PROPOSAL
Oleh:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal matematika merupakan kemampuan yang dapat menjadi dasar
untuk menerima pengetahuan baru. Ausubel (dalam Depdiknas: 2006) menyatakan
bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan bermakna
tidaknya suatu proses pembelajaran. Itulah sebabnya para guru harus mengecek,
memperbaiki dan menyempurnakan pengetahuan para siswa sebelum membahas materi
baru.
Kemampuan awal juga membantu guru dalam mempersiapkan pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Rusman (2012:158)
menyatakan bahwa pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
2. Model Pembelajaran Learning Cycle “5E”
Salah satu pembelajaran yang menerapkan model konstruktivismeadalah model
pembelajaran Learning Cycle (siklus belajar). Model Learning Cycle pertama
kalidiperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study
(SCIS). Siklus belajar merupakan suatu pengorganisasian yang memberikan kemudahan
untuk penguasaan konsep-konsep baru dan untuk menata ulang pengetahuan
mahasiswa, (Santoso, 2005:34).
Pada awalnya model Learning Cycle terdiri atas tiga tahap: eksplorasi
(exproration), pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application). Pada proses selanjutnya tiga tahap tersebut megalami
pengembangan. Menurut Lorsbach (dalam Wena, 2009:171),tiga tahap siklus
dikembangkan menjadi lima tahap: pembangkitan minat (engagement), eksplorasi
(exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration/extention), dan evaluasi
(evaluation).
Adapun fase-fase yang terdapat pada model pembelajaran Learning Cycle menurut
Made Wena (2009) adalah sebagai berikut:
1) Fase Pembangkitan Minat (Engagement)
Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam
menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-
ide mereka, minat dan keingintahuan siswa tentang topic yang akan diajarkan
berusaha dibangkitkan (Fajaroh dan Dasna, 2008).
2) Fase Eksplorasi (Eksploration)
Pada tahap eksplorasidibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 orang
siswa, kemudian diberi kesempatanuntukbekerja sama dlam kelompokkeciltanpa
pembelajaranlangsung dari guru. padatahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator (Wena, 2009:171).
Fase eksplorasi menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan
pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami, serta
mengkomunikasikannya pada orang lain berdasarkan konsep-konsep yang telah
mereka ketahui. Fase eksplorasi bertujuan untuk melibatkan siswa secara aktif
dalam suatu aktivitas yang dapat menumbuhkan ras ingin tahu dan motivasi belajar
(Dahar, 1989:198).
3) Fase Penjelasan (Explanation)
Pada fase penjelasan, siswa mendapat penjelasan tentang konsep
yangditemukan dan memperoleh informasi yang berhubungan dengan konsep yang
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari (Adnyana, 2011:3). Tahap penjelasan akan
mendorong tercapainya beberapa indikator kemampuan pemahaman konsep dan
koneksi matematis siswa diantaranya adalah menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih
prosedur atau operasi tertentu, dan menuliskan masalah kehidupan sehari-hari ke
dalam bentuk model matematika.
4) Fase perluasan (Elaboration)
Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah
dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian siswa
akan menerapkan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru (Wena,
2009:172). Siswa mengerjakan soalyang diberikan oleh guru secara individu. Soal
yang diberikan merupakan soal pemahaman konsep dan soal koneksi matematika
dimama siswa mengaitkannya dnegan konsep yang telah diketahui sebelumnya,
sehingga siswa tetap ingat akan konsep yang diterimanya dalam menyelesaikan
masalah.
5) Fase Evaluasi (Evaluation)
Pada fase evaluasi, guru mendorong siswa melakukan evaluasi diri, memahami
kekurangan/kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan
evaluasi diri,siswa dapat mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang
dilakukannya (Wena, 2009:175). Pada fase ini, dilakukan pengoreksian bersama
terhadap hasil pekerjaan siswa yang telah dikerjakan siswa pada fase elaborasi.
Guru bersama siswa juga melakukan pengambilan kesimpulan untuk kompetensi
yang telah dipelajari.
Model pembelajaran Learning Cycle didasari pada pegalaman belajar yang dimiliki
siswa. Jean Piaget menyatakan bahwa dalam proses belajar, anak akan membangun
sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalamannya (Suparno,
1997). Learning Cycle melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara
aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan fisik maupun sosial.
3. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman konsep merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika, karena dengan memahamisuatu konsep, siswa dapat memahami
kemampuan matematis lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2011:89)
menyatakan bahwa “Konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan
terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami
oleh subjek didik”. Dalam proses pembelajaran, pemahaman konsep siswa tidak hanya
dituntut hafal tentang konsep yang diberikan tetapi siswa diharapkan dapat
menggunakan konsep tersebut dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
ada.
Herman (1998:153) menyatakan ”pembelajaran matematika itu memerlukan
pemahaman konsep”. Konsep-konsep itu akan melahirkan teorema atau rumus. Agar
konsep-konsep dan teorema-teorema itu dapat diaplikasikan ke situasi yang lain, perlu
adanya keterampilan menggunakan konsep-konsep tersebut.
Menurut Depdiknas dalam Wardhani (2008:10) indikator memahami konsep
matematika adalah, siswa mampu:
1. Menyatakan ulang sebuah konsep
2. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.
3. Member contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
4. Menyajikan konsep dalamberbagi bentuk representasi matematis
5. Mengembangkan syarat perlu atau syaratcukup darisuatu konsep
6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilihprosedur atauoperasi tertentu
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
C. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran Learning Cycle merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Learning Cycle dalam
penelitian iniditerapkan dalam bentuk kelompok, sehingga siswa berkemampuan tinggi bisa
membatu teman-teman dalam kelompoknya dalam memahami konsep dan memecahkan
masalah yang dihadapi. Siswa dilatih untuk berpikir sendiriterlebih dahulu sehingga mereka
akan terbiasa memecahkan masalah sehingga pemahaman konsep siswa akan lebih mantap.
Proses pembelajaran Learning Cycle dilaksanakan bukan hanya sekedar siswa memahami
materi yang diberikan tetapi siswa juga dituntut untuk mengkoneksikan ide-ide matematik
pada konsep yang telah dipelajari.
Keterkaitan model pembelajaran dengan pemahaman konsep matematis dan
kemampuan koneksi matematissiswa dapat diketahui dari hubungan antara indikator
pemahaman konsepdan kemampuan koneksi matematik dengan tahap-tahap model
pembelajaran Learning Cycle. Pemahaman konsep dan kemampuan koneksi matematis
siswa akan meningkat pada tahap eksplorasi, penjelasan dan elaborasi. Pada tahap eksplorasi
siswa membuat prediksi baru, mencoba alternative baru, mencatat pengamatan, serta
mengembangkan ide-ide baru, menunjukkan bukti dan mencoba member penjelasan
terhadap konsep yang ditemukan, kemudian melakukan pembuktian terhadap konsep yang
diajukan dengan menggunakan kalimat mereka sendiri. Pada tahap ini siswa menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Hal ini akan mendorong tercapainya indikator
pemahaman konsep matematis, khususnya kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi dan menggunakan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.
Pada tahap penjelasan, kegiatan siswa adalah mencoba member penjelasan terhadap
konsep yang ditemukan, menggunakan pengamatan dan catatan dalam member penjelasan,
serta melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan dengan cara diskusi. Guru
mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Hal ini akan
mendorong tercapainya indikator koneksi matematis, khususnya kemampuan menuliskan
konsep yang mendasari jawaban.
Pada tahap elaborasi, kegiatan siswa adalah menerapkan konsep dan keterampilan
dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal, bertanya, mengusulkan
pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan dna pengamatan. Guru ,engingatkan
siswa pada penjelasan alternative, mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasikan
konsep/keterampilan dalam situasi yang baru. Hal ini akan mendorong tercapainya indikator
pemahaman konsep khususnya mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah. Dengan
demikian, melalui tahap elaborasi dapat membuat siswa aktif mengkomunikasikan ide
matematika baik secara lisan maupun tulisan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Pemahaman konsep matematis siswa menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle lebih baik daripada yang diajar dengan model pembelajaran konvensional
2. Pemahaman konsep matematis siswa yang berkemampuan awal tinggi yang diajar
dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada yang diajar dengan
model pembelajaran konvensional
3. Pemahaman konsep matematis siswa yang berkemampuan awal rendah yang diajar
dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada yang diajar dengan
model pembelajaran konvensional
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal dalam
mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa.
5. Kemampuan koneksi matemati siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning
Cycle lebih baik daripada yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.
6. Kemampuan koneksi matematis siswa yang berkemampuan awal tinggi yang diajar
dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada yang diajar dengan
model pembelajaran konvensional.
7. Kemampuan koneksi matematis siswa yang berkemampuan awal rendah yang diajar
dengan model pembelajaran Learning Cycle lebih baik daripada yang diajar dengan
model pembelajaran konvensional.
8. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal dalam
mempengaruhi kemampuan koneksi matematis siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian
ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang akan memperoleh perlakuan
dengan pendekatan Reciprocal Teaching, sedangkan kelas control menggunakan
pembelajaran konvensional. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu
pendekatan Reciprocal Teaching, variabel terikat yaitu pemahaman konsep dan pemecahan
masalah , dan variabel moderator yaitu kemampuan awal siswa.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Group Only Design
yang digambarkan sebagai berikut:
Tabel: Rancangan penelitian
Kelas Treatment Test
Eksperimen X T
kontrol 0 T
Sumber: Sugiyono (2009, Hal 76)
Berdasarkan rancangan yang digunakan, maka hubungan antar variabel dalam penelitian
ini adalah:
Tabel: Rancangan Penelitian
pembelajaran Model Pembelajaran (X)
Pendekatan Learning Cycle (X1) Pembelajaran Konvensional (X2)
Pemahaman Kemampuan Pemahaman Kemampuan
kemampuan Konsep Koneksi Konsep Pemecahan
Awal (Y) (X11) Matematis (X21) Masalah
(X12) (B22)
Tinggi (Y1) Y1X11 Y1X12 Y1X21 Y1X22
Rendah (Y2) Y2X11 Y2X12 Y2X21 Y2X22
Keterangan :
Y1X11 : Pemahaman konsep siswa berkemampuan awal tinggi yang mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan Learning Cycle.
Y2X11 : Pemahaman konsep siswa berkemampuan awal rendah yang mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan Learning Cycle.
Y1X12 : Kemampuan koneksi matematis siswa berkemampuan awal tinggi yang
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Learning Cycle.
Y2X12 : Kemampuan koneksi matematis siswa berkemampuan awal rendah yang
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Learning Cycle.
Y1X21 : Pemahaman konsep siswa berkemampuan awal tinggi yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
Y2X21 : Pemahaman konsep siswa berkemampuan awal rendah yang mengikuti
pembelajaran konvensional
Y1X22 : Kemampuan koneksi matematis siswa berkemampuan awal tinggi yang
mengikuti pembelajaran konvensional
Y2X22 : Kemampuan koneksi matematis siswa berkemampuan awal rendah yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Hipotesis kedua :
𝐻0 ∶ 𝜇𝑌1 𝑋11 = 𝜇𝑌1 𝑋21
𝐻0 ∶ 𝜇𝑌1 𝑋11 > 𝜇𝑌1 𝑋21
𝜇𝑌1 𝑋11 : pemahaman konsep matematis siwa berkemampuan awal tinggi
menggunakan model pembelajaran Learningm Cycle
𝑌1 𝑋21 : pemahaman konsep matematis siswa berkemampuan awal tinggi
menggunakan pembelajaran konvensional
Hipotesis ketiga:
𝐻0 ∶ 𝜇𝑌2 𝑋11 = 𝜇𝑌1 𝑋21
𝐻0 ∶ 𝜇𝑌2 𝑋11 > 𝜇𝑌1 𝑋21
𝑌2 𝑋11 : pemahaman konsep matematis siwa berkemampuan awal rendah
menggunakan model pembelajaran Learningm Cycle
𝑌1 𝑋21 : pemahaman konsep matematis siswa berkemampuan awal tinggi
menggunakan pembelajaran konvensional
Hipotesis keempat:
𝐻0 ∶ 𝜇𝑋12 𝑋1 = 𝜇𝑋22 𝑋2
Hipotesis kelima:
𝐻0 ∶ 𝜇𝑌1 𝑋12 = 𝜇𝑌1 𝑋22
𝐻0 ∶ 𝜇𝑌1 𝑋12 > 𝜇𝑌1 𝑋22
Hipotesis keenam:
𝐻0 ∶ 𝜇𝑌2 𝑋12 = 𝜇𝑌2 𝑋22
𝐻0 ∶ 𝜇𝑌2 𝑋12 > 𝜇𝑌2 𝑋22
𝑌2 𝑋12 : kemampuan koneksi matematis siwa berkemampuan awal rendah
menggunakan model pembelajaran Learningm Cycle
𝑌2 𝑋22 : kemampuan koneksi matematis siwa berkemampuan awal rendah
menggunakan model pembelajaran konvensional
DAFTAR PUSTAKA