Anda di halaman 1dari 5

KEPUTUSAN DIREKTUR

TENTANG
KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI
NOMOR : 006/SKDIR/RSKIA-A/II/2019
DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK ANNISA

Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu Rumah


Sakit dan melaksanakan Visi dan Misi Rumah Sakit ,
maka dipandang perlu untuk dibentuk Komite Farmasi
dan Terapi di Rumah Sakit
2. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang
dimaksud dalam point 1 maka perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Annisa
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Peraturan Presiden RI No. 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016
tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun
2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631 tahun
2015 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis
di Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Membentuk Komite Farmasi dan Terapi di Rumah


Sakit sebagaimana terlampir.
KEDUA : Semua pihak yang terkait dalam Komite Farmasi
dan Terapi Rumah Sakit tersebut wajib
melaksanakannya dengan penuh dedikasi dan
tanggung jawab.
KETIGA : Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit,
mempunyai tugas pokok sebagai berikut:
1. Menyusun program kerja tentang farmasi dan
terapi di RS.
2. Melaksanakan usaha – usaha peningkatan
mutu pelayanan farmasi dan terapi di RS.
3. Melaporkan hasil kegiatan Komite Farmasi dan
Terapi kepada Direktur RS.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali apabila ada
kekeliruan dalam penetapan.

Ditetapkan di Banjarmasin
pada tanggal 23 Februari 2019
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA
Direktur

drg. Nolista Indah Rasyid, Sp.Ort


NIK 004 10 11
LAMPIRAN :
KEPUTUSAN DIREKTUR RSKIA ANNISA NOMOR
006/SKDIR/RSKIA-A/II/2019 TENTANG
PEMBENTUKAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK ANNISA

1. Pengertian
Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staff medis dengan farmasi sehingga anggotanya terdiri
dari para dokter yang mewakili spesialisasi – spesiliasi yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Ketua komite farmasi dan terapi dipilih dari dokter yang ada sebagai ketua.
Sekretaris Apoteker dari IFRS. Mengadakan rapat secara teratur sedikitnya 2
(dua) bulan sekali.
2. Tujuan
Menerbitkan kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta
evaluasinya. Melengkapi staff fungsional di bidang kesehatan dengan
pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat
sesuai dengan kebutuhan.
3. Kebijakan
a. Mengatur penggunaan obat dirumah sakit sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Memberikan rekomendasi pada pimpinan Rumah Sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
4. Landasan Hukum
a. KEPMENKES no. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan
farmasi.
b. Peraturan Presiden RI no 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit.
c. KEPMENKES no. 631/Menkes/SK/IV/2015 tentang pedoman peraturan
internal staff medis di rumah sakit.
5. Kewajiban Komite Farmasi dan Terapi
a. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan pengunaan obat secara rasional.
b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium
rumah sakit, penggunaan obat antibiotik dan lain - lain.
c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak – pihak yang terkait.
d. Melaksanakan pengkaijan pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.
6. Pedoman Pembuatan Formularium
a. Membuat Formularium di rumah sakit berdasarkan efek terapi keamanan
serta harga obat dan juga harus meminimalisasi duplikasi dalam tipe obat,
kelompok dan produk yang sama.
b. Mengevaluasi untuk produk baru dan merevisi formularium tiap 1 tahun
sekali.
c. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan – kebijakan dan peraturan – peraturan mengenai obat dirumah
sakit sesuai peraturan yang berlaku.
d. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat dirumah sakit dengan
mengkaji Medical Record dibandigkan dengan standar diagnosa dan terapi
(tinjauan ini dimaksud untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan secara rasional).
e. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
f. Menyebar luaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat.
7. Struktur Organisasi Komite Farmasi dan Terapi
Ketua :
Wakil Ketua :
Sekretaris :
Anggota :
8. Fungsi dan Ruang Lingkup
a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif, terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
b. Komite Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang disusulkan oleh anggota staf
medis.
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di Rumah Sakit
d. Membantu instalasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan –
kebijakan dan peraturan – peraturan mengenai penggunaan obat di rumah
sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus – menerus
penggunaan obat secara nasional.
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat.
9. Tugas Apoteker Dalam Komite Farmasi dan Terapi
a. Sebagai Sekretaris.
b. Menetapkan jadwal pertemuan.
c. Mengajukan / menyusun acara yang akan dibahas dalam pertemuan.
d. Menyiapkan dan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan.
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan kepada
Direktur.
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh Direktur kepada
seluruh pihak yang terkait.
g. Melaksanakan keputusan – keputusan yang sudah disepakati dalam
pertemuan.

Anda mungkin juga menyukai