Anda di halaman 1dari 10

With You

1……..

2……..

3……..

4……..

5……..

Satu persatu benda berbentuk kapsul dan tablet yang berasa pahit itu dibiarkan ali larut dalam air
di wastafelnya. Setelah larut semua ali menatap dirinya di cermin. Dibasuhnya wajahnya.

Setelah selesai mandi ali memakai kaus putih polosnya kemudian ditutupnya dengan jaket
denimnya. Dilengkapi pula jeans hitamnya. Pakaian seperti ini sangat menggambarkan seorang
ali.

Ali mengambil kunci mobilnya dinakas lalu segera keluar dari kamar bernuansa hitam putih
kental itu.

********

“Ali obat kamu sudah di minum?” Tanya seorang wanita yang sedang membolak balikkan file
ditangannya saat melihat ali turun dari tangga. Ali terus melangkah tanpa menjawab.

“Nanti siang mama akan ke singapure. Pulang kuliah janagan lupa kamu ada jadwal cek up”
ucap wanita yang menyebut dirinya itu mama mengingatkan.

Ali sama sekali tak menoleh, ia kembali melanjutkan berjalan berlalu keluar dari rumahnya.

Ali langsung mengemudikan mobil sportnya.

Ali tersenyum sinis mengingat ucapan mamanya tadi. Seorang wanita yang terlalu sibuk dengan
urusannya sendiri. Hanya mengingatkan tanpa berniat menemaninya. Yang selalu dia katakana
hanya

“Ali obatnya sudah di minum?”

“Jangan lupa cek up”

Ali sudah benar-benar bosan dengan kata-kata itu. Dirumah bisa dihitung dengan jari berapa hari
setiap bulannya. Walaupun ia dirumah ali juga jarang bias bertemu dengannya.

********
“Permisi, fakultas kedokteran di sebelah mana ya?” Tanya seseorang.

Ali yang sedari tadi focus pada ponselnya kini beralih menatap orang didepannya. Ternyata ada
seorang gadis dihadapannya.

Saat merasa orang dihadapannya tak menarik ali kembali focus pada ponselnya.

“Maaf, aku lai ngomong sama kamu” ucap gadis itu sopan

Ali kembali menatap gadis itu.

“Disini banyak orang. Harus banget ya lo nanya sama gue?” Tanya ali dengan nada datarnya.
Gadis itu terdiam mendengar ucapan ali. Ia sadar sepertinya ali tak suka diganggu.

“Maaf, udah ganggu kamu”

Tanpa menjawab apapun ali langsung berlalu dari gadis itu tanpa menoleh sedikitpun.

“Prilly” panggilan itu membuat gadis itu menoleh ke asal suara.

“Ya ampun jadi ini beneran lo? Lo jadi juga kuliah disini? Gue kira gak jadi”

“Iya itte. Setelah aku fikir-fikir kayaknya beasiswa disini menarik juga” ucap prilly pada
seseorang yang dipanggilnya itte itu.

“Cieeee anak bandung sekarang jadi anak Jakarta” ledek itte yang membuat prilly tersipu. Itte
terkekeh sifat malu-malu sepupunya itu.

“Te, fakultas kedokteran dimana ya?” Tanya prilly.

“Yuk gue anterin”

Prilly pun mengangguk lalu mengikuti langkah gritte.

********

Setelah tau dimana kelasnya, gritte mengajak prilly menuju kantin kampusnya. Karna belum
sarapan prilly menerima ajakan gritte.

Saat sedang menunggu pesanannya tiba-tiba pandangan prilly terhenti pada seseorang. Prilly jadi
merasa tak enak dengan orang itu. Ia sudah merasa mengganggu orang itu tadi. Ya siapa lagi
kalau bukan ali.

“Lo lagi liatain apaan sih?” Tanya itte.

“Aku ngerasa gak enak deh te sama orang itu” Ucapprilly sambil menunjuk ali dengan dagunya.

“Oh ali. Gak enak kenapa?”


“Tadi sebelum ketemu kamu aku nanyain dimana fakultas kedokteran sama dia. Tapi dianya
balasnya ketus gitu. Kanyaknya dia marah deh te gara-gara aku ganggu”

“Yaelah prill. Ali mah emng gitu. Gue sih emang gak kenal banget. Tapi dia emang gitu sih
orangnya. Rada nyebelin dan ketus”

Prlly terus memperhatikan ali didaerah tempat tinggalnya tidak ada orang yang berbicara seketus
ali. Namun prilly mengerti, ini Jakarta, bukan seperti daerah tempat tinggalnya di bandung.

********

“Tadi pagi kamu tidak minum obat lagi ya ali?” Tanya seorang dokter. Seperti yang diminta
mamanya tadi pagi. Setelah pulang dari kampus ali memutuskan untuk cek up terlebih dahulu.

“Obat-obat itu gak bakal bikin jantung saya normal dok”

“Ya, kamu benar. Tapi setidaknya obat-obatan itulah yang bias membuat kamu bertahan sampai
sekarang. Kamu harus berlomba dengan penyakit kamu. Kamu harus membuat jantung kamu
berpacu lebih unggul”.

“Dok, kenapa saya harus memaksa jantung saya untuk selalu terpompa? Kalau dia sudah lelah
biarkan saja ia berhenti”

Dokter itu menghela nafas panjang. Selalu saja seperti ini. Setiap kali melakukan cek up, selalu
diwarnai dengan perdebatan.

“Ali, kamu sudah jauh bertahan selama ini. Jangan membuat semuanya sia-sia. Kamu harus
bersyukur, biasanya orang yang mengalami kebocoran jantung seperti kamu hanya bias bertahan
paling lama 2 tahun karna ini bukan kebocoran jantung biasa. Tapi kamu, kamu sudah bertahan
hamper 4 tahun.”

Ali hanya memutar bola matanya malas. Dokter dihadapannya selalu mengucapkan hal yang
sama. Lalu kenapa kalau ia bertahan sampai sejauh ini? Mungkin ini karna ia beruntung. Kadang
kali ali malah ingin jantung ini berhenti saja berdetak.

“Ini resep obat yang harus kamu minum dalam bulan ini. Untuk kali ini jangan pernah
melalaikan meminum obat ini ali.” Ucap sang dokter.

Tanpa menjawab ali langsung mengambil resep itu dan berlalu keluar dari ruangan itu. Dokter
itu menggelengkan kepalanya. Ia sangat paham tabiat ali. Kapan ali akan berubah mencintai
hidupnya? Tuhan membiarkannya bertahan sampai saat ini pasti karna sebuah alasan. Tidakkah
laki-laki itu ingin mengetahui hal itu?

Ali mengayuh sepedanya membelah jalan dimalam hari. Malam ini ia sangat ingin
menghabiskan waktunya untuk bersepeda.
“Tolong…tolong….” Ali berhenti saat mendengar sebuah teriakan minta tolong. Ali
mengedarkan pandangannya mencari asal suara. Pandangan ali terhenti pada ke 2 orang pria
bertubuh besar, namun dihadapannya terlihat seoarang perempuan. Pasti ke 2 pria itu memiliki
niat jahat. Ali langsung turun dari sepedanya dan menghampiri orang itu.

Bughhhh!!!

1 pukulan ali meluncur kewajah salah seorang pria itu. Mereka terkejut melihat aksi ali. Namun
sesaat kemudian mereka brusaha membalas pukulan ali. Akhirnya terjadi aksi perkelahian antara
mereka. Perempuan itu terlihat sangat ketakutan.

Karna lengah 1 pukulan mengenai wajah ali membuat darah segar mengalir diujung bibirnya. Ali
yang tak terima kembali meluncurkan serangannya. Ali memang tak ahli dalam bela diri. Namun
karna kebiasaanya menonton film action dapat membantunya dalam perkelahian ini. Mendapat
serangan bertubu-tubi dari ali, kedua orang ini memutuskan untuk pergi.

“Aduh kamu gak apa-apa kan?” Tanya perempuan itu menghampiri ali.

Ali menoleh kearahnya, dahinya mengerinyit, sepertinya ia pernah melihat perempuan ini. Ali
mencoba mengingat-ngingatnnya.

“Aku prilly, kamu masih ingat aku?” Tanya perempuan itu yang ternyata adalah prilly.

Oh iya, ali baru ingat, perempuan ini adalah orang yang ia temui dikampus tadi pagi.

Ali meringis merasa ujung bibirnya perih.

“Kita duduk disana dulu ya. Biar aku bersihin dulu luka kamu” ajak prilly lalu menarik lengan
ali untuk duduk disebuah bangku taman. Ali hanya mengikuti prilly.

Prilly mengambil tisu didalam tasnya lalu sedikit mendekat kearah ali untuk membersihkan
darah diujung bibir ali.

“Aku bersihin dulu ya” prilly mulai membersihkannya, sementara ali hanya menahan rasa
perihnya.

“Awww pelan-pelan dong” omel ali.

“Eh iyaa, iyaa sorry” prilly sedikit memelankan sentuhannya.

Sementara ali focus menatap wajah prilly. Tak bias dipungkiri kalau gadis dihadapannya ini
sangat cantik. Ali jarang melihat perempuan sepolos prily. Maklum ini adalah kota besar.

“Udah” kata prilly girang sambil tersenyum sumringah yang membuat ali ikut tersenyum kecil.

“Makasih yaa udah tolongin aku. Aku gak tau deh kalau gak ada kamu tadi jadinya gimana”
Ali tak menjawab dan lebih memilih menengadahkan wajahnya menatap langit. Ali
mengerinyitkan dahinya menatap prilly.

“Nama kamu siapa?” Tanya prilly. Ali tetap tak menjawab. Prilly menghela nafas. Sepertinya ali
tak selalu tak ingin dia ganggu. Akhirnya prilly memutuskan untuk pergi, namun ali segera
menahan tangan prilly.

“Udah dibantuin masa mau ninggalin gue disini sendirian. Gak sopan banget”

“Aku kira kamu ngerasa terganggu sama aku disini. Abis dari tadi kamu diam aja”

“Nama gue ali. Lo tetep disini” ucap ali yang lebih tepat seperti sebuah perintah. Akhrnya prilly
kembali duduk disamping ali.

Hanya ada keheningan diantara mereka. Ali memejamkan matanya namun tak tertidur. Prilly
memperhatikan wajah ali dari samping. Ali benar-benar tampan. Prily mencoba menerka-nerka
apa yang sedang dipikirkan oleh ali.

“Lo ngapain sih malem-malem jalan sendiri?” Tanya ali tiba-tiba yang memecahkan lamunan
prilly tentang ali.

“Aku tadi mau nyari makan. Maklum anak kos” balas prilly.

Ali menatap prilly sambil berfikir lalu menarik tangan prilly mengikutinya. Prilly hanya pasrah
dibawa ali.

“Bang bubur ayamnya 2 ya” ucap ali pada seorang pedagang bubur ayam keliling yang sedang
mangkal diarea sekitar taman.

Penjuak bubur ayam itu mulai meracik buburnya. Ali kembali membawa prilly duduk disalah
satu bangku taman lainnya.

“Kita makan itu? Tanya prilly

“Iya, kenapa? Gak biasa makan pinggir jalan?” Tanya ali sinis.

“Ya ampu, makan beginian udah jadi makanan sehari-hari lagi.Cuma aku heran aja kenapa kamu
tiba-tiba ngajak aku makan”

“Tadi katanya lo mau nyari makan, kebetulan gue belum makan”

Prillypun mengangguk paham.

Mereka akhirnya menikmati bubur ayamnya.

“Udah malem. Aku pulang dulu ya, aku bias sendiri kok” ucap prilly yang membuat ali
menatapnya heran.
“Siapa juga yang mau nganterin lo pulang” ucap ali yang membuat prilly malu bukan main.
Bukankah kalau disinetron-sinetrin jika perempuan dan laki-laki sedang bersama dimalam hari,
laki-lakinya akan mengantarkan perempuannya pulang? Sepertinya ini tak berlaku untuk ali.

“Aa….aku kira kamu tadi mau nawarin. Yaudah deh aku pulang dulu” pamit prilly lalu segera
pergi dari hadapan ali. Ia tak mau ali melihat wajahnya yang sudah memerah karena malu.

Ali tertawa ngakak melihat ekspresi prilly. Benar-benar polos. Baru kali ini ia bias tertawa
selepas ini.

********

“Mama udah pulang buk?” Tanya ali sambil mengelap keringat diwajahnya.

“Udah den, tadi siang selesai makan siang nyonya langsung kebandara” balas mbok jum
pembantu rumah tangga ali.

“Oh”

“Den ali abis ngapain? Berkeringat banget? Terus nafasnya juga ngosngosan gitu”

“Abis main sepeda bik keliling kompleks”

“Ya ampun den, kan nyonya udah bilang kalau den ali gak bo……”

“Aku gak apa-apa kok bik” ali langsung memotong pembicaraan mbok jum karna ia sudah tau
kemana arah pembicaraan wanita paruh baya itu. Ali langsung bergegas kekamarnya.

Ali berencana untuk mandi karna ia sudah sangat gerah, hamper 2 jam ia habiskan untuk bermain
sepeda. Ali sadar apa yang ia lakukan ini sangat tidak baik untuknya, namun kenapa ia harus
peduli? Ia hanya ingin bersenang-senang dengan caranya sendiri.

“Awwwww” pekik ali tiba-tiba memengang dadanya yang terasa sangat sakit. Dadanya bagai
ditekan sebuah beton, sangat menyakitkan.

“Arghhhhhhhhh!” ali terus memekik memengangi dadanya. Jantungnya ini pati karna
jantungnya. Ali sudah menduga hal ini akan terjadi. Apa yang bias ia lakukan selain
menahannya? Sebenarnya ali bias saja meminum obat penahan sakitnya, namun ia merasa lebih
bersenang-senang menahan rasa sakitnya.

Prilly berjalan menyusuri koridor kampusnya dengan riangnya. Bukan karna ia sedang senag,
namum memang karna pembawaan gadis ini sangat ceria.

Tiba-tiba langkanya terhenti saat mendengar suara dari salah satu ruang. Tak berniat untuk
menguping namun pembicaraan itu menarik perhatiannya.
“Saya sudah memberi kamu dispensasi waktu ali, namun kamu sama sekali tak mempergunakan
sebaik-baiknya” ucap seseorang yang sepertinya adalah seorang dosen.

“Saya tidak meminta dispensasi waku sama sekali” balas ali santai.

Dosen itu tampak mengkela nafas panjang.

“Ya bukan kamu yang memintanya. Tapi ibumu”

“Bapak bias menolak permintaanya”

Lagi-lagi dosen itu menghela nafas panjang.

“Saya benar-benar tidak tau lagi bagaimana cara mempertahankan kamu dikampus ini.
Sepertinya DO adalah keputusan satu-satunya.

“Baiklah, saya permisi” ali bangkit dari duduknya lalu segera keluar. Dosen itu menggelengkan
kepalanya heran. Bahkan ali sama sekali tak berusaha meminta kesempatan sekali lagi?
Sepertiya anak itu sudah tak berniat bersekolah.

Prilly yang menyadari ali akan keluar dari ruangan itu langsung bersembunyi hingga ali benar-
benar sudah pergi. Prilly menatap kepergiannya tak percaya. Ali di DO? Dan kenapa ia santai-
santai saja? Apa sebenarnya itu cara dia untuk menutupi kesedihannya. Mendadak prilly merasa
iba pada ali. Tiba-tiba prilly memiliki ide. Prilly mengetuk pintu dimana ali keluar tadi.

“Masuk” sahut seseorang dri dalam. Prilly kemudian masuk kedalam ruangan itu.

“Oh kamu prilly bukan?” Tanya dosen itu.

“Ya pak saya prilly”

“Oh silhkan duduk”

Prillypun mengambil posisi duduk dihadapan bapak itu.

“Ada apa prilly?”

“Maaf pak sebelumnya, saya tadi tidak sengaja lewat dan mendengarbahwa bapak men DO ali
dari kampus ini. Apakah benar?” Tanya prilly hati-hati

“Ya benar”

“Tapi kenapa pak? Apa dia melakukan hal yang sangat fatal?”

“Lebih dari fatal. Bayangkan saja. Ia adalah murid yang jarang masuk. Dan saya dengan berbaik
hati akan membantu nilainya jika ia bias membuat sebuah laporan tentang hukum politik karna
dia memang mengambil jurusan hokum. Namun dia sama sekali tak menyentuh tugasnya selama
4 bulan.” Jelas dosen itu kesal.

“Tapia pa bapak tidak ingin memberikannya kesempatan?” Tanya prilly

“Untuk apa? Dia saja tidak meminta”

“Kalau begitu saya yang akan meminta kesempatan itu pak. Beri dia satu kesempatan lagi” ucap
prilly yang membuat dosen itu menatapnya heran.

“Bukankah kamu mahasiswa baru? Kenapa kamu sangat peduli dengannya”

“Ada hal yang membuat saya melakukan ini pak, saya mohon” pinta prilly.

“Hmmmm baiklah. Tapi kamu punya jaminan apa? Ini bukan perkara biasa. Dia nyaris di DO”

“Jaminannya adalah saya. Saya bersedi beasiswa saya dicabut kalau ia tak mengerjakan
tugasnya, ucap prilly mantap yang membuat dosen itu terbelalak.

“Baiklah, saya beri dia waktu 1 minggu lagi. Tapi kamu harus memegang omonganmu”

“Baik pak”

Prilly kemdian keluar dari ruangan itu. Prilly sedikit bernafas lega. Kenapa ia melakukan ini?
Alasanya adalah hutang budi karna ali sudah menyelamatkannya malam itu. Terlihat berlebihan
memang dengan mempertaruhkan beasiswanya. Namun prilly yakin ali bias menyelesaikannya.

********

Hari ini sebenarnya ali sangat enggan menginjak kampus ini, bukankah ia bukan mahasiswa
kampus ini lagi? Tapi ada beberapa surat yang harus ali urus. Siapa tau suatu saat ali berniat
untuk kuliah lagi ditempat lain.

Ali meneguk minuman bersodanya dikantin kampusnya. Sebenarnya ini adalah salah satu
minuman yang sangat dilarang untuk ali menurut dokter. Tapi ali suka ini, bukankah dengan
meminum ini jantungnya akan makin susah memompa? Dan ali sangat suka itu. Tib-tiba

Brukkkk!!!!!

Beberapa buku tebal tiba-tiba terletak didepan ali. Ali mengerinyitkan dahinya melihat siapa yag
sudah berani-berani menganggnya.

“Apa-apaan nih?” Tanya ali tak mengerti. Orang itu langsung mengambil posisi duduk
dihadapan ali.

“Ini tuh beberapa bahan materi buat nyelesaikan laporan kamu” ucap orang itu.
Ali tersenyum miring mendengarnya.

“Percuma, gue udah di DO”

“Siapa bilang. Kamu masih punya kesempatan 1 kali lagi. Kamu harus gunain sebaik-baiknya”

“Eh siapa nama lo. Oh iya prilly, denger ya. Gue gak peduli. Gue sama sekali gak minta dapat
kesempatan” balas ali.

“Ya emang bukan kamu yang minta. Tapi aku yang minta. Aku bakal bantu kamu selesain
laporan kamu biar kamu gak di DO” ucap prilly bersemangat

Ali menatapnya sambil terkekeh meremehkan.

“Lo mau bantuin gue? Lo aja anak fakultas kedokteran, dan gue hokum. Tau apa lo tentang
hokum?”

“Nah ini nih. Kamu belum tau banyak tentang aku. Aku itu dulu dibandung ngambil hokum juga,
karna kalau kedokteran biayanya mahal. Nah sekarang aku dapat beasiswa makanya aku ambil
kedokeran” jelas prilly.

“Ya…ya.. terserah lo deh, gue gak perduli” balas ali acuh lalu bangkit dari duduknya. Namun
prilly buru-buru menahan pergelangan tangannya.

“Please mau ya ngerjain laporannya” pinta prilly dengan wajah memohonnya.

“Kenapa lo lakuin semua ini?” Tanya ali.

“Anggap ini sebagai balas budi aku. Kamu nyelametin hidup aku dan aku akan berusaha
menyelamatkan masa depan kamu. Ya walaupun sebenarnya yang bias menyelamatkan masa
depan kamu adalah kamu sendiri tapi setidaknya aku mau bantu kamu. Mau ya” kata prilly lagi.

Ali tampak berfikir sejenak. Ini sepertinya kesempatan yang bagus. Lagi pula ia belum bias
membayangkan bagaimana ekspresi mamanya saat ia tau kalau ali sudah di DO.

“Oke” balas ali yang membuat senyum prilly mengembang.

“Nah gitu dong. Kamu punyak waktu 1 minggu buat selesaiin ini. Gimana kalau kita mulai
sekarang? Mumpung aku gak ada kelas” ajak prilly.

“Oke. Dirumah gue”

“Dirumah kmu? Kenapa gak disini aja?”

“Otak gue suka gak kebuka kalau ditempat asing. Satu-satunya tempat yang gak asing adalah
rumah gue” balas ali lalu bangkit dari duduknya dan segera pergi. Prilly merenungkan alas an ali
yang menurutnya tak masuk diakal.
“Mau sampek kapan berdiri disitu?” Tanya ali melihat prilly yang masih diam mematung.
Akhirnya prillypun mengikuti langkah ali

********

Anda mungkin juga menyukai