\
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
BAB I :................................................................................................................
1.1. Latar Belakang
1.2. Ruang Lingkup Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan Khusus
1.4. Metode Penulisan
BAB II :................................................................................................................
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1. Defenisi Hipertensi
2.1.2. Anatomi Fisiologi
2.1.3. Etiologi
2.1.4. Patofisiologi
2.1.5. Tanda dan gejala
2.1.6. Komplikasi
2.1.7. Penatalaksanaan
2.1.8. Pencegahan
2.1.9. Pengobatan
2.1.10. Pemeriksaan penunjang
2.2. Asuhan Keperawatan
2.2.1. . Pengertian
2.2.2. . Diagnosa keperawatan
2.2.3. . Intervensi
2.2.4. . Implementasi
2.2.5... Evaluasi
BAB III .................................................................................................................
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas pasien
3.1.2. Keluhan utama pasien
3.1.3 Riwayat kesehatan sekarang
3.1.4 Riwayat kesehatan dahulu
3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
3.1.6. Riwayat / keadaan psikososial
3.1.7. Pemeriksaan fisik
3.1.8. Pengkajian pola fungsional
3.1.9 Data penunjang
3.1.10 Analisa data
3.1.11 Diagnosa keperawatan
BAB IV :................................................................................................................
PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian
4.2. Diagnosa keperawatan
4.3. Perencanaan
4.4. Pelaksanaan
4.5. Evaluasi
BAB V :................................................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.3 Etiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan
penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang
mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis.
Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi
vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
(Arif Manjoer. 2001 : h 518)
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau
noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika
stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog,
Wikipedia indonesia)
2.1.4 Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi
(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan
akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya
rasio antara masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir
adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan
sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi)
penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi
oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung.
Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah
koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang.
Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat
dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi
seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan
gambaran hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas
mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)
2.1.5 Tanda dan Gejala
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik
lama, untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri
bawah, pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila
sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif
Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang
diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada
stadium, selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti.
(Arir Mansjoer. 2001 : h 442)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi
distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik
masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya
menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala
disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk
kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)
2.1.6 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa
berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan,
gagal jantung, pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,
pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas
terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit
kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu
: menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan
aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan
tahanan prifer dengan obat vasediator. (Arif Manjoer, 2001)
2.1.8 Pencegahan
1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat
mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan,
dapat membakar lemak yang berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus
segera di kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda
paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg
yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk
mengendalikan stress.
2.1.9 Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan :
1. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation
evalution treatmori of high blood preasure :
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun)
riwayat pengguna diuretik.
Tanda: - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek,
proses fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan
yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah
pasien.
(Aziz Alimul. 2009 : h 106)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes
et al (2000) adalah :
Diagnosa keperawatan I
Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan
afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan
adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
- Pantau TD
- Catat keberadaan
- Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
- Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan
lingkungan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi rasionalisasi
Rasionalisasi :
Intervensi :
Rasionalisasi :
Diagnosa keperawatan IV
Rasionalisasi :
2.2.4 Implementasi
Memantau TD
Mencatat keberadaan
Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan
lingkungan
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Diagnosa keperawatan II :
Diagnosa keperawatan IV
Diagnosa keperawatan V
2.2.5 Evaluasi
Diagnosa I
Diagnosa II
Diagnosa III
Diagnosa IV
Diagnosa V
Diagnosa VI
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
No.Register : 06-46-47
Golongan Darah : O
Tanggal Operasi : -
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun
Genografi
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki exit (meninggal)
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 350c
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat
ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik
tidak dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-
bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya
peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun
peradangan
f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak
adanya dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit
beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan
kesukaan yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis
1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak
mengandung minyak dan lemak.
2. Eliminasi
BAB : Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi
lembek
Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK : Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari
3. Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2
jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari
pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga
klien tampak kusam dan pucat.
4. Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan
jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya
hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
5. Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali
kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6. Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Furosemide : 1 amp/12 jam
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp :3x1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak
meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan
habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 2 jam, pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai
dengan aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
3.1.11 Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Ruang : Mengkudu
No.Reg : 06-46-47
DIAGNO PERENCANAAN
SA TUJUA RASIO
NO DATA INTERVE IMPLEMENTASI
KEPERA N NALISA
NSI
WATAN SI
DS:
1 Pasien Gangguan rasa Nyeri Atur Denga Mengatur posisi pasien
mengatakan nyaman dan posisi n Memberikan istirahat yang cukup
kepala nyeri b/d pusing semifowler mengatur Menganjurkan pasien untuk mengh
pusing, peningkata hilang pasien posisi yang mengandung garam
dan leher n tekanan Berikan semi Berkolaborasi dengan dokter dalam p
terasa darah istirahat fowler
tegang. d/d pasien yang cukup pasien Furosemide = 1 amp/12 jam
tampak Anjurkan diharapk Amlodepine = 2 x 10 mg
DO: : Px tampak meringis pasien an pasien
meringis kesakitan, untuk merasa
kesakitan, kondisi menghindar nyaman
kondisi badan i makanan Denga
badan lemah. yang n
lemah TD : mengandun memberi
TD : 170/100 g garam kan
170/100 mmHg Kolaboras istirahat
mmHg Pols : 90 i dengan yang
Pols : 90 x/i dokter cukup
x/i RR : 22 dalam diharapk
RR : 22 x/i x/i pemberian an rasa
Temp : 370C Temp : obat nyeri
370C pasien
berkuran
g
Denga
n
menghin
dari
makanan
yang
mengndu
ng garam
diharapk
an dapat
menghin
dari
peningka
tan
tekanan
darah
Denga
n
berkolab
orasi
dengan
dokter
diharapk
an pasien
mendapa
t
penanga
nan lebih
lanjut.
2DS: Pasien Gangguan Kebutuh Beri Denga Memberikan makan pasien sedikit tapi
mengatakan pola an nutrisi makan n Memberikan makanan yang hangat
tidak selera nutrisi b/d terpenuhi pasien memberi Memberikan makanan yang berpariasi
makan perubahan sedikit tapi kan Memberi penjelasan tentang manfaat m
jenis diet sering makan
DO: pasien d/d Beri makan
tampak Makanan makanan pasien
lemah, yang di dalam sedikit
Makanan yang sajikan keadaan tapi
di sajikan habis 1/3 hangat sering
habis 1/3 porsi Beri diharapk
porsi makanan an pasie
yang n mudah
berpariasi mencern
Beri a
penjelasan makanan
tentang yang
manfaat dimakan
makanan nya
Denga
n
memberi
kan
makanan
dalam
keadaan
hangat
diharapk
an dapat
menamb
ah nafsu
makan
pasien
Denga
n
memberi
kan
makanan
yang
berparias
i
diharapk
an pasien
tidak
bosan
dengan
makanan
yang
disediaka
n
Denga
n
memberi
kan
penjelasa
n
makanan
pada
pasien,
agar
pasien
mengeta
hui
manfaat
makanan
3 DS: Pasien Gangguan Istirahat Beri Denga Memberikan pasien ruangan yang nya
mengatakan istirahat tidur pasien n Membatasi jamberkunjung
susah tidur tidur b/d pasien ruangan memberi Batasi jumlah pengunjung
efek terpenuhi yang kan Menghindari keributan
DO: pasien hospitalisa nyaman pasien Merapikan tempat tidur pasien setiap h
tampak si d/d Batasi ruangan
pucat, mata pasien jam yang
cekung, tampak berkunjung nyaman
tidur pucat, pasien ; diharapk
malam + 2 mata pagi jam an pasien
jam pasien cekung, 10-12 merasa
susah tidur tidur Sore 16-17 nyaman
siang malam + 2 Malam 19- Denga
jam susah 21 n
tidur siang Batasi membata
jumlah si jam
pengunjung berkunju
Hindari ng
keributan diharapk
Rapikan an pasien
tempat tidur dapat
pasien beristirah
at
Denga
n
membata
si jumlah
pengunju
ng agar
pasien
merasa
tenang
Denga
n
menghin
dari
keributan
diharapk
an pasien
dapat
beristirah
at
dengan
nyaman
Denga
n
merapika
n tempat
tidur
pasien
setiap
hari
diharapk
an dapat
meningk
atkan
kenyama
nan
pasien
setiap
hari
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis
temukan dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus di Rumah Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada
pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh
pengumpulan data yuang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak
ditemukan kesulitan, karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data
dapat diperoleh dengan mudah.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka
ditemukan 3 diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan
teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood
vasoontriksi, iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda dan gejala yang menetapkan diagnosa
2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat
bangun tidur dan tulangn secara spontan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan
kelemahan
4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
5. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan
hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak
meringis kesakitan, kondisi badan lemas.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis
1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat.
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan
teoritis yang tidak terdapat pada tinjauan kasus
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa
kontriksi, iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala
yang menetapkan diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena
px tidak ada penurunan resiko tinggi terhadap curah jantung
2. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk
mengatasi atau meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px
mempunyai mekanisme koping yang baik
3. Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak
baik dijumpai pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang
diberikan oleh tim medis.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak
ditemukan pada tinjauan teoritis
1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 4 jam susah tidur siang
4.3 Perencanaan
Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi
permasalahan yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan
keperawatan agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilakasanakan lebih
rasional dan benar-benar berkualitas sehingga kebutuhan px dapat terpenuhi
dengan optimal.
4.4 Pelaksanaan
Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada
perencanaan yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal
ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya kerja sama yang baik antara
penulis dengan px, keluarga px dan tim medis juga tersedianya fasilitas yang
memadai.
4.5 Evaluasi
Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan
keluarga px, dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat
diamati dengan jelas, disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien
hipertensi yang dirawat di Rumah Sakit Umum DR.RM. Djoelham Kota Binjai.
Selanjutnya penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran untuk menguraikan
mutu asuahan keperawatan pada klien dengan hiperetensi.
Kesimpulan
- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan
distolik > 90 mmHg
- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada
orang yang lanjut usia
- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya
ada pada tinjauan kasus
- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan
keperawatan dalam proses penyembuhan.
5.2 Saran
- Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim
kesehatan terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar
pasien merasa diperhatikan
- Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan
perawat, berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan
tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang
diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan
tindakan tersebut
- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga
pasien, tim medis dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA