sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Hal ini
disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya dengan ruang
hukum. Jadi, warisan itu dapat dikatakan ketentuan yang mengatur cara
1
terutama hukum kewarisan. Masyarakat adat mmembentuk hukum dari
bangsa atau kelompok etnik yang ada pada dasarnya hal itu disebabkan
oleh sistem garis keturunan yang berbeda-beda, yang menjadi dasar dari
Dasar hukum berlakunya hukum adat terdapat dalam pasal 131 I.S
(Indische staatssregeling) ayat 2 b (Stb 1925 no. 415 jo. 577), termasuk
yang berbeda. Hukum waris adat mempunyai corak tersendiri dari alam
3
Soerjono Soekanto, Kedudukan Janda Menurut Hukum Waris Adat, Jakarta, 1996. Hlm.
7.
4
Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Jakarta,Pradiya paramita, 1997. hlm. 79.
2
pengaruhnya dari pada kedudukan anak wanita dalam
kedua orangtua, atau menurut garis dua sisi Bapak dan Ibu
Sulawesi).5
aneka hukum adat, termasuk hukum waris yang mempunyai corak sendiri-
halnya hukum adat dalam masyarakat Batak Karo. Hal ini sejalan dengan
5
Datuk Usman, Diktat Hukum Adat, Bina Sarana Balai Penmas SU, hlm. 45.
6
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Prespektif Islam Adat dan BW,
Bandung. 2005. hlm. 59.
3
yang masih sangat kental dan sangat menjungjung tinggi adat-istiadatnya.
masyarakat seperti dalam hal proses perkawinan, kelakuan dan juga dalam
hal waris. Seperti yang diketahui sejak dahulu sampai sekarang pada
masyarakat adat Batak Karo berlaku sistem keturunan dari pihak bapak
bapak.7 Sehingga hanyalah anak laki-laki yang menjadi ahli waris , karena
anak perempuan dianggap telah keluar dari kerabat bapaknya, jika ia telah
kawin.8
dalam masyarakat Batak Karo adalah anak laki-laki saja. Sedangkan anak
masyarakat. Dalam hal inni masyarakat Batak Karo mengenal lima jenis
maga utama yang biasa disebut dengan Merga Si Lima. Setiap anggota
masyarakat Batak Karo termasuk kepada salah satu marga ini. Kelima
a. Marga Karo-karo
7
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta. Kencana prenada Media Group.
2007. hlm. 41.
8
Made Wiratha, Pedoman Penulisan, Yogyakarta, 2006. hlm. 6.
4
b. Marga Ginting
c. Marga Sembiring
d. Marga Perangin-angin
marga yang sama atau karena ibu mereka bersaudara (Senina Sepereren)
pada masyarakat adat Batak Karo, baik dalam hal perkawinan maupun
pewarisan.
dilakukan oleh wali kerabat pria dengan upacara adat dan di ikuti dengan
9
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung. Mandar Maju. 1994. hlm. 80.
5
hubungan adat si wanita dari kerabatnya masuk ke kerabat pria maka dari
akhirnya dapat ditarik alur dalam pembagian warisan adat Batak Karo.
warisan kepada ahli waris setelah pemilik harta atau pewaris meninggal
dunia, namun ada dijumpai pula pemberian harta waris itu dapat terjadi
(semasa hidup) adalah hal yang tidak biasa dalam hukum waris pada
cinta kasih, balas budi atau jasa atau karena sesuatu tujuan.11 Bentuk-
10
Syafruddin Kalo, Modul Kuliah Penemuan Hukum,Medan, 2007. hlm. 18.
11
M.Solly Lubis, Diktat Teori Hukum, Op. Cit. hlm .23.
6
dilakukan oleh orang tua semasa hidupnya seperti di daerah Tapanuli
suatu bentuk pemberian harta benda oleh orang tua kepada anaknya.
yaitu pemberian atas tanah atau lading dari harta pustaka. Proses
suatu bentuk kasih saying dan pemupuka tali silahturahmi antara orang tua
7
yaitu PB pun menikah dengan MBS dan memilki 3 orang anak, begitu
juga dengan anak kedua MB yang menikah dengan SBT dan memiliki 5
perkawinanadat.
masing-masing pada tahun 1992 dan 2001 yang disusui juga oleh 2 orang
2002 dan 2003, yang secara hukum maka ahli waris yang berhak terhadap
harta warisan SB dan TBS yaitu SBT dan anak-anaknya, MBS dan anak-
dan anaknya, SBT dan ankanya, Pihak dari LRB, dan MBB tidak sepakat
harta warisan SB dan TBS, yang pada akhirnya pihak dari LRB, dan MBB
secara rata.
adat Batak Karo. Tentunya masalah harta pemberian orang tua semasa
hidupnya kepada anaknya masih perlu dikaji lebih lanjut. Sehingga pada
8
saat orang tua meninggal dunia,status kepemilikikan harta benda tersebut
atas, mak peneliti tertarik untuk melakukan penlitian denagn judul: Status
B. Perumusan Masalah
C. Tinjauan Penelitian
Batak Karo.
9
2. Untuk mengetahui titel pemberian harta benda oleh orang tua
Batak Karo.
D. Manfaat Penelitian
mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul. Oleh karena itu
manfaat untuk kegunaan secara teoritis dan praktis di bidang hukum yaitu
sebagai berikut:
a. Secara teoritis
b. Secara praktis
10
orangptua semasa hidupnya kepada anak menurut sistem hukum
E. Kerangka Konseptual
konsepsi ataupun pengertian dari kata demi kata dalam judul tersebut,
c. Harta benda adalah harta benda milik orang tua yang diperoleh
semasahidup.
objek tertentu (harta benda) yang berasal dari pemberian orang tua
semasa hidup.
11
f. Waris adalah suatu cara peralihan hak dari seseorang yang
g. Adat adalah suatu aturan yang lazim diturut atau dilakukan sejak
F. Landasan Teoritis
“living law”, konsep ini menekankan bahwa, hukum positif hanya akan
efektif apabila selaras denagn hukum yang hidup dalam masyarakat, atau
ayat 2 (Stb 1925 no. 415 jo. 577), mengenai dasar berlakunya hukum adat
G. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
2. Metode Pendekatan
12
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis
1. Lokasi Penelitian
Utara.
Karo.
dan pemerintah.
5. Analisa data
13
Analisa data merupakan proses penelaahan yang diawali
permasalahan.
H. Sistematika Penulisan
yang ada yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Untuk lebih terarah
14
Waris Adat Batak Karo
15