Ya, Sumpah Pemuda, hasil putusan Kongres Pemuda Indonesia II (1928), sebenarnya
sudah diperdebatkan sejak Kongres Pemuda Indonesia I (1926).
Waktu itu dibentuk panitia perumus yang ditugasi menyusun usul resolusi.
Anggotanya terdiri dari Djamaludin, Sanusi Pane, M. Tabrani, dan M. Yamin. Usul
resolusi yang dirumuskan M. Yamin adalah sebagai berikut:
Kami poetra dan poetri Indonsia mengakoe bertoempah darah yang satoe,tanah
Indonesia.
M. Tabrani mengusulkan, alinea ketiga, kata bahasa Melayu diubah menjadi bahasa
Indonesia.
Pada rapat penutupan Kongres Pemuda Indonesia II, 28 Oktober 1928, M. Yamin
menyodorkan usul resolusi itu kepada ketua panitia, Sugondo Joyopuspito.
Oleh Sugondo, usul itu dibawa ke sidang umum, dan diterima secara bulat oleh
kongres.
Ya, Sumpah Pemuda, hasil putusan Kongres Pemuda Indonesia II (1928), sebenarnya
sudah diperdebatkan sejak Kongres Pemuda Indonesia I (1926).
Waktu itu dibentuk panitia perumus yang ditugasi menyusun usul resolusi.
Anggotanya terdiri dari Djamaludin, Sanusi Pane, M. Tabrani, dan M. Yamin. Usul
resolusi yang dirumuskan M. Yamin adalah sebagai berikut:
Baca Juga : Ratu Elisabeth II Tidak Boleh Pidato Tanpa Teks, Memangnya
Kenapa?
"Kami poetra dan poetri Indonsia mengakoe bertoempah darah yang satoe,tanah
Indonesia.
M. Tabrani mengusulkan, alinea ketiga, kata bahasa Melayu diubah menjadi bahasa
Indonesia.
Baca Juga : Yuk Berkunjung Ke Pulau Keramat Di Yunani Tempat Lahirnya Dewa-
Dewi
Tapi kemudian ia berpendapat, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi
bahasa persatuan bagi rakyat Indonesia.
Baca Juga : Jadilah Sosok yang Pengertian, Ini 9 Bahasa Tubuh dan Tanda-Tanda
Wanita yang Jatuh Cinta pada Anda
Rumusan yang disebut M. Yamin sebagai ikrar pemuda itu diendapkan sekitar dua
tahun.
Pada rapat penutupan Kongres Pemuda Indonesia II, 28 Oktober 1928, M. Yamin
menyodorkan usul resolusi itu kepada ketua panitia, Sugondo Joyopuspito.
Oleh Sugondo, usul itu dibawa ke sidang umum, dan diterima secara bulat oleh
kongres.
"Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah yang satoe, tanah
Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe, Bangsa Indonesia.
Peristiwa Kongres Pemuda Indonesia II ini juga disiarkan surat kabar dan majalah.
Dari publikasi pers inilah kemudian muncul istilah Sumpah Pemuda 1928.
M. Tabrani yang waktu itu sudah berada di Eropa berkirim surat kepada M Yamin,
menanyakan mengapa istilah ikrar berubah menjadi sumpah.
"Sorry, te laat. Wij kunnen der niks san doen." Maaf, terlambat. Kita tidak bisa berbuat
lain.