SKRIPSI
Disusun oleh:
ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto:
“Bersukacitalah dalam harapan, sabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa”
(Roma 12 : 12)
v
ABSTRACT
The aim of this study is to examine the effect of the role of corporate
governance to the possibility of issuance of going concern audit opinion by an
independent auditor. The independent variables are used in this study is the
proportion of independent directors, managerial ownership, and institutional
ownership.
This study is a replication of the study by Iskandar et al., (2011) and used
84 manufacturing companies which listed on the Stock Exchange in the period
2009-2011 as the sample. Samples were selected by purposive sampling method
and finally obtained 38 companies manufacturing a going concern audit opinion
and 46 manufacturing companies with non-going concern audit opinion. Data
were analyzed using logistic regression analysis model.
The results show that the proportion of independent directors and
institutional ownership has no effect on the issuance of going concern audit
opinion by an independent auditor, while managerial ownership affect the
administration going concern audit opinion by an independent auditor.
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan perlindunganNya yang selalu menyertai penulis tiada henti, sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Corporate Governance terhadap Kemungkinan Pemberian Opini Audit Going
Concern oleh Auditor Independen (Studi Empiris pada Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011)” dengan lancar dan tepat
pada waktunya. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan
lancer dan tepat waktu bila tidak ada dukungan, doa, bantuan, serta arahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Mohamad Nasir, M.Si., Ak., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
2. Bapak Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi.
3. Bapak Surya Rahardja, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing yang
selalu bersedia meluangkan waktu dan memberikan bantuan berupa arahan
dan saran selama proses penyusunan skripsi hingga selesai.
4. Ibu Nur Cahyonowati S.E., M.Si., Akt. selaku dosen wali yang selalu memberi
arahan dalam perkuliahan.
5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro untuk
ilmu bermanfaat yang telah diajarkan dan seluruh staf Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro atas bantuannya.
6. Orang tua tercinta, Bapak Stephanus Maryono dan Ibu Rosa Lilis D.A, serta
adikku tercinta Julius Caesar Ema D.R, dan seluruh keluarga besar yang
senantiasa memberikan doa, dukungan, dan semangat yang tiada henti
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.
viii
7. Ivan Herdyanto yang selalu membantu dan memberikan semangat dalam
banyak hal, khususnya selama proses penyusunan skripsi ini. You’re the best
partner.
8. Sahabat-sahabat karib dari kecil, Dita, Yossi, dan Vega. I’m be thankful to be
part of you girls! Keep dreaming and get it!.
9. Sahabat-sahabat terbaik SMA, Raras, Vina, Dian, Hasna, dan Maretta yang
selalu menjadi tempat berkeluh kesah. Terimakasih untuk waktunya,
dukungan, dan persahabatan yang masih. You’re the best friend ever girls!.
10. Sahabat-sahabat akuntansi, Liste, Lovink, Ridho, Domi, Mahe, Putu, Ami,
Prima, Erlin, Ina, Leo, Tami, Mona, Andreas, Sigit dan Leditya yang selalu
siap membantu dan selalu ada dalam suka maupun duka selama perkuliahan
ini. I’m glad to have you guys.
11. Fauziah Nurul Fadhilah dan Mayco Defrio yang telah bersedia meluangkan
banyak waktunya untuk berkonsultasi selama penyusunan skripsi dan menjadi
tutor SPSS.
12. Tim II KKN Desa Kambangan, Kec. Blado, Batang: Lina, Infra, Ika, Ipunk,
Naval, Sigit, Danis, Ogi. Terima kasih untuk pengalaman, kenangan,
dukungan, dan persahabatan yang terjalin hingga saat ini. It’s memorable
moments to know you all in 30 days.
13. Teman-teman seperjuangan dan seperbimbingan: Prima, Iwak, Pempi, Arin,
Toyek. Terima kasih untuk dukungannya satu sama lain.
14. Seluruh teman-teman Akuntansi Reguler I angkatan 2009. Terima kasih untuk
kebersamaan yang terjalin, sukses untuk kita semua.
15. Keluarga Mahasiswa Akuntansi FEB, terimakasih untuk proses dan
kesempatan-kesempatan berorganisasi yang telah diberikan, sehhingga penulis
dapat lebih berkembang lagi.
16. Keluarga Pelayanan Rohani Mahasiswa Katholik FEB, terima kasih untuk
semua proses, pengalaman, dan persahabatan yang terjalin selama ini.
17. Pihak-pihak lain yang tidak tersebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis.
ix
Penulis menyadari bahwa masih terdapat benyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca dan dijadikan acuan dalam
penelitian-penelitian berikutnya.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………….................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN………....................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI………………………………. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………. v
ABSTRACT……………………………………………………...................... vi
ABSTRAK………………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR……………………………………….................... viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. . xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xvi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………... 12
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………................ 12
1.3.1 Tujuan Penelitian………………………………… 12
1.3.2 Kegunaan Penelitian……………………………... 13
1.4 Sistematika Penelitian……………………………………. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….. 15
2.1 Landasan Teori………………………………………….. 15
2.1.1 Teori Agensi…………………………………….. 15
2.1.2 Corporate Governance…………………………... 18
2.1.3 Opini Audit………………………………………. 20
2.1.4 Opini Audit Going Concern……………………… 22
2.1.5 Komisaris Independen…………………………… 27
2.1.6 Kepemilikan Manajerial………………………….. 29
2.1.7 Kepemilikan Institusional………………............... 31
2.2 Penelitian Terdahulu……………………………………... 32
xi
2.3 Kerangka Penelitian……………………………................ 35
2.4 Hipotesis…………………………………………………. 36
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….. 41
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel…………………………………………………... 41
3.1.1 Varibel Dependen………………………………... 41
3.1.2 Variabel Independen.…………………………… 41
3.2 Populasi dan Sampel……………………………………... 43
3.3 Jenis dan Sumber Data…………………………………… 44
3.4 Metode Pengumpulan Data…………………….............. 44
3.5 Metode Analisis………………………………………….. 44
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif……………………… 44
3.5.2 Analisis Regresi Logistik………………………… 45
3.5.2.1 Uji Multikolinieritas…………………... 46
3.5.2.1 Menilai Model Fit (Overall Model Fit
Test)…………………………………… 46
3.5.2.2 Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness
of Fit…………………………………... 47
3.4.2.3 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R
Square)…….………………………….. 48
3.4.2.4 Estimasi Parameter dan
Intepretasinya…………………………. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………..... 49
4.1 Deskripsi Objek Penelitian………………………………. 49
4.2 Analisis Data……………………………………………... 50
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif……………………… 50
4.2.2 Analisis Regresi Logistik………………………… 52
4.2.2.1 Uji Multikolinieritas…………………... 52
4.2.2.2 Menilai Model Fit (Overall Model Fit
Test)…………………………………… 53
xii
4.2.2.3 Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness
of Fit…………………………………... 54
4.2.2.4 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R
Square)…….………………………….. 55
4.2.2.5 Pengujian Hipotesis...…………………. 56
4.3 Pembahasan……………………………………................. 58
4.3.1 Hipotesis Pertama………………………………... 58
4.3.2 Hipotesis Kedua…………………………………. 59
4.3.3 Hipotesis Ketiga………………………………….. 61
BAB V PENUTUP………………………………………………………. 62
5.1 Kesimpulan………………………………………………. 63
5.2 Keterbatasan……………………………………………… 64
5.3 Saran……………………..………………………………. 64
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………. 69
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Panduan Bagi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going
Concern……………………………………………………… 25
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian……………………………...... 35
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Concern…………………………………………………….. 71
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Peran investor saat ini turut memberikan andil besar dalam mendanai
mengharapkan adanya return yang besar atas investasi yang telah dilakukannya.
Oleh karena itu dalam menjalankan usahanya, perusahaan dituntut tidak hanya
(going concern) usahanya secara terus menerus dan menerima opini audit non
Menurut Prapitorini dan Januarti (2007), kelangsungan hidup suatu usaha selalu
bila auditor mengeluarkan opini going concern atas laporan keuangan perusahaan,
hal ini berarti auditor menemukan adanya kesangsian besar terhadap kemampuan
1
berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas tersebut menjadi
bermasalah (Petronila, 2004). Dengan adanya going concern maka suatu entitas
jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Berdasarkan
bahwa opini audit going concern merupakan opini yang diberikan oleh auditor
usahanya. Auditor melalui opininya terangkum dalam laporan audit mulai diminta
(Solikah, 2007). Auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat
kelangsungan hidupnya dalam periode tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal
dalam membuat keputusan investasi. Oleh karena itu auditor berperan penting
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan lebih dipercaya oleh
opini audit wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan perusahaan sehingga
dapat menjamin angka–angka akuntansi yang disajikan telah diaudit bebas dari
salah saji material. Dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit,
2
maka pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar sesuai
diberikan opini audit wajar dengan pengecualian (qualified audit opinion) dan
opini audit tidak wajar (adverse opinion) oleh auditor. Di Indonesia, berdasarkan
SPAP SA Seksi 341, terdapat beberapa kondisi dan peristiwa yang menjadi bahan
pertimbangan auditor dalam membuat asumsi going concern, yaitu seperti tren
negatif, kesulitan keuangan, masalah intern, dan masalah luar yang terjadi.
Menurut Allan Chang (2004) dalam Iskandar et al., (2011) going concern
adalah masalah yang paling umum yang timbul dari peningkatan kerugian,
dengan tata kelola perusahaan (corporate governance) yang buruk. Hal ini
auditor tidak hanya berasal dari kinerja keuangan perusahaan yang seringkali
3
diukur menggunakan rasio keuangan seperti pada penelitian–penelitian terdahulu,
melainkan dapat juga diukur dari tata kelola perusahaan (corporate governance)
itu sendiri.
perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka
jawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu dewan
komisaris dan direksi, manajer, pemegang saham, serta pihak-pihak lain yang
1999 dalam Iskandar et al, 2011). Rendahnya tingkat transparansi dalam sistem
yang terjadi dalam tata kelola perusahaan yang lemah. Sebagian besar perusahaan
4
dengan corporate governance yang lemah dihadapkan dengan masalah keuangan
terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang kemudian
terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan tata kelola perusahaan
beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2004. Pedoman ini dikeluarkan
dasar prinsip syariah dengan memuat prinsip dasar dan pedoman pokok
Badan Usaha Milik Negara No. Kep-23/PM PBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000
PM.PBUMN/2000 tanggal 17 April 2000 perihal penerapan GCG yang baik pada
5
BUMN di Indonesia; (3).Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-117/M-
corporate governance tersebut diharapkan dapat membawa tata kelola dan kinerja
pun dapat terjaga. Namun pada kenyataannya, masih terdapat perusahaan yang
menyajikan overstated laba bersih senilai Rp 28,870 milyar, sebagai dampak dari
penilaian persediaan barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya,
buruknya kinerja perusahaan dan masalah keuangan (Iskandar et al., 2011). Oleh
karena itu, auditor cenderung memberikan opini going concern bagi perusahaan
diragukan. Masalah going concern ini dapat dicegah dan diatasi dengan adanya
6
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) menjelaskan
institusional.
kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan (Susiana dan Herawati, 2007).
7
dan urusan bisnis apapun yang dianggap sebagai campur tangan untuk bertindak
semakin besar, maka anggota dewan tersebut akan senantiasa berusaha untuk
8
tetap dapat mempertahankan eksistensi perusahaan dan berkembang melalui
ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin untuk tidak diberikannya
opini audit going concern, karena untuk meningkatkan kinerja perusahaan sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang berasal dari internal maupun eksternal.
eksternal manajemen (Iskandar, 2011). Short dan Kesay (1999), Morek et al,
(1998), Mc Connell dan Servaes (1990, 1995) serta Kole (1995) dalam Januarti
9
manajemen menjadi lebih baik atau sesuai yang diharapakan investor, karena
Concern Problems. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini sama
institusional. Variabel terikatnya adalah opini audit going concern yang diberikan
OECD (2006) menyatakan dalam one tier system hanya terdapat satu
dewan (board) yang terdiri dari direktur eksekutif dan non-eksekutif. Pada sistem
ini, tidak ada perbedaan posisi pada direktur yang duduk dalam komite
10
Komisaris merangkap sebagai anggota Dewan Direksi dan kedua dewan ini
pengurusan perusahaan dilakukan oleh Directors. Pada sistem two tier dalam
memegang peranan penting dalam kerangka tata kelola perusahaan, sebab Dewan
concern problem yang diproksikan dengan opini audit non going concern dan
11
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-
2011.
usahanya kemungkinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Oleh karena itu,
sebagai berikut:
independen?
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
independen.
12
2. Menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kemungkinan
1. Bagi Investor
3. Bagi Akuntan
Hasil penelitian ini dapat digunakan bahan diskusi dan refrensi bagi
opini audit.
13
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
yang terdiri dari gambaran umum sampel dan hasil olah data
BAB V : PENUTUP
14
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
antara agen (manajemen) dengan pemilik (prinsipal). Prinsipal adalah pihak yang
memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan
agen adalah pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan
perusahaan (Sari, 2007). Oleh karena itu, agen mempunyai lebih banyak informasi
yang lebih lengkap atas keadaan internal perusahaan yang sebenarnya dan prospek
kompensasi yang memadai atas kinerja yang dilakukan (Sari, 2012). Agen
tersebut.
15
Adanya ketimpangan informasi (information asymetries) ini menimbulkan
(1) Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul karena adanya benturan
kepentingan antara agen dengan prinsipal yang dapat mengarah pada tindakan
(2) Adverse Selection, yaitu suatu keadaan dimana agen jauh lebih mengetahui
merupakan bentuk moral hazard manajer. Hal ini bertujuan agar laporan
keuangan yang disajikan bebas dari salah saji material dan tidak diberikan opini
16
going concern oleh auditor dan pada akhirnya dapat mengoptimalisasi
kepentingan agen. Information asymetries yang terjadi antara agen dan prinsipal
harga saham yang rendah. Hal ini berdampak buruk pada keberlangsungan hidup
Oleh karena itu, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam
hal ini adalah akuntan publik. Auditor berperan dalam menjembatani kepentingan
perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan pemilik
(prinsipal) (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam hal ini auditor memberikan opini
bertumpu pada teori agensi, dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan
kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (OECD, 2004).
Upaya ini kemudian menimbulkan biaya agensi. Biaya agensi ini meliputi biaya
17
pengawasan oleh pemegang saham, biaya yang dikeluarkan manajemen untuk
menghasilkan laopran yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan
keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang
ekonomi dan tujuan sosial serta tujuan individu dan tujuan komunitas. Disamping
sebagai suatu sistem yang dipakai board untuk mengarahkan dan mengendalikan
18
daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis, dan produktif (E3P) dengan
Untuk mencapai kinerja yang baik dan terhindar dari masalah going
perusahaan.
nilai sosial.
19
Elemen-elemen mekanisme corporate governance yang digunakan dalam
kepemilikan institusional.
(Solikah, 2007). Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraf
dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan
Terdapat lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
20
a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan
keuangan.
bahasa penjelas jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun
laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan klien.
sebagai berikut :
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat
umum.
21
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan
arus kas perusaah klien. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh
auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama
sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pengguna
pendapat adalah :
Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh
22
dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo
tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva pada pihak luar melalui bisnis
biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan
kelangsungan hidupnya dalam periode tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal
laporan audit dengan cara sebagai berikut (SA Seksi 341, 2001):
23
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa yang menunjukkan adanya
1. Tren negatif
kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang
jelek.
utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau
3. Masalah intern
memperbaiki operasi.
24
untuk beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting;
Gambar 2.1
Panduan Bagi Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern
25
Berdasarkan SPAP Seksi 341 (2001), apabila setelah mempertimbangkan
26
peristiwa yang menyebabkan auditor menyangsikan kelangsungan hidup
adalah anggota Dewan Komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi, anggota
Dewan Komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari
27
(fairness) sebagai prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pemegang
yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimilki pemegang
Independen adalah 30% dari seluruh anggota Dewan Komisaris. Adapun kriteria
lainnya tentang Komisaris Independen yang dikemukakan oleh Bursa Efek Jakarta
bersangkutan.
28
5. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham
terhadap kemungkinan pemberian opini audit going concern oleh auditor. Namun
going concern oleh auditor pada perusahaan. Proporsi komisaris independen yang
lebih besar mampu memberikan pengawasan yang lebih baik terhadap kinerja
kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan
29
kedudukan dalam perusahaan sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris,
atau bisa juga dikatakan kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki
yang dimiliki, pihak manajemen diharapkan akan bertindak lebih hati-hati dalam
mengambil keputusan.
memanipulasi laba dan merupakan sarana monitoring yang efektif yang dapat
membawa pada kualitas pelaporan yang lebih tinggi, sehingga opini audit yang
maka semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern
30
sebaliknya, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kemungkinan
kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh
Short dan Keasy (1999), Morek et al., (1998), Mc Connell dan Servaes
(1990, 1995) serta Kole (1995) dalam Janurati (2009) menyatakan semakin besar
semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi
yang ditandai juga dengan harapan perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidup
31
Penelitian Iskandar et al., (2011) menunjukkan kepemilikan institusional
oleh auditor pada perusahaan. Namun penelitian Setiawan (2011) dan Januarti
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
32
manufaktur Kualitas Audit, opini audit
Kepemilikan sebelumnya,
Perusahaan. dan kualitas
audit secara
signifikan
berpengaruh
terhadap opini
audit going
concern.
sedangkan
financial
distress, audit
lag, opinion
shopping,
kepemilikan
manajerial dan
institusional
tidak
berpengaruh
terhadap opini
going
concern.
Linoputri 71 Kepemilikan Regresi Kepemilikan
(2010) perusahaan Terpusat, Logistik manajerial
manufaktur Kepemilikan berpengaruh
Manajerial, terhadap
Kepemilikan penerimaan
Keluarga, opini going
Proporsi concern.
Komisaris Sedangkan
Independen konsentrasi
dan kepemilikan,
Keberadaan keberadaan
Komite Audit. kepemilikan
keluarga,
proporsi
komisaris
independen,
dan
keberadaan
komite audit
tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan
opini going
33
concern.
Iskandar et 112 Dewan Regresi Dewan
al., (2011) perusahaan Komisaris Logistik komisaris
Independen, independen
Struktur secara
Kepemimpinan signifikan
Board of tidak
Directors, berhubungan
Kepemilikan dengan going
Manajerial, concern
Kepemilikan problem,
Investor struktur
Intitusional kepemimpinan
board of
directors
secara
signifikan
berhubungan
positif dengan
going concern
problem,
sedangkan
kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional
secara
signifikan
berhubungan
negatif dengan
going concern
problem.
Setiawan 16 Faktor Regresi Financial
(2011) perusahaan Perusahaan Logistik distress dan
manufaktur (financial opini audit
distress, opini sebelumnya
audit berpengaruh
sebelumnya, positif dan
dan debt signifikan
default), terhadap
Kualitas Audit, penerimaan
dan opini going
Mekanisme concern.
Good komisaris
Corporate independen
Governance berpengaruh
34
(komisaris negatif dan
independen, signifikan
kepemilikan terhadap
manajerial, penerimaan
kepemilikan opini going
institusional, concern.
dan komite Sedangkan
audit) debt default,
kualitas audit,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
dan komite
audit tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan
opini going
concern.
Komisaris
Independen H1 -
35
2.4 Hipotesis
sehingga dibutuhkan pengawasan dari pihak independen dalam hal ini komisaris
Dewan Komisaris.
dalam mengelola perusahaan yang bertujuan meningkatkan nilai dan daya saing
36
keuangan yang biasanya dilakukan manajemen untuk memenuhi kepentingannya,
yaitu mendapatkan kompensasi yang tinggi bila laba perusahaan meningkat. Hal
ini diharapkan dapat membawa pada pelaporan keuangan yang lebih berkualitas,
kecil.
concern pada perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Iskandar et al., (2011)
independen yang lebih besar mampu memberikan pengawasan yang lebih baik
Hipotesis yang dapat dibuat berdasarkan penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
auditor independen.
Independen
37
pemilik, yaitu salah satunya melalui kepemilikan manajerial. Kepemilikan
manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh
memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan opini audit going concern.
Hal ini dikarenakan manajer akan berusaha meningkatkan nilai perusahaan dan
yang efektif yang dapat membawa pada kualitas pelaporan yang lebih tinggi,
sehingga opini audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan cenderung
problems yang diproksikan dengan opini going concern. Hal ini sejalan dengan
manajerial maka auditor cenderung memberikan opini audit non going concern
38
H2 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap
independen.
untuk memperoleh return yang besar atas investasinya. Oleh karena itu, pemilik
39
optimal (Permanasari, 2011). Short dan Keasy (1999), Morek et al., (1998), Mc
Connell dan Servaes (1990, 1995) serta Kole (1995) dalam Janurati (2009)
keputusan yang diambil manajer pun semakin tinggi. Oleh karena itu, manajer
kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern. Hal ini sejalan
independen.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
independen baik secara positif atau pun negatif. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah opini audit going concern. Opini audit going concern
merupakan opini audit yang dikeluarkan karena dalam pertimbangan auditor terdapat
variabel dummy. Kode 1 untuk opini audit going concern, sedangkan kode 0 untuk
opini audit non going concern. Variabel ini dinyatakan dengan lambang GC.
dependen baik secara positif atau pun negatif. Variabel dependen dalam penelitian
Direksi, anggota Dewan Komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta
41
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kepentingan perusahaan.
Independen adalah 30% dari seluruh anggota Dewan Komisaris. Variabel ini
2. Kepemilikan Manajerial
direktur, dan komisaris dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.
perusahaan yang dimiliki manajer, direktur, dan komisaris dari seluruh modal
3. Kepemilikan Institusional
kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh
pemegang saham perusahaan dari seluruh modal saham yang beredar. Variabel ini
42
3.2 Populasi dan Sampel
BEI tahun 2009-2011. Sektor manufaktur dipilih sebagai sampel penelitian untuk
menghindari adanya industrial effect yaitu resiko industri yang berbeda antara
suatu sektor industri yang satu dengan yang lain (Setyarno dkk, 2006). Selain itu,
sektor manufaktur dipilih karena memiliki tingkat kompetisi yang kuat sehingga
2011).
concern dengan perusahaan yang diberikan opini audit non going concern oleh
penelitian 2009-2011.
going concern dan perusahaan yang diberikan opini audit non going concern
harus memiliki total asset yang sama atau minimal jumlahnya mendekati dan
43
5. Perusahaan mengungkapkan informasi tentang Tata kelola Perusahaan dalam
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa annual
Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Data diperoleh dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) dan dari situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id,
data sekunder yang berupa laporan keuangan auditan dan laporan tahunan (annual
serta informasi keuangan dan opini audit yang terdapat dalam laporan keuangan.
44
nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi setiap
dengan dengan analisis diskriminan yaitu kita ingin menguji apakah probabilitas
terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2005).
apabila variabel bebasnya merupakan kombinasi metric dan non metric (nominal).
Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probibalitas
teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi
klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2005). Model regresi logistik yang
Keterangan :
Komisaris
45
MAN_OWN = Proporsi saham biasa yang dipegang oleh anggota Dewan
Direksi
e = Kesalahan Residual
dalam suatu model regresi. Uji multikolinieritas dalam regresi logistik dilakukan
logistik yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya,
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit
atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
Dari hipotesis diatas, agar model fit dengan data maka H0 harus diterima.
Output SPSS memberikan dua nilai -2 LogL yaitu satu untuk model yang hanya
46
memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta tambahan
bebas. Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL pada
data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan
pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan model
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol bahwa
data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaaan antara model dengan data
sehingga model dapat dikatakan fit). Adapun hasilnya jika (Ghozali, 2006):
1) Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan
atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti ada
Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai
observasinya.
2) Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar
dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
47
3.3.2.4 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
1(satu) dan 0 (nol). Semakin mendekati nilai 1 maka model dianggap semakin
antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig). Apabila terlihat angka
signifikan lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan pada
tingkat 5% maka berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel
pula sebaliknya, jika angka signifikansi lebih besar dari 0,05 maka berarti H0
diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh
48