Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang masih tinggi dengan stigma dan deskriminasi
terhadap orang yang terkena penyakit Human Imunnodefieciency Virus/Acquired Immune
Deficiency Syndrome (HIV/AIDS)/ODHA (Mamas S et al.,2009). Menurut Cramm & Nieboer
(2011) stigma yang berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS berdampak negative pencegahan,
prosedur pelayanan, dan kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan pada penyakit tersebut.
Stigma kerap kali muncul daripemikiran individu atau masyarakat yang mempercayai bahwa
penyakit HIV/AIDS merupakan akibat dari perilaku amoral yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat sering kali stigma terhadap ODHA tergambar sinis, perasaan takut yang berlebihan,
dan pengalaman negatif di masyarakat serta banyak yang beranggapan bahwa orang yang
terinfeksi HIV/AIDS mereka pantas mendapat hukuman untuk perbuatannya sendiri mereka
harus diisolasi sosial, juga mendapat penolakan dalam lingkup masyarakat dengan begitu kita
bisa temukan bahwa penderita HIV/AIDS adanya perlakuan yang berbeda seperti dijauhi,
dikucilkan, dan adanya diskriminasi (Hutapea, 2004).

Permasalahan HIV dan AIDS menjadi tantangan kesehatan hampir di seluruh dunia, termasuk
di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018, HIV/ AIDS telah
dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%) dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi di
Indonesia. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak
301.959 jiwa (47% dari estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV AIDS tahun 2018 sebanyak
640.443 jiwa) dan paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun.
Adapun provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099), diikuti Jawa
Timur (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan Jawa Tengah (24.757). (Kemenkes RI,
2018).
Data Kementerian Kesehatan tahun 2017 mencatat dari 48.300 kasus HIV positif yang
ditemukan, tercatat sebanyak 9.280 kasus AIDS. (Kemenkes RI, 2017). Sementara data triwulan
II tahun 2018 mencatat dari 21.336 kasus HIV positif, tercatat sebanyak 6.162 kasus AIDS.
Adapun jumlah kumulatif kasus AIDS sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 sampai
dengan Juni 2018 tercatat sebanyak 108.829 kasus. (Kemenkes RI, 2018)

Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur (2018), Jawa Timur menjadi salah satu provinsi
dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak di Indonesia. Hingga September 2018, jumlah
Orang Dengan HIV/AIDS sebanyak 47.396 orang. Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan
jumlah ODHA di Jatim mencapai 47.396 pasien per September 2018. Adapun jumlah penderita
AIDS sebanyak 699 orang per Juni 2018. Mayoritas ODHA adalah laki-laki sebanyak 61,64 persen
dan perempuan 38,36 persen. Berdasarkan kelompok umur, ODHA berusia produktif. Di
peringkat tertinggi, usia ODHA yaitu 35-34 tahun sebanyak 4.050 orang, di peringkat kedua
berusia 25-29 tahun sebanyak 3.940 orang. Disusul kemudian ODHA berusia 35-39 tahun
sebanyak 2.995 orang. Adapun temuan kasus HIV/AIDS baru per September 2018, ditemukan
sebanyak 5.976 buah. Temuan kasus HIV memang turun bila dibandingkan dengan tahun 2017
sebanyak 8.215 kasus.

Di lihat dari tempat tinggal, Kota Surabaya menempati urutan pertama dengan jumlah kasus
AIDS yang mencapai 2.227 kasus, disusul Kabupaten Malang dengan jumlah kasus 1.701.
Pasuruan menempati urutan ketiga dengan jumlah kasus 1.638 dan Sidoarjo dengan jumlah
kasus 1.553. Dan demikian juga masih tingginya kasus HIV-AIDS di Kabupaten Jombang disoroti
kalangan dewan. Terdapat total 1.388 kasus HIV-AIDS terjadi di Jombang mulai 1999 hingga
2018 ini. Sedangkan ditemukan 137 penderita HIV baru per Januari-September 2018. Bahkan
mayoritas penderita baru HIV di Jombang ini didominasi usia produktif 25-49 tahun. (Dinkes
Jatim, 2018)

Sedangkan menurut Dinkes Jawa Timur (2013) kasus HIV yang terbanyak adalah di Kota
Surabaya 5.155 kasus, Kota Jombang, Kota Malang 2.129 kasus, Kabupaten Banyuwangi 1.537
kasus, dan Kabupaten Jember 1.244 kasus.
Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur (2015) di Kabupaten Jombang
jumlah penderita penyakit menular sebanyak 137 orang, 122 positif HIV dan 25 orang kategori
AIDS, kelompok umur 25-29 Tahun sebanyak 677 kasus (79%) dan anak-anak 14 tahun hanya
penderita. Menurut KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) DI Kabupaten Jombang (2016) tercatat
1.002 warga jombang terinfeksi HIV dari jumlah itu 46% atau 464 orang HIV/AIDS meninggal. Di
Kabupaten Jombang merupakan salah satu urutan kedua HIV/AIDS terbanyak oleh karena itu
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan cara memberikan pendididan kesehatan untuk
masyarakat tersebut. (Zahroh Shaluhiyah et all, 2015). Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol, 9. No. 4, Mei 2015.

Berdasarkan penelitian diatas bahwa munculnya stigma berasal dari pemikiran individu atau
masyarakat yang mempercayai bahwa orang yang terinveksi HIV/AIDS merupakan akibat dari
perilaku amoral yang tidak dapat di terima masyarakat, sehingga masyarakat kurang
pengetahun dan pendidikan yang rendah membuat stigma dan diskriminasi masyarakat tentang
HIV/AIDS menimbulkan dampak efek psikologi yang berat pada ODHA karena dapat
menyebabkan terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, kepusasaan dan sebagian sampai
melakukan bunuh diri (Komunitas AIDS Indonesia,2010). Pelangi (2012) mengatakan ODHA
selama ini gencar di bicarakan, tapi yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat cerdas
dapat memerangi stigma terhadap ODHA. Dan hasil dari penelitian sebelumnya Zahroh et all
(2015) menyatakan bahwa stigma terhadap ODHA masih banyak terjadi di masyarakat, karena
masih kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS

Diharapkan dari penelian ini dapat memberikan masukan tentang pendidikan kesehatan yang
merupakan proses belajar, yang di maksud bahwa dalam pendidikan kesehatan terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan pada diri individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo,
2017). Pendidikan kesehatan di berikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan tetapi juga membantu merubah perilaku
masyarakat kearah yang lebih baik (Mubarak et al, 2007). Agar pengurangan stigma kepada
ODHA dapat ditingkatkan dan dimudahkan dalam meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Berdasarkan informasi dan data tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengevaluasi faktor yang mempengaruhi stigma terhada ODHA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumuskan masalah yang ingin diteliti yaitu Bagaimana
stigma masyarakat terkait penyakit HIV/AIDS di kabupaten Jombang?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui stigma masyarakat terkait penyakit HIV/AIDS di kabupaten Jombang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengevaluasi stigma masyarakat Kabupaten Jombang tentang HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai