Anda di halaman 1dari 6

Nama : Hansel Milen Santoso Departemen : Teknik Kimia

NIM : 21030116130153 Periode KKN : Januari 2020

RANCANGAN PROYEK MONO KULIAH KERJA NYATA


“Produksi Parfum dan Produksi Sabun”

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh
mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu di
Indonesia. Pelaksanaan kegiatan KKN biasanya berlangsung antara satu sampai dua bulan dan
bertempat di daerah setingkat desa. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Indonesia telah
mewajibkan setiap perguruan tinggi untuk melaksanakan KKN sebagai kegiatan intrakurikuler yang
memadukan tri dharma perguruan tinggi yaitu : pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
Teknik kimia adalah cabang ilmu teknik atau rekayasa yang mempelajari pemrosesan bahan
mentah menjadi barang yang lebih berguna, dapat berupa barang jadi ataupun barang setengah jadi.
Ilmu teknik kimia diaplikasikan terutama dalam perancangan dan pemeliharaan proses-proses kimia,
baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar seperti pabrik. Insinyur teknik kimia yang
pekerjaannya bertanggung jawab terhadap perancangan dan perawatan proses kimia pada skala pabrik
dikenal dengan sebutan "insinyur proses". Selain itu, insinyur teknik kimia modern juga melakukan
penelitian yang bertujuan untuk menemukan material-material dan teknik-teknik baru, yang kadang-
kadang juga berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti nanoteknologi, sel bahan
bakar, dan teknik biomedis. Pada teknik kimia, ada 2 subgrup besar yang di antaranya mendesain,
membangun, dan mengoperasikan pembangkit/pabrik dan proses-proses kimia di dalamnya serta
mengembangkan substansi baru atau pengembangan dari substansi sebelumnya pada berbagai produk
yang rentangnya mulai dari makanan dan minuman sampai kosmetik, pembersih, dan obat-obatan.
Ranah teknik kimia pada kuliah kerja nyata dapat direalisasikan dengan suatu proyek
pemanfaatan limbah, atau sumber daya yang terdapat dalam desa tersebut guna membuat produk baru
atau teknologi yang mempermudah pekerjaan masyarakat. Jenis proyek tersebut meliputi pengolahan
limbah pertanian dan pertenakan untuk pembuatan alkohol, pupuk, dan enzim. Serta produksi barang
rumahan sehari-hari, seperti sabun, obat-obatan, atau penjernih air. Proyek yang sempat diajukan,
ialah produksi parfum berbau buah-buahan, serta produksi sabun dengan ekstra buah-buahan yang
merupakan komoditi dari desa yang didatangi.
1. Produksi Parfum Berbau Buah-Bauahan Komoditi Desa
Parfum atau minyak wangi adalah campuran minyak esensial dan senyawa aroma,
fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi untuk tubuh manusia,
objek, atau ruangan. Jumlah dan tipe pelarut yang bercampur dengan minyak wangi
menentukan apakah suatu parfum dianggap sebagai ekstrak parfum atau jenis yang lain.
Minyak parfum perlu diencerkan dengan pelarut. Hal ini dikarenakan minyak
esensial/murni (baik yang alami ataupun sintetis) mengandung konsentrat tinggi dari
komponen volatil yang kemungkinan dapat mengakibatkan reaksi alergi serta kemungkinan
cedera ketika digunakan langsung ke kulit atau pakaian. Pelarut juga menguapkan minyak
esensial, membantu minyak aromatik menyebar ke udara. Sejauh ini pelarut yang paling
umum digunakan untuk pengenceran minyak parfum adalah etanol atau campuran etanol dan
air. Minyak parfum juga dapat diencerkan dengan cara menetralkan bau lemak menggunakan
jojoba, minyak kelapa difraksinasi atau lilin.
Parfum ialah salah satu kosmetik yang dapat dibuat sendiri di rumah. Bahan baku untuk
bebauan parfum bisa diambil dari tanaman-tanaman alam yang banyak ditemui di desa.
Seperti contoh, bunga mawar, melati, atau buah-buahan harum lain. Bahan tersebut dibuat
ekstrak dan kemudian dicampur selaku komponen pewangi utama parfum, sebelum
ditambahkan zat aditif guna menjaga kualitas serta memperkecil efek samping parfum pada
kulit.
Bahan baku utama pada pembuatan parfum ialah :
a. Bibit minyak wangi
Bahan ini adalah esensi penting dalam pembuatan minyak wangi. Disebut bibit karena
masih asli dan belum tercampur dengan alkohol serta punya aroma menyengat yang
harus diolah lagi untuk bisa digunakan. Bibit minyak wangi yang belum dicampur
pelarut tidak bisa dipakai karena dapat menimbulkan reaksi alergi pada kulit, serta
membuat aroma dari bibit minyak wangi sulit menyebar sehingga efek wewangian
kurang maksimal.
b. Alkohol
Alkohol digunakan dalam industri minyak wangi untuk membantu aroma parfum
tersebar maksimal. Alkohol yang berasal dari etanol ini sebaiknya digunakan dengan
bijak dan hati-hati karena berbahaya bagi kesehatan. Sebelum memakainya dalam
campuran minyak wangi, sebaiknya dipilih alkohol yang sudah dihilangkan baunya
agar aroma parfum tidak dipengaruhi oleh bau alkohol.
c. Akuades
Akuades alias akua distilata merupakan air yang telah melalui proses penyulingan dan
nyaris tanpa kandungan mineral. Air jenis ini digunakan agar mudah menyerap atau
melarutkan berbagai jenis partikel yang dilarutkan dengan mudah.
d. Bahan pelembab
Bahan ini disebut pula dengan MPG alias Mono Propylene Glycol yang kerap
digunakan untuk pembuatan body spray. Berfungsi sebagai pelembap agar kulit tidak
mudah kering akibat pengaruh alkohol yang menjadi kandungan dalam parfum.
e. Long lasting agent
Bahan ini digunakan untuk mengawetkan bau parfum. Dianjurkan membeli komponen
ini jika ingin aroma parfum lebih tahan lama tapi pilihlah bahan berlabel
cosmetic/pharmaceutical grade yang aman bagi kulit.
f. Solubiliser
Bahan satu ini sering digunakan dalam produk perawatan rambut, losion hingga
parfum. Fungsinya untuk memecah minyak dan membuat komponen tersebut larut
bersama air dan terlihat jernih.
g. Fiksatif
Aroma parfum tidak muncul dengan mudah. Pada parfum, ada beberapa komponen
yang harus mengikat aroma minyak wangi hingga tidak mudah menguap dan lebih
tahan lama. Salah satu komponennya adalah fiksatif yang kerap dicampur pada akhir
proses produksi parfum.
Meskipun bahan baku pembuatan parfum mayoritas berupa zat kimia, dapat pula
diproduksi parfum alami tanpa alkohol. Parfum jenis itu cocok bagi pemakai yang punya kulit
sangat kering dan ingin minyak wangi natural. Parfum non alkohol juga jadi pilihan konsumen
yang ingin tampil segar tanpa wangi menusuk. Cara pembuatannya ialah sebagai berikut :
1. Ambil kulit buah sitrus atau bunga pilihan dan cincang dengan pisau.
2. Panaskah panci dan masukkan air. Tunggu hingga suhunya menghangat dan masukkan
bahan alami yang sudah dicincang.
3. Aduk selama kurang lebih 2 menit hingga aromanya tercium lalu matikan api.
4. Angkat bahan alami dan ambil wadah beserta kain. Letakkan kulit jeruk pada kain dan
peras ke dalam wadah. Jika perasan kurang, kamu bisa mengambil air sisa bahan alami
dari panci dan campur dengan air hasil perasan. Sedikit saja karena jika terlalu banyak
bisa menghilangkan bau.
5. Masukkan perasan ke dalam botol spray dan parfum beraroma bahan alami bisa
digunakan.
Pertimbangan bahwa proyek pembuatan parfum dapat dilaksanakan selama KKN, ialah
karena bahan yang mudah ditemukan, langkah kerja yang simpel dan bisa diaplikasikan oleh
masyarakat rumahan, alat produksi yang menggunakan barang sehari-hari, serta fungsi parfum
yang cukup penting bagi keseharian masyarakat. Sehingga proyek ini diharapkan terlaksa
dengan baik, pula diterima oleh penduduk desa.
2. Produksi Sabun dari Ekstrak Buah-Buahan Komoditi Desa
Sabun adalah produk yang digunakan sebagai pembersih dengan media air. Secara umum
berbentuk padatan (batang) dan ada juga yang cair. Masing-masing bentuk tentunya
mempunyai keuntungan tersendiri diberbagai sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif dapat mengikat partikel dalam suspensi yang mudah
dibawa oleh air bersih. Di era milenial ini, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai
alat bantu untuk mencuci atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran minyak atau lemak (nabati, seperti minyak zaitun atau
hewani, seperti lemak kambing) dengan alkali atau basa (seperti natrium atau kalium
hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang disebut dengan saponifikasi.
Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara
tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan
seperti arang kayu.
Metode pembuatan sabun secara garis besar dibagi menjadi tiga :
a. Metode Cold Process (CP)
Metode ini merupakan yang cukup sederhana dan mudah. Proses ini tidak
membutuhkan suhu yang tinggi. Pencampuran minyak dengan alkali dilakukan saat
temperatur keduanya berada pada suhu 32–35oC. Kemudian dilakukan pengadukan
hingga tercampur sempurna (trace) dan mengental. Setelah itu campuran tersebut
dimasukkan ke dalam cetakan dan memasuki fase curing. Biasanya memakan waktu
kurang lebih 2–4 minggu untuk benar-benar siap digunakan dan proses saponifikasi
sudah selesai. Dengan menggunakan metode ini menghasilkan sabun dengan tekstur
yang halus. Sabun yang dihasilkan oleh metode cold process hanya berupa sabun
batang.
b. Metode Hot Process (HP)
Metode ini merupakan variasi dari metode cold process. Pada saat campuran sudah
sempurna dan mengental, campuran tidak langsung dimasukkan ke cetakan. Tetapi
dipanaskan terlebih dahulu untuk memaksa proses saponifikasi. Biasanya memakan
waktu 1-3 jam untuk memanaskan. Kelebihan dari metode ini yaitu sabun sudah aman
untuk langsung digunakan. Fase curing tidak berlangsung lama hanya sekitar 1–2
minggu. Menghasilkan sabun yang memiliki tekstur agak kasar. Untuk menghasilkan
sabun cair, sabun padat transparan dan sabun cream biasanya menggunakan metode
hot process.
c. Metode Melt and Pour (MP)
Melt and pour merupakan metode yang paling simpel. Metode ini merupakan cara
membuat sabun mandi tanpa bahan kimia. Hanya menggunakan soap base atau sabun
yang hampir jadi, kemudian dilelehkan dan dicampur dengan bahan-bahan tambahan
seperti pewangi atau pewarna. Setelah itu dimasukkan ke dalam cetakan untuk
dikeringkan. Produk yang dihasilkan hanya berupa sabun batang.
Bahan baku pembuatan sabun beserta komposisinya ialah :
a. Minyak
 Kelapa (coconut oil), memberikan busa yang melimpah pada sabun mandi dan juga
berkontribusi terhadap kekerasan sabun batang.
 Kelapa sawit (palm oil), merupakan minyak utama dalam pembuatan sabun,
mayoritas sabun konvensional menggunakan minyak kelapa sawit. Minyak kelapa
sawit memberikan kekerasan pada sabun mandi dan mempercepat proses
saponifikasi.
 Zaitun (olive oil), merupakan minyak yang penting dalam sabun karena
memberikan kelembutan pada kulit dan memberikan efek kemewahan.
b. Alkali (NaOH)
Natrium Hidroksida (NaOH) digunakan untuk membuat sabun batang. NaOH yang
digunakan ialah murni, bukan yang sudah dalam larutan, berbentuk flakes atau pellet.
c. Air
Air digunakan untuk melarutkan NaOH. Sebaiknya gunakan air yang benar-benar
murni H2O tanpa ada tambahan mineral yang lainnya. Jangan gunakan air sumur atau
air PAM, melainkan akuades yang telah melalui proses penyulingan terlebih dulu.
Untuk penggunaan 3 macam campuran minyak, dengan total volume minyak 500 gr,
maka komposisinya ialah 150 gr (30%) minyak kelapa, 150 gr (30%) minyak kelapa sawit,
200 gr (40%) minyak zaitun, 145 gr air akuades, dan 72,5 gr padatan NaOH.
Cara pembuatan sabum menggunakan tiga bahan utama tersebut ialah :
1. Siapkan semua alat dan bahan. Selalu gunakan safety gears/pengaman.
2. Tuangkan air ke dalam wadah dan timbang sesuai ukuran.
3. Ambil NaOH di tempat terpisah dan timbang sesuai dengan ukuran resep. Secara hati-
hati masukkan NaOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Reaksi air yang terlihat berupa
pendidihan yang mengeluarkan uap yang menusuk (merupakan reaksi yang normal).
4. Aduk sampai semua NaOH larut. Diamkan beberapa saat sampai larutan mencapai
suhu dibawah 40ºC. Selalu masukkan NaOH ke dalam air, jangan sebaliknya. Jika
memasukkan sebaliknya akan memberikan efek gunung meletus yang berbahaya.
5. Sembari menunggu larutan NaOH dingin. Timbang sesuai ukuran dan campur minyak
ke dalam wadah yang sudah disediakan. Jika minyak kelapa/kelapa sawit menggumpal
maka cairkan terlebih dahulu. Jika tidak ada yang menggumpal maka tidak perlu
dipanaskan.
6. Ketika suhu larutan NaOH sudah mencapai sekitar 30-35ºC, tuangkan ke dalam
minyak secara perlahan.
7. Aduk secara terus menerus menggunakan hand whisk sampai mencapai trace,
biasanya memakan waktu lama. Gunakan blender stik jika ingin lebih cepat mencapai
trace.
8. Ketika adonan sabun sudah mencapai trace maka hentikan pengadukan. Siapkan
cetakan yang sudah dilapisi plastik atau kertas.
9. Tuangkan ke dalam cetakan, jangan lupa untuk mengumpulkan sisa-sisa yang ada di
pinggir panci dengan menggunakan spatula.
10. Tutup menggunakan kain bekas atau handuk bekas bagian atas cetakan. Untuk
menjaga agar tetap panas dan melanjutkan proses saponifikasi. Letakan di tempat
yang aman dari jangkauan anak-anak dan biarkan selama 1-2 hari.
11. Kemudian keluarkan sabun dari cetakan. Potong sesuai ukuran yang diinginkan.
Simpan di tempat yang kering dengan aliran udara yang baik, biarkan 2-4 minggu.
12. Sabun memasuki masa curing. Saat curing, cek pH tiap satu minggu sekali. Sabun
sudah bisa digunakan jika sudah netral. Netral berarti proses saponifikasi sudah
sempurna dan tidak ada lagi alkali bebas yang terkandung.
Pertimbangan bahwa proyek pembuatan sabun dapat dilaksanakan selama KKN, ialah
karena bahan yang tergolong murah dan tersedia dimana-mana, langkah kerja yang bisa
diaplikasikan oleh masyarakat rumahan, alat produksi dari barang sehari-hari, serta fungsi
sabun yang penting bagi keseharian masyarakat. Selain itu, komoditi desa berupa tanaman
atau buah-buahan yang berbau khas, dapat digunakan sebagai wewangian dalam produk
sabun. Sehingga proyek ini diharapkan terlaksa baik, pula diterima oleh penduduk desa.

Anda mungkin juga menyukai