PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Moehyi (1992), penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan
makanan dalam jumlah besar dengan alasan tertentu. Sedangkan Depkes (2003)
menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam
rangka pencapaiana status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan
termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status
kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011).
Sebelum makanan dikonsumsi melalui berbagai tahapan, mulai dari perencanaan
menu atau bahan yang akan dibeli sesuai kebutuhan, pengadaan bahan makanan melalui
pembelian atau menanam sendiri, pengolahan sesuai kebutuhan ataupun selera. Dengan
demikian, agar makanan yang dikonsumsi dapat berkualitas baik dari segi proses maupun
hasil pengolahannya maka perlu diselenggarakan secara baik. Dengan penyelenggaraan
makanan yang baik diharapkan akan menghasilkan makanan yang baik kualitasnya, enak
rasanya, penghidangan yang produksi yang murah. Hal ini berarti bahwa dalam
penyenggaraan makanan, selain memperhatikan aspek kualitas makanan juga diperhatikan
aspek biaya operasionalnya.
Fungsi-fungsi manajemen dalam gizi institusi mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan :
1) Fungsi perencanaan meliputi perencanaan ruangan, perencanaan peralatan,
perencanaan menu, dan perencanaan anggaran.
2) Fungsi pengorganisasian meliputi struktur organisasi, kepegawaian serta pengarahan
dan koordinasi.
3) Fungsi pelaksanaan meliputi pembelanjaan, penerimaan, penyimpanan, pengolahan,
penyajian/pendistribusian serta higiene dan sanitasi pangan.
4) Fungsi pengawasan meliputi pengawasan makanan, pegawai dan biaya. Apabila
manajemen pengelolaan gizi institusi baik maka pangan yang tersedia bagi seseorang
atau sekelompok orang dapat tercukupi dengan baik pula (Setyowati,2008).
1
BAB II
ISI
2.1 Fungsi Manajemen dalam Sistem Penyelenggaraan Makanan
1. Perencanaan (Planning)
a) Perencanaan Menu
Perencanan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah
untuk memenuhi selera konsumen pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi
prinsip gizi seimbang. Merencanakan menu untuk suatu pelayanan makanan kepada
orang banyak adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah, karena setiap orang
mempunyai kebiasaan dan kesukaan makan yang saling berbeda. Oleh karena itu,
susunan menu harus disesuaikan dengan kebiasaan makan dan selera umum.
Tahap penyusunan menu khususnya untuk sebuah penyelenggaraan makanan
yang diperuntukkan bagi orang banyak sesuai dengan penjelasan soekresno
(2000:76)
harus memperhatikan :
a. keadaan keuangan
b. ketersediaan bahan sesuai musim
c. usia orang yang akan makan
d. agama
e. latar belakang kebudayaan / adat istiadat, dan lain sebagainya yang dianggap akan
mempengaruhi proses penyelenggaraan makanan yang dilakukan, hal ini sudah
termasuk penyelenggaraan makanan institusi seperti perusahaan.
Sedang syarat penyusunan menu institusi seperti perusahaan yang terkait dengan
pengamanan makanan dan minuman berdasarkan peraturan pemerintah No. 28 tahun
2004 bagian ke-empat yaitu pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan
untuk melindungi masyarakat dari makanan yang tidak memenuhi standar dan atau
persyaratan kesehatan.
Contoh kegiatan yang dilakukan dalam Perencanaan Menu Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi meliputi hidangan: Makanan & minuman
yang terdiri dari: makanan pokok, lauk, sayur, buah, kue, puding.
Menu merupakan rangkaian hidangan yang disusun berdasarkan pola makan
untuk jenis konsumen tertentu. Perencanaan menu merupakan serangkaian
kegiatan untuk menyusun hidangan dalam variasi dan kombinasi yang serasi.
Juga untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Langkah-langkah perencanaan menu :
1. Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari ahli gizi, kepala
masak, dokter spesialis gizi klinik, dll
2. Kumpulkan tanggapan/keluhan konsumen mengenai menu dengan cara
menyebarka kuesioner
3. Buat rincian dan macam jumlah konsumen yang akan dilayani
4. Kumpulkan data peralatan dan perlengkapan dapur yang tersedia
5. Sesuaikan penyusunan menu dengan macam dan jumlah tenaga
6. Perhatikan kebiasaan makan daerah setempat, musim, iklim, dan pasar
7. Tetapkan standar porsi
8. Susun menu
2
Utari (2009) yang mengutip pedoman teknis proses penyediaan makanan dalam
sistem penyelenggaraan makanan institusi(Depkes RI, 2003), prasyarat
perencanaan
menu adalah:
1. Peraturan pemberian makanan institusi.
2. Standar porsi dan standar resep.
3. Standar bumbu
b) Perencanaan biaya
Anggaran belanja harus memperhitungkan bahan makanan, peralatan,
tenaga, dan pengeluaran lain yang disebut biaya overhead (bahan bakar, air,
listrik, kerusakan, sabun, pembersih, dsb). Contoh kegiatan yang dilakukan
dalam perencanaan biaya berupa macam dan jumlah konsumen; survei pasar,
tentukan harga rata-rata, pedoman berat bersih bahan makanan yang
digunakan dandikonversikan ke dalam berat kotor, hitung harga makanan
per orang per hari dengan mengalikan berat kotor bahan makanan dengan harga
satuan sesuai konsumen dan hitung anggaran bahan makanan setahun (jumlah
konsumen yang dilayani dalam 1 tahun dikalikan indeks harga makanan).
Prasyarat anggaran belanja untuk makanan adalah sebagai berikut :
Adanya kebijakan institusi
Tersedianya data peraturan pemberian makanan institusi
Tersedianya data standar makanan konsumen
Tersedianya data standar harga bahan makanan
Tersedianya rata-rata jumlah konsumen yang dilayani
Tersedianya siklus menu
Tersedianya anggaran makanan
Langkah-langkah perencanaan anggaran belanja makanan :
1. Kumpulkan data tentang tentang macam dan jumlah konsumen tahun
sebelumnya
2. Tetapkan macam dan jumlah konsumen atau pasien
3. Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar
4. Buat standar kecukupan gizi
5. Hitung indeks harga makanan/orang/hari sesuai dengan pasien yang
mendapat makanan
6. Hitung anggaran belanja makan setahun
7. Hasil perhitungan anggaran laporkan kepada pengambilan keputusan
8. Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administrasi
c) Penyelenggaraan Ruangan
Terdiri atas :
Tempat / ruang penerimaan bahan makanan
Tempat/ruang penyimpanan bahan makanan
3
Tempat /ruang persiapan bahan makanan
Tempat / ruang pemasakan dan pendistribusian bahan makanan
Tempat / ruang pencucian dan penyimpanan alat
d) Perencanaan peralatan
Kebutuhan akan peralatan dan perlengkapan dapur harus disesuaikan dengan
arus kerja, unit kerja, menu, dan jumlah konsumen yang dilayani, serta macam
pelayanan.
2. Pengorganisasian
Kegiatan pengorganisasian meliputi :
Identifikasi kegiatan dan tujuan dengan jelas
Pembagian tugas sesuai dengan keterampilan dan keahlian masing-masing
Pendelegasian tugas dan tanggung jawab dari atasan ke bawahan sehingga
masing-masing akan mendapat wewenang dan beban kerja yang sesuai
3. Pelaksanaan (Actuating)
Dalam pelaksanaan, manajer atau pimpinan akan mengambil tindakan antara
lain memberi pengarahan kepada bawahan agar dapat bekerja dengan lancar,
memberikan konsultasi atau atau nasehat jika diperlukan mengadakan supervisi yang
efektif untuk unit khusus atau keseluruhan, dapat memotivasi bawahan sehingga
mereka bersemangat dalam bekerja.
Hal yang terkait pelaksanaan terpenting adalah :
a) Perhitungan kebutuhan bahan pangan,
b) Pembelian bahan makanan
c) Penerimaan bahan makanan
d) Penyimpanan bahan makanan
e) Persiapan bahan makanan
f) Pemasakan
g) Pendsitribusian
h) Penyajian makanan
Penjelasan :
a) Perhitungan kebutuhan bahan makanan
4
makanan, maka perhitungan ini perlu juga dinilai untuk dua sampai tiga kali putara
menu, agar pesanan bahan makanan selanjutnya lancar dan cukup (Oktrizanita,
2005).
Langkah-langkah Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
1. Tentukan jumlah pasien dengan mengacu pada DKBM
2. Tentukan stadart porsi tiap bahan makanan dan buat berat kotor
3. Hitung berapa kali pemakaian bahan makanan setiap siklus menu
4. Hitung dengan cara :
Jumlah pasien x berat kotor x kerap pemakaian
5
3. Esok harinya masing-masing bagian pengolahan mengambil bahan
makanan sesuai dengan kebutuhan
Penyimpanan sejuk (cooling) pada suhu 10-15 derajat celcius sepert jenis
minuman, buah, dan sayuran.
Penyimpanan dingin (chilling) pada suhu 4-10 derajat celcius seperti makanan
berprotein yang segera akan diolah.
Penyimpanan dingin sekali (freezing) pada suhu 0-4 derajat celcius untuk
bahan makanan yang mudah rusak untuk jangka 24 jam.
Penyimpanan beku (frozen) pada suhu <0 derajat celcius seperti bahan protein
yang mudah rusak untu jangka waktu >24 jam
Suhu ruang untuk penyimpanan gudang kering seperti, beras, bumbu, dan lain-
lain
6
Pengolahan bahan makanan adalah merupakan suatu kegiatan memasak bahan
makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman
dikonsumsi. Tujuan :
a. Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan
b. Meningkatkan nilai cerna.
c. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan
d. makanan.
e. Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya bagi tubuh
g) Pendistribusian makanan
Pendsitribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai
dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani (makanan biasa
maupun khusus) (Depkes RI, 2003).
Setelah bahan makanan mengalami proses pemasakan, selanjutnya bahan makanan
tersebut disalurkan untuk disampaikan kepada konsumen. System penyaluran yang
digunakan sangat mempengaruhi makanan yang disajikan, tergantung pada jenis
dan jumlah tenaga, perlengkapan dan peralatan yang ada.
Utari (2009) yang mengutip pedoman teknis proses penyediaan makanan dalam
sistem penyelenggaraan makanan institusi(Depkes RI, 2003), prasyarat
pendistribusian dan penyajian makanan adalah:
1. Adanya bon permintaan bahan makanan.
2. Tersedianya kartu stok atau buku catatan keluar masuknya bahan makanan.
3. Tersedianya standar porsi.
4. Tersedianya peralatan makanan.
5. Tersedia sarana pendistribusian makanan.
6. Tersedia tenaga pramusaji.
7. Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (Controlling) Pengawasan meliputi pencatatan, pelaporan, dan evaluasi,
yang terdiri dari:
a) Pemasukan, pemakaian bahan makanan harian,
b) pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian peralatan dapur,
c) pencatatan kegiatan macam dan jumlah konsumen yang dilayani setiap hari
perhitungan harga makanan per orang sehari, rata-rata dalam tiap bulan, dan setiap
tiga bulan,laporan tribulan untuk pimpinan.
Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen yang tidak bisa terpisah dari fungsi
manajemen lainnya. Karena fungsi koordinasi adalah fungsi yang menghubungkan
7
fungsi-fungsi manajemen lainnya. Secara singkat, fungsi koordinasi terkandung dalam
fungsi-fungsi lainnya. Contohnya, fungsi perencanaan membutuhkan koordinasi yaitu
dalam menyusun rencana, tenaga kerja satu dengan yang lainnya harus melakukan
koordinasi dengan baik untuk mengumpulkan data yang valid dalam merumuskan suatu
perencanaan. Begitu pula dengan fungsi manajemen lainnya.
Sifat mengikat dari fungsi koordinasi membuat fungsi lainnya tidak dapat berjalan
tanpa ada koordinasi, Inti dari fungsi koordinasi adalah komunikasi. Mengapa komunikasi
menjadi inti dari fungsi koordinasi, Karena dengan komunikasi, kita mampu melakukan
hubungan dengan orang lain, bekerja sama secara baik dengan sesama tenaga kerja.
Misalnya dalam hal penentuan atau perencanaan menu untuk penyelenggaraan makanan,
selain itu dalam perencanaan menu pasti membutuhkan biaya maka dari itu perlu
berkoordinasi dengan bidang keuangan, dan bidang sumber daya manusia bisa
berkoordinasi dengan pemimpin. Jadi sebuah koordinasi dan komunikasi erat kaitannya
dalam hal ini. Tanpa adanya koordinasi dan komunikasi segala macam perencanaan atau
pekerjaan tidak dapat berjalan dengan baik.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang sehat, cerdas
dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif merupakan faktor utama yang diperlukan
8
untuk melaksanakan pembangunan nasional. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan
mental.
Berikut ini tenaga kerja dalam penyelenggaraan makanan umumnya dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu (PGRS,2003) :
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
11