Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa dengan Rahmat
dan Ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelopok Sosiologi Hukum yang
berjudul “Otonomi Hukum” untuk kami presentasikan sebagai tugas kelompok.

Semoga Makalah ini dapat menambah wawasan kita semua dan dapat
memenuhi kriteria tugas yang bapak berikan serta dapat menjadi nilai tambah
untuk kelompok kami.

Tak ada yang sempurna, begitu pula dengan penulisan makalah ini. Oleh
sebab itu kami menerima kritik positif yang bersifat membangun dari pembaca
sebagai perbaikan bagi kami dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfat. Akhir kata kami ucapkan “Terima Kasih”.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, 2018

Kelompok IV
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hukum dan kekuasaan merupakan dua hal yang berbeda namun
saling mempengaruhi satu sama lain. Hukum adalah suatu sistem aturan-
aturan tentang perilaku manusia. Sehingga hukum tidak merujuk pada satu
aturan tunggal, tapi bisa disebut sebagai kesatuan aturan yang membentuk
sebuah sistem. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau
suatu kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok
lain, sesuai dengan keinginan perilaku. Bisa dibayangkan dampak apabila
hukum dan kekuasaan saling berpengaruh. Di satu sisi kekuasaan tanpa
ada sistem aturan maka akan terjadi kompetisi seperti halnya yang terjadi
di alam.Siapa yang kuat, maka dialah yang menang dan berhak melakukan
apapun kepada siapa saja. Sedangkan hukum tanpa ada kekuasaan di
belakangnya, maka hukum tersebut akan “mandul” dan tidak bisa diterima
dengan baik oleh masyarakat. Hal ini karena masyarakat tidak memiliki
ikatan kewajiban dengan si pengeluar kebijakan. Sehingga masyarakat
berhak melakukan hal-hal yang di luar hukum yang telah dibuat dan di sisi
lain pihak yang mengeluarkan hukum tidak bisa melakukan paksaan ke
masyarakat untuk mematuhi hukum.
Dari dasar pemikiran diatas maka bisa disimpulkan bahwa antara
hukum dan kekuasaan saling berhubungan dalam bentuk saling
berpengaruh satu sama lain. Kekuasaan perlu sebuah “kemasan” yang bisa
memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan yaitu politik. Yang
menjadi permasalahan adalah mana yang menjadi hal yang mempengaruhi
atau yang dipengaruhi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
tidak bisa satu hal saja yang mempengaruhi hal yang dipengaruhi. Antara
hukum dan kekuasaan saling berpengaruh satu sama lain atau bisa disebut
saling melengkapi. Sehingga di satu sisi hukum yang dipengaruhi oleh
kekuasaan begitu sebaliknya.Namun tetap tidak dapat dipungkiri bahwa
proporsi dari kekuasaan dalam mempengaruhi hukum lebih berperan atau
menyentuh ke ranah substansial dalam artian hukum dijadikan
“kendaraan” untuk melegalkan kebijakan-kebijakan dari yang berkuasa.
Sedangkan hukum dalam mempengaruhi kekuasaan hanya menyentuh ke
ranah-ranah formil yang berarti hanya mengatur bagaimana cara membagi
dan menyelenggarakan kekuasaan seperti yang ada dalam konstitusi.
B. Identifikasi Masalah
1. Defenisi Otonomi Hukum
2. Sumber Otonomi Hukum
3. Batas Otonomi Hukum
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi otonomi hukum
2. Untuk mengetahui sumber otonomi hukum
3. Untuk mengetahui batas otonomi hukum
BAB II

PEMBAHASAN

1. Defenisi Otonomi Hukum


Otonomi dari seorang individu, keluarga, pengadilan, dll mengacu
pada kapasitasnya untuk bertindak mandiri dari kondisi sekitarnya.. Luhmann
(Profesor Sosiolgi di Jerman) mendefinisikan dan menganalisis konsep
otonomi hukum dengan pendekatan otonomi hukum dengan berfokus pada
bagaimana hukum mereproduksi dirinya sendiri dari waktu ke waktu dan
mempertahankan identitasnya sendiri. Luhmann berpikir hukum sebagai
entitas seperti sel biologis atau sistem lain dari unsur saling terkait yang
mempertahankan dirinya sendiri, mereproduksi, mengadaptasi, dalam suatu
kompleks dan lingkungan yang sering tak terduga. Menurut Luhmann, hukum
terikat dengan sistem lain yang membentuk masyarakat dalam dua cara. Disisi
lain, ekonomi, politik, budaya, merupakan lingkungan hukum. Hukum harus
menghadapi berbagai bagian dari kehidupan bermasyarakat untuk
mempertahankan diri dari waktu ke waktu. Maka dari itu hukum dipengaruhi
oleh bagian lain dari masyarakat, tetapi otonomi hukum memungkinkan
hukum untuk mempertahankan dan mengkoordinasikan masyarakat dengan
memberikan aturan umum. Otonomi hokum membagikan beberapa ciri dasar
dalam ilmu hukum. Otonomi hukum bersumber pada kemandirian hukum dari
institusi lain dan tindakan hukum yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
hukum dan pertimbangan hukum. Sampai sejauh dimana hukum merupakan
himpunan bebas dari lembaga yang diselenggarakan bersama-sama atas dasar
prinsip-prinsip dan rasionalitas bersama, hukum memiliki sumber integritas
dan pengembangan yang membuatnya berbeda dari lembaga-lembaga sosial
lainnya.
Hukum merupakan suatu otonomi karena hukum memiliki makna
referensial tersendiri. Otonomi hukum berarti bahwa hukum memahami
dirinya sendiri dan masyarakat dengan cara-cara yang memungkinkan sistem
hukum untuk mereproduksi dirinya sendiri. Hukum mampu mempertahankan
dirinya sebagai sistem tertutup independen dari sistem lain karena mempunyai
pola khusus dalam berkomunikasi di masyarakat dan karena perspektif
normatif. Akan tetapi tanpa tindakan kuat otonomi dan kebebasan lembaga-
lembaga hukum serta penalaran, aturan runtuhnya hukum menjadi alat
kepentingan yang berkuasa atau struktur sosial lainnya.
Achmad Ali dalam ikhtisarnya mengemukakan tipologi Nonet dan
Zelsnick tentang bentuk-bentuk legal order, di klasifikasikan dalam tiga
bentuk sebagai berikut:
1) Repressive Law, yaitu hukum sebagai pelayanan kekuasaan refresif
2) Autonomos Law, yaitu hukum sebagai institusi tersendiri yang mampu
menjinakkan refresif dan melindungi integritas dirinya
3) Responsive Law, yaitu hukum sebagai fasilitator dari berbagai respon
terhadap kebutuhan dan aspirasi social
2. Sumber Otonomi Hukum
Di antara sumber yang paling penting dari otonomi hukum adalah
profesi hukum, pendidikan hukum, pengadilan, peran hukum dalam
pembuatan kebijakan legislatif, dan norma-norma hukum. Semua ini
berkontribusi pada integritas dan independensi hukum dari lembaga-lembaga
sosial lainnya. Mereka juga berkontribusi terhadap nilai-nilai tertentu dan
pola penalaran yang membuat hukum berbeda.
Demi melihat bagaimana hukum telah menjadi profesi otonomi, arti
profesi harus diperjelas. Menurut Larson, sebuah profesi adalah suatu
pekerjaan yang membedakan dirinya dari waktu ke waktu dengan mencapai
status khusus dan dihormati. Status ini diberikan
berdasarkan kontrol atas pengetahuan sebagai hasil dari skill dan pengendalian
atas pengetahuan suatu bidang khusus. Orang-orang yang berlatih profesi yang
mempunyai penghasilan hidup atas layanan yang mereka lakukan. Pekerjaan
cenderung di profesionalkan
dengan mencapai kendali atas layanan yang mereka lakukan dan dengan
menjadi terorganisir dalam berbagai cara. Profesi mendapatkan kontrol atas
pelatihan khusus dan pengetahuan
melalui jurnal, penerbitan, outlet dan review proses yang mereka bangun.
Fitur-fitur profesionalisasi ini memberi ciri perkembangan hukum, sehingga
memberikan pengacara dan perwakilan profesional kemandirian (otonomi)
atas layanan yang mereka berikan. Hal ini membuat praktek hukum menjadi
lebih profesional karena menjadi pusat pelaksanaan bisnis. Bahkan pada saat
pembagian harta warisan, hukum menjadi lebih duniawi dan akrifitas
pengacara menjadi lebih khusus dan profesional. Hukum adalah ilmu yang
didirikan pada pendekatan dan analisis kasus. Otonomi hukum sebagai bidang
intelektual didefinisikan oleh pendekatan teoritis sendiri dan metode
penyelidikan yang tinggi.
Pengadilan merupakan salah satu sumber utama otonomi hukum.
Peran pengadilan sebagai cabang dari pemerintahan adalah untuk
menyelesaikan sengketa hukum dan untuk menentukan hukum. Dalam
menjalankan kekuasaan ini, pengadilan menerapkan hukum yang ada baik
untuk fakta-fakta dalam kasus-kasus tertentu dan ketika mereka berhadapan
dengan kasus dan isu baru, membuat hukum dan doktrin baru.
Organisasi independen dari profesi hukum, sertifikasi pendidikan
hukum di universitas hukum, dan kekuatan pengadilan sebagai cabang dari
pemerintah, memberikan kontribusi pada otonomi hukum. Selain hal tersebut
di atas, hukum menjadi lebih independen melalui pelaksanaan praktisi hukum
atas norma-norma khusus hukum yang lembaga-lembaga hokum tafsirkan dan
terapkan. Aturan hukum merupakan kombinasi dari lembaga independen dan
juga prosedur bersama dengan rasionalitas khusus hukum yang memberikan
undang-undang sebagai otonomi terbesarnya.
Kita bisa melihat bahwa otonomi hukum dengan cara bahwa lembaga-
lembaga hokum dan pertimbangan hukum menerjemahkan tindakan
masyarakat dalam kasus bermakna secara hukum. Para sarjana menyatakann
bahwa independensi dan otonomi hukum adalah bagian hasil dari
mendefinisikan ulang adat dan norma-norma sosial yang ditemukan di
lembagalembaga non-hukum dalam bentuk hukum. Aturan hukum utama
(primer) adalah suatu norma yang ditetapkan untuk orang-orang dari apa yang
diharapkan oleh mereka dalam tindakan mereka dan memberitahu hakim
tentang tindakan apa yang mereka lakukan mendapat sanksi. Aturan sekunder
menentukan kekuatan petugas hukum untuk menciptakan hukum, untuk
menentukan aturan mana untuk diterapkan pada tindakan tertentu, dan
bagaimana untuk melanjutkan menggunakan kekuatan hukum. Aturan-aturan
sekunder ini memberikan kekuatan kepada petugas hukum dengan cara yang
mengarahkan perilaku hukum tertentu dan membatasi kebijaksanaan mereka.
3. Batas Otonomi Hukum
Kekuatan sosial yang membatasi otonomi hukum dapat dibahas dalam
hal pendekatan otonomi hukum dan sumber otonomi hukum. Independensi
lembaga hukum dan prosedur hukum dan aturan dibentuk dan ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan sosial yang bersifat eksternal untuk tatanan hukum.
Kekuatan-kekuatan sosial melemahkan dimensi seperti otonomi hukum
sebagai kebutuhan untuk kesetaraan kompetensi hukum antara pihak hukum
yang terlibat. Kekuatan ini dapat membatasi dan merusak kualitas khusus dari
prinsip-prinsip hukum, prosedur hukum, dan kategori hukum.
Salah satu sumber utama dari otonomi hukum adalah independensi
cabang yudikatif dari cabang lain dari pemerintah dan independensi hakim
dari kepentingan politik dan ekonomi. Independensi peradilan dan hakim
merupakan pusat netralitas hukum dan otonomi prinsip-prinsip hukum dan
pertimbangan hukum dari nilai-nilai luar dan tekanan. Kenyataan bagaimana
hakim dipilih dan diangkat ke peradilan federal sering berlawanan dengan
persyaratan netralitas.
BAB III

PENUTUP

1. Kesipulan

Hukum adalah otonom yang independen dari lembaga sosial lainnya


dan membuat aturan yang diterapkan untuk lembaga dan orang-orang yang
terdapat di suatu negara. Sumber otonomi hukum sepert profesi hukum,
pendidikan hukum, pengadilan, peran hokum dalam pembuatan kebijakan
legislatif, dan norma-norma hukum dapat berfungsi baik untuk mendukung
maupun melemahkan otonomi hukum. Otonomi hukum mempunyai hubungan
yang kompleks dalam kehidupan bermasyarakat, akan tetapi hukum otonomi
merupakan bentuk dan kendala yang dibuat oleh persaingan sosial dan
kepentingan politik.
2. Saran
Pembicaraan ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih
sesuai dengan kenyataan dalam kita meninjau dan mempelajari hukum, yaitu
bahwa hukum itu hadir dalam masyarakat karena harus melayani kebutuhan-
kebutuhan tertentu dan harus mengolah bahan-bahan tertentu yang harus ia
terima sebagai suatu kenyataan. Karena hukum itu memberikan pembatasan-
pembatasan yang demikian itu maka institusi hukum itu hanya bisa berjalan
dengan seksama di dalam suatu lingkungan sosial dan politik yang bisa
dikendalikan secara efektif oleh hukum. Oleh karena itu, sekalipun hukum itu
mempunyai otonomi tertentu, tetapi hukum juga harus fungsional dan
menempatkan peranan dari keadilan dalam konteks kehidupan hukum secara
lebih seksama.

DAFTAR PUSTAKA
 Pasamai, Syamsuddin. 2016. Sosiologi dan Sossiologi Hukum. Arus Timur:
Makassar.
 Nawi, Sharuddin. 2014. Pengantar Sosiologi Hukum. CV Fharras Jaya
Grafika: Makassar.
 Syafri Hariansah. 2016. Tipe Hukum Phillipe Nonet Philip Selznick.
http://syafrihariansah.blogspot.com/2014/06/tipe-hukum-philippe-nonet-dan-
philip.html. di akses 17 September 2018
 Sang Komando. 2017. Makalah Peranan Hukum dala Masyarakat.
http://tanjungputat.blogspot.com/2017/03/makalah-peranan-hukum-dalam-
masyarakat.html. di akses 17 Septeber 2018
 Scribd. 2016. Otonomi Hukum.
https://www.scribd.com/document/335143719/Otonomi-Hukum. di akses 17
September 2018
 Wardah Cheche. 2014. Hubungan Hukum dan Kekuasaan.
http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/hubungan-hukum-dan-
kekuasaan.html. di akses 17 September 2018

Anda mungkin juga menyukai