) dengan sayap-sayap
yang dapat dilipat pada saat setiap campuran beraspal hampir habis untuk menghindari
sisa bahan yang sudah mendingin di dalamnya dan dua batang ulir pembagi (auger)
dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran beraspal secara
merata di depan sepatu (screed) yang dapat dikendalikan.
(3) Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti penyeimbang
(equalizing runners), mistar lurus (straightedge runners), lengan perata (evener arms),
atau perlengkapan lainnya untuk mempertahankan ketepatan kelandaian dan kelurusan
garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan tepi yang tetap (tidak bergerak).
(4) Alat penghampar harus dilengkapi dengan alat perata (screed) dan dilengkapi dengan
alat prapemadatan dengan jenis penumbuk (tamper) atau jenis vibrasi serta dilengkapi
dengan perangkat untuk memanaskan alat perata agar campuran di bawah screed dapat
tetap panas pada temperatur penghamparan.
(5) Alat penghampar dalam operasinya harus dilengkapi dengan alat pengendali ketebalan
otomatis yang dapat berupa short skies, long skies, atau taut string sensor.
s) Peralatan Pemadat
(1) Peralatan pemadat minimum terdiri atas 2 (dua) alat pemadat roda baja halus (steel wheel
roller) dan 1 (satu) atau 2 (dua) alat pemadat roda karet. Semua alat pemadat harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(2) Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak kurang dari 9
(sembilan) roda yang permukaannya rata, halus tanpa cacat dengan ukuran yang sama
dan mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa 7,0 kg/cm2 (95 psi). Untuk ukuran
ban antara 900 – 20 dengan 10 ply dengan beban per roda 1700 kg. Roda-roda harus
berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa sehingga
tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di antara roda-roda pada sumbu yang
lainnya secara tumpang-tindih (overlap). Setiap roda harus dipertahankan tekanan
pompanya pada tekanan operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan angin ban
maksimum dan minimum tidak melebihi 0,350 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur
tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan pompa ban di
lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban lain yang digunakan,
Penyedia Jasa harus memberikan kepada Direksi Teknis grafik atau tabel yang
menunjukkan hubungan antara beban per roda, tekanan ban pompa, tekanan pada bidang
kontak, lebar dan luas bidang kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu
cara penyetelan berat total dengan pengaturan beban (ballasting). Tekanan dan beban
roda harus disetel sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan, agar dapat memenuhi
ketentuan setiap aplikasi khusus.
(3) Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri, berupa alat pemadat tandem dengan 2
(dua) sumbu atau 3 (tiga) sumbu.

6 - 36
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Alat pemadat roda baja harus mempunyai berat statis tidak kurang dari 8 ton dan 10 ton
untuk pemadatan akhir. Roda gilas harus bebas dari permukaan yang bopeng atau
tonjolan yang merusak permukaan perkerasan.
(4) Peralatan penunjang terdiri atas:
(a) Mesin tumbuk tangan (stamper) berat 50 kg.
(b) Baby roller vibro berat 600 kg.
(c) Mistar perata (Straight edge) 3 m.
(d) Termometer lapangan 200°C.
(e) Mesin gergaji aspal beton.
(f) Penggaruk bergigi dan penumbuk tepi dengan berat 7,5 kg yang terbuat dari pelat
besi 50 x 10 x 2 cm3.

6.3.3 PELAKSANAAN
1) Kesiapan Pekerjaan
Sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan:
a) Hasil percobaan pelaksanaan yang telah disetujui oleh Direksi Teknis.
b) Contoh dari semua jenis bahan baik agregat maupun aspal yang disetujui untuk digunakan
dan disimpan oleh Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan.
c) Laporan tertulis data sifat bahan seperti disyaratkan dalam Butir 6.3.2.4) baik agregat maupun
aspal beserta asal sumbernya dan untuk aspal berikut sertifikat pabrik.
d) Formula campuran kerja dan data pengujian yang mendukungnya, seperti yang disyaratkan
dalam Butir 6.3.2.5), dalam bentuk laporan tertulis.
e) Hasil pemeriksaan oleh Direksi Teknis atas peralatan laboratorium dan sertifikat kalibrasinya
serta peralatan pelaksanaan.
f) Rencana kapasitas produksi per jam.
g) Jumlah dan kapasitas truk jungkit (dump truck) yang akan digunakan.
2) Persiapan Kerja
Setiap hari sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa menyampaikan kepada Direksi Teknis
pengajuan kerja yang dilengkapi data seperti tertera di bawah ini. Direksi Teknis melakukan
pemeriksaan terhadap kebenarannya dan memberikan persetujuan untuk memulai kerja.
a) Pengukuran pengujian permukaan dasar seperti disyaratkan dalam Butir 6.3.4.1) dalam
bentuk laporan tertulis.
b) Kondisi cuaca telah memungkinkan untuk kelancaran kerja.
c) Kesiapan peralatan dan tenaga kerja, ketersediaan bahan.
d) Penyiapan lapangan (semua kerusakan termasuk ketidakrataan telah diperbaiki, termasuk
lapis resap ikat atau lapis perekat) minimal untuk 1 (satu) hari kerja.
e) Laporan tertulis mengenai kepadatan lapis campuran, data pengujian campuran, ketebalan
lapisan dan dimensi pekerjaan beserta seluruh berat muatan truk yang telah diselesaikan pada
hari sebelumnya, seperti yang disyaratkan dalam Butir 6.3.4.2), Butir 6.3.4.4), Butir 6.3.4.5)
dan Pasal 6.3.5.
3) Pembuatan dan Produksi Campuran Beraspal
a) Kemajuan Pekerjaan
Campuran beraspal tidak boleh diproduksi apabila tidak cukup tersedia bahan, peralatan,
pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin
kemajuan pekerjaan pada kapasitas rencana per jam.
b) Penyiapan Aspal
Aspal harus dipanaskan pada temperatur rencana ± 5°C. Untuk jenis aspal keras tidak boleh
pernah menerima pemanasan melebihi 170°C di dalam suatu tangki yang dirancang

6 - 37
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu
mengalirkan aspal ke alat pencampur secara terus menerus pada temperatur yang merata
setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat
30.000 liter aspal keras yang sudah siap untuk dialirkan ke alat pencampur.
c) Penyiapan Agregat
(1) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui pemasok
penampung dingin yang terpisah. Setiap fraksi agregat tidak boleh berasal dari hasil
pencampuran agregat untuk campuran beraspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada
alat pengering sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala api dalam proses
pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat agar tidak terbentuknya selaput
jelaga pada agregat dan temperatur agregat keluar dari pengering + 180°C.
(2) Apabila butiran fraksi halus lolos Saringan No.200 yang diambil dari hot bin ternyata
mempunyai nilai indeks plastis, maka dust collector harus dioperasikan dengan metode
basah untuk membuang material ini.
(3) Agregat saat dicampur dengan aspal harus kering dengan temperatur maksimum sesuai
temperatur aspal, tetapi tidak lebih rendah 15°C di bawah temperatur aspal.
(4) Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan pengisi (filler)
tambahan harus disalurkan ke dalam ruang pencampuran dalam takaran sebagai yang
direncanakan secara merata ditaburkan tepat di atas alat pencampur.
d) Penyiapan Pencampuran
(1) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur di
instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi
formula campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari gradasi
dengan cara penyaringan basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin)
sebelum produksi campuran dimulai dan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana
ditetapkan oleh Direksi Teknis, untuk menjamin pengendalian penakaran. Aspal harus
ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang
ditetapkan sesuai formula campuran kerja. Apabila digunakan instalasi pencampur sistem
penakaran, seluruh agregat kering harus dicampur terlebih dahulu, kemudian baru
sejumlah aspal yang tepat ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan
waktu sesingkat mungkin yang ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal
terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991 (biasanya
sekitar 45 detik), untuk menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiran
agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus ditetapkan oleh
Direksi Teknis dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Untuk
instalasi pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang dibutuhkan harus
ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar”
sesuai dengan prosedur SNI 03-2439-1991 dengan waktu pencampuran, paling lama 60
detik yang ditentukan dengan menyetel bukanan pintu sekat dalam alat pencampur.
(2) Temperatur campuran beraspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus dalam rentang
seperti yang dijelaskan dalam Tabel 6.3.3-1. Tidak ada campuran beraspal yang diterima
dalam pekerjaan apabila temperatur pencampuran melampaui temperatur yang
disyaratkan.
e) Pengangkutan dan Penyerahan di Lapangan
(1) Campuran beraspal harus diterima di lapangan untuk dihamparkan pada temperatur
campuran tertentu sehingga memenuhi ketentuan dalam Tabel 6.3.3-1.
Untuk menentukan temperatur pencampuran dan pemadatan masing-masing jenis aspal
harus dilakukan pengujian di laboratorium sesuai ASTM E 102-93. Berdasarkan hasil
pengujian di laboratorium diperoleh hubungan antara viskositas dengan temperatur,
seperti ditunjukkan pada Gambar 6.3.3-1. Temperatur pencampuran dan pemadatan
diperoleh dengan menerapkan viskositas yang tertera pada Tabel 6.3.3-1 pada Gambar
6.3.3-1.

6 - 38
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Tabel 6.3.3-1 Ketentuan Viskositas Aspal untuk Pencampuran dan Pemadatan


Temperatur Campuran
Viskositas Aspal
No. Prosedur Pelaksanaan Dengan Aspal
(Pa.S)
Pen 60 Pen 40
1 Pencampuran benda uji 0,2 155+1 160+1
Marshall
2 Pemadatan benda uji 0,4 145+1 150+1
Marshall
3 Temperatur pencampuran Tergantung jenis 165 170
maks. di AMP aspal yang
digunakan
4* Pencampuran, rentang 0,2 - 0,5 145-155 150-160
temperatur sasaran
5 Menuangkan campuran ± 0,5 135-150 140-155
beraspal dari alat
pencampur
6 Pemasokan ke Alat 0,5 - 1,0 130-150 135-155
Penghampar
7 Penggilasan Awal (roda 1-2 125-145 130-150
baja)
8 Penggilasan Kedua (roda 2 - 20 90-125 95-130
karet)
9 Penggilasan Akhir (roda < 20 70 - 90 70 - 95
baja)
Catatan : Temperatur agregat tidak boleh kurang dan lebih 15°C dari temperatur campuran aspal.

Gambar 6.3.3-1 Contoh Hubungan antara Viskositas dan Temperatur

6 - 39
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Selain untuk aspal keras Pen 40 dan Pen 60 temperatur pencampuran dan pemadatan
diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium. Khusus untuk aspal polimer temperatur
pencampuran dan pemadatan harus dikurangi sampai dengan 10°C.
(2) Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap muatan
harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat netto.
(3) Penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali
tersedia penerangan minimal 100 lux yang dapat diterima oleh Direksi Teknis.
4) Penghamparan Campuran
a) Menyiapkan Permukaan yang Akan Dilapisi
(1) Semua permukaan yang akan dilapisi atau akan diberi lapis perata harus disiapkan
sedemikian rupa sehingga didapat kondisi yang baik. Permukaan yang dalam kondisi
rusak, harus dibongkar dan diperbaiki sampai diperoleh permukaan yang keras dengan
bahan yang disetujui oleh Direksi Teknis yang setelah diperbaiki memenuhi toleransi
yang disyaratkan.
(2) Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus dibersihkan dari
bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan compressor dan atau sapu mekanis
(power broom) yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis Perekat (tack
coat) atau Lapis Resap Ikat (prime coat) harus diterapkan secara merata dan sesuai
dengan Seksi 6.1 dari spesifikasi ini.
b) Acuan Tepi
Acuan tepi yang tersedia pada finisher harus digunakan, bila diperlukan dapat pula digunakan
balok kayu lurus atau acuan lain yang disetujui dan harus dipasang sesuai dengan garis serta
ketinggian sesuai rencana ketebalan hamparan.
c) Penghamparan dan Pembentukan
(1) Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) harus bersih, licin, tidak cacad, tidak
ada butiran batuan atau sisa campuran yang terselip pada sambungan (dibawah crown
control) dan harus dipanaskan dengan alat pemanas yang terdapat pada Alat
Penghampar. Campuran beraspal harus dihampar sesuai dengan ketebalan yang
direncanakan dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang
melintang yang disyaratkan.
(2) Pengendalian tebal rencana dapat dilakukan secara manual atau dengan pengendalian
tebal mekanis berupa taut string (wire), short skies, dan long skies.
(3) Crawler atau roda finisher harus duduk di atas lapisan dasar, tidak boleh menginjak
ceceran-ceceran campuran.
(4) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang rendah terlebih dahulu apabila pekerjaan
yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
(5) Peralatan pra-pemadat vibrasi pada alat perata harus dijalankan dan berfungsi dengan
baik selama penghamparan dan pembentukan.
Bila digunakan alat penumbuk untuk pemadatan awal maka alat penumbuk tidak boleh
telah aus sedemikian rupa sehingga tidak berfungsi memberikan kepadatan awal.
(6) Temperatur sisa campuran beraspal yang belum terhampar di bawah alat perata harus
dipertahankan sesuai temperatur atau viskositas yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3-1.
(7) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang konstan dan tidak
menyebabkan terjadinya segregasi, terseret, retak permukaan, ketidakseragaman atau
bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disesuaikan dengan kapasitas produksi UPA dan ketebalan hamparan sebagai yang
disetujui oleh Direksi Teknis dan harus ditaati.
(8) Apabila terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar
harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan
dan diperbaiki.
(9) Penaburan tidak boleh dilakukan di atas permukaan hamparan yang telah rapih, butiran
kasar sisa penaburan di daerah yang tidak rapih tidak boleh dikembalikan untuk
dihampar.

6 - 40
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

d) Pemadatan
(1) Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus
diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur
campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan
penggilasan harus dimulai dalam rentang temperatur sesuai viskositas aspal yang
ditunjukkan pada Tabel 6.3.3-1 dan dilakukan dari sisi rendah bergeser ke sisi yang lebih
tinggi.
(2) Penggilasan campuran beraspal harus terdiri dari 3 (tiga) tahap yang terpisah berikut ini:
(a) Pemadatan awal (breakdown rolling).
(b) Pemadatan utama (intermediate rolling).
(c) Pemadatan akhir (finish rolling).
(3) Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda
baja. Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat
penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum 2 (dua) lintasan
penggilasan awal.
Pemadatan utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di
belakang pemadatan awal dan dilakukan sebanyak mungkin lintasan dalam rentang
temperatur yang disyaratkan sesuai Tabel 6.3.3-1. Pemadatan akhir harus dilaksanakan
dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar sampai jejak bekas pemadatan roda karet
hilang.
(4) Pelaksanaan pemadatan pada sambungan melintang harus dilakukan dengan terlebih
dahulu memasang dua buah balok kayu diluar lajur sejajar sambungan melintang untuk
dudukan roda pemadat saat berada di luar lajur dengan ketebalan sesuai dengan tebal
padat lapisan. Bila sambungan memanjang dibuat untuk menyambung dengan lajur yang
dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus memadatkan sambungan sebanyak 2
(dua) lintasan dan selanjutnya dilakukan pemadatan memanjang sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
(5) Pemadatan selanjutnya dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan dari sisi terendah
menuju ke sisi tinggi lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap).
(6) Apabila menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus
terlebih dahulu menggilas sambungan lajur dengan lajur yang telah dihampar
sebelumnya sehingga + ¾ dari lebar roda pemadat yang menggilas sisi sambungan yang
belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan
menggeser posisi alat pemadat bertumpang tindih minimal selebar 15 cm.
(7) Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam
untuk roda karet dan harus selalu dijaga pada kecepatan konstan sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah
penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan
terdorong, terbentuknya bekas gilasan campuran beraspal. Alat pemadat tidak boleh
(berhenti) di atas hamparan yang sedang dipadatkan.
(8) Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh
pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan
sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.
(9) Roda alat pemadat harus dibasahi secara mengkabut terus menerus untuk mencegah
pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak
diperkenankan. Untuk menghindari lengketnya butiran-butiran halus campuran beraspal
pada roda karet, roda dapat dibasahi dengan air yang dicampur sedikit deterjen.
(10) Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan yang baru
selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
(11) Bahan bakar, pelumasan dan gemuk yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh
Penyedia Jasa atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan

6 - 41
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

perbaikan ini menjadi beban Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mencegah agar tidak
terjadi ceceran aspal di atas permukaan perkerasan.
(12) Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan elevasi, lereng
melintang, kelandaian, dan berada dalam batas lereng melintang dan kelandaian yang
memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang lepas atau
rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan
diganti dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan
lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal terhampar dengan
luas minimal 0,1 m2 (tunggal) yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal
harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan
akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
(13) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa harus memotong
dengan gergaji tepi perkerasan agar bergaris rapih. Setiap hamparan yang berlebihan, dan
sambungan memanjang dan melintang yang akan disambung dengan lajur baru harus
dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar
daerah milik jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Teknis.
e) Sambungan
(1) Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur
sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris dengan
sambungan lapis dibawahnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar
sambungan pada lapisan teratas harus berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu
lintas.
(2) Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang telah
dipadatkan sebelumnya kecuali apabila tepinya telah dibentuk tegak lurus atau telah
dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan
lama dan baru harus diberikan sebelum campuran beraspal dihampar di sebelah
campuran beraspal yang telah digilas sebelumnya. Sapuan aspal lapis perekat tidak boleh
mengenai permukaan lapis sebelumnya.
5) Perbaikan Pada Campuran beraspal yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang disyaratkan, juga lokasi yang tidak
memenuhi ketentuan dalam segi lainnya, tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh Penyedia Jasa
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknis. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan
penggantian atau penambahan lapisan campuran beraspal dengan harus mengindahkan tebal lapis
minimum dan geometri permukaan perkerasan, atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh
Direksi Teknis.
Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk pembayaran haruslah
volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada pembayaran
tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk
perbaikan.

6.3.4 PENGENDALIAN MUTU


1) Pengujian Permukaan Perkerasan
a) Pemukaan perkerasan harus diperiksa kerataannya dengan mistar lurus sepanjang 3 meter,
yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan
sumbu jalan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Toleransi harus sesuai dengan ketentuan
dalam Butir 6.3.2.3) f).
b) Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus mulai dilaksanakan
segera pada awal pemadatan utama, penyimpangan yang terjadi harus diperbaiki dengan
membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan. Selanjutnya pemadatan
dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Selama penggilasan, kerataan lapisan ini harus diperiksa
kembali dan setiap ketidakrataan permukaan yang melampaui batas-batas yang disyaratkan

6 - 42
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

dan setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, harus diperbaiki sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Teknis.
2) Ketentuan Kepadatan
a) Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 97% kepadatan standar kerja (job standard
density) untuk Lataston (HRS) dan 98% untuk semua campuran beraspal lainnya.
b) Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dan pemadatan benda uji di laboratorium
masing-masing harus sesuai dengan RSNI M-01-2003 untuk ukuran butir maksimum 25,4 (1
inci) dan RSNI M-06-2004 untuk ukuran maksimum 38 mm (1,5 Inci).
c) Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan campuran
beraspal apabila kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-
nilai yang diberikan Tabel 6.3.4-1. Apabila rasio kepadatan maksimum dan minimum yang
ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur
untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus diganti dan
serangkaian benda uji inti baru harus diambil.

Tabel 6.3.4-1 Ketentuan Kepadatan


Nilai minimum
Kepadatan yang Jumlah benda Kepadatan
setiap pengujian
disyaratkan uji per Minimum Rata-rata
tunggal
(% JSD) pengujian (% JSD)
(% JSD)
3–4 98,1 95
98 5 98,3 94,9
6 98,5 94,8
3-4 97,1 94
97 5 97,3 93,9
6 97,5 93,8
3) Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran beraspal
a) Pengambilan Benda Uji Campuran beraspal
Pengambilan benda uji dilakukan pada lokasi UPA di atas truk dengan frekuensi pengujian
setiap 200 ton dan minimum 2 (dua) kali per hari. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
pengambilan benda uji di lokasi penghamparan apabila terjadi segregasi yang berlebihan
selama pengangkutan dan penghamparan campuran beraspal.
b) Pengendalian Proses
Frekuensi minimum pengujian yang diperlukan dari Penyedia Jasa untuk maksud
pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 6.3.4-2.
Contoh yang diambil dari alat penghamparan campuran beraspal setiap hari harus dengan
cara yang diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang diperintahkan dalam Butir 6.3.4.3) dan
Butir 6.3.4.4). Enam cetakan Marshall harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus
dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3-1 dan dalam jumlah
tumbukan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.2.-11 sampai dengan Tabel 6.3.2-14. Kepadatan
benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan menjadi
kepadatan marshall harian.
Contoh yang diambil dari campuran beraspal pada setiap hari harus dengan cara yang
diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang diperintahkan dalam Butir 6.3.4.3) a) dan Butir
6.3.4.4).
Apabila terjadi kepadatan Marshall harian rata-rata dari setiap produksi selama 4 (empat) hari
berturut-turut berbeda lebih 1% dari Kepadatan Standar Kerja (JSD), maka Direksi Pekerjaan
harus memerintahkan Penyedia Jasa untuk menghentikan produksi campuran dan
mengevaluasi penyebab dari penyimpangan tersebut. Pekerjaan dapat dimulai kembali

6 - 43
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

apabila Penyedia Jasa sudah menemukan penyebabnya, memperbaiki dan mengulangi proses
campuran rancangan dengan biaya Penyedia Jasa sendiri.
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian pengujian, Penyedia
Jasa dapat memilih untuk mengambil contoh di atas ruas yang lebih panjang (yaitu, pada
suatu frekuensi yang lebih besar) dari yang diperlukan dalam Tabel 6.3.4-2.
c) Pemeriksaan dan Pengujian Rutin
Pemeriksaan dan pengujian rutin akan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa di bawah pengawasan
Direksi Teknis untuk menguji pekerjaan yang sudah diselesaikan sesuai toleransi-toleransi
dimensi, mutu bahan, kepadatan, pemadatan dan setiap ketentuan lainnya yang disebutkan
dalam seksi ini.
Setiap bagian pekerjaan, yang menurut hasil pengujian tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus diperbaiki sedemikian rupa sehingga setelah diperbaiki, pekerjaan tersebut
memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan, semua biaya pembongkaran, pembuangan,
penggantian bahan maupun perbaikan dan pengujian kembali menjadi beban Penyedia Jasa
atau untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat diperbaiki, Penyedia Jasa dapat dikenakan
denda.
d) Pengambilan Benda Uji Inti Lapisan Beraspal
Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor uji inti (core) yang mampu memotong benda uji
inti berdiameter 4 inci maupun atau 6 inci tergantung dari ukuran butir maksimum campuran
pada lapisan beraspal yang telah selesai dikerjakan. Biaya dan benda uji inti untuk
pengendalian proses harus sudah termasuk ke dalam harga satuan Penyedia Jasa untuk
pelaksanaan perkerasan lapis beraspal dan tidak dibayar secara terpisah.
Dalam kondisi tertentu pasal ini dapat diubah dimana alat uji disediakan oleh Penyedia Jasa,
namun pengambilan contoh uji, dan uji dilakukan oleh petugas Direksi Teknis atau uji
dilakukan oleh pihak lain dengan biaya Penyedia Jasa.

6 - 44
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

Tabel 6.3.4-2 Pengendalian Mutu


Pengujian Frekwensi pengujian
Aspal:
Aspal berbentuk drum ³√ dari jumlah drum*
Aspal curah Setiap tangki aspal*
Jenis Pengujian aspal:
Aspal drum dan curah mencakup semua parameter
pengujian pada Tabel 6.3.4-6 s/d Tabel 6.3.2-9:
Penetrasi dan Titik Lembek
Aspal curah untuk saat kedatangan di lapangan mencakup
penetrasi dan titik lembek. Paramater pengujian yang lain
dilakukan kemudian.
Asbuton Butir/Aditif Asbuton ³√ dari jumlah kemasan*
- Kadar Air
- Ekstraksi (kadar aspal)
- Ukuran butir maksimum
- Penetrasi aspal asbuton
Agregat:
- Abrasi dengan mesin Los Angeles 5000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan dari 1000 m3
sumber yang sama
- Uji Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) 250 m3 (min. 2 pengujian per
(setiap penggunaan total agregat dari penampung hari)
panas).
- Nilai setara pasir (sand equivalent) 250 m3
Campuran:
- Temperatur di UPA Setiap batch
- Temperatur saat sampai di lapangan Setiap truck 3 uji
- Gradasi dan kadar aspal 200 ton (min. 2 pengujian per
hari)
- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quo-tient, 200 ton (min. 2 pengujian per
rongga dalam campuran pada 75 tumbukan hari)
- Rongga dalam campuran pada Kepadatan Membal Setiap 3000 ton
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan
agregat/rancangan
Lapisan yang dihampar:
- Benda uji inti (core) berdiameter 4 inci untuk partikel 200 meter panjang
ukuran maksimum 1 inci dan 6 inci untuk partikel
ukuran di atas 1 inci, baik untuk pemeriksaan
pemadatan maupun tebal lapisan: paling sedikit 2 (dua)
benda uji inti per 30 m/lajur
Toleransi Pelaksanaan:
- Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari Paling sedikit 13 titik setiap
setiap jalur lalu lintas. tepi lajur pada setiap panjang
5 m.
³√ = akar pangkat tiga
* pada saat kedatangan
4) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran beraspal
a) Penyedia Jasa harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan tersebut harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan.
b) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan catatan pengujian
berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi, beserta lokasi penghamparan yang sesuai
Butir 6.3.4.3):
6 - 45
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

(1) Analisa saringan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari setiap penampung
panas.
(2) Temperatur campuran saat pengambilan contoh di Unit Pencampur Aspal (UPA)
maupun di lokasi penghamparan (satu per jam).
(3) Kepadatan Marshall harian dengan detail dari semua benda uji yang diperiksa.
(4) Kepadatan dan persentase kepadatan lapangan relatif terhadap Kepadatan Campuran
Standar Kerja (Job Mix Density) untuk setiap benda uji inti (core).
(5) Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit 2 (dua) contoh.
(6) Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar aspal paling
sedikit 2 (dua) contoh. Apabila cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka koreksi abu
harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-1994.
(7) Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihitung berdasarkan
berat jenis maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 06-6893-2002).
(8) Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan berat jenis maksimum
campuran perkerasan aspal (SNI 06-6893-2002).
5) Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran beraspal
Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran beraspal yang
dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran beraspal dari rumah timbang
sesuai dengan Butir 6.3.2.3) e) dari spesifikasi ini.
6) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya harus segera
ditutup kembali dengan bahan campuran beraspal oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan dengan
energi pemadatan sesuai dengan penumbukan Marshall 4 inci dan 6 inci (RSNI M-01-2003 dan
RSNI M-06-2004) serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan dalam
seksi ini.

6.3.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran Pekerjaan
a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran campuran beraspal haruslah berdasarkan pada
beberapa penyesuaian di bawah ini:
(1) Untuk bahan lapisan permukaan (misalnya SS, HRS-WC dan AC-WC) jumlah per meter
persegi dari bahan yang dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian
dari panjang ruas yang diukur dan lebar yang diterima.
(2) Untuk bahan lapisan perkuatan (misalnya HRS-Base, AC-BC dan AC-Base) jumlah
meter kubik dari bahan yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil
perkalian luas lokasi dan tebal yang diterima .
b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi lokasi dengan tebal hamparan
kurang dari tebal minimum yang dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah,
retak atau menipis (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi
dengan kadar aspal yang tidak memenuhi ketentuan toleransi yang diberikan dalam
spesifikasi tidak akan diterima untuk pembayaran.
c) Campuran beraspal yang dihampar langsung di atas permukaan aspal lama yang dilaksanakan
pada kontrak terdahulu yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan memerlukan koreksi
bentuk yang cukup besar (lapis aus, antara, fondasi dan juga yang bersifat sebagai perata),
harus dihitung berdasarkan tebal rata-rata yang diterima yang dihitung berdasarkan berat
campuran beraspal yang diperoleh dari penimbangan muatan di rumah timbang setelah
dikurangi sejumlah volume/berat yang tidak digunakan dibagi dengan luas penghamparan
aktual dan kepadatan lapangan hasil pengujian benda uji inti (core), dan luas lokasi
penghamparan yang diterima. Apabila tebal rata-rata campuran beraspal yang diperlukan
melebihi dari tebal rancangan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), maka tebal rata-rata yang
ditentukan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan harus berdasarkan atas perhitungan tebal rata-
rata yang diperlukan (diterima).

6 - 46
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

d) Kecuali yang disebutkan dalam Butir c) di atas, maka tebal campuran beraspal yang diukur
untuk pembayaran tidak boleh lebih besar dari tebal nominal rancangan yang ditunjukkan
dalam Tabel 6.3.2.1) di atas atau tebal rancangan yang ditentukan dalam gambar rencana.
Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan yang kurang berdasarkan
pertimbangan teknik atau suatu ketebalan lebih untuk lapis perata seperti yang diizinkan
menurut Butir 6.3.5.1) c) dari spesifikasi ini maka pembayaran campuran beraspal akan
dihitung berdasarkan luas atau volume hamparan yang dikoreksi menurut Butir h) di bawah
dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini:
Tebal nominal yang diterima
Ct = -----------------------------------
Tebal nominal rancangan
Tidak ada penyesuaian luas atau volume hamparan seperti di atas yang dapat diterapkan
untuk ketebalan yang melebihi tebal nominal rancangan bila campuran beraspal tersebut
dihampar di atas permukaan yang juga dikerjakan dalam kontrak ini, kecuali jika
diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan atau ditunjukkan dalam gambar rencana.
e) Lebar hamparan campuran beraspal yang akan dibayar harus seperti yang ditunjukkan dalam
gambar dan harus diukur dengan pita ukur oleh Penyedia Jasa dibawah pengawasan Direksi
Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu jalan dan tidak termasuk lokasi
hamparan yang tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan. Interval jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi harus
selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 25 m. Lebar yang akan digunakan dalam
menghitung luas untuk pembayaran setiap lokasi perkerasan yang diukur, harus merupakan
lebar rata-rata yang diukur dan disetujui.
f) Pelapisan campuran beraspal dalam arah memanjang harus diukur sepanjang sumbu jalan
dengan menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu ukur tanah.
g) Apabila Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran beraspal dengan kadar aspal rata-rata
yang lebih rendah dari kadar aspal yang ditetapkan dalam rumus perbandingan campuran.
Pembayaran campuran beraspal akan dihitung berdasarkan luas atau volume hamparan yang
dikoreksi menurut Butir h) di bawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini. Tidak
ada penyesuaian yang akan dibuat untuk kadar aspal optimum yang dilampaui dalam rumus
perbandingan campuran.
Kadar aspal rata-rata yang diperoleh dari hasil ekstraksi
Cb = ----------------------------------------------------------------------------------
Kadar aspal yang ditetapkan dalam rumus perbandingan campuran
h) Luas atau volume yang digunakan untuk pembayaran adalah:
Luas atau volume seperti disebutkan pada Butir a) di atas x Ct x Cb, jika tidak terdapat
penyesuaian maka faktor koreksi Ct dan Cb diambil 1 (satu).
i) Apabila perbaikan pada campuran beraspal yang tidak memenuhi ketentuan telah
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Butir 6.3.3.3) dari spesifikasi ini, maka
kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan
semula dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan atau kuantitas
tambahan yang diperlukan untuk perbaikan tersebut.
j) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang digunakan Penyedia Jasa
dalam menghitung harga satuan untuk berbagai campuran beraspal yang termasuk dalam
penawarannya haruslah berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian harga yang
akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar aspal yang disetujui dalam rumus
perbandingan campuran dan kadar aspal dalam analisa harga satuan dalam penawaran.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sesuai dengan ketentuan di atas, harus dibayar menurut harga kontrak per satuan
pengukuran, untuk mata pembayaran yang ditunjukkan di bawah ini dan dalam daftar kuantintas
dan harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta menghampar semua bahan, termasuk semua

6 - 47
Departemen Pekerjaan Umum – Desember 2007

pekerja, peralatan, pengujian, perkakas dan pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam seksi ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
6.3 (1) Latasir Kelas A (SS-A) , (t = ... cm) Meter Persegi

6.3 (2) Latasir Kelas B (SS-B) , (t = ... cm) Meter Persegi

6.3 (3) Lataston Lapis Aus (HRS-WC) , (t = ... cm) Meter Persegi

6.3 (3a) Lataston Lapis Aus Perata (HRS-WC L) Ton

6.3 (4) Lataston Lapis Fondasi (HRS-Base) Meter Kubik

6.3 (4a) Lataston Lapis Fondasi Perata (HRS-Base L) Ton

6.3 (5a) Laston Lapis Aus (AC-WC), (t = ...cm) Meter Persegi

6.3 (5b) Laston Lapis Aus Modifikasi (AC-WC Mod) , Meter Persegi
(t = ... cm)

6.3 (5c) Laston Lapis Aus Perata (AC-WC L) Ton

6.3 (5d) Laston Lapis Aus Modifikasi Perata (AC-WC Mod L) Ton

6.3 (6a) Laston Lapis Antara (AC-BC) Meter Kubik

6.3 (6b) Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Mod) Meter Kubik

6.3 (6c) Laston Lapis Antara Perata (AC-BC L) Ton

6.3 (6d) Laston Lapis Antara Modifikasi Perata (AC-BC Mod L) Ton

6.3 (7a) Laston Lapis Fondasi (AC-Base) Meter Kubik

6.3 (7b) Laston Lapis Fondasi Modifikasi (AC-Base Mod) Meter Kubik

6.3 (7c) Laston Lapis Fondasi Perata (AC-Base L) Ton

6.3 (7d) Laston Lapis Fondasi Modifikasi Perata (AC-Base Mod L) Ton

6 - 48

Anda mungkin juga menyukai