Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MAKALAH

WAWASAN KEMARITIMAN

“Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Terhadap


Penawaran Ikan Cakalang di Kota Kendari Sulawesi Tenggara”

OLEH :

SUDARNO
G2D119047

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMENT


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas

izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul

“Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Terhadap Penawaran Ikan

Cakalang di Kota Kendari Sulawesi Tenggara” Makalah ini merupakan salah satu

syarat untuk kelulusan pada mata kuliah Wawasan Kemaritiman.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah

Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu, segala koreksi dan saran kearah perbaikan

sangat penulis harapkan guna penyempurnaan Makalah ini selanjutnya.

Kendari, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat ...................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori .............................................................................. 5


1. Klasifikasi Ikan Cakalang......................................................... 5
2. Jumlah Penduduk...................................................................... 7
3. Pendapatan Perkapita ................................................................ 7
4. Penawaran ................................................................................. 7
5. Analisis Regresi ........................................................................ 11

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 13


B. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 13
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 13
D. Konsep Operasional ...................................................................... 14
E. Analisisi Data ................................................................................ 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil .............................................................................................. 16
1. Keadaan Umum Kota Kendari ................................................ 16
2. Produksi Ikan Cakalang ............................................................ 17
3. Jumlah Penduduk...................................................................... 18
4. Pendapatan Perkapita ............................................................... 19
5. Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Terhadap
Penawaran Ikan Cakalang di Kendari Sulawesi Tenggara ...... 19
B. Pembahasan ................................................................................... 20
1. Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Terhadap
Penawaran Ikan Cakalang di Kendari Sulawesi Tenggara ...... 22
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 25
B. Saran .............................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Produksi Ikan Cakalang Kota Kendari Tahun 2013-2017 ............... 2
2. Produksi Ikan Cakalang Kota Kendari Tahun 2003-2017 ............... 18
3. Jumlah Penduduk Kota Kendari Tahun 2003-2017......................... 19
4. Pendapatan Perkapita Kota Kendari Tahun 2003-2017................... 19
5. Analisis Varians, Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi
(R2) ......................................................................................................... 21

6. Nilai Koefisien Regresi dan Nilai Signifikansi Masing-masing


Variabel Bebas (Xi) yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Ikan
Cakalang ................................................................................................. 21
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Ikan Cakalang ............................................................................... 5
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor perikanan sebagai salah satu pendukung sektor ekonomi memiliki

peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional, yaitu memberikan nilai

tambah dan mempunyai nilai strategis, serta dapat memberikan manfaat finansial

maupun ekonomi, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan

devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Sejauh ini, pembangunan perikanan yang

dilakukan telah menunjukkan hasil yang nyata dan positif terhadap pembangunan

nasional. Hal ini terlihat dari sumbangan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) sektor perikanan dan kelautan terhadap PDB Nasional tahun 2016

mencapai 5,15% dan mengalami kenaikan pada tahun 2017 sebesar 5,95%

(KKP, 2017).

Secara nasional potensi lestari perikanan Indonesia (6,4 juta ton/tahun baru

termanfaatkan sebesar 63,5% atau sebesar 4,1 juta ton/th (63,3%). Terlihat tingkat

pemanfaatan (exploitation rate) masih jauh dari potensi lestarinya. Akan tetapi

untuk wilayah tertentu terutama di sekitar pulau-pulau yang padat penduduknya

(Pulau Jawa bagian utara, Selat malaka, Selat Bali, dan lainya) maka tingkat

pemanfataanya sudah mendekati bahkan melebihi ambang kritis (overfishing)

(Squires, 2003; Susilowati, 2002; Nikijuluw, 2002; Dahuri et al, 2001). Di Laut

Jawa hampir semua jenis sumber daya ikan di exploitasi secara berlebih yaitu Ikan

pelagis besar 250,85%; Ikan pelagis kecil 149,27%; Ikan karang konsumsi

509,79%; udang peneid 463,68%; lobster 186% dan cumi-cumi sebesar 240,28.

Sedangkan yang belum mencapai exploitasi berlebih adalah jenis ikan demersal
yang baru mencapai 89,07%. Secara keseluruhan tingkat pemanfaatan sumber

daya ikan di laut Jawa sampai dengan tahun 2001 mencapai sebesar 137,38.

Dari segi potensi wilayah, laut Jawa relatif kecil dibandingkan wilayah

lain, namun armada penangkapan perikanan pada daerah ini sangat banyak. Hal

ini disebabkan pertambahan jumlah penduduk yang tinggi dan selama ini sektor

perikanan kebanyakan merupakan lahan pekerjaan yang sangat fleksibel dalam

menampung pengangguran yang semakin tinggi. Akibatnya terjadi eksploitasi

sumberdaya perikanan yang berlebihan sehingga tangkap lebih (over fishing)

kebanyakan terjadi di perairan yang padat penduduknya. Hal ini diperparah

dengan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan dan fasilitas penunjang lain

yang terkonsentrasi di Pulau Jawa (Khusnul, dkk, 2003)

Kontribusi perikanan Laut Jawa terhadap ekonomi nasional sangat

penting. Pada tahun 1997 perikanan Laut Jawa memberikan kontribusi sekitar

31% dari produksi perikanan laut nasional (Purwanto, 2002 dalam Khusnul dkk,

2003). Karakteristik nelayan di Laut Jawa umumnya merupakan nelayan berskala

kecil (small scale fishery) dengan alat tangkap tradisional dan Perahu yang

digunakan dibawah 5 GT. Anggapan Laut yang open acces oleh masyarakat

berakibat terjadi kompetisi bebas antara nelayan berskala kecil dengan nelayan

berskala besar (large scale fishery). Pada umumnya nelayan kecil menggunakan

alat tangkap yang kurang produktif, sehingga mereka selalu kalah. Hal ini

mengakibatkan kemiskinan pada nelayan kecil (Khusnul dkk, 2003). Dengan sifat

tradisional/konvensional menjadikan banyak nelayan kecil yang belum mampu


menggunakan input-input secara baik (masih sembarangan dan belum mengetahui

seberapa besar input yang seharusnya digunakan).

Jawa Tengah memiliki garis pantai 791,76 km terdiri atas panjang pantai

utara 502,69 km dan panjang pantai selatan 289.07 km. Propinsi Jawa tengah

memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang sangat besar berupa berbagai

jenis ikan pelagis kecil (small pelagic) dan ikan damersal sebesar 796,640

ton/tahun (laut jawa) dan potensi udang seperti tuna, Hiu, dan lain sebagainya

(samudra Indonesia sebesar 1.076.890 ton/tahun) (Renstra, 2003). Nilai Produksi

perikanan Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari tahun 1999-2002. Walaupun

hampir semua jenis sumber daya ikan di Laut Jawa sudah tangkap lebih

(overfishing) namun produksi perikanan laut mengalami pertumbuhan sebesar

0,36% sedangkan pertumbuhan nilainya mencapai 6% (table.1.2). Hal ini

mengindikasikan pemanfaatan perikanan di laut Jawa semakin besar sehingga

pihak yang berwenang harus mengontrol exploitasi sumber daya ikan di laut Jawa

dan mengarahkan ke wilayah pengelolaan perikanan yang masih bisa

dikembangkan serta melakukan tindakan pengelolaan yang rasional (pembatasan

hasil tangkapan dan atau upaya penangkapan).


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka

rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana tingkat Produksi Ikan Cakalang yang ada kota kendari?

2. Bagimana tingkat kondisi jumlah penduduk yang ada di kota kendari?

3. Bagaimana tingkat pendapatan perkatipa yang ada kota kendari ?

4. Bagaimana Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita

Terhadap Penawaran Ikan Cakalang di Kota Kendari Sulawesi Tenggara?

C. Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas daalam makalah ini

mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat Produksi Ikan Cakalang yang ada kota kendari.

2. Menganalisis tingkat kondisi jumlah penduduk yang ada di kota kendari

3. perikanan di Kabupaten Konawe Kepulauan

4. Mengetahui tingkat pendapatan perkatipa yang ada kota kendari

5. Untuk menganalisis Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita

Terhadap Penawaran Ikan Cakalang di Kota Kendari Sulawesi Tenggara


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Produksi

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya)

menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003)

Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau

masukan untuk menghasilkan output.

Menurut Sukirno (2000:194) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah

kaitan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.

Faktor-faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan hasil produksi sering

juga dinamakan output. Hubungan antara masukan dan keluaran diformulasikan

dengan fungsi produksi yang berbentuk (Nicholson,1995) sebagai berikut:

Q = f (K,L,M . . . )

Dimana q mewakili keluaran selama periode tertentu, K mewakili penggunaan

mesin (yaitu modal) selama periode tertentu, L mewakili jam masukan tenaga

kerja, M mewakili bahan mentah yang dipergunakan, dan notasi ini menunjukkan

kemunkinan variabel-variabel lain mempengaruhi proses produksi. Sedangkan

menurut Soekartawi (1990) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan

fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X).

Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan

biasanya berupa input. Secara matematis hubungan itu dapat dituliskan sebagai

berikut:
Y = f (X1, X2, X3, . . . Xi, . . . Xn)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X

dapat diketahui dan sekaligus hubungan Xi, . . . Xn, dan X lainnya juga dapat

diketahui.

Dalam jangka pendek perusahaan memiliki input tetap. Manajer harus dapat

menentukan berapa banyaknya input variabel yang perlu digunakan untuk

memproduksi output. Untuk membuat keputusan, pengusaha akan

memperhitungkan seberapa besar dampak penambahan input variabel terhadap

produksi total. Misalnya, input variabelnya adalah tenaga kerja dan input tetapnya

adalah modal. Pengaruh “penambahan tenaga kerja terhadap produksi secara total

dapat dilihat dari produksi rata-rata (Average Product, AP) dan produksi marginal

(Marginal Product, MP)”. Produksi marginal yaitu tambahan produksi total

(output total) karena tambahan input (tenaga kerja) sebanyak 1 satuan.

MP = δQ / δL

Produksi rata-rata (AP) yaitu rasio antara total produksi dengan total input

(variabel) yang dipergunakan (dalam hal ini produksi per tenaga kerja).

APL = Q / L

dimana : APL = produktivitas tenaga kerja per satuan orang

Total produksi (Q) yaitu jumlah seluruh produk yang dihasilkan dan L

yaitu jumlah tenaga kerja yang dipergunakan.


B. Fungsi Produksi Perikanan

Fungsi Produksi perikanan jangka pendek adalah hubungan antara tangkapan

(catch) dan upaya-upaya (effort) sedangkan dalam jangka panjang merupakan

hubungan antara penangkapan dan rata-rata penangkapan yang dapat diperoleh

pada waktu tertentu tanpa mempengaruhi stok ikan (Anderson, 1985). Dalam

fungsi produksi perikanan jangka panjang tangkapan maksimum atau Maximum

Sustainable Yield (MSY) adalah tangkapan ikan sama dengan pertumbuhan alami

dari stock ikan yang tetap tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap

Walaupun stock ikan atau sumberdaya melimpah, vairasi lokasi dan waktu

penangkapan , stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap, sehingga Fungsi

produksi perikanan (Panayotou, 1985; Zen et.al. 2002) jangka pendek dapat

digambarkan sebagai berikut:

Y = f(E).

Dimana Y adalah hasil tangkapan dan E adalah upaya penangkapan ikan (Effort).

Upaya penangkapan ikan (Zen et al., 2002) merupakan kombinasi indeks maukan

(input) seperti perahu, alat tangkap, bahan bakar, tenaga kerja, dan kemampuan

manajemen yang kemudian dapat dituliskan seperti berikut:

E = g(E1, E2,……….E6)

Subtitusikan formula 2.12 ke formula 2.13, fungsi produksi penangkapan ikan

bisa dituliskan menjadi (Panayotou, 1985; Frederuck and Nair, 1985; Zen etal.

2002):

Y = f(E1, E2, ……..E6) (2.8)


Sedangkan menurut Jinadu (1992) Fungsi produksi perikanan dapat di tuliskan

pada dua variabel utama sebagai berikut:

Q = f (s, e, Ei)

dimana Q = Tangkapan ikan (catch)

s = fish stock

e = fishing effort

Ei = eror term

Khaled dan Panayotou dalam Jinadu (1992) menyatakan bahwa fish stock

dapat diasumsikan tetap selama musim ikan tertentu sehingga pada formula 2.9

variasi tangkapan ikan dinyatakan dengan variasi effort. Fishing effort merupakan

gabungan dari elemen-elemen seperti modal, tenaga kerja, waktu yang dihabiskan

di laut, lama waktu yang digunakan untuk mencari ikan, kondisi cuaca di lautan

dan daratan. Modal dapat dibagi lagi menjadi biaya alat tangkap dan perahu (gear

and craft), perawatan alat tangkap, type perahu, depresiasi, asuransi,pajak, tenaga

kerja, bahan bakar, dan yang lainnya.

Fungsi Produksi Frontier

Fungsi produksi frontier adalah fungsi yang dipakai untuk mengukur bagaimana

fungsi sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi produksi adalah

hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier

adalah hubungan fisik faktor prduksi dan produksi pada frontier yang posisinya

terletak pada garis isokuan. Garis isokuan ini adalah tempat kedudukan titik-titik

yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang

optimal (Soekartawi, 1990:215).


B. Deskripsi Teori

1. Klasifikasi Ikan Cakalang

Klasifikasi Ikan Cakalang Nadia, (2014) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Spesies : Katsuwonus pelamis

Gambar. Ikan Cakalang


Sumber : Google Image 2019

Ikan cakalang termasuk jenis ikan tuna famili Scombridae, spesies K.

Pelamis. Morfologi cakalang yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan

agak bulat, tapis insang (gill rakers) berjumlah 53- 63 pada helai pertama.

Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama

terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti

oleh 7-9 finlet. Sirip dada pendek, terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip

anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan

(corselets) dan lateral line terdapat titik-titik kecil. Bagian punggung berwarna

biru kehitaman (gelap) di sisi bawah dan 6 perut keperakan, dengan 4-6 buah

garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian samping badan

(Burhanuddin, 2010).
Jenis ikan cakalang termasuk dalam kelompok ikan pelagis besar yang

merupakan salah satu jenis komoditas perikanan laut yang bernilai ekonomi

penting. Ikan cakalang selain menjadi bahan konsumsi dalam negeri juga

merupakan komoditas ekspor dan bahan konsumsi dalam negeri yang menjadi

andalan wilayah Perairan di Indonesia. Oleh karena itu ikan cakalang ini sangat

berperan penting dalam peningkatan pendapatan nelayan dan menambah devisa

untuk negara. Ikan cakalang merupakan salah satu sumber daya perikanan pelagis

yang banyak dijadikan objek dalam usaha perikanan tangkap. Spesies ikan ini

digunakan sebagai bahan baku oleh berbagai jenis industri pengolahan seperti

cakalang fufu, ikan kayu, ikan kaleng, abon cakalang, dan masih banyak lagi. Ikan

cakalang menjadi komoditi ekspor baik dalam bentuk segar, beku, maupun

olahan. Ikan cakalang banyak digemari karena tekstur dagingnya yang baik

dengan cita rasa yang tinggi. Sebagai bagian dari sumber daya ikan tuna, ikan

cakalang menjadi salah satu sumber protein hewani yang bermanfaat bagi

masyarakat (Manik, 2007).

2. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah

geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang

berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap (BPS, 2016).

Sedangkan menurut Said, (2012) yang dimaksud dengan penduduk adalah jumlah

orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan

hasil dari proses-proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi.


Meningkatnya jumlah penduduk merupakan sasaran ke suatu barang

dalam meningkatkan jumlah permintaan dan penawaran, dan sebaliknya.

Bertambahnya jumlah penduduk suatu negara merupakan potensi terhadap

penuingkatan jumlah permintaan dan penawaran suatu barang. Semakin tinggi

tingkat pertumbuhan penduduk maka semakin tinggi jumlah permintaan dan

penawaran suatu barang tertentu. Sebaliknya, permintaan dan penawaran suatu

barang akan menjadi berkurang apabila jumlah penduduk semakin berkurang

(Bangun, 2014).

3. Pendapatan Perkapita

Pendapatan Perkapita masyarakat sangat berpengaruh terhadap jumlah

permintaan dan penawaran suatu barang. Perubahan pendapatan masyarakat

mengakibatkan perubahan terhadap permintaan dan penawaran suatu barang.

Hubungan kedua variabel tersebut tergantung pada jenis dan sifat barangnya.

Jenis barang tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu barang normal dan barang

inferior. Barang normal (normal good) adalah suatu barang yang jumlahnya

mengalami perubahan yang searah dengan perubahan pendapatan masyarakat

sedangkan barang inferior (inferior good) adalah barang yang jumlahnya

menaglami perubahan terbalik dengan perubahan pendapatan (Bangun, 2014).

4. Penawaran

Penawaran (supply) mempunyai arti jumlah dari suatu barang tertentu

yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu,

ceteris paribus. Penawaran (supply) menunjukkan jumlah (maksimum) yang akan

dijual pada berbagai tingkat harga atau beberapa harga (minimum) yang masih
mendorong penjual untuk menawarkan berbagai jumlah suatu barang

(Hanafie, 2010).

Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada

suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu.

Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa: “Semakin tinggi harga

suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para

penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah

barang tersebut yang ditawarkan”. Harga berpengaruh positif terhadap jumlah

barang yang ditawarkan, sedangkan harga barang lain akan tergantung pada jenis

barangnya, apakah subtitusi atau komplementer (Pontoh, dkk., 2016).

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat

hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan

para penjual. Hukum ini menyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk

menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan

untuk menawarkan barang tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran

pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang, semakin

banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya,

makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut

ditawarkan (Sukirno, 2015).

Fungsi penawaran adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara

jumlah barang yang ditawarkan dengan semua faktor–faktor yang

mempengaruhinya. Secara matematis ditunjukkan oleh persamaan berikut

(Pracoyo dan Antyo, 2006).


Qs = f ( PA , PS/K , Pi , T , ... )

Keterangan:

Qs = jumlah barang A yang ditawarkan

PA = jumlah barang A

PS/K = harga barang lain yang berkaitan

Pi = harga barang input

T = teknologi

Menurut Pracoyo dan Antyo, (2006) beberapa faktor yang mempengaruhi


penawaran adalah sebagi berikut:

a. PA = Harga komoditi itu sendiri

Semakin tinggi harga suatu barang maka jumlah barang yang ditawarkan akan

semakin banyak. Sebaliknya, bila harga barang yang ditawarkan semakin

rendah maka jumlah barang yang ditawarkan semakin sedikit.

b. PS dan PK = Harga barang lain yang berkaitan

Pengaruh perubahan harga produksi alternatif ini akan menyebabkan

terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau sebaliknya

semakin menurun

c. Pi = Harga barang–barang input

Harga faktor produksi turun, petani cenderung akan membelinya pada jumlah

yang relatif lebih besar. Penggunaan faktor produksi yang biasanya dalam

jumlah yang terbatas, maka dengan adanya tambahan penggunaan faktor

produksi maka produksi akan meningkat.

d. T = Tahap perkembangan teknologi


Kemajuan teknologi memegang peran yang besar dalam kegiatan produksi.

Teknologi yang maju produksi barang yang dihasilkan dapat ditingkatkan

dengan cepat, semakin lama biaya produksi yang dikeluarkan akan semakin

murah, dan terciptanya efisiensi akan menambah keuntungan perusahaan. Oleh

sebab itu kemajuan teknologi mempunyai pengaruh yang positif terhadap

peningkatan penawaran. Perubahan harga hanya terjadi dalam satu kurva yang

sama. Ini yang disebut pergerakan penawaran sepanjang kurva penawaran

(movement along supply curve). Kurva penawaran akan bergeser ke kanan atau

ke kiri jika terdapat perubahan penawaran yang ditimbulkan oleh faktor–faktor

bukan harga. Kurva penawaran yang bergeser kesebelah kanan menunjukkan

terjadinya pertambahan dalam penawaran. Pergeseran kurva penawaran

kesebelah kiri berarti bahwa penawaran telah berkurang.

Sedangkan menurut Bangun, (2014) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi penawaran adalah sebagi berikut :

a. Harga barang yang berkaitan

Naiknya harga barang suatu barang lain, akan meningkatkan penawaran suatu

barang tertentu. Kaitan kedua variabel tersebut dapat secara berlawanan, antara

baranag lain dengan jumlah penawaran suatau barang tertentu.

b. Biaya produksi

Semakin tinggi harga faktor-faktor produksi, maka akan menagkibatkan

semakin tingginya biaya produksi, sehingga menjadi kendala untuk

meningkatkan jumlah produksi. Hal ini dapat mengakibatkan semakin


rendahnya penawran suatu barang. Demikian sebaliknya, jika harga faktor-

faktor produksi menurun mengakibatkan biaya produksi menjadi rendah.

c. Teknologi

Semakin tinggi penerapan teknologi oleh suatu perusahaan akan

mengakibatkan semakin efisien penggunaan input, sehingga biaya produksi

dapat ditekan sekecil mungkin. Dengan demikian, produsen dapat

meningkatkan hasil produksinya, sehingga jumlah penawarn suatu barang akan

meningkat.

5. Analisis Regresi

Analisis regresi menjelaskan hubungan dua atau lebih dari variabel sebab-

akibat. Artinya, variabel yang satu akan mempengaruhi variabel lainnya. Besarnya

pengaruh varibel ini dapat diduga dengan besaran yang ditunjukkan oleh koefisien

regresi. Menurut Soekartawi, (2003) persamaan regresi dapat dituliskan seperti

persamaan berikut ini

Y = f (X1, X2,......, X3,......, Xn)

Dimana:

Y = Variabel yang dijelaskan (dependent variabel)

X = Variabel yang menjelaskan (independent variabel)

Hubungan Y dan X adalah searah, dimana X akan selalu mempengaruhi Y,

dan tidak mungkin terjadi hal sebaliknya. Oleh karena itu dalam hal model

development, maka pemilihan variabel Y dan X harus cermat dan benar

(Soekartawi, 2003).
III. METODE PENGAMBILAN DATA

A. Tempat dan Waktu

Bertempat di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kendari, Sulawesi

Tenggra. Pada hari Rabu tanggal 13 September 2019.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam praktek ini adalah data sekunder runtun

waktu (time series) dari tahun 2003 sampai dengan 2017 yang bersumber dari

Provinsi Sulawesi Tenggara, BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Kendari, dan BPS

(Badan Pusat Statistik) Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk melihat langsung kelapangan untuk mendapatkan

gambaran yang lebih luas mengenai obyek penelitian.

2. Data Sekunder

Teknik ini digunakan dengan mengambil data-data yang berkaitan dengan

pembuatan makalah.

Data yang dikumpulkan terdiri dari sekunder yang diperoleh dari BPS

(Badan Pusat Statistik) Kota Kendari dan BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi

Sulawesi Tenggara. Data-data tersebut meliputi:


1. Data jumlah produksi ikan cakalang ditingkat produsen di Kota Kendari selama

15 tahun dari tahun 2003-2017.

2. Data jumlah penduduk dalam juta jiwa di Kota Kendari selama 15 tahun dari

tahun 2003-2017.

3. Data pendapatan perkapita diambil dari PDRB per kapita dalam ribu rupiah di

Kota Kendari selama 15 tahun dari tahun 2003-2017.

D. Konsep Operasional

Konsep operasional yaitu suatu cara untuk memudahkan proses dalam

mencapai tujuan praktek lapang. Maka dibahas beberapa konsep operasional yang

menjadi batasan-batasan dalam Praktek Lapang. Konsep operasional tersebut

adalah:

1. Penawaran ikan cakalang adalah jumlah produksi ikan cakalang yang

ditawarkan selama satu tahun di Kota Kendari, dinyatakan dalam satuan ton.

2. Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang bertempat tinggal atau yang

berdomisili di Kota Kendari.

3. Pendapatan perkapita adalah jumlah uang yang diterima oleh masyarakat dari

hasil kerja dan usaha di Kota Kendari.

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam

makalah ini adalah analisis regresi. Analisis data dalam praktek lapang secara

berurutan. Analisis regresi digunakan untuk menganalisis Pengaruh Jumlah

Penduduk dan Pendapatan Perkapita Terhadap Penawaran Ikan Cakalang, oleh


karena itu digunakan analisis regresi yang diolah menggunakan aplikasi SPSS

16.0. Rumus Cobb-Douglass yang digunakan dalam pengujian hipotesis

menggunakan persamaan menurut Widarjono (2009) dalam Ani (2018) untuk

menjawab permasalahan pertama digunakan formulasi sebagai berikut:

Y = β0 . x1β1 . x2 β2 . x3 β3 . x4 β4 . e

Memudahkan dalam perhitungan, maka fungsi tersebut dilinearkan

dengan rumus persamaan matematis sebagai berikut:

lnQs = lnβ0 + β1lnx1 + β2lnx2 + β3lnx3 + e

Dimana:

Qs = Penawaran

X1 = Jumlah Penduduk

X2 = Pendapatan Perkapita

e = Standar Error
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Kota Kendari terletak di Jarizah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah

daratannya sebagian besar terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk

Kendari dan terdapat satu Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari

295,89 Km2 atau 0,70% dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Batas-batas Kota Kendari yaitu:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia

- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari di Kabupaten Konawe

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Kecamatan

Konda.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto di Kabupaten

Konawe Selatan dan Kecamatan Sampara di Kabupaten Konawe

Iklim yang terdapat disuatu daerah sangat mempengaruhi pengembangan

usaha perikanan terutama untuk mengembangkan usaha penangkapan ikan

cakalang. Iklim yang ada didaerah tersebut akan mempengaruhi proses pemasaran

hasil tangkapan ikan cakalang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa iklim juga

merupakan salah satu kendala yang akan mempengaruhi jalannya proses

pemasaran hasil tangkapan ikan cakalang yang ada di daerah tersebut.

Kota Kendari memiliki dua jenis musim yaitu musim barat (musim hujan)

dan musim timur (musim kemarau). Musim barat terjadi pada bulan November

sampai bulan Maret. Pada musim ini memiliki tingkat curah hujan yang tinggi

yang menyebabkan aktivitas terhambat. Curah hujan yang tinggi disertai dengan
angin yang kencang yang terjadi pada musim barat menyebabkan jalannya proses

pemasaran terganggu sehingga menyebabkan berkurangnya hasil produksi dan

menghambat jalannya penjualan hasil tangkapan ikan cakalang. Sedangkan musim

timur terjadi pada bulan April sampai Oktober.

Walaupun demikian sering terjadi keadaan musim yang menyimpang dari

keadaan yang sebenarnya atau yang biasa disebut dengan musim pancaroba.

Peranan musim dalam kegiatan berdampak pula pada pemasaran hasil tangkapan

ikan cakalang sehingga berdampak berkurangnya hasil pada produksi ikan

cakalang di Kota Kendari.

1. Produksi Ikan Cakalang

Produksi merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah

nilai guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan. Berdasarkan Data BPS Kota

Kendari dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara produksi

ikan cakalang Kota Kendari dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :


Tabel 2. Produksi Ikan Cakalang Kota Kendari
Tahun Ikan Cakalang (Ton)
2003 7.882,83
2004 8.213,77
2005 5.956,69
2006 6.021.92
2007 6.101,92
2008 6.100,42
2009 6.116,80
2010 8.869,48
2011 9.596,65
2012 9.598,25
2013 9.931,61
2014 5.962,55
2015 5.703,57
2016 10.738,05
2017 11.060,19
Jumlah
Sumber : BPS Sulawesi Tenggara, 2003-2017 (Data Sekunder Setelah Diolah)

2. Jumlah Penduduk

Penduduk merupakan orang-orang yang menetap di dalam suatu wilayah

dalam waktu tertentu yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku di wilayah

tersebut dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus.

Berdasarkan Data BPS Kota Kendari jumlah penduduk tahun 2003-2017,

jumlah penduduk Sulawesi Tenggara mengalamai peningkatan jumlah penduduk

dari tahun 2003-2013, sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan jumlah

penduduk dan meningkat lagi pada tahun 2015-2017.


Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Kendari 2003-2017
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
2003 221.723
2004 222.955
2005 226.056
2006 244.586
2007 251.477
2008 254.236
2009 260.867
2010 289.966
2011 295.737
2012 304.864
2013 314.126
2014 218.914
2015 347.496
2016 366.163
2017 403.499
Jumlah
Sumber : BPS Sulawesi Tenggara, 2003-2017 (Data Sekunder Setelah Diolah)

3. Pendapatan Perkapita

Berdasarkan data yang di peroleh BPS Kota Kendari PDRB Perkapita

Kota Kendari 2007-2017 terdapat dua kategori ADH Berlaku dan ADH Konstan.

Tabel 4. PDRB Perkapita Kota Kendari 2007-2017


Tahun ADH Berlaku (Rp) ADH Konstan (Rp)
2003 5.963.844,09 1.623.492,08
2004 7.090.266,50 5.252.108,97
2005 8.753.216,77 5.590.799,19
2006 9.753.216,77 5.612.836,49
2007 11.330.240,11 5.867.363,44
2008 14.280.674,33 6.412.612,55
2009 16.582.355,26 6.991.880,35
2010 16.729.555,97 6.903.812,76
2011 28.009.000,00 28.088.000,00
2012 30.098.000,00 29.088.000,00
2013 36.323.059,25 33.244.399,00
2014 39.327.747,52 35.273.708,59
2015 43.333.613,04 36.789.966,12
2016 47.498.500,34 38.778.608,63
2017 50.355.859,28 39.991.718,70
Jumlah
Sumber : BPS Sulawesi Tenggara, 2003-2017 (Data Sekunder Setelah Diolah)
4. Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Terhadap

Penawaran Ikan Cakalang di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

Hasil estimasi dengan model yang dianggap paling baik adalah dengan

memasukkan penawaran sebagai variabel terikat yang menggambarkan skala

produksi ikan cakalang. Sedangkan jumlah penduduk dan pendapatan perkapita

sebagai variabel bebas. Fungsi regresi linear berganda yang diperoleh dari hasil

estimasi model dapat dilihat pada persamaan berikut:

lnY = 902.181 + 0.026 lnx1 – 1.411 lnx2 + e

Keterangan:

Y = Penawaran

X1 = Jumlah Penduduk

X2 = Pendapatan Perkapita

e = Standar Error

a. Pengujian Model

Hasil estimasi analisis varians linear berganda diperoleh nilai R, koefisien

determinasi R2, dan nilai F. Nilai R untuk mengukur keeratan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien determinasi (R2) untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai F menunjukkan apakah semua variabel independen memiliki

pengaruh secara bersama-bersama (simultan) terhadap variabel dependen. Nilai-

nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.


Tabel 5. Analisis Varians, Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)
Jumlah Kuadrat
Model Db F-hit Sig.
Kuadrat (JK) Tengah (KT)
Regresi 2 2.389 1.984 4.686 0,031a
Residu 12 3.058 2.548
Total 14 5.447
R 0,662
2
R 0,439
Sumber: Data sekunder setelah diolah, 2019
Keterangan: Signifikansi pada α = 20% (0,2)

Hasil analisis pada Tabel 5. menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar

4,686 dengan signifikansi sebesar 0,031> α (0,2). Koefisien korelasi (R) sebesar,

0,662 sedangkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,439 (43,9%).

b. Pengujian Variabel Bebas

Untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas jumlah

penduduk (X1) dan pendapatan perkapita (X2) terhadap variabel terikat (produksi)

maka dilakukan dengan uji t. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

bebas tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 6. Nilai Koefisien Regresi dan Nilai Signifikansi Masing-masing Variabel


Bebas (Xi) yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Ikan Cakalang
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig.
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) 902.181 2824.027 0,319 0,755
Jumlah Penduduk (X1) 0,026 .013 0,751 1,998 0,069
Pendapatan Perkapita (X2) -1.411 .000 -0,113 -0,299 0,770
Variabel Dependen: Produksi
Sumber: Data sekunder setelah diolah, 2019
Keterangan: Signifikansi pada α = 20% (0,2)

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5. menunjukkan bahwa nilai

koefisien regresi pada jumlah penduduk (X1) sebesar 0,026, t-hitung sebesar 1,998

dengan signifikansi 0,069 < α (0,2) sehingga menerima H1. Koefisien regresi
variabel pendapatan perkapita (X2) sebesar -1.411, t-hitung sebesar -0,299 dengan

signifikansi 0,770 > α (0,2), sehingga menolak H1.

B. Pembahasan

Pengaruh Jumlah Penduduk dan Pendapatan Perkapita Terhadap

Penawaran Ikan Cakalang di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

Hasil estimasi model dalam analisis regresi harus memasukkan penawaran

(Y) sebagai variable bebas yang menggambarkan skala produksi, variabel bebas

jumlah penduduk (X1) dan pendapatan perkapita (X2) sebagai variabel terikat.

1.1 Pengujian Model

Hasil estimasi analisis varians linear berganda diperoleh nilai R, koefisien

determinasi R2, dan nilai R untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Nilai R2 untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai F

menunjukkan apakah semua variabel independen memiliki pengaruh secara

bersama-bersama (simultan) terhadap variabel dependen.

a. Korelasi (R)

Nilai korelasi (R) menunjukkan seberapa kuat keeratan hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis regresi,

diperoleh nilai korelasi (R) sebesar 0,662 yang mengandung arti bahwa adanya

hubungan yang kuat antara variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini

sejalan dengan pendapat Tri, (2017) yang menyatakan bahwa koefisien korelasi

menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen

dalam suatu model.


b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) untuk melihat seberapa jauh variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi

menghasilkan nilai sebesar 0,439 yang mengandung arti bahwa sebesar 43,9 %

variabel independen tidak dapat menjelaskan keragaman variabel dependen. Hal

ini sejalan dengan pendapat Tri, (2017) yang menyatakan bahwa koefisien

determinasi digunakan untuk melihat seberapa jauh variabel independen (Y) dapat

menjelaskan variabel dependen (X).

1.2 Pengujian Variabel Bebas

Pengujian variabel bebas untuk melihat pengaruh secara parsial (sendiri-

sendiri) variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji t. Jika nilai

signifikansi lebih besar dari α = 0,2, maka variabel tersebut berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen, demikian sebaliknya. Nilai koefisien regresi yang

bertanda positif mengandung makna bahwa variabel independen tersebut memiliki

pengaruh positif terhadap variabel dependen, demikian sebaliknya. Variabel bebas

yang mempengaruhi penawaran ikan cakalang di Kota Kendari jumlah penduduk

(X1) dan pendapatan perkapita (X2) yaitu:

a. Jumlah Penduduk (X1)

Hasil analisis regresi dalam praktek lapang ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel jumlah penduduk (X1) sebesar 0,069 α < = 0,2, yang

mengidentifikasikan bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap

penawaran ikan cakalang. Koefisien regresi sebesar 0,026 yang menunjukkan

bahwa pengaruh yang diberikan bersifat positif. Hasil tersebut


mengidentifikasikan bahwa jika terjadi penambahan jumlah penduduk sebesar 1%

maka akan meningkatkan penawaran ikan cakalang sebesar 0,026 %. jumlah

penduduk secara parsial berpengaruh nyata terhadap penawaran, sehingga

menerima H1 dan menolak H0. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sangadji

(2014) bahwa nilai t-hitung jumlah penduduk sebesar -8,711 dengan signifikansi

0,000. Dimana jika jumlah penduduk ditingkatkan sebesar 1% maka akan

meningkatkan jumlah produksi sebesar 3,405%.

b. Pendapatan Perkapita (X2)

Hasil analisis regresi dalam praktek lapang ini menunjukkan bahwa nilai

signifikansi variabel pendapatan perkapita (X2) sebesar 0,770 > α = 0,2, yang

mengidentifikasikan bahwa variabel pendapatan perkapita berpengaruh tidak

nyata terhadap penawaran ikan cakalang. Koefisien regresi sebesar -1,411 yang

menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan bersifat negatif. Hasil tersebut

mengidentifikasikan bahwa jika terjadi peningkatan pendapatan perkapita sebesar

1% maka akan meningkatkan penawaran ikan cakalang sebesar -1.411 %.

Pendapatan perkapita secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran

ikan cakalang, sehingga menolak H1 dan menerima H0. Hal ini tidak sejalan

dengan hasil penelitian Sangadji, (2014) bahwa nilai t-hitung pendapatan perkapita

sebesar -8,711 dengan signifikansi 0,000. Dimana jika pendapatan perkapita

ditingkatkan sebesar 1% maka akan meningkatkan jumlah produksi sebesar

3,405%.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa jumlah penduduk (X1) berpengaruh nyata terhadap penawaran ikan

cakalang di Kota Kendari sedangkan pendaptan penduduk (X2) berpengaruh tidak

nyata terhadap penawaran ikan cakalang di Kota Kendari.

B. Saran

Saran ditujukkan kepada pemerintah yaitu Pemerintah di Kota Kendari

untuk selalu mengontrol jalannya penawaran ikan cakalang sehingga tidak terjadi

penawaran yang tidak seimbang.


DAFTAR PUSTAKA

Ani, I.S. 2018. Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Konsumsi Nelayan
Budidaya Udang Vaname di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe
Selatan. Skripsi. FPIK UHO: Kendari.

Bangun, W. 2014. Teori ekonomi mikro. Refika Aditama. Bandung.

Burhanuddin, A.I. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra
Emosional. Makassar.

BPS Kota Kendari. 2006. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota
Kendari. Kendari.

_____. 2009. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.
Kendari.

_____. 2010. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.
Kendari.

_____. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kota Kendari 2006-2010. Badan
Pusat Statistik Kota Kendari. Kendari.

_____. 2012. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.
Kendari.

_____. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Kota Kendari 2009-2013. Badan
Pusat Statistik Kota Kendari. Kendari

_____. 2013. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.
Kendari.

_____. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Kota Kendari 2009-2013. Badan
Pusat Statistik Kota Kendari. Kendari.

_____. 2014. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.
Kendari.

_____. 2015. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.
Kendari.

_____. 2016. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.
Kendari.

_____. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Kota


Kendari Tahun 2010-2016. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.
BPS Kota Kendari. 2017. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota
Kendari. Kendari.

_____. 2018. Kota Kendari Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.
Kendari.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi Offset.

KKP. Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2017. Data Indikator Kinerja Umum
Kelautan dan Perikanan Tahun 2017. Jakarta: Pusat Data Statistik dan
Informasi.

Manik, N. 2007. Beberapa Aspek Biologi Ikan Cakalang Katsuwonus Pelamis di


Perairan Sekitar Pulau Seram Selatan dan Pulau Nusa Laut. Pusat
Penelitian Oseanografi – LIPI.

Nadia, L.A.R. 2014. Iktiologi Kajian Ilmu Dasar Perikanan. Unhalu Press.
Kendari.

Pontoh, R., Sutomo, W.P., dan Mauna, T.B.M. 2016. Permintaan dan Penawaran
Beras di Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 16 (4).

Pracoyo, T.K dan Antyo, P. 2006. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Grasindo.

Said, R. 2012. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: Lembaga Penelitian dan


Pengembangan Ekonomi dan social.

Sangadji, S. 2014. Kajian Pengembangan Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat di


Kota Ambon. Sekolah Pasca Sarjana IPB: Bogor.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis


Fungsi Cobb Douglas. Vol 3. Jakarta: Rajawali Pers.

Sukirno, S. 2015. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajagravindo Persada.

Tri, A. B. 2017. Penagantar Ekonometrika Dilengkapi Penggunaan Eviews.


Yogyakarta: Danisa Media

Anda mungkin juga menyukai