Jurnal Praktikum TPP MOD 4
Jurnal Praktikum TPP MOD 4
PRAKTIKUM
Teknologi
Pengemasan dan
Pengawetan
MODUL 2
Pasteurisasi sari buah
16 OKTOBER 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Buah-buahan merupakan salah satu produk holtikultura yang termasuk dalam salah satu
hasil alam Indonesia yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian
Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi proses metabolisme tubuh karena
banyak mengandung vitamin dan mineral. Hal ini berarti buah-buahan memiliki prospek
yang baik untuk dikembangkan. Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat
dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula atau bahan tambahan
makanan yang diizinkan.
Sari buah adalah cairan jernih atau agak jernih, tidak difermentasi, diperoleh dari hasil
pengepresan buah-buahan yang telah matang dan masih segar. Pembuatan sari buah
bertujuan untuk meningkatkan daya simpan serta nilai tambah dari buah-buahan. Pada
umumnya produk sari buah memiliki kenampakan yang keruh akibat menggunakan
ektraksi dengan teknik menghancurkan daging buah bercampur air lalu disaring
menggunakan penyaringan. Minuman sari buah secara komersial dikenal dengan nama
juice dibuat dengan caraekstraksi buah ditambah dengan air dan gula sebanyak5 - 10 %
kemudian dipasteurisasi.
Sari buah yang telah dikemas kemudian dipasteurisasi. Proses pasteurisasi dapat
dilakukan pada suhu di bawah 100°C dengan tujuan untuk inaktivasi mikroba pembusuk
dan enzim yang tidak diinginkan. Pasteurisasi dilakukan karena sifat produk yang relatif
asam (pH <4,5), dimana mikroba-mikroba yang mungkin tumbuh lebih mudah dibunuh.
Penggunaan suhu pasteurisasi yang tidak terlalu tinggi dapat mengurangi kerusakan
vitamin C.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan tujuan praktikum sebagai berikut :
1. Menjelaskan prinsip pengolahan dan pengawetan sari buah dengan pasteurisasi
2. Mempraktekkan proses pengolahan dan pengawetan sari buah dengan pasteurisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasteurisasi
Produk bahan pangan yang berbasis susu dan sari buah biasanya memiliki masalah
dalam umur simpan produk. Banyak faktor yang menyebabkan umur simpan dari
produk pendek diantaranya yaitu, mikroba pembusuk dan enzim yang masih
beraktivitas. Perlu dilakukan suatu pengolahan yang tepat agar dapat mencegah hal
tersebut, contohnya yaitu dengan metode pasteurisasi.
2.1.1 Pengertian
Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan pada suhu di bawah 100oC dalam
jangka waktu tertentu sehingga dapat mematikan sebagian mikroba pada bahan dengan
meminimalisasi kerusakan protein. Proses pasteurisasi yang dilanjutkan dengan
pendinginan langsung akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tahan terhadap
suhu pasteurisasi dan akan merusak sistem enzimatis yang dihasilkannya (misalnya
enzim phosphatase, lipase, dll) sehingga dapat mengurangi kerusakan zat gizi serta
memperbaiki daya simpan produk segar. Pendinginan setelah proses pasteurisasi dapat
meminimalisir terjadinya kerusakan protein pada bahan pangan dan menghambat
pertumbuhan mikroba patogen seperti Staphylococcus aureus, Salmonella sp, dan E.
coli (Widodo, 2010).
2.1.2 Metode
Pasteurisasi bisa dilakukan dengan dua metode yaitu metode batch dan metode
continue. Metode batch digunakan untuk pasteurisasi skala kecil. Tipe pasteurisasi
yang digunakan pada metode batch adalah tipe pasteurisasi LTLT (Low Temperature
Long Time). Metode continue digunakan untuk pasteurisasi skala menengah sampai
besar. Tipe pasteurisasi yang digunakan adalah tipe HTST (High Temperature Short
Time), HHST (Higher Heat Short Time), dan UHT (Ultra High Temperature)
(International Dairy Food Association, 2009). Metode LTLT (Low Temperature Long
Time) yakni pasteurisasi pada suhu rendah 62,8C selama 30 menit, sedangkan metode
HTST (High Temperature Short Time) yakni pemanasan pada suhu tinggi 71,7C
selama 15 detik (Rahmawati dkk., 2012).
Metode Pasteurisasi yang umum digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short
Time/HTST), yaitu proses pemanasan susu selama 15–16 detik pada suhu 71,7o C –
75o C dengan alat Plate Heat Exchanger
2. Pasteurisasi dengan suhu rendah dan waktu lama (Low Temperature Long
Time/LTLT) yaitu proses pemanasan susu pada suhu 61o C selama 30 menit
3. Pasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature/UHT) yaitu
memanaskan susu pada suhu 131o C selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dengan
tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah terjadinya pembakaran
susu pada alat pemanas (Setya, 2012).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis besar, proses
pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel, biasanya
melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk fase
ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel
2.3.3 Na-Benzoat
Natrium benzoat berupa granula atau serbuk berwarna putih, tidak berbau dan stabil
di udara. Mudah larut dalam air dan agak sukar larut dalam etanol. Kelarutan dalam air
pada suhu 25o C sebesar 660g/l dengan bentuk yang aktif sebagai pengawet sebesar
84.7% pada range pH 4. Konsentrasi natrium benzoat untuk minuman sari buah yang
diperbolehkan adalah maksimum 1000 mg/kg, sedangkan menurut BPOM No.36 tahun
2013 konsentrasi yang di perbolehkan untuk minuman sari buah adalah sebesar 0-600
mg/kg. Menurut PERMENKES No.33 Tahun 2012 dan EFSA (European Food Safety
Authority) (2013) Natrium Benzoat dinyatakan aman apabila digunakan sebagai Bahan
Tambahan Makanan Preservative. Bukti- bukti menunjukkan, pengawet ini mempunyai
toksisitas sangat rendah terhadap hewan maupun manusia, hingga saat ini benzoat
dipandang tidak memiliki efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi
dan tidak mempunyai efek karsinogenik. Konsentrasi Natrium Benzoat memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total soluble solid, total
asam, viscositas, dan nilai organoleptic (Cahyadi didalam Khurniyati dkk., 2015).
2.4.3 Rasa
Faktor konsentrasi sukrosa berpengaruh terhadap nilai organoleptik rasa minuman
sari buah, sedangkan suhu pasteurisasi dan interaksi antara konsentrasi sukrosa dan suhu
pasteurisasi minuman sari buah tidak berpengaruh terhadap nilai organoleptik rasa
minuman sari buah. Tinggi konsentrasi sukrosa yang ditambahkan maka aroma semakin
tertutupi oleh bau manis dari gula sehingga dapat meningkatkan rasa suka panelis
terhadap aroma dari minuman sari buah tomat, semangka, nanas, dan jambu biji ( FBD.
2009).
2.4.4 Endapan
Total padatan terlarut erat hubungannya dengan kadar gula total produk, karena
total padatan terlarut diukur berdasarkan % gula produk. Kenaikan kadar gula pereduksi
seperti glukosa,fruktosa dan lain-lain dapat menyebabkan kenaikan total padatan terlarut.
Pada buah-buahan terkandung karbohidrat berupa gula-gula sederhana yaitu, glukosa dan
fruktosa yang merupakan sumber padatan terlarut bagi minuman sari buah. (Catinez,
Nazife. 2008)
. BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain :
• Pisau
• Talenan
• Saringan
• Blender
• Panci
• Pengaduk
• Baskom
• Botol almond
• Stiker label
• Gelas ukur
• Serbet/tisu
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain :
• Jambu biji
• Nanas
• Semangka
• CMC
• Asam sitrat
• Na-Benzoat
Dewi, E.T. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Terhadap Karakteristik dan Stabilitas Sari
Jeruk Nipis Selama Penyimpanan. Skripsi. FTP Universitas Brawijaya. Malang.
1
RANCANGAN KERJA
semangka
2
Tambahkan Na Benzoat
sebanyak 0,02% dari total buah
Lakukan pasteurisasi
pada suhu 75oC
selama 30 menit