Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang
berjudul “AUDIT PRODUKSI DAN OPERASI” Shalawat beserta salam kami
sampaikan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat-sahabatnya yang telah mengangkat manusia dari alam kebodohan ke
alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut membantu dan memberi saran kepada penulisan
makalah kami ini.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal
itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami memohon
maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kesilapan.

Jambi, November 2018

1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Audit Produksi dan Operasi ............................................................... 6
2.2 Prinsip- Prinsip Umum........................................................................................... 6
2.3 Tujuan Audit ........................................................................................................... 7
2.4 Manfaat Audit ........................................................................................................ 7
2.5 Tahap-Tahap Audit ................................................................................................ 8
2.5.1 Audit Pendahuluan .......................................................................................... 8
2.5.2 Review dan Pengujian Terhadap Pengendalian Manajemen ...................... 8
2.5.3 Audit Lanjutan (terinci) .................................................................................. 9
2.5.4 Pelaporan .......................................................................................................... 9
2.5.5 Tindak Lanjut ................................................................................................ 10
2.6 Ruang Lingkup Audit .......................................................................................... 10
2.6.1 Rencana Produksi dan Operasi .................................................................... 10
2.6.2 Produktivitas dan Peningkatan Nilai Tambah .......................................... 15
2.6.3 Pengendalian Produksi dan Operasi .......................................................... 18
BAB III............................................................................................................................. 27
KESIMPULAN ............................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya tekanan yang sama kuat terhadap bisnis manufaktur saat ini,
menuntut perusahaan, untuk lebih cerdas dalam menjalankan operasinya.
Perubahan permintaan pasar menuntut perusahaan untuk beroperasi lebih efisien,
fleksibel, dan menempatkan produk tepat waktu di pasar tanpa mengabaikan
standar kualitas sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Pemahaman terhadap
kondisi ini dan komitmen untuk memuaskan pelanggan, mendorong perusahaan
merancang proses produksi sedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan
mampu memenuhi persyaratan pelanggan dalam kualitas, kuantitas, dan waktu
yang tepat.

Berdasarkan hasil riset pasar, diperoleh informasi tentang keinginan


konsumen terhadap suatu produk. Dari informasi ini kemudian perusahaan
merancang desain produk yang sesuai dengan keinginan pasar. Sertiap desain
produk menetapkan model dan spesifikasi yang harus diikuti oleh bagian produksi
sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi pelanggan. Di
samping itu, proses produksi harus berjalan secara efektif dan efisien untuk
menghasilkan produk berkualitas dengan biaya serendah mungkin.

Fungsi produksi dan operasi yang mentransformasikan input menjadi


output bertanggung jawab untuk menghasilkan produk dalam kuantitas dan
kualitas yang telah ditentukan, tepat waktu, secara efektif dan efisien. Dalam
aktivitasnya dimulai dari perencenaaan sampai dengan pengendalian dan evaluasi,
fungsi ini harus secara optimal mengubungkan kebutuhan pelanggan dengan
kemampuan internal yang dimiliki perusahaan. Kebijakan produksi dan operasi,
kapasitas produksi (sumber daya dan fasilitas), jadwal produksi, inovasi, dan
peningkatan berkelanjutan harus dikonsentrasikan untuk memenuhi kepuasan
pelanggan, agar perusahaan memiliki keunggulan dalam persaingan yang sangat
ketat ini.

3
Waktu adalah salah satu komponen dalam keunggulan bersaing. Ketepatan
waktu dalam menyediakan produk di pasar adalah kebutuhan utama strategi
bersaing perusahaan. Terlambat menyediakan produk di pasar sama artinya
dengan tidak menyediakan sama sekali karena perusahaan telah kehilangan
kesempatan dari pelanggan memilih produk sejenis yang banyak tersedia di pasar.
Perusahaan tidak cukup hanya mengandalkan loyalitas pelanggan yang setia
menunggu sampai dengan produk yang dihasilkan perusahaan tersedia di pasar.
Tetapi, yang lebih penting menyediakan produk tepat waktu di pasar adalah
penghargaan kepada pelanggan atas loyalitasnya menggunakan produk
perusahaan dalam memenuhi kebutuhannya.

Kuantitas dan kualitas produk yang tepat berhubungan dengan


kemampuan perusahaan memahami kebutuhan konsumen dan cara mereka
memenuhi kebutuhan tersebut. Kualitas berhubungan dengan kemampuan produk
memuaskan kebutuhan penggunanya. Berbagai dimensi kualitas dikembangkan
oleh para ahli, salah satu yang mendapat perhatian adalah kesesuaian
(conformance) antara manfaat yang diberikan produk tersebut dengan harapan
penggunanya.

Kemampuan dalam menghasilkan produk dalam waktu, kuantitas dan


kualitasyang dapat belumlah cukup untuk mendukung keunggulan bersaing
perusahaan. Produk harus dihasilkan melalui proses yang efisien dimana
optimalisasi penggunaan sumberdaya menjadi pedoman dalam setiap proses
transformasi. Menghasilkan produk dengan biaya produksi yang rendah tanpa
mengorbankan atribut kepuasan pelanggan, berarti perusahaan telah bergerak
menuju keunggulan bersaingnya, dengan biaya produksi yang rendah, perusahaan
dapat menawarkan produk tersebut kepada pelanggan dengan harga yang lebih
rendah relative dari pesaing tanpa mengorbankan proporsi margin yang telah
direncanakan.Untuk memastikan bahwa proses produksi dan operasi telah
berjalan sesuai dengan kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan, membantu
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang masih terjadi yang dapat
menghambat tercapainya tujuan fungsi ini dan mencari perbaikannya, perusahaan

4
melakukan audit atas fungsi produksi dan operasi baik yang dilakukan secara
adhoc maupun periodic.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan


permasalahan sebagai berikut :

1. Apa Pengertian Audit Produksi dan Operasi ?


2. Apa Prinsip - Prinsip Umum Audit Produksi dan Operasi ?
3. Apa Tujuan Audit Produksi dan Operasi ?
4. Apa Manfaat Audit Produksi dan Operasi ?
5. Apa Tahap - Tahap Audit Produksi dan Operasi ?
6. Apa Ruang Lingkup Audit Produksi dan Operasi ?

1.3 Tujuan Masalah

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini
adalah:

1. Utuk mengetahui Pengertian Audit Produksi dan Operasi.


2. Utuk mengetahui Prinsip - Prinsip Umum Audit Produksi dan Operasi.
3. Utuk mengetahui Tujuan Audit Produksi dan Operasi.
4. Utuk mengetahui Manfaat Audit Produksi dan Operasi.
5. Utuk mengetahui Tahap - Tahap Audit Produksi dan Operasi.
6. Utuk mengetahui Ruang Lingkup Audit Produksi dan Operasi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Audit Produksi dan Operasi

Fungsi pengendalian kualitas juga dilengkapi dengan audit produksi dan


operasi, yaitu melakukan penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan
fungsi untuk menentukan apakah fungsi telah berjalan dengan memuaskan
(ekonomis, efektif, dan efisien).

Alasan yang mendasari perlunya dilakukan audit, yaitu :

1. Proses produksi dan operasi harus berjalan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan
2. Kekurangan yang terjadi harus ditemukan sehingga dapat segera
diperbaiki
3. Konsistensi berjalannya proses harus diungkapkan
4. Pendekatan proaktif harus menjadi dasar dalam peningkatan proses
5. Berjalannya tindakan korektif harus mendapat dorongan dan dukungan
dari berbagai pihak yang terkait

2.2 Prinsip- Prinsip Umum

Tujuan utama audit untuk menentukan apakah proses produksi dan operasi
yang berjalan saat ini sudah sesuai dengan kriteria (peraturan, kebijakan, tujuan,
rencana, standar) yang telah ditetapkan untuk memastikan bahwa produk yang
dihasilkan konsisten dengan standar kualitas yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi wilayah yang masih memerlukan perbaikan.

Secara objektif dan sistematis mengumpulkan dan menganalisis data yang


cukup relevan sebagai dasar penilaian terhadap ketaatan perushaan dalam
menerapkan kriteria yang telah ditetapkan. Mengklarifikasi ketidak sesuaian yang
terjadi antara aktivitas produksi dan operasi dengan kebutuhan standar yang

6
ditetapkan dan membuat rekomendasi untuk peningkatan. Auditor juga harus
mendiskusikan beberapa langkah perbaikan sebagai solusi atas kekurangan yang
masih terjadi merupakan tanggung jawab perusahaan.

2.3 Tujuan Audit

1. Apakah produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebuthan pelanggan


(pasar).
2. Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah secara cermat
menghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan dengan
ketersediaan sumberdaya serta fasilitas yang dimiliki perusahaan.
3. Apakah strategi rencana produksi dan operasi telah mempertimbangkan
kelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternall serta
peluang yang dimiliki perusahaan.
4. Apakah proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien.
5. Apakah penempatan fasilitas produksi dan operasi telah mendukung
berjalannya proses secara ekonomis, efektif, dan efisien.
6. Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas produksi dan operasi telah
berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung
dihasilkannya produk yang sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan waktu
yang telah ditetapkan.
7. Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi
telah melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan yang
telah ditetapkan perusahaan.

2.4 Manfaat Audit

1. Memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang


ketaatan dan kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkan
kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan
2. Memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksi dan
operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan yang dihadapi

7
3. Menentukan permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai tujuan
produksi dan operasi serta tujuan perusahaan keseluruhan
4. Menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi serta
kebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi terhadap
pencapaian tujuan perusahaan

2.5 Tahap-Tahap Audit

2.5.1 Audit Pendahuluan

Audit pendahuluan diawali dengan perkenalan antara pihak auditor dengan


organisasi auditee. Pertemuan ini bertujuan untuk mengkonfirmasi lingkup audit,
mendiskusikan rencana audit dan penggalian informasi umum tentang organisasi
audit, objek yang akan diaudit, , mengenal lebih lanjut kondisi perusahaan dan
prosedur yang diterapkan pada proses produksi dan operasi.

Audit overview perusahaan secara umum, produk yang dihasilkan, proses


produksi dan operasi yang dijalankan, peninjauan fasilitas produksi, layout pabrik,
system computer yang digunakan berbagai sumber daya penunjang keberhasilan
fungsi untuk mencapai tujuan. Hasilnya auditor memperkirakan kelemahan –
kelemahan yang mungkin terjadi pada fungi perusahaan auditee yang dirumuskan
dalam bentuk tujuan audit sementara.

2.5.2 Review dan Pengujian Terhadap Pengendalian Manajemen

Auditor mengidentifikasi dan mengklasifikasikan penyimpangan dan


gangguan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian
tujuan produksi dan operasi. Review hasil audit terdahulu untuk menentukan
tindakan korektif yang harus diambil. Hasilnya auditor menetapkan tujuan audit
yang sesungguhnya (definitive audit objective) yang akan didalami dalam audit
lanjutan.

8
2.5.3 Audit Lanjutan (terinci)

Auditor melakukan audit yang lebih dalam dan pengembangan temuan


terhadap fasilitas, prosedur, dokumen yang berkaitan dengan produksi dan
operasi.

Melakukan wawancara terhadap pihak perusahaan secara keseluruhan


untuk mendapatkan penjelasan dari pejabat yang berwenang tentang adanya
kelemahan yang ditemukan auditor. Setelah itu menganalisis hubungan
kapabilitas potensial yang dimiliki dan utilisasi kapabilitas tersebt didalam
perusahaan.

2.5.4 Pelaporan

Hasil sebelumnya diringkas dalam Kertas Kerja Audit (KKA) untuk membuat
kesimpulan dan rumusan rekomendasi untuk auditor sebagai solusi, dibuat format
sebagai berikut :

1. Informasi Latar Belakang  Gambaran umum fungsi produksi dan operasi


perusahaan yang diaudit, tujuan, dan strategi pencapaiannya serta
ketersediaan sumber daya yang mendukung keberhasilan implementasi
strategi tersebut.
2. Kesimpulan Audit dan Ringkasan Temuan Audit  Kesimpulan hasil
audit dan ringkasan temuan audit sebagai pendukung kesimpulan yang
dibuat.
3. Rumusan Rekomendasi  Rekomendasi yang diajukan dan didukung
hasil analisis dan menjelaskan manfaat serta dampak negative jika tidak
diterapkan.
4. Ruang Lingkup Audit  Cakupan luas yang audit lakukan sesuai dengan
kesepakatan.

9
2.5.5 Tindak Lanjut

Tindak lanjutan perbaikan atas rekomendasi auditor sebagai bentuk


komitmen manajemen dilakukan agar dapat mencapai tujuannya secara efisien
dan efekif.

2.6 Ruang Lingkup Audit

Ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi keseluruhan dari


program/aktivitas yang dikelola pada fungsi ini, yang merupakan bagian dari
wewenang dan tanggungjawab untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Secara keseluruhan ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi:

2.6.1 Rencana Produksi dan Operasi

Rencana ini menghubungkan kebutuhan pasar atas produk yang


dipersyaratkan, aktivitas pengembangan dan rekayasa, kapasitas produksi, rencana
persediaan, keuangan, ketersidaan SDM, bahan baku, dan tingkat imbal hasil
investasi yang dipersyaratkan investor.

Melalui hasil survei pasar dan umpan balik yang diterima dari pelanggan,
dapat diidentifikasi peluang-peluang yang mungkin untuk dikembangkan, yang
merupakan selisih (kesenjangan) antara kebutuhan pasar dengan kemampuan
industri untuk memenuhinya. Menghubungkan peluang-peluang ini dengan
kondisi internal perusahaan, rencana induk produksi dan operasi mencerminkan
berbagai usaha yang akan dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pasar dengan
mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya. Rencana ini akan menjadi
pedoman produksi dan oprasi dalam periode tertentu.

Menjadikan rencana produksi utama sebagai pedoman operasi dalam


menunjang startegi pencapaian tujuan perusahaan, beberapa pertanyaan mendasar

10
yang harus dijawab oleh manajer operasi dalam merumuskan rencana produksi
tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tesebut meliputi :

1. Apakah persediaan akan digunakan untuk menyerap perubahan


permintaan selama periode permintaan?
2. Apakah perubahan-perubahan yang terjadi dalam volume produksi dan
operasi akan diakomodasi dengan cara mengubah jumlah tenaga kerja?
3. Apakah perusahaan akan menggunakan tenaga paruh waktu, atau waktu
lembur jika terjadi lonjakan permintaan yang melebihi kemampuan
kapasitas yang tersedia untuk mengerjakannya dan bagaimana perusahaan
mengelola kapasitas menganggur jika terjaadi penurunan permintaan?
4. Apakah perusahaan akan menggunakan subkontaktor dalam
mengantisipasi permintaan yang berfluktuasi, sehingga kestabilan tingkat
SDM dapat dipertahankan?
5. Apakah perusahaan memutuskan untuk mengubah harga atau faktor-
faktor yang lain, untuk memengaruhi permintaan?

Kondisi internal mencerminkan kekuatan dan kelemahan yang terjadi pada


perusahaan, yang akan memengaruhi strategi dalam mengelola peluang-peluang
dan pencapaian tujuan perusahaan. Rencana induk harus mencerminkan
optimalisasi penggunaan sumber daya perusahaan dan mencegah semaksimal
mungkin terjadinya kapasitas menganggur. Oleh karena itu, penyusunan rencana
induk harus didasarkan pada ketersediaan kapasitas dan rencana penggunaannya,
peluang dan ancaman yang dihadapi dan usaha-usaha untuk melaukan perbaikan
dan berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Suatu rencana
induk memuat tentang :

1. Jadwal induk produksi


2. Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi
3. Tingkat persediaan
4. Perencanaan keseimbangan lintas produksi

2.6.1.1 Jadwal Induk Produksi

11
Jadwal produksi utama membuat spekulasi tentang apa yang akan dibuat
dan kapan akan dibuat, sesuai dengan rencana produksi. Rencana ini mencakup
input yang akan diproses seperti permintaan konsumen, kemampuan teknis,
ketersediaan SDM, fluktuasi persediaan, kinerja pemasok, dan
berbagaipertimbangan lainnya. Jadwal produksi ini mendiskripsikan berapa
jumlah produksi yang harus dilakukan untuk setiap kelompok barang. Kapan
produk tersebut harus sudah siap untuk diserahkan kepada konsumen, sumber
daya apa saja yang harus tersedia untuk menghasilkan produk sesuai dengan
rencana operasi perusahaan dalam memenuhi spesifikasi pelanggan.

Jadwal produksi yang akurat dapat memininumkan biaya persediaan dan


penyetelan (set up) mesin karena jadwal ini telah menghubungkan antara
kebutuhan konsumen dengan jadwal pengiriman, penerimaan bahan baku dan
pengelolaan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, jadwal
produksi yang akurat juga dapat meminimumkan kerja lembur (over time), waktu
sumber daya yang menganggur (idle time resources) dan penentuan tingkat
persediaan yang optimal. Hal ini dicapai karena keseluruhan aktivitas produksi
mulai dari kebutuhan bahan baku, penggunaan dan pemeliharaan fasilitas
produksi sampai dengan pelepasan prosuk ke pasar telah dituangkan dalam jadwal
produksi yang terintegrasi dengan jadwal pada fungsi-fungsi lain.

2.6.1.2 Penilaian atas Penggunaan Kapasitas Produksi

Perusahaan harus memiliki kebijakan dan strategi yang tepat berkaitan


dengan besaran kapasitas yang harus dimiliki. Perusahaan juga harus memiliki
dasar dan metode yang tepat dalam meramalkan kebutuhan kapasitasnya dimasa
depan. Pengelolaan kelebihan dan penentuan sumber lain jika terjadi kekurangan
dalam memenuhi kebutuhan operasi harus dituangkan dalam suatu pedoman
tertulis sehingga pengambilan keputusan berkaitan dengan kapasitas tidak bias
dengan tujuan produksi dan operasi yang telah ditetapkan. Pertimbangan kapasitas
ini harus mendasari terjadinya praktik optimalisasi terhadap penggunaan kapasitas
produksi.

12
Jika berdasarkan rencana penjualan ternyata rencana produksi lebih
daripada kemampuan kapasitas yang dimiliki, memungkinkan perusahaan untuk
menerima pesanan produksi dengan harga dibawah tingkat laba normal untuk
memaksimalkan penggunaan kapasitas. Karena pada kondisi ini biaya tetap untuk
kapasitas yang menganggur yang menjadi dasar perhitungan harga pokok produk
ada dalam posisi nihil (nol). Rencana induk produksi harus meminimalkan
terjadinya kapasitas menggangur, untuk menjadikan operasi berjalan secara efektif
dan efisien.

2.6.1.3 Tingkat Persediaan

Secara umum persediaan pada industri manufaktur terdiri atas persediaan


bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan persediaan perlengkapan
(supplies). Kebijakan tentang persediaan bahan baku harus memerhatikan
hubungan permintaan atas persediaan tetsebut, apakah termasuk dalam kelompok
permintaan independen atau permintaan dependen. Hal ini penting sekali karena
akan berpengaruh kepada metode permintaan atas persediaan tersebut dalam
mendukung efektivitas dan efisiensi, proses produksi dan operasi.

2.6.1.4 Perencanaan Keseimbangan Lintas Produksi

Keseimbangan lintas produksi atau disebut juga keseimbangan ini


produksi (production line balancing) bertujuan untuk memperoleh suatu arus
produksi yang lancar guna memperoleh optimalisasi pengguna fasilitas, tenaga
kerja, dan peralatan yang tinggi melalui penyeimbangan waktu kerja antarstasiun
kerja (work station). Elemen-elemen tugas dalam suatu aktivitas produksi
dikelompokkan sedemikian rupa diantara stasiun kerja, sehingga diperoleh
keseimbangan dalam penggunaan sumber daya produksi. Dengan demikian,
tujuan produksi tercapai dengan ekonomis, efektif, dan efisien. Melalui
perencanaan keseimbangan lintas produksi yang tepat dapat diperoleh suatu
keseimbangan beban (loading) antara operator dan mesin (fasilitas produksi
lainnya) dalam aktivitas produksi, sehingga kemacetan (bottleneck) dalam lini
produksi dapat dihindari.

13
Secara teknis dalam menyusun keseimbangan lini ini, terdapat dua faktor
penting yang harus diketahui lebih dahulu yaitu jumlah waktu seluruh tugas dan
waktu elemen tugas terpanjang agar waktu siklus minimum diketahui.
Berdasarkan waktu siklus ini, kapasitas keluaran (output) dapat dihitung dengan
membagi waktu operasi (operating time) dengan siklus waktu (cicle time).
Pemilihan waktu yang lebih pendek dapat menghasilkan kapasitas keluaran yang
lebih besar, tetapi membutuhkan jumlah stasiun kerja yang lebih besar. Dalam
praktiknya, pengelompokan penugasan dalam mencapai keseimbangan lintas
produksi dapat dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error). Metode ini
lebih sederhana sehingga mudah untuk diterapkan untuk kasus-kasus dengan
jumlah elemen tugas yang tidak banyak. Metode pengelompokan penugasan yang
lain adalah metode heuristik, yang memberikan hasil lebih akurat pada kasus
jumlah elemen penugasan yang sangat banyak. Metode ini mengelompokan
penugasan dalam mencapai keseimbangan lintas produksi yang optimal dengan
prosedur sebagai berikut:

1. Menetapkan tugas yang dapat dipilih sebagai tugas awal (tidak ada tugas
lain yang mendahuluinya atau tugas yang mendahuluinya sudah selesai
dikerjakan).
2. Menetapkan tugas yang cocok dengan waktu yang tersedia.
3. Menetapkan penugasan pada suatu stasiun kerja sampai maksimal.
4. Melanjutkan kestasiun kerja berikutnya dengan mengulangi prosedur
diatas sampai semua penugasan selesai.

Beberapa kriteria yang digunakan untuk mengaudit rencana induk pada suatu
perusahaan manufaktur disajikan pada tabel 1.

Tabel 1

Kriteria dan Pengukuran Variabel Rencana Induk Produksi dan Opersai

No Variabel Kriteria Pengukuran

1. Jumlah Produksi  Tepat kuantitas  rasio hasil produksi

14
Induk  Tepat mutu dengan kebutuhan
(kuantitas)
 standar kualitas
 Tepat waktu
 jadwal pelepasan
barang kepasar

2. Optimalisasi  kapasitas penuh  rasio rencana


Penggunaan Sumber produksi dengan
Daya  Maksimum utilisasi kapasitas tersedia

 rasio pengguna
kapasitas dengan
kapasitas tersedia

3. Tingkat Persediaan  Persediaan minimum  Rasio jumlah


(zero) persediaan akhir dengan
hasil produksi

4. Keseimbangan lintas  Tidak ada kemacetan  Rencana operasi dan


produksi proses produksi pemeliharaan mesin
produksi
 Keseimbangan
beban operator dengan  Raiso operator
mesin produksi dengan mesin produksi

2.6.2 Produktivitas dan Peningkatan Nilai Tambah

Transformasi yang mengubah input menjadi output selalu diikuti dengan


peningkatan nilai tambah. Nilai tambah meliputi seluruh usaha dalam
meningkatkan manfaat yang diperoleh baik oleh perusahaan maupun pelanggan.
Penerapan teknologi mutakhir, metode produksi inovatif dapat meningkatkan
efisiensi proses. Peningkatan daya guna produk dapat memberikan manfaat yang
lebih besar kepada pelanggan yang menggunakan produk tersebut. Faktor
terpenting dalam usaha peningkatan nilai tambah adalah adanya komitmen untuk
beroperasi secara efisien pada semua tingkatan dalam perusahaan. Komitmen ini
akan menyatukan usaha dari berbagai komponen dalam perusahaan untuk hanya
melibatkan aktivitas bernilai tambah dalam operasinya. Dengan demikian

15
aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (nonvalue added activity) harus
dieliminasi semaksimal mungkin. Pada kondisi ini, seluruh sumber daya
(kapasitas) yang digunakan, memberikan nilai tambah kepada perusahaan dan
pelanggan, yang berarti operasional perusahaan telah secara maksimal mampu
menekan berbagai pemborosan yang terjadi.

Lean production, suatu metode produksi ramping, yang dikembangkan


oleh produsen yang mengunakan fokus berulang dalam rancangan prosesnya
mampu secara signifikan memberi keuntungan bagi perusahaan yang
menerapkannya. Metode produksi ini menekankan kesempurnaaan proses yang
berjalan dengan mengeliminasi celah-celah kesalahan yang masih terbuka.untuk
menunjang kesuksesannya, metode ini mensyaratkan adanya proses belajar,
kreativitas, kerja kelompok yang berkelanjutan komitmen bersama untuk
melakukan perbaikan terus-menerus serta pemanfaatan penuh kemampuan semua
pihak.

Keunggulan lean production, didukung oleh kebijakan dan praktik


produksi yang secara maksimal mengoptimalkan pengguna sember daya
perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya, kebijakan dan praktik
tersebut meliputi :

1. Penghapusan persediaan
Produsen dengan lean production memfokuskan produksi dan
operasinya pada penurunan (penghapusan) persediaan. Metode ini
menggunakan just In Time dalam menurunkan persediaan dan pemborosan
yang disebabkan oleh persediaan tersebut. Mereka menurunkan waktu
pemborosan dan biaya, dalam meningkatkan efisiensi proses operasinya.
2. Zeno Defect
Metode produksi ini membangun suatu sistem produksi dan operasi
yang dapat membantu karyawan memproduksi unit yang sempurna untuk
setiap kalinya. Persiapan proses produksi dilakukan dengan lebih matang

16
untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam menghasilkan produk sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditetapkan.
3. Meminimalkan kebutuhan tempat (Areal)
Upaya meminimalkan jarak tempuh unit produk dapat mengurangi
kebutuhan tempat (areal) dalam proses produksi. Penataan fasilitas
poduksi yang terintegrasi dengan gudang penyimpanaan bahan baku dan
produk jadi, dapat menghemat kebutuhan tempat tanpa mengganggu
jalannya proses produksi
4. Kemitraan dengan Pemasok
Melibatkan pemasok kedalam rencana keberhasilan perusahaan
merupakan model yang banyak dikembangkan dalam praktik produksi
modern saat ini. Dengan membangun hubungan yang erat (kemitraan)
dengan pemasok dan menjelaskan rencana dan standar kebutuhan bahan
kapadanya, pemasok menjadi memahami dengan baik kebutuhan
perusahaan. Dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan terhadap pasokan bahan baku baik dalam kualitas, kuantitas,
dan waktu pasokan tersebut dibutuhkan harus sudah tersedia
diperusahaan.
5. Meminimalkan Aktivitas yang tidak Menambah Nilai
Melalui suatu analisis aktivitas dan komitmen untuk melakukan
perbaikan secara terus-menerus, perusahaan yang menerapkan metode
ini, meminimalkan aktivitas-aktivitas yang tidak berguna (tidak
menambah nilai) baik bagi pelanggan maupun bagi perubahan.
6. Pengembangan Angkatan kerja
Dengan secara terus-menerus memperbaiki desain pekerjaan,
pelatihan, partisipasi, komitmen karyawan dan pemberdayaan
kelompok-kelompok kerja, metode ini secara konsisten mengembangkan
angkatan kerja.
7. Menciptakan Tantangan dalam Bekerja
Mengidentifikasi tujuh sumber pemborosan yang mengakibatkan
operasi perusahaan tidak efisien, meliputi:

17
a. Produksi yang lebih besar dari kebutuhan (penumpukan persediaa)
b. Waktu tunggu dan/atau waktu menganggur
c. Penanganan material yang terlalu sering
d. Persediaa (bahan baku dan/atau barang jadi)
e. Pergerakan peralatan dan operatornya yang tidak menambah nilai
bagi produk.
f. Proses produksi yang tidak penting (tidak dibutuhkan)
g. Pengolahan kembali produk cacat

2.6.3 Pengendalian Produksi dan Operasi

Pengendalian produksi dan operasi menyangkut pengamatan atas


hubungan antara proses yang berjalan dengan standar (kriteria) operasi yang telah
ditetapkan. Pengamatan ini bertujuan untuk memandu proses agar tidak keluar
dari standar operasi pencapaian tujuan perusahaan, agar keseimbangan antara
sumber-sumber daya yang tersedia denganpermintaan total dapat dipertahankan.
Dalam praktik manajemen modern seluruh lapisan manajemen dan karyawan
bertanggung jawab secara proporsional terhadap berjalannya operasi secara efektif
dan efisien serta dihasilkannya produk yang memenuhi standar kualitas, kuantitas,
ketepatan waktu dan dengan pengorbanan yang minimal.

Tujuan utama dari pengendalian produksi dan operasi meliputi tiga hal penting
dalam keunggulan bersaing perusahaan, yaitu meliputi:

1. Maksimumkan Tingkat Pelayanan


Pengendalian harus menjamin bahwa pelayanan telah diberikan
secara tepat. Beberapa elemen yang harus mendapat perhatian khusus

18
adalah: kualitas produk, ketersediaan produk (jika diinginkan), harga
yang kompetitif, penyediaan untuk stock pengaman dan penyerahan
yang tepat waktu. Proses harus memahami bahwa pelanggan yang harus
dilayani dengan tepat bukan saja pelanggan eksternal tetapi yang telah
kalah pentingnya adalah pelanggan internal.
2. Minimumkan Investasi pada Persediaan
Pengendalian harus mampu memandu seluruh aktivitas (utama dan
pendukung) manufaktur ke dalam suatu proses yang terintegrasi,
sehingga proses berjalan sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah
ditentukan. Aktivitas pemesanan dan penerimaan bahan harus
terintegrasi dengan jadwal produksi demikian juga jadwal produksi
harus terintegrasi dengan rencana (jadwal) penyerahan kepada
pelanggan. Semua hubungan ini harus berjalan seperti halnya hubungan
pelanggan pemasok, dimana setiap pemasok harus memuaskan
pelanggannya. Pengendalian yang baik akan mencapai arus produksi
yang mulus (smooth production flow) dengan persediaan yang
minimumkan dan waktu tunggu yang pendek.
3. Efisiensi produksi dan Operasi
Untuk memperoleh harga yang kompetitif, pengendalian harus
meminimumkan biaya-biaya yang terjadi dalam produksi dan operasi.
Efisiensi produksi dan operasi adalah sesuatu yang mutlak dan harus
menjadi budaya kerja pada setiap bagian yang terlibat dalam proses
produksi dan operasi. Dalam hal ini pengendalian harus semaksimal
mungkin mampu menekan pemborosan (aktivitas tidak bernilai tambah)
yang terjadi. Perhatian khusus harus diberikan terhadap supervise pabrik
dan tenaga kerja tidak langsung, dukungan dan keterlibatan pekerjaan,
kesiapan mesin dan peralatan, fasilitas pendukung yang efektif dan
berbagai hal lain yang berpengaruh baik langsung maupun tidak
langsung.
Pengendalian produksi dan operasi meliputi pengendalian terhadap
keseluruhan komponen dan tahapan dalam proses produksi mulai dari

19
penanganan bahan baku sampai dengan penanganan penyerahan produk
jadi ke gudang. Secara rinci pengendalian tersebut meliputi hal-hal
berikut:
1) Pengendalian Bahan Baku
Pengendalian bahan baku bertujuan untuk memastikan bahwa
bahan baku yang diolah dalam proses produksi telah sesuai dengan
kebutuhan standar kualitas produk yang dihasilkan perusahaan.
Pengendalian bahan baku mencakup keseluruhan aktivitas yang
berhubungan dengan bahan baku mulai dari pembelian, jadwal
penerimaan, penanganan pada saat diterima, penyimpanan sampai
dengan bahan baku tersebut digunakan (diolah) dalam proses produksi.
Pembelian bahan baku menyangkut pemeliharaan pemasok dan
pemesanan bahan tersebut kepada pemasok terpilih. Untuk mendapat
kan keyakinan bahwa pemasok mampu memasok bahan baku sesuai
dengan kebutuhan, pemasok yang terpilih harus melalui proses
vderifikasi. Ntuk mendapatkan keyakinan kelangsungan pasokan,
inspeksi secara periodik terhadap sistem kepastian kualitas pemasok
harus dilakukan berdasarkan prosedur tertulis yang dimiliki perusahaan.
Penerimaan bahan baku harus sesuai dengan kebutuhan proses
produksi.Material requirement program (MRP) menjabarkan jadwal
produksi ke dalam jadwal penerimaan bahan baku dan mengintegrasikan
jadwal tersebut, sehingga kebutuhan bahan baku selalu terpenuhi pada
saat proses produksi berjalan dan perusahaan tidak menanggung beban
investasi yang besar dalam bentuk persediaan.
Penanganan bahan baku merupakan aktivitas sangat penting untuk
memastikan bahwa bahan yang diterima dari pemasok telah sesuai
dengan kebutuhan standar produk yang telah ditetapkan peusahaan.
Aktivtias ini harus didukung dengan peralatan memadai dan prosedur
tertulis penanganan yang telah ditentukan.setiap bahan yang diterima
harus diberikan kode khusus agar mudah ditelusuri distribusi dan
penggunaannya.

20
Aktivitas penanganan bahan merupakan salah satu bentuk
pencegahan terjadinya kegagalan produk memenuhi spesifikasinya.
Aktivitas ini akan semakin berkurang dengan telah terjadinya kemitraan
dengan pemasok di mana komitmen pemasok untuk memberikan bahan
baku sesuai spesifikasi pelanggan, dituangkan dalam bentuk kontrak
jangka panjang.
2) Pengendalian Peralatan dan Fasilitas Produksi
Pengendalian peralatan dan fasilitas produksi bertujuan untuk
memastikan bahwa semua peralatan dan fasilitas produksi ada dalam
keadaan siap untuk melaksanakan proses produksi sesuai dengan
ketentuan penggunaannya. Desain dan penempatan peratan yang tepat
menjadi faktor utama berjalannya proses produksi secara efektif dan
efisien mampu menghasilkan produk tepat sesuai dengan yang telah
dijadwalkan.
Seluruh peraltan dan fasilitas produksi lainnya harus sesuai dengan
ukuran yang telah ditentukan. Peralatan ini harus berada pada tempat
yang tepat sesuai dengan kebutuhan proses produksi yang efektif dan
efisien. Perusahaan harus memiliki suatu prosedur tertulis yang menjadi
pedoman penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan peraltan dan fasilitas
produksi lainnya. Prosedur tersebut secara jelas memuat tentang
pedoman setupmesin, pembersihan setelah digunakan dan perbaikan-
perbaikan signifikan yang diperlukan untuk mendukung kelancaran
proses produksi.
Penempatan fasilitas dan peralatan harus sesuai dengan
karakteristik dan metode produksi yang diterapkan, sehingga arus
material dalam proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Di samping itu pengelolaan faslilitas dan peralatan produksi harus
didukung oleh pedoman penggunaan dan pemeliharaan.pedoman ini
berfungsi untuk melindungi operator dari kecelakaan akibat tidak bisa
mengoperasikan peralatan dan melindungi peralatan dari kerusakan
karena jadwal pemeliharaan dari perbaikan yang tidak tepat waktu.

21
3) Pengendalian Transformasi
Fungsi transformasi mengolah input menjadi output sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Pengendalian transformasi memegang
peranan penting untuk memastikan bahwa proses pengolahanini bejalan
sesuai dengan kebutuhan proses yang efektif dan efisien. Pada
pengendalian ini tugas seorang (tim) pengendali kualitas (quality
control) sangat penting untuk memastikan bahwa proses yang berjalan
menghasilkan produk yang tepat (kuantitas, kualitas, dan waktu) dengan
pengorbanan yang minimum. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pengendalian ini mencakup pengesahan proses produksi dan
pengendalian perubahan atas permintaan, inspeksi sampel dalam proses
dan pengendalian laboratorium dari pemprosesan ulang.
Setiap proses produksi harus mendapatkan pengesahan dari bagian
yang berwenang. Perusahaan harus memiliki prosedur produksi secara
tertulis, yang memberikan pedoman tentang hal-hal yang harus dipenuhi
sebelum proses produksi dimulai.prosedur ini mencakup tentang
kesiapan fasilitas produksi sebelum dioperasikan, pejabat yang
berwenang memberikan perstujuan dan pengesahan atas proses yang
dijalankan serta ketentuan-ketentuan lain yang mengatur jalannya proses
produksi termasuk penanganan jika terjadi kemacetan proses
(bottleneck).
4) Pengendalian kualitas
Pengendalian kualitas tidak cukup dipahami sebagai pengendalian
proses produksi, yang hanya membebankan tanggung jawab kualitas
produk kepada unit kendali kualitas. Dihasilkannya produk yang
memenuhi spesifikasi pelanggan sesungguhnya adalah tanggung jawab
bersama setiap komponen yang terlibat di dalam perusahaan. Setiap
bagian (fungsi) yang terlibat mulai dari persiapan sampai dengan proses
operasional perusahaan memiliki tanggung jawab secara proporsional
terhadap kualitas produk dan kemampuannya dalam memenuhi harapan
pelanggan. Hal ini masuk akal karena keseluruhan fungsi dan tingkatan

22
manajemen ikut berperan (terlibat) dalam proses tersebut baik langsung
maupun tidak langsung. Hal ini merupakan bentuk implementasi fokus
pelanggan yang menjadi pola pikir dalam pengelolaan perusahaan, di
mana seluruh komponen di dalam perusahaan berkomitmen untuk
memuaskna pelanggan melalui produk yang ditawarkan.

Sistem biaya kualitas dapat memberikan informasi kepada


perusahaan tentang berbagai aktivitas yang terlibat dalam menghasilkan
produk sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan.
Aktivitas tersebut dikelompokan menjadi empat, meliputi:

a. Aktivitas pencegahan (prevention activity), merupakan berbagai


aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk mencegah terjadinya
kualitas buruk pada produk yang dihasilkan. Peningkatan
aktivitas ini diharapkan dapat menurunkan terjadinya kegagalan
produk.
b. Aktivitas penilaian (appraisal activity), merupakan aktivitas
yang dilakukan untuk menentukan apakah produk telah sesuai
dengan persyaratan pelanggan. Aktivitas ini memilki sifat yang
sama dengan aktivitas pencegahan di mana peningkatan aktivitas
ini dapat menurunkan terjadinya produ gagal.
c. Aktivitas kegagalan internal (internal fairule), merupakan
aktivitas yang dilakukan sebagai akibat dari terjadinya kegagalan
produk dalm memenuhi spesifikasinya, di mana hal ini telah
terdeteksi sebelum produk diserahkan kepada pemesan.
d. Aktivitas kegagalan eksternal (external fairule), merupakan
aktivitas yang dilakukan sebagai akibat dari terjadinya kegagalan
produk dalam memenuhi spesifikasinya, di mana hal ini beru
terdeteksi setela produk diserahkan kepada pemesan.

Tabel 2 menyajikan pengelompokan biaya kualitas sesuai dengan aktivitas


yang menyebabkan terjadinya biaya.

23
Tabel 2

Komponen dari Empat Kategori Biaya Kualitas

Biaya Pencegahan Biaya Penilaian

Inspeksi penerimaan Rekayasa/teknik kualitas


Inspeksi barang dalam proses Perencanaan kualitas
Inspeksi laboratorium Perencanaan dan pengembangan alat uji
kualitas
Pengesahan labboratorium eksternal
Verifikasi dan pemeriksaan desain
Penyetelan pengujian
Pelatihan peningkatan kualitas
Pemeliharaan alat uji
Pengumpulan data kualitas, analisis dan
Audit kualitas pelaporan
Pemeliharaan peralatan produksi Kendali proses statistik
Aktivitas kontrol proses lainnya untuk
mencegah produk cacat
Akuntansi biaya untuk variansi produk

Biaya Kegagalan Internal Biaya Kegagalan Eksternal

Bahan sisa Garansi produk


Pengejaan ulang Perbaikan produk rusak
Inspeksi kembali hasil pengerjaan ulang Layanan pelanggan
Penurunan kualitas produk yang cacat Barang diretur
Kerugian akibat bahan sisa dari vendor Penyelidikukan barang cacat
Mesin berhenti sejenak karena produk Penarikan kembali produk yang telah beredar
cacat di pasar
Analisis kegagalan Tuntutan hukum
Pendapatan yang hilang karena beralihnya
pelanggan

24
Berbagai aktivitas dalam menghasilkan produk sesuai dengan kualitas
yang telah ditetapkan, harus dirumuskan secara seimbang dalam kebijakan
kualitas perusahaan.aktivitas pencegahan dan penilaian yan merupakan aktivitas
persiapan untuk mencegah terjadinya kegagalan produk dalam memenuhi
spesifikasinya, harus dikelola dengan baik karena pengelolaan yang tepat terhadap
aktivitas-aktivitas ini dapat secara signifikan menurunkan aktivitas sebagai akibat
produk gagal memenuhi standar kualitas. Laporan biaya kualitas dapat
memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mengelola aktivitas-
aktivitas kualitasnya. Oleh karena itu, laporan ini harus secara akurat menyajikan
informasi tentang komposisi biaya kualitas.

5) Pengendalian Barang Jadi


Merupakan pengendalian yang dilakukan terhadap pengelolaan
barang setelah selesai diproduksi. Pengendalian ini bertujuan untuk
memastikan bahwa penanganan barang setelah produksi berjalan sesuai
dengan prosedur, sehingga tidak terjadi kerusakan barang dalam proses,
penyimpanan, atau pendistribusiannya. Untuk memastikan bahwa barang
dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan pelanggan pada saat
diserahkan, pengendalian ini melakukannya melalui tahapan :
a. Verifikasi penanganan, penyimpanan dan inspeksi
ditujukan untuk memastikan bahwa barang jadi yang
diterima dari proses produksi telah ditangani dengan
baik termasuk penyimpanannya. Berkaitan dengan hal
ini perusahaan harus memiliki suatu prosedur tertulis
menyangkut bagaimana dan siapa yang memeriksa
kemasan dari produk yang dihasilkan, penentuan
bahwa setiap produk harus mencantumkan tanggal
kedaluwarsanya, adanya pemisahan produk antara
yang telah diaudit dan belum diaudit oleh bagian
pengendalian kualitas dam ketentuan suhu

25
penyimpanan yang tepat sesuai dengan karakteristik
produk.
b. Inspeksi, pengujian dan distribusi
Menyangkut penanganan produk untuk memastikan
bahwa produk yang diserahkan kepada pelanggan
adalah sesuai dengan spesikasinya. Pengendalian ini
menyangkut pengujian tentang kesesuaian produk
dengan spesifikasinya, pengelolaan persediaan untuk
mendapatkan kepastian bahwa produk yang
diproduksi pertama didistribusikan terlebih dahulu,
prosedur penanganan terhadap produk yang
dikembalikan.

26
BAB III

KESIMPULAN

Audit produksi dan operasi adalah melakukan penilaian secara


komprehensif terhadap keseluruhan fungsi audit produksi dan operasi untuk
menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis,
efektif dan efisien).

Tujuan utama audit produksi dan operasi adalah untuk menentukan apakah
proses produksi dan operasi yang berjalan saat ini sudah sesaui dengan kriteria
(peraturan, kebijakan, tujuan, rencana, standar) yang telah ditetapkan untuk
memasatikan bahwa produk yang dihasilkan konsisten dengan standar kualitas
yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi wilayah (bagian) yang masih
memerlukan perbaikan.

Tahap-tahap audit produksi dan operasi meliputi: Audit pendahuluan,


Review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen, Audit lanjutan (terinci),
Pelaporan dan Tindak lanjut.Ruang lingkup dari audit produksi dan operasi
meliputi rencana produksi dan operasi, produktivitas dan peningkatan nilai
tambah, serta pengendalian produksi dan operasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bayangkara, IBK. (2008). Management Audit: Audit Manajemen Prosedur dan


Implementasi. Jakarta : Salemba Empat.
Zhafarina, Nadhila ; Wahyu, Gitta ; Suherman, Salsabillah ; Ningtyas, Fitri
Ayu dan Amalia, May. 2015. Audit Produksi dan Operasi.
Amalina, Widia ; Suharyono, Aji ; Nuriyani, Devy dan Hermawan Agus. 2016.
Audit Produksi dan Operasi.

Kurniawati, Yulia. 2011. Audit Produksi dan Operasi. (diakses melalui


http://yuliakurnia.blogspot.com/2011/12/audit-produksi-dan-operasi.html).

Marlena, 2015. Audit Manajemen Fungsi Produksi dan Operasi pada CV. Logam
Lestari di Desa Jatimulyo Tulung Agung. Vol. 2.No.2 Tahun 2015.

Hijayati, Roslia Ardiani; Dzulkirom, Moch dan Husaini, Achmad. 2014.


Analisis Audit Operasional dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi,
Efektivitas, dan Ekonomisasi Bagian Produksi (Studi pada PT. Semen
Gresik (Persero). Vol. 12 No. 1 Juli 2014.

28

Anda mungkin juga menyukai