O L E H :
019.02.0942
B. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua kulit batas dengan
epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah
bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak
jelas hingga kita ambil patokannya adalah mulai
terdapatnya sel lemak.
C. Subkutis/Hipodermis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan
diantara gerombolan ini benjolan serabut-serabut
jaringan dermis, sel-sel lemak ini bentuknya bulat
dengan intinya terdesak ke pinggir sehingga membentuk
seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus
adiposis. Kegunaan penikulus adiposis adalah sebagai
pegas bila tekanan trauma yang menimpa pada kulit.
Isolator panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
B. ETIOLOGI
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik
5. Luka bakar karena radiasi
6. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
C. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
1. Menurut kedalamannya
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Tampak merah dan kering seperti luka bakar
matahari
Tidak dijumpai bullae
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10
hari
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi.
Dijumpai bulae.
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering
terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2
(dua), yaitu:
Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari
dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh.
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14
hari.
Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian
dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung
epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan
terjadi lebih dari sebulan.
front =
18%
Perinium = 1%
Right Leftleg
leg = = 14%
14%
Head = 10%
Head and neck =
Front and back
14%
front = front =
18% 18%
Right
Total: 100% Total: 100%
leg =
Usia 1-5 tahun Usia 5-15
18%
tahun
Pembagian Zona Kerusakan Jaringan
a. Zona koagulan
Terdiri dari jairngan yang mati membentuk sisa-sisa
luka bakar yang berlokasi pada pusat luka bakar yang
berhubungan langsung dengan sumber panas
b. Zona statis
Terdiri dari jaringan yang berbatasan dengan luka
yang nekrosis dan masih tetap hidup tetapi ada
risiko berupa defisiensi darahg yang terus menerus
selama penurunan perfusi
c. Zona hiperemia
Terdiri dari kulit normal yang mengalami
vasodilatasi dan mengisi aliran pembuluh darah
akibat respon luka
E. PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari
sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat
luka bakar yang berhubungan dengan beberapa factor
penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya
kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka
bakar mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun
jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.
Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme
masuk kedalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi
nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari
peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga
terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke
ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat
tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan
protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan
dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak
segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1996). Menurunnya
volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke
ginjal dan GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun
sehingga haluaran urin meningkat. Jika resusitasi cairan
untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi
gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka
cairan interstitiel dapat ditarik kembali ke
intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis.
F. Pathway
1.
Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir
Masalah Keperawatan:
Biologis LUKA BAKAR Psikologis
Gangguan Citra Tubuh
Defisiensi pengetahuan
Anxietas
Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit
Gangguan sirkulasi
makro
H. PENATALAKSANAAN
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai
pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing
dan circulation-nya terlebih dahulu.
1. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi,
maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-
tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah:
terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu
hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
2. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat
pergerakan dada untuk bernapas, segera lakukan
escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma
lain yang dapat menghambat pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
3. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema, pada luka bakar yang luas dapat
terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma
yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar,
dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a. Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam
pertama, sisanya dalam 16 jam berikutnya.
4. Obat - obatan:
a. Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang
< 6 jam sejak kejadian.
b. Analgetik: Antalgin, aspirin, asam mefenamat,
dan morfin.
Rehabilitasi Cairan
Protokol pemberian cairan
Formula Cairan 24 jam Kristaloid 24 Koloid 24 jam
pertama jam kedua ketiga
Baxter RL 4ml/kgBB/%LLB 20-60% Memantau
estimate vol output urine
plasma 30ml/jam
Evans Larutan NS 50% vol cairan 50% vol
(ml/kg/%LLB, 24jam pertama cairan 24 jam
200ml DSW dan x 200ml/DSW pertama
koloid
1mg/kg/%LLB)
Salter RL 2l/24jam + 50% vol cairan 0% vol cairan
fresh frozen 24jam 24jam
plasma 200ml DSW 1 fresh
7ml/kg/24jam frozen plasma
Broke RL = -
1,5ml/kg/%LLB
Koloid =
0,5ml/1/%LLB
200ml DSW
Modified RL = 2ml/kg/%LLB -
broke
metroheal RL + 50mEq NS, pantau
th sodiumbikarbonat output urine
4ml/kg/%LLB
B. ANAK
3 X BB X % LUKA BAKAR + (KEBUTUHAN CAIRAN )
Kebutuhan Faal: 4.2.1 (X 24 JAM)
4 X 10KG BB (1)
2 X 10 KG BB (2)
1X 10 KG BB (3, dst..)
Cara pemberian
24 jam pertama dibagi 1:
a. 8 jam pertama diberikan 50% dari kebutuhan cairan
b. 16 jam kedua diberikan 50% dari kebutuhan cairan
24 jam kedua
4.2.1 (X 24 JAM)
4 X 10KG BB (1)
2 X 10 KG BB (2)
1X 10 KG BB (3, dst..)
Albumin = 0,5 X BB % LUKA BAKAR
J. KOMPLIKASI
1. Hipertrofi jaringan parut
Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi
oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia klien
d. Lamanya waktu penutupan
Jaringan parut terbentuk secara aktif pada 6
bulan post luka bakar dengan warna awal merah muda
dan menimbulkan rasa gatal. Pembentukan jaringan
parut terus berlangsung dan warna berubah merah,
merah tua dan sampai coklat muda dan terasa lebih
lembut.
2. Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi yang sering
menyertai luka bakar serta menimbulkan gangguan
fungsi pergerakan. Beberapa hal yang dapat mecegah
atau mengurangi terjadinya kontraktor antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberi
kan tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hi
pertrofi scar
3. Systemic Inflammatory Response Syndrome atau SIRS
terdiri dari rangkaian kejadian sistemik yang
terjadi sebagai bentuk respons inflamasi. Respons
yang terjadi pada SIRS merupakan respons selular
yang menginisiasi sejumlah mediator-induced respons
pada inflamasi dan imun (Burns M. & Chulay, 2006).
SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)
adalah respon klinis terhadap rangsangan (insult)
spesifik dan nonspesifik
4. Multiple Organ Dysfunction Syndrome/ MODS)
didefinisikan sebagai adanya fungsi organ yang
berubah pada pasien yang sakit akut, sehingga
homeostasis tidak dapat dipertahankan lagi tanpa
intervensi. Disfungsi dalam MODS melibatkan >2
sistem organ
K. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui rute abnormal luka.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier
kulit dan terganggunya respons imun.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka
bakar terbuka.
4. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan saraf yang
terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
deformitas dinding dada, keletihan otot-otot
pernafasan, hiperventilasi.
L. Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan
Hasil
Hypovolemia
Management
Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat
Hb dan hematokrit
Monitor tanda
vital
Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
Monitor berat
badan
Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
Pemberian cairan
IV monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
Monitor adanya
tanda gagal
ginjal
Kerusakan
NOC : NIC :
integritas kulit
Tissue Integrity : Pressure
berhubungan
Skin and Mucous Management
dengan lesi pada
Membranes
kulit
Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien
tindakan keperawatan untuk
selama….. kerusakan menggunakan
integritas kulit pasien pakaian yang
teratasi dengan kriteria longgar.
hasil: 2. Hindari kerutan
1. Integritas kulit pada tempat
yang baik bisa tidur.
dipertahankan 3. Jaga kebersihan
(sensasi, kulit agar tetap
elastisitas, bersih dan
temperatur, kering.
hidrasi, 4. Mobilisasi
pigmentasi) pasien (ubah
2. Tidak ada luka/lesi posisi pasien)
pada kulit. setiap dua jam
3. Perfusi jaringan sekali.
baik. 5. Monitor kulit
4. Menunjukkan akan adanya
pemahaman dalam kemerahan .
proses perbaikan 6. Oleskan lotion
kulit dan mencegah atau
terjadinya sedera minyak/baby oil
berulang. pada derah yang
5. Mampu melindungi tertekan .
kulit dan 7. Monitor
mempertahankan aktivitas dan
kelembaban kulit mobilisasi
dan perawatan alami pasien.
8. Monitor status
nutrisi pasien.
9. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat.
10. Kaji
lingkungan dan
peralatan yang
menyebabkan
tekanan.
2. Pertahankan jalan
nafas yang paten
3. Atur peralatan
oksigenasi
4. Monitor aliran
oksigen
5. Pertahankan posisi
pasien
6. Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi
Vital sign
Monitoring
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya
fuktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas
dari nadi
7. Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola
pernafasan
abnormal
10. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor
sianosis perifer
12. Monitor adanya
cushing triad (
tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik )
13. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
DAFTAR PUSTAKA