Anda di halaman 1dari 23

PRAKATA

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, thaufiq dan hidayah-
Nya, sehingga pada kesempatan penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
PENGELOLAAN KELAS. Sehingga dengan Makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan kita Semua mengenai mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW, yang telah membawa kia dari zaman jahiliyah menuju zaman terang
benderang yakni agama Islam. Melalui makalah ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rekor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung.
2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
3. Bapak Dr. Sokip, M.Pd.I selaku Dosen Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa arab
Institut Agama Iskam Negeri Tulungagung.
4. Bapak Ahmad Fikri Amrullah, M.Pd.I. sebagai dosen Perencanaan Sistem
Pembelajaran Bahasa Arab yang telah memberikan pengarahan dan koreksi
sehingga makalah dapat terselesaikan.
5. Segenap Bapak/Ibu Dosen IAIN Tulungagung yang telah membimbing dan
memberikan wawasannya sehingga studi ini dapat terselesaikan.
6. Teman-teman khususnya jurusan Pendidikan Bahasa Arab yang telah
memberikan dukungan serta motivasi.

ii
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT. Dan
tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, makalah ini penulis suguhkan kepada segenap
pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi
perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah SWT.

Tulungagung, Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB 1 ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Pengelolaan Kelas .............................................................................................. 3
1. Pengertian Pengelolaan Kelas ........................................................................ 3
2. Tujuan Pengelolaan Kelas .............................................................................. 6
3. Prinsip Pengelolaan Kelas .............................................................................. 8
B. Peran Pendidik dan Peserta didik ..................................................................... 10
1. Peran Pendidik dalam Menciptakan kelas kelas yang Menggairahkan ........ 10
2. Peserta didik ................................................................................................. 14
C. Kaidah Membangun Kelas Yang Menggairahkan ........................................... 15
BAB III ....................................................................................................................... 18
PENUTUP ................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

iv
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perencanaan pembelajaran dalam pendidikan merupakan proses
dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri
sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan
pada dirinya yang memungkinkan ia berfungsi sesuai kompetensinya dalam
kehidupan masyarakat.1 Dilihat dari sudut pengertian dan definisi, dengan
demikian pendidikan itu ialah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat dan pemerinta melalui bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang
berlangsung di sekolah dan luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam
bentuk pembelajaran di mana ada pendidik yang melayani para siswanya dalam
melakukan kegiatan belajar, dan pendidik menilai atau mengukur tingkat
keberhasilan belajar siswa tersebut dengan prosedur yang ditentukan.
Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan, mengacu pada konsep
yang lebih luas dan lintas kultural masyarakat Indonesia yang demikian
majemuknya, maka pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang
matang, mantap, jelas dan lengkap, menyeluruh, rasional, dan obyektif
menjadikan peserta didik menjadi warga Negara yang baik. Keberhasilan
pendidikan banyak ditentukan bagaimana optimalisasi upaya pendidik dalam
merencanakan dan melaksanakan serta mengevaluasi system pengajarannya.
Satu hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas adalah
kesadaran akan fungsi kelas yang sebenarnya, yaitu semua yang ada di kelas
berbicara. Setiap benda dan suasana dalam kelas sesungguhnya memberikan
fungsinya masing-masing, namun demikian optimalisasi fungsi tersebut sangat
tergantung pada kemampuan seorang pendidik dalam menatanya, yakni sebagai
“panggung pertunjukan”. Panggung pertunjukan adalah sebuah istilah yang
dipakai untuk menggambarkan sebuah kondisi yang dibentuk (pengelolaan)

1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005) Cet. II, hlm. 4

1
untuk menampilkan peran semua komponen yang terlibat dalam proses
pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan (skenario) yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Pengelolaan kelas, pada dasarnya merupakan penataan kelas ditata
sedemikian rupa agar mendukung efektifitas dan efisisensi pencapaian tujuan
pembelajaran. Pengelolaan kelas yang tepat, akan mampu meningkatkan
keasadaran, efektifitas daya dengar, partisispasi, umpan balik, linbgkungan
yang nyaman menjadi media dan sumber belajar yang penuh pesan dan pesona.
Lingkunganb yang baik berpengaruh terhadap pembentukan watak peserta
didik kearah yang lebih baik. Sebaliknya lingkungan yang kurang teratur
kurang tertata, kurang bersih, apalagi kalau kurang aman, dapat menyebabkan
menurunyya motivasi belajar peserta didik.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengelolaan Kelas ?
2. Bagaimana Peran Pendidik dan Peserta Didik Dalam Menciptakan Suasana
Kelas Yang Menggairahkan ?
3. Apa Kaidah Membangun Kelas Yang menggairahkan ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengidentifikasi Apa Pengertian Pengelolaan Kelas.
2. Untuk Mengidentifikasi Bagaimana Peran Pendidik dan Peserta Didik
Dalam Menciptakan Suasana Kelas Yang Menggairahkan.
3. Untuk Mengidentifikasi Apa Kaidah Membangun Kelas Yang
menggairahkan.

2
Munir, Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab, (Jakarta: KENCANA, 2017), hlm. 77-78

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awal “pe”
dan akhiran “an”. Istilah lai dari kata pengelolaan adalah “manajemen”.
Manajamen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu
management, yang berarti ketalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Sedangkan kelas adalah di dalam didaktik terkandung suatu pengertian
umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa, yang pada waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.3
Pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar mengajar. Menurut Djamarah dan Zaini:

Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak boleh
ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan
tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efisien dan efektif. Ketika kelas terganggu,
guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang
bagi proses belajar mengajar.4

Pengelolaan merupakan sebuah kegiatan dan pelaksanaannya disebut


mengelola. Orang yang melaksanakannya adalah pengelola, yaitu induvidu
yang menangani tugas-tugas yang bersifat manajerial. Mengkoordinasikan

3
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan SIswa, Sebuah Pendekatan Evaluarif, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1988), Cet. II, hlm. 17
4
Syaiful Bahri dan Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002),
hlm. 174

3
kegiatan yang dilakukan dan memamnfaatkan usaha-usaha kelompok
secara efektif.

Guru dalam pelaksanaan tugas secara professional adalah seorang


pengelola, dalam hal ini pengelola kelas. Tugas ini berhubungan dengan
kegiatan guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran di kelas.
Guru menghadapi sejumlah siswa yang berasal dari lingkungan sosial dan
emosi yang berbeda, karena itu guru diharapkan bisa mengelola kelas
dengan baik dan fektif.

Proses belajar mengajar di kelas, hal yang sangat penting untuk


dilakukan oleh seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan
kondisi belajar mengajar yang baik. Kelas sebagai komunitas sekolah
terkecil dapat mempengaruhi interaksi siswa dan kegiatan pembelajaran
yang pada gilirannya dapat berpengaruh terhadap suasana kelas dan
prestasi belajar siswa. Suasana kelas yang kondusif akan mampu
mengantarkan pada prestasi akademik dan non akademik siswa, maupun
kelasnya secara keseluruhan.

Menurut Hadari Nawawi yang dikutip oleh Djamarah dan Zaini,


mendefinisikan kelas dari dua sudut, yaitu:

a. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat
didinng tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses
belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini
mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokkan
siswa menurut tingkat perkembangganya yang antara lain
didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
b. Kelas dalam arti luas yakni, suatu masyarakat kecil yang merupakan
bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis

4
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif
untuk mencapai suatu tujuan.5

Made Pidarta yang dikutif oleh Djamarah dan Zaini mengatakan,


pengelolaan kelas adalah “proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang
tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas
menciptakan, memperbaiki, dan memelihara system/organisasi kelas.
Sehingga anak didik dapat menfaatkannya.” Sedangkan menurut Sudirman
N dalam Djamarah,“pengelolaan kelas merupakan upaya mendayagunakan
potensi kelas. Karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu
dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Maka agar
memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar,
kelas harus dikelola dengan sebaik-baiknya oleh guru.6

Menurut Hunt yang dikutip Rosyada dalam Zahra mengatakan, ada


delapan langkah yang harus dilakukan guru agar mampu menguasai dan
mengelola kelas dengan baik, yaitu:

1) Persiapan yang cermat


2) Tetap menjaga dan terus mengembangkan rutinitas
3) Bersikap tenang dan penuh percaya diri
4) Bertindak dan bersikap professional
5) Mampu mengenali perilaku yang tidak tepat
6) Menghindari langkah mundur
7) Berkomunikasi dengan orang tua siswa secara efektif
8) Menjaga kemungkinan munculnya masalah.7

5
Ibid, hlm. 176
6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000), hlm. 172
7
Uni Zahra, “Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 87, skripsi, Jakarta:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2010, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/,
diakses 4 Oktober 2019, hlm. 17

5
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari dan bahkan dari
waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hari
ini anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum
tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya,
di masa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Karena itu, kelas
selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental, dan
emosional anak didik.

Pengelolaan kelas sangat berhubungan dengan upaya atau usaha untuk


menyelenggarakan suatu proses belajar mengajar pada suatu tingkat
kelompok tertentu. Hal ini tentunya memberikan suatu pemahaman
tersendiri yang sangat jelas bahwa pengelolaan kelas ditujukan untuk
menyelengarakan proses atau kegiatan belajar mengajar di kelas agar dapat
berlangsung dengan baik dan efektif serta mencapai tujuan yang
diharapkan.

Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan oleh


para ahli di atas, dapat memberi suatu gambaran serta pemahaman yang
jelas bahwa pengelolaan kelas sebagai usaha menyiapkan kondisi yang
optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung
dengan baik. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks
dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat
mencapai pembelajaran yang diterapkan secara efektif dan efisien.

2. Tujuan Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena
adanya tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas dengan baik,
walaupun kadang-kadang kelelahan fisik, maupun pikiran dirasakan. Guru
sadar tanpa pengelolaan kelas yang baik maka akan menghambat proses
belajar mengajar.

6
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas.8
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu dapat
bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien. Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah
apabila:
a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang
terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau
tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu,
artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas
menyelasaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak
yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi
mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja,
maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.9

Tujuan pengelolaan kelas adalah untuk meningkatkan mutu


pembelajaran. Mutu pembelajaran akan tercapai, jika tercapainya tujuan
pembelajaran.

Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan kelas


yang baik akan memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri, yakni:

1) Speed, artinya anak dapat belajar percepatan proses dan progess,


sehingga membutuhkan waktu yang relative singkat.
2) Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana,
mudah dicerna dan situasi kelas kondusif.

8
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini, Strategi…, hlm. 177
9
Suharsimi Arikunto, pengelolaan Kelas dan siswa…, hlm. 68

7
3) Self-Confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa
percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran
dan belajar berprestasi.10

3. Prinsip Pengelolaan Kelas


Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan.
Berbagai faktorlah yang menyebabkan kerumitan itu. Secra umum faktor-
faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan
yaitu, faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa
berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian
siswa dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda
dari yang lainnya secara individual. Perbedaan secara induvidual ini dilihat
dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana
lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokkan siswa, jumlah
siswa di kelas, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas, misalnya
dua puluh orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya,
semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan
kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah
penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip
pengelolaan kelas ini.
a. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru
yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias
pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.

10
Uni Zahra, “Pengelolaan Kelas…, hlm. 19

8
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola
interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya
gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila
penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat.
Kebervariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas
merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya
dapat mencegah kemungkinan munculnya ganguan anak didik serta
menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran
dapat mencegah munculnya ganguan seperti keributan anak didik, tidak
perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainya.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan
pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak
didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif
yaitu, penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik
yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan
kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu
jalannya proses belajar mengajar.
f. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu

9
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru
sendiri hendaknya menjadi teladan dalam pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal
bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.11

B. Peran Pendidik dan Peserta didik


1. Peran Pendidik dalam Menciptakan kelas kelas yang Menggairahkan
Guru yang baik adalah seorang figur yang setidaknya mempunyai dua
jenis komptensi, yaitu pertama, komptensi keilmua, dan kedua, capital
sosial yang kuat. Guru bahasa Arab yang kompeten adalah ia yang
mempunyai kecerdasan yang tinggi, sehingga mampu menguasai materi
pembelajaran secara baik, dapat mengelola kelas secara tepat, dapat
menggunakan metode dan media yang sesuai dengan kondisi peserta didik
dan ruang belajar, dapat menumbuhkan motivasi belajar kepada para
peserta didik dan dapat mengukur kemajuan proses pembelajaran yang
berlangsung. Apapun alasannya, seorang guru bahasa Arab harus memiliki
kecerdasan inteligensia yang tinggi, sebab guru dipandang sebagai orang
dewasa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi dari peserta didiknya,
seperti kurang fashih dalam membaca tulisan Arab, tidak menguasai
gramatika, apalagi bila menulis Arab di papan tulis seperti orang melukis,
maka akibatnya peserta didik akan mempunyai pandangan negatif bahkan
pesimis terhadap keberhasilan proses pembelajaran.12
Selain kecerdasan intelektual, seorang guru bahasa Arab dituntut
memiliki kecerdasan emosional yang baik pula, sebab bahasa Arab bagi
peserta didik non-Arab sering kali dianggap sebagai materi pembelajaran
yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi. Kondisi demikian, menuntut guru
bahasa Arab dapat bersikap sabar, ulet, dan kreatif dalam menyikapinya.
Jika tidak dapat menyikapi secara tepat, tidak mustahil para peserta didik

11
Uni Zahra, “Pengelolaan Kelas…, hlm. 22
12
Munir, Perencanaan Sistem Penajaran…, hlm. 80

10
akan semakin jauh dan tidak tertarik dengan materi bahasa Arab dan
akibatnya, proses pembelajaran akan gagal. Selain dituntut memiliki
kecerdasan yang tinggi, guru bahasa Arab dapat mengelola kelas secara
tepat. Pengelolaan kelas yang tepat adalah pengelolaan yang didasarkan
realitas kelas yang sesungguhnya. Peserta didik merupakan realitas utama
yang harus menjadi dasar pengelolaan kelas. Seorang guru bahasa Arab
yang baik, ia harus mampu mengidentifikasi kondisi peserta didik yang
sesungguhnya. Kondisi yang dimaksud adalah modalitas yang dimiliki,
setting sosial, kemampuan dasar yang dimiliki, dan tingkat kecerdasan
mereka.13
Seorang guru bahasa Arab yang baik, seyogyanya mengetahui berapa
jumlah peserta didik yang memiliki modalitas visual, berapa jumlah anak
yang memiliki modalitas auditorial dan berapa banyak anak yang memiliki
modalitas kinestik. Selanjutnya, ia juga harus mengetahui berapa banyak
peserta didik yang berasal dari keluarga kurang mampu, menengah dan
elite, dari golongan petani/pedesaan, pegawai, pedagang dan seterusnya.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah adalah kemampuan dasar bahasa
Arab yang dimiliki oleh peserta didik, berapa banyak anak yang tergolong
rendah, berapa jumlah anak yang tergolong sedang dan berapa jumlah anak
yang tergolong mempunyai kelemahan dasar tinggi, berapa banyak anak
yang mempunyai kelemahan pada aspek istima’, qiro’ah, kalam, kitabah,
dan seterusnya. Selain itu juga seyogyanya mengetahui perbedaan atau
kelainan fungsi indera peserta didik, misalnya berapa banyak dan siapa saja
di antara mereka yang penglihatannya kurang bagus, atau pendengarannya
kurang, dan sebagainya. Dengan memahami realitas itu , maka ia akan lebih
mudah bagaimana ia mengelola kondisi kelas secara tepat, misalnya anak
yang kurang bagus dalam penglihatan dan pendengarannya harus

13
Ibid

11
ditempatkan di barisan paling depan , memberikan perhatian lebih terhadap
anak yang mempunyai kemampuan dasar rendah dan seterusnya.14
Selain kompetensi seperti tersebut di atas, guru bahasa Arab yang baik,
semestinya memiliki capital sosial yang kuat. kapital sosial15 yang
dimaksud adalah; kemampuan dalam membangun interaksi sosial. Kelas
pembelajaran sesungguhnya merupakan system sosial, yaitu terdiri dari
guru dan para peserta didik yang mempunyai karakteristik berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Namun demikian, perbedaan-perbedaan itu harus
dikelola sedemikian rupa sehingga tidak menjadi faktor penghambat proses
pencapaian tujuan pembelajaran, tetapi justru sebaliknya perbedaan itu
sebisa mungkin menjadi fakto pendukung keberhasilan proses
pembelajaran.
Guru bahasa Arab yang baik, adalah ia yang mampu menyakinkan para
peserta didik dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Ia mampu menyakinkan
para peserta didik, bahwa mereka aman dan nyaman selama mengikuti
proses pembelajaran, mereka akan mendapatkan perlakuan secara adil,
materi yang disampaikan memang bermanfaat bagi kehidupan mereka,
teman-teman mereka merupakan sumber inspirasi dan motivasi belajar. Jika
fungsi ini dapat dijalankan dengan baik, maka para peserta didik akan
mempunyai kepercayaan terhadap kemampuannya dan mereka cenderung
akan menjalankan apa yang diprogamkannya secara sukarela. Jika
kepercayaan itu telah tertanam secara baik di dalam setiap individu peserta
didik, maka tugas selanjutnya adalah membangun system kelas yang
kondusif dalam proses pembelajaran.
Untuk membangun system interaksi yang baik diperlukan organisasi
pendukung yang melibatkan semua komponen kelas yang ada. Selama ini

14
Ibid, hlm. 81
15
Kapital Sosial adalah segala sesuatu yang membahas mengenai hubungan masalah dengan
gagasan utamanya yang merupakan jaringan sosial. Kapital sosial itu merupakan penyebab dari suatu
tindakan individual atau tindakan kolektif yang memungkinkan suatu daya guna dan daya hasil tercapai.
https://ratindiaapriyanti.wordpress.com/2015/12/07/kapital-sosial/. Diakses 06 Oktober 2019.

12
organisasi kelas dibentuk berdasarkan “sistem politik” , yaitu kerangka
kerja yang didasarkan struktur hierarki kekuasaan, misalnya ketua kelas,
sebagai orang yang paling berkuasa di dalam kelas sesudah guru, kemudian
diikuti oleh wakilnya, sekretaris, bendahara, dan eksi-seksi. Nemtuk
struktur seperti ini sering kali mengabaikan fungsi sistem organisasi kelas
yang sesungguhnya, yaitu sebagai organisasi kelas yang mendukung proses
pencapaian tujuan pembelajaran yang sesungguhnya. Bentuk organisasi
kelas seperti di atas mungkin tidak salah, tetapi barangkali lebih baik bila
dasar pengorganisasian tersebut berdasarkan fungsi pembelajaran.
Orientasi organisasi kelas diarahkan pada pendalaman dan penguasaan
keterampilan dan keilmuan.
Guru bahasa Arab seyogyanya mebentuk organisasi kelas yang
didasarkan pada kepentingan pembelajaran bahasa Arab, bukan pada yang
lainnya. Guru bahasa Arab yang benar-benar memanfaatkan hasil
identifikasi peserta didik yang sebelumnya telah dituangkan dalam maping
dokumentasi of students characteristic, organisasi kelas bahasa Arab
disusun berdasarkan realitas tersebut, misalnya memanfaatkan peserta didik
yeng mempunyai kelebihan bidang/aspek keterampilan bahasa Arab yang
dimilikinya sebagai koorditasi/ketua bagian kegiatan bidang tersebut,
peserta didik yang mempunyai kemampuan ekonomi lebih baik dijadikan
bendahara/financial fasilatator dalam pengadaan bahan pembelajaran, dan
seterusnya. Dengan demikian, setiap perbedaan induvidu peserta didik
dapat dimanfaatkan secara positif dan tingkat keterlibatan mereka juga
cukup tinggi, sehingga dapat membantu efektifitas tugas guru bahasa Arab
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung.16

16
Ibid, hlm. 83

13
2. Peserta didik

Kesuksesan dalam pengelolaan kelas tidak akan tercapai bila peserta


didik tidak terlibat didalamnya. Peserta didik adalah manusia yang dapat
berpikir, mempunyai kehendak, berambisi terhadap cita dan rasa yang
menguntungkan, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bila kondisi
tersebut tidak dikelola secara tepat, maka akan terjadi benturan-benturan
diantara mereka, oleh karena itu harus ada solusi yang tepat agar perbedaan
ambisi, cara berpikir, dan karakter mereka tidak merusak suasana kelas.17

Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal tersebut


dan suasana kelas tetap menggairahkan, antara lain:18

a. Menanamkan niat belajar yang kuat

Niat merupakan aspek yang sangat penting bagi seseorang khususnya


peserta didik saat akan melakukan suatu tindakan. Peserta didik
tentunya harus ingat apa niat yang ditanamkan dalam hatinya saat akan
berangkat ke sekolah dan masuk ke dalam kelas, yakni belajar. Bila
peserta didik sudah berhasil menanamkan niat untuk belajar, tentunya ia
dapat mengesampingkan aspek-aspek yang mengganggu dalam proses
pembelajaran.

b. Menyadari manfaat setiap tindakan

Aspek lain yang juga perlu dijaga adalah kesadaran terhadapa akibat
dari setiap tindakan. Untuk menjafa konsistensi prinsip ini dapat
dipermudah dengan cara membuat akronim yang mudah diingat, seperti
kata “AMBAK”, yakni Apa Manfaatnya Bagiku. Bila “AMBAK”
menjadi sumber kesadaran setiap tindakan, maka semua tindakan
perserta didik akan mengarah pada hal-hal yang positif dan berkualitas.

17
Ibid
18
Ibid, hlm. 84

14
c. Menjalin rasa saling pengertian dan saling memiliki

Guna menghindari sifat egois dan acuh tak acuh antar peserta didik,
perlu dipupuk rasa saling pengertian dan jalinan emosional diantara
mereka. Hal tersebut sangat penting untuk mendukung kesadaran
eksistensi masing-masing individu ditengah-tengah masyarakat belajar
lainnya. Jalinan hubungan ini dapat menciptakan lingkungan sosial
kelas kondusif untuk saling mengambil manfaat setiap kelebihan dan
memperbaiki kesalahan masing-masing individu.

d. Yakin akan kemampuan masing-masing dalam mencapai kesuksesan


belajar

Setiap peserta didik tentunya memiliki kemampuan yang berbeda-


beda dalam menangkap pelajaran atau dalam hal lainnya. Yang perlu
digaris bawahi adalah jika peserta didik memiliki keyakinan akan
kesuksesan dalam belajar, maka peserta didik akan turut aktif dalam
proses pembelajaran.

Bila aspek-aspek diatas dapat dikembangkan secara baik, maka suasana


belajar mengajar di kelas akan kondusif serta mendatangkan keriangan,
kegairahan, dan ketakjuban.

C. Kaidah Membangun Kelas Yang Menggairahkan

Kaidah dalam konteks ini adalah landasan komunitas belajar dalam


membangun interaksi selama mengikuti proses pembelajaran dikelas. Kaidah-
kaidah yang dipakai sebagai dasar membangun kelas yang menggairahkan
adalah:19

19
Ibid, hlm. 85

15
a. Kesepakatan kelas
Kesepakatan kelas lebih informal daripada peraturan. Kesepakatan
adalah daftar cara yang sederhana dan konkret untuk melancarkan jalannya
proses pembelajaran, misalnya mendengarkan dengan tenang,
memperhatikan saat orang lain berbicara dan terlibat secara aktif dalam
kegiatan diskusi.
b. Kebijakan kelas
Kebijakan kelas merupakan pengejawantahan tujuan komunitas belajar
kelas. Kebijakan juga menjelaskan urutan tindakan untuk situasi tertentu,
misalnya ketika peserta didik tidak dapat hadir, maka ia harus meminta
tugas yang tidak dapat diikutinya kepada guru yang bersangkutan.
c. Prosedur
Prosedur digunakan untuk memberitahu peserta didik apa yang harus
dilakukan. Prosedur merupakan tradisi yang sesungguhnya merupakan
aktivitas yang dibentuk untuk melati kedisiplinan. Prosedur yang telah
mentradisi akan menjadi rutinitas dan menjadi bagian dari kehidupan
komunitas belajar sehari-hari, misalnya berbaris di depan kelas sebelum
masuk jam belajar, membaca do’a sebelum belajar dan sebagainya.
d. Peraturan
Peraturan lebih ketat dari kesepakatan dan kebijakan. Melanggar
peraturan menimbulkan konsekuensi yang jelas. Misalnya telah ada
kesepakatan bahwa diantara sesama anggota komunitas kelas tidak ada
yang boleh mengejek atau merendahkan orang lain. Ketika ada salah satu
yang melanggar, maka perlu tindakan, akan tetapi tindaka tersebut mungkin
dialakukan secara bertingkat, misalnya pemberian teguran bagi pelanggaran
pertama, bila terjadi yang kedua bisa distrap, bila masih juga dapat
diskorsing dan seterusnya.
Kaidah-kaidah tersebut dipakai sebagai dasar membangun kelas yang
menggairahkan dan dijadikan pedoman setiap anggota komunitas belajar di

16
kelas. Agar semua kaidah-kaidah tersebut dapat dipahami oleh komunitas
belajar kelas, maka perlu waktu untuk menjelaskannya.
Berikut contoh cara mengembangkan peraturan dan konsekuensi yang
berlaku bagi masyarakat di kelas:20
1. Mengadakan pertemuan kelas untuk mendiskusikan peraturan yang
ditetapkan.
2. Bagikan kertas dan minta sekuruh peserta didik untuk menuliskan tiga
sampai lima poin peraturan yang harus disepakati oleh semua komunitas
kelas
3. Susun daftar semua usulan peraturan di papan tulis
4. Ajak semuanya untuk menyusun prioritas, atau membuang yang tidak
perlu
5. Adakan konsultasi dan konsolidasi untuk mendukung penerapannya
6. Bagikan hasil keputusa kepada semua anggota komunitas kelas
7. Minta semuanya menyatakan secara tertulis akan persetujuannya
8. Bagikan daftar peraturan berikut konsekuensinya kepada seluruh
komunitas belajar di kelas.

Bagi guru bahasa Arab dapat menyusun kesepakatan, kebijakan,


prosedur, dan peraturan yang lebih spesifik dari contoh di atas. Ia dapat
menyusun kesepakatan dalam konteks proses pembelajaran bahasa arab,
menyusun prosedur yang lebih bersifat konstruktif dan kondusif dalam
upaya kelancaran proses pembelajaran dan membuat peraturan
dalamkonteks untuk menjaga kenyamanan dan kegairahan dalm proses
pembelajaran bahasa Arab di kelas.

20
Ibid, hlm. 86

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan kelas adalah sebagai usaha menyiapkan kondisi yang
optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan
baik. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks dan seorang
guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai pembelajaran yang
diterapkan secara efektif dan efisien.
Peran Guru bahasa Arab dalam pengelolaan yang baik, adalah ia yang
mampu menyakinkan para peserta didik dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Ia mampu menyakinkan para peserta didik, bahwa mereka aman dan nyaman
selama mengikuti proses pembelajaran, mereka akan mendapatkan perlakuan
secara adil, materi yang disampaikan memang bermanfaat bagi kehidupan
mereka, teman-teman mereka merupakan sumber inspirasi dan motivasi
belajar. Sedangkan kesuksesan dalam pengelolaan kelas tidak akan tercapai bila
peserta didik tidak terlibat didalamnya. Peserta didik adalah manusia yang
dapat berpikir, mempunyai kehendak, berambisi terhadap cita dan rasa yang
menguntungkan, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bila kondisi
tersebut tidak dikelola secara tepat, maka akan terjadi benturan-benturan
diantara mereka, oleh karena itu harus ada solusi yang tepat agar perbedaan
ambisi, cara berpikir, dan karakter mereka tidak merusak suasana kelas.
Kaidah-kaidah yang dipakai sebagai dasar membangun kelas yang
menggairahkan adalah; 1) Kesepakatan Kelas, 2) Kebijakan kelas, 3) Prosedur
Kelas, dan 4) Peraturan kelas untuk mencapai pengelolaan kelas yang baik.
B. Saran
Demikian makalah dari kami semoga dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan kita semua. Adapun saran yang ingin disampaikan adalah:
1. Kepada para pendidik harus mampu mengelola kelas dengan baik sehingga
proses pembelajaran khususnya bahasa Arab dapat berjalan dengan lancar

18
2. Kepara para pembaca/ calon guru semoga bisa mengambil pengalaman dari
makalah ini mengenai pengelolaan kelas dalam pembelajaran bahasa Arab.
3. Apabila ada kritik dan saran, silakan sampaikan langsung kepada kami.
Karena ktitik dan saran dari pembaca tentu sangat dibutuhkan untuk bahan
intropeksi. Sehingga di masa yang mendatang, kami dapat menyusun
makalah yang lebih baik lagi. Dan jika ada kesalahan mohon domaafkan,
karena kami hanyalah hamba Allah SWT yang tidak luput dari khilaf dan
lupa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1988, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan


Evaluatif, Jakarta: CV. Rajawali

Djamarah, Syaiful Bahri, 2000, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri & Zaini, Aswan, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PT Rineka Cipta.

Munir, 2017 Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab, Jakarta: KENCANA.

Sagala, Syaiful, 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.


Zahra, Uni, 2010 “Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 87,
skripsi, Jakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,
2010, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/, diakses 4 Oktober 2019.

20

Anda mungkin juga menyukai