Anda di halaman 1dari 3

BANDA ACEH – Kota Banda Aceh keluar sebagai juara umum Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK

tingkat Provinsi Aceh tahun 2018. Kepala Dinas Pendidikan Aceh Syaridin S.Pd, M.Pd menutup
kegiatan itu, Sabtu (6/10) sore dan menyerahkan piala bergilir kepada perwakilan kontingen tuan
rumah, Saiful Husin.

Luapan kegembiraan tak dapat dibendung oleh para siswa SMK yang memadati aula SMK Lhoong
Raya. Para siswa dan guru pendamping mengikuti dengan tekun kata demi kata yang
disampaikan pembawa acara. Sesekali mereka bertepuk tangan begitu mendengar nama
sekolahnya dibacakan. Begitu tiba saat dibacakan juara umum, sontak ruangan berukuran sekitar
25×50 meter seakan mau pecah. Banda Aceh juara umum.

Banda Aceh berhasil mempertahankan juara umum setelah memborong 16 juara 1, masing-
masing untuk bidang automoblie technology (atas nama Tommi Arief Saifuddin, SMKN 2),
refrigeration (Rahmatullah, SMKN 2), CADD Building (auto cad) atas nama Luthfi Adriansyah
Irawan (SMKN 2), electronic aplication (Abrar, SMKN 2), mechatronics (Syahrul Ismail, SMKN 2)
dan printing (Dzaki Firdaus, SMKN 1).

Setelah itu, bidang graphic design technology (Muhammad Bilal Arve, SMKN 1), billingual
secretary (Nasyiratudina, SMKN 1), marketting/merchandising (Ferry Irawan, SMKN 1),
accounting (Ruzki Ardila, SMKN 1), cooking (Ade Tria Mendista, SMKN 3), dan restaurant service
(Eric Sadewa, SMKN 3).

Selanjutnya, Banda Aceh juga meraih juara 1 untuk bidang hotel accommodation (atas nama
Tengku Aisya Humaida, SMKN 3), tourist industry/UJP (Zaiyyan Fadyatul Ulya, SMKN 1), ladies
dressmaking (Rahmatina, SMKN 3), animation (Siti Salsabila, SMKN 1), dan terakhir juara 1 untuk
bidang industrial farmaceutia (atas nama Maina Ariyanti (SMK Farmasi Cut Meutia).

LKS ke-27 tingkat Provinsi telah berlangsung sejak Selasa (2/10. Sebanyak 357 siswa dari seluruh
Aceh mengikuti berbagai cabang keahlian yang dikelompokkan ke dalam delapan bidang, mulai
dari kelompok teknologi rekayasa hingga kelompok kemaritiman dan chemistry. Pihak panitia
menyebut, semuanya ada 39 mata lomba. Para siswa mengikuti perlombaan sesuai bidang
keahlian masing-masing pada 6 lokasi terpisah, yaitu SMK 1 Banda Aceh dengan 5 mata lomba,
SMK 2 Banda Aceh untuk 14 mata lomba, SMK 3 Banda Aceh dengan 7 mata lomba, SMK
Mubarkeya Aceh Besar 11 mata lomba, dan SUPM Ladong Aceh Besar 2 mata lomba.

Kepala Dinas Pendidikan Syaridin, S.Pd, M.Pd menutup secara resmi kegiatan tersebut dan
menyerahkan piala bergilir kepada pimpinan kontingen Banda Aceh diwakili Saiful Husen selaku
ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) setempat.

Ketika menyampaikan pidato atas nama ketua panitia LKS, Dr Asbaruddin MM mengatakan,
bahwa tidak semua cabang lomba dapat mencapai passing grade yang telah ditetapkan oleh
Kemendikbud. “Apakah juga akan dikirim ke LKS Nasional atau tidak, ini memerlukan
pertimbangan lebih lanjut,” ujarnya.

Menanggapi soal itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh mengatakan, bahwa dalam pertemuannya
dengan Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud telah ditetapkan sebuah aturan main tentang
keiktsertaan daerah pada LKS Nasional. “Sejak 2017, utk semua provinsi, apabila tidak
memenuhi standar yg telah ditetapkan, tidak boleh mengikuti LKS tingkat nasional,” kata
Syaridin.

Dia mengingatkan, hasil yang dicapai pada LKS tingkat provinsi tahun ini menjadi gambaran
pencapaian siswa SMK Aceh. Banyak anak yang belum mencapai nilai passing grade, ini harus
menjadi catatan. Pasti ada yang belum maksimal pada proses pembelajaran. Karena itu, ia
meminta kepala sekolah dan guru SMK untuk bangun, bangkit memperbaiki segala kekurangan.
“Kalau tidak, kita akan terus tertinggal, terutama bila dibandingkan dengan prestasi sekolah-
sekolah di Pulau Jawa,” pesannya.

Ketika mengunjungi arena Expo SMK di Taman Sari sehari sebelumnya, Kadisdik Aceh mengaku
melihat berbagai ketidaksiapan sejumlah stand. Hal itu menurutnya juga memberi indikasi
tentang bagaimana pengelolaan sebuah sekolah. “Di arena pameran, kita bisa melihat sejauh
mana tingkat keseriusan guru produktif dari karya yang dihasilkan siswa di lokasi pameran,”
katanya sambil mengharapkan agar ke depan, guru-guru produktif lebih meningkatkan perannya.

Kepada para juara, kepala dinas meminta agar tidak cepat berpuas diri. Harus banyak melakukan
latihan dan pembinaan. Dimulai dari pembinaan di tingkat sekolah sampai ke tingkat yang lebih
tinggi. “Makanya, ini perlu koordinasi dengan Bidang Pembinaan SMK,” kata Syaridin.
Menurut dia, anak-anak Aceh memiliki potensi yang hebat. Tidak kalah dibanding siswa dari
daerah lain. Secara substansi, anak-anak Aceh menguasai banyak cabang kompetensi. Tapi, kata
kadis, biasanya Aceh lemah pada penguasaan teknis. “Sebagai contoh, rentang waktu
pelaksanaan pembinaan dilakukan terlalu jauh dari waktu penyelenggaraan LKS. Ini menurut
saya keliru. Harusnya masa pembinaan memperhitungkan rentang waktu dengan
penyelenggaraan LKS nasional,” ujarnya.

Dalam melakukan pembinaan, kepala dinas meminta agar Bidang SMK mencari tenaga skill
kaliber nasional di samping juga memperhatikan potensi yang ada di daerah. Selain itu, dia
mewanti-wanti, agar pembinaan dilakukan mengacu pada petunjuk teknis yang telah dibuat oleh
Panitia Nasional. Karena itu, dia meminta agar pihak Bidang Pembinaan SMK melakukan
koordinasi dengan panitia Pusat. “Supaya kita tidak ketinggalan,” pinta Syaridin.

Kadisdik Aceh menyampaikan terima kasih kepada dewan juri nasional maupun juri lokal yg telah
bekerja keras. “Semoga apa yang dihasilkan itu benar-benar obyektif,” ujarnya.[*]

Anda mungkin juga menyukai