Abstract
Abstract: The development of a historic and aesthetic region such as Kotagede need controlling and managing in order not to
degrade its regional image. One of the efforts to maintain the region is that planning the conservation of old bulidings in the
form of blocks or zoning. The method used in plaaning the zone is called evaluative method. The result of the evaluation will
be the base of directing the development at Kotagede. Therefore, the space utilization and land use would be optimal. This will
suit with the the function of sustainable environment. The result of the research showed that Kotagede has undergone changes
so that it replaces the originality of Kotagede. The formulated concept was blocks which include land use, land parcels, building
infrastructures, environments, as well as the elements supporting the buildings.
Keywor ds
eywords
ds: spatial planning, blocks, building constructions, preservation, Kotagede
Abstrak
Abstrak: Perkembangan kawasan yang bernilai historis dan estetis seperti Kawasan Kotagede perlu dikontrol dan dikendalikan
agar tidak menurunkan citra kawasan. Salah satu upaya mempertahankan kawasan adalah rencana penataan pengaturan konservasi
bangunan kuno yangdituangkan dalam bentuk penataan blok atau zoning.Metode yang digunakan dalam perencanaan adalah
metode evaluatif. Hasil dari evaluasi menjadi dasar untuk melakukan arahan bagi pengembangan di Kotagede, sehingga pemanfaatan
ruang dan penggunaan tanah dapat dioptimalkan sesuai dengan fungsi kawasan dan keberlanjutan lingkungan.Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa Kotagede telah mengalami banyak perubahan yang mengakibatkan pudarnya karakter asli Kotagede. Konsep
yang dirumuskan meliputi blok yang berkaitan dengan penggunaan tanah, perpetakan tanah, infrastruktur bangunan dan lingkungan,
dan unsur penunjang bangunan.
Kata kunci
kunci: perencanaan tata ruang, blok, bangunan, preservasi, Kotagede
Pemerintah dan pihak swasta seringkali menjadi ibukota Kerajaan Mataram Islam. Nilai
memandang konservasi sebagai hal yang mewah sejarah dan budaya yang tumbuh pada abad 16
dan tidak dapat dipenuhi dari segi biaya, waktu dan memberikan nilai pada bangunan-bangunan di
energi. Amat disayangkan ketika terdapat permo- kawasan Kotagede berupa karakteristik jawa kuno
honan dari pihak swasta yang tujuan utamanya yang terpengaruh dari Kerajaan Mataram. Kotagede
adalah finansial mengajukan untuk membongkar selain sebagai ibukota juga merupakan pusat
kawasan bersejarah dan pemerintah menyetujui perdagangan pada masa itu dan menjadi tempat
begitu saja, kondisi seperti ini sering disebut sebagai tinggal orang-orang kaya karena usaha perda-
“bunuh diri arsitektur”. Pemicu utamanya adalah gangannya yang maju dan dilengkapi dengan mas-
tekanan pembangunan ekonomi cukup kuat, jid yang dikenal dengan Masjid Mataram Kotagede.
adanya tokoh pemerintah/pengambil keputusan Kotagede tidak berubah menjadi desa agraris
terobsesi pada modernisasi dimana mereka me- walaupun sudah tidak menjadi ibukota Mataram.
mandang konservasi hanyalah sebagai penghambat Sifat kekotaannya tetap terpelihara, yaitu kehi-
perkembangan kota, dan kurangnya payung dupan ekonominya tetap bersifat non-agraris
hukum mengenai konservasi12. Dalam perjalanan- seperti kerajinan, pertukangan, perdagangan dan
nya konservasi sering mengalami kendala dalam usaha-usaha sejenisnya yang dahulu menjadi
hal pendanaan yang terbatas, pandangan terhadap bagian dari kehidupan istana hidup terus menjadi
bangunan yang hanya memperhitungkan analisis profesi-profesi bebas sehingga fungsi politik
biaya manfaat (cost benef it analysis) tanpa meng- Kotagede berubah menjadi fungsi pasar (Djoko
hargai arsitek dan pentingnya sejarah menjadi Soekiman, 1993).
kendala utama dalam konservasi. Bekas-bekas yang menunjukan bahwa Kotagede
pernah menjadi tempat kerajaan, sekarang hanya
C. Kawasan PreservasiKotagede berupa masjid beserta makam pendiri Mataram,
Kota Yogyakarta termasuk dalam Kota Orde I beberapa reruntuhan bekas bangunan benteng
yang merupakan ibukota dari Daerah Istimewa kerajaan, nama-nama kampung, bentuk-bentuk
Yogyakarta. Kota Yogyakarta memiliki peran rumah, dan mata pencaharian penduduk berupa
sebagai kota pariwisata karena memiliki nilai industri kecil kerajinan tradisional. Bangunan-
historis dan estetis yang tinggi. Secara fisik (estetis) bangunan yang menunjukkan ciri khas Kotagede
maupun sejarah budaya (historis), banyak kawasan sebagian besar berada di sepanjang Koridor Jalan
yang perlu dilakukan preservasi untuk menjaga Kemasan – Jalan Mandarakan – Jalan Tegal Gendu.
nilai-nilai tersebut. Salah satu kawasan di Kota Sepanjang koridor jalan tersebutlah yang paling
Yogyakarta yang perlu dilakukan preservasi adalah diingat oleh masyarakat dan orang yang datang ke
Kawasan Kotagede.Kotagede merupakan salah satu Kotagede sejak jaman dahulu sampai sekarang baik
kecamatan di Kota Yogyakarta yang awalnya adalah dalam hal bangunan kuno, kerajinan perak tradi-
sebuah kota lama dari abad ke-16 yang pernah sional maupun perdagangan yang mendominasi
koridor jalan tersebut. Namun seiring dengan
12
perkembangan jaman, bangunan-bangunan yang
Payung hukum konservasi baru terbit dalam bentuk
Undang-undang tentang Benda Cagar Budaya pada bulan terdapat di sepanjang koridor tersebut kini telah
Maret 1992.Sementara peraturan turunan dan teknisnya berubah menjadi bangunan-bangunan baru yang
tergantung pada Pemerintah Daerah dalam bentuk tidak lagi menunjukan nilai historis, terutama
penetapan zonasi.Kelemahan dari payung hukum ini
setelah terjadi gempa tahun 2006 yang merobohkan
adalah belum semua Pemerintah daerah menetapkan
zonasi bagi kawasan konservasi. sebagian besar bangunan kuno di Kotagede.
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 89
Perkembangan kawasan yang bernilai historis tata ruang13 yang ada di wilayah studi. Penggunaan
dan estetis seperti Kawasan Kotagede khususnya tanah eksisting pada kawasan Kotagede berupa
Koridor Jalan Kemasan – Jalan Mandarakan – Jalan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan
Tegal Gendu perlu dikontrol dan dikendalikan agar dan perkantoran, kesehatan, pendidikan, industri
tidak menurunkan citra kawasan. Oleh karena itu dan pergudangan serta ruang terbuka hijau dan
diperlukan suatu rencana penataan yang mengatur lapangan voli. Fasilitas pendidikan di kawasan
konservasi bangunan kuno yang ada di Koridor Kotagede berupa SLTP Perak, SDN Kotagede dan
Jalan Kemasan – Jalan Mandarakan – Jalan Tegal TK Muhamadiyah. Pemerintahan dan perkantoran
Gendu. Dalam hal ini, rencana penataan tersebut di Jalan Kemasan berupa kantor pos, Pegadaian,
dituangkan dengan bentuk penataan blok atau balai kelurahan dan Koramil. Penggunaan tanah
zoning. Selain itu, penataan zoning juga diperlukan berupa perdagangan berupa toko penjual kerajinan
untuk mengembalikan ciri khas kawasan Kotagede perak, swalayan, warung yang menjual makanan
khususnya Koridor Jalan Kemasan – Jalan Manda- dan kebutuhan sehari-hari. Penggunaan tanah
rakan – Jalan Tegal Gendu sebagai pusat perda- untuk jasa berupa wartel, salon, warnet, bengkel,
gangan dan kerajinan perak. Penyelarasan antara fotokopi dan penitipan sepeda. Untuk Penggunaan
ciri khas kawasan berupa perdagangan dan kera- tanah berupa kesehatan terdiri dari rumah sakit dan
jinan perak dengan bangunan kuno sebagai ciri puskesmas.Data mengenai penggunaan tanah di
khas Kotagede juga perlu dilakukan. Adapun tujuan Kotagede dapat disajikan pada tabel 2.
dari penataan zoning adalah untuk menciptakan
Tabel 2.Eksisting Penggunaan Tanah di Kawasan
suatu tata ruang kota yang memiliki nilai ketera-
Kotagede
turan dan keharmonisan struktur kota antara satu
Penggunaan Tanah Luas (m2)
elemen dengan elemen pembentuk ruang lainnya Permukiman 54.610,03
di masing-masing koridor jalan dan lingkungan Perdagangan 45.615,91
yang direncanakan.Gambar 1 menunjukkan lokasi Jasa 8.385,97
Pemerintahan dan perkantoran 2.987,75
wilayah studi dengan pembagian Koridor Jalan Kesehatan 7.703,53
Kemasan – Jalan Mandarakan – Jalan Tegal Gendu Pendidikan 16.812,08
sebagai daerah yang diteliti. Industri dan Pergudangan 4.139,19
Peribadatan 2.472,24
RTH 7.843,86
Jumlah 150.570,59
13
Yunus (2005): Konsep dan pendekatan mengenai
struktur tata ruang memiiki model dan konsep yang bera-
gam, berbagai model tersebut menekankan adanya
hubungan yang erat antara proses sosial, ekonomi, budaya
dan pola keruangan yang tercipta. Berbagai faktor yang
Gambar 1. Wilayah Studi (Kawasan Kotagede) berperan menghasilkan pola persebaran penggunan tanah
Sumber: Citra GeoEye, 2014 dan Survei sehingga menciptakan kekhasan suatu pola keruangan
Lapangan, 2015 kota. Secara garis besar pendekatan tersebut meliputi:
pendekatan ekologikal, pendekatan ekonomi, pendekatan
Tata guna tanah merupakan pola penggunaan morfologi, pendekatan sistem kegiatan dan pendekatan
tanah yang berfungsi untuk mengetahui struktur ekologi faktorial.
90 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015
untuk mempertahankannya adalah dengan mela- - mengganti setiap elemen yang diganti
kukan rencana blok (zoning). Zoning ini disesu- dengan menghilangkan tambahan atau
aikan dengan kajian penilaian makna bangunan mengganti komponen dengan meterial baru
yang kemudian disesuaikan dengan arahan tetapi dengan bentuk sesuai aslinya
perkembangan kawasan, sehingga kemudian - meningkatkan kondisi bangunan tersebut,
ditetapkan arahan preservasi bangunan yang sesuai. boleh diubah bentuk dan wajah dalamnya,
Adapun pembagian blok perpetakan preservasi tetapi harus disesuaikan dengan pola tampak
bangunan kawasan dibagi menjadi beberapa bagian bangunan dan lingkungan
dengan masing-masing cirinya, sebagai berikut: 5. Adaptasi
1. Preservasi - untuk bangunan yang baru dibangun, maka
- perubahan sangat kecil, hanya memerlukan bentuk dan jenis harus sama pada bangunan
perawatan berkala pada bangunan seperti yang baru dibangun
pengecatan kembali dan pemeliharaan - ketinggian bangunan harus disesuaikan
- apabila kondisi fisik lingkungan buruk dapat dengan bangunan di sampingnya
dilakukan perbaikan, namun harus sesuai 6. Bangunan baru
dengan kondisi aslinya - apabila terdapat bangunan baru, maka
- melibatkan masyarakat dalam pemugaran bangunan tersebut harus disesuaikan
dan pelestarian lingkungan dengan bangunan lama yang sudah ada
2. Rehabilitasi (renovasi) - bangunan baru tidak dianjurkan melebihi
- perlunya menjaga bentuk asli bangunan dan KLB dari kebijakan yang sudah ada sebelum-
menyesuaikan kegunaannya untuk masa nya
yang akan datang - adanya keharmonisan bangunan dalam hal
- perbaikan pada setiap elemen bangunan ukuran, skala, bentuk, hingga material dan
yang rusak dan perlunya perawatan berkala detil bangunan baru dengan bangunan lama
- menambah elemen bangunan Indische pada - untuk konstruksi baru, elemen bangunan
kawasan seperti ukuran, bentuk, desain, proporsi, dan
- memberikan keringanan PBB, subsidi, peletakan jalan depan, jendela, dan pintu
pinjaman. depan harus disesuaikan dengan bangunan
3. Rekonstruksi asli
- dimungkinkan adanya adaptasi namun tidak Untuk lebih jelasnya mengenai arahan blok
mengurangi unsur-unsur keaslian elemen perpetakan untuk arahan preservasi kawasan
fisik lingkungan Kotagede dapat dilihat pada Gambar 5.
- adanya perbaikan dan mengembalikan
kondisi bangunan sedekat mungkin dengan
aslinya yang diketahui dan penrubahan in-
terior untuk menampung penggunaan baru
- mengembalikan struktur bangunan yang
rusak dengan menggunakan bahan
bangunan yang baru seperti cat warna atau
bahan lainnya yang bentuknya sesuai dengan
bangunan aslinya
4. Restorasi
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 95
(melalui proses perencanaan dan perancangan)
merupakan suatu usaha untuk menciptakan
lingkungan fisik kota yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan f isik spasial maupun perkem-
bangan non-f isik (sosial-budaya, ekonomi, dan
politik). Produk perancangan kota harus dapat
berfungsi sebagai arahan kebijaksanaan perkem-
bangan, pedoman rancang bangun elemen kota,
serta sebagai pranata pengendali yang sesuai
Gambar 5. Blok Perpetakan untuk Arahan dengan konteks perkembangan kawasan kota. Ran-
Preservasi Kawasan Kotagede. Sumber : Survei cangan kota sebagai pranata pengendali kawasan
Lapangan dan Analisis Data, 2015 kota, dituntut sebagai bentuk pengendali yang
bersifat operasional dan spesif ik sesuai dengan
E. Konsep Zoning dalam Penatagunaan karakteristik tiap kawasan atau bagian wilayah kota.
Tanah Penatagunaan tanah sebagai bagian dari mana-
Kota dapat dipandang sebagai man-made object jemen pertanahan (land manajemen) merupakan
as total architecture, berupa konsentrasi elemen- sub sistem dari penataan ruang. Istilah penata-
elemen f isik spasial yang selalu tumbuh dan gunaan tanah diartikan sebagai usaha untuk
berkembang (Rossi 1982). Elemen-elemen f isik menata penggunaan tanah. Penatagunaan tanah
tersebut terbentuk karena adanya fungsi-fungsi adalah bentuk kegiatan dari tataguna tanah yang
kegiatan yang berlangsung dalam suatu kota, yang merupakan bagian dari proses pemanfaatan ruang
meliputi aktif itas ekonomi, sosial dalam suatu dalam rangka penataan ruang. Sesuai dengan UU
kesatuan tingkah laku kultural dan ritual masya- 26 Tahun 2007 Pasal 33 yang berbunyi :
rakat. 1) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang
Perkembangan kota yang sedemikian pesat yang ditetapkan dalam rencana tata ruang
semakin dirasakan bahwa beban daya dukung dilaksanakan dengan mengembangkan penata-
perkotaan akan fungsi dan aktivitas manusia di gunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan
perkotaan semakin berat. Karena akumulasi aktif i- udara, dan penatagunaan sumber daya alam
tas yang semakin tinggi di pusat kota, menga- lain.
kibatkan semakin tingginya aksesibilitas, serta 2) Dalam rangka pengembangan penatagunaan
terasa bangunan semakin tinggi sehingga apabila sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diseleng-
fenomena seperti ini tidak diantisipasi akan mem- garakan kegiatan penyusunan dan penetapan
berikan dampak negatif pada kualitas fisik ling- neraca penatagunaan tanah, neraca penata-
kungan binaan secara umum, baik yang menyang- gunaan sumber daya air, neraca penatagunaan
kut kehidupan alam, f isik arsitektural, maupun udara, dan neraca penatagunaan sumber daya
aspek kehidupan sosial-budaya masyarakat kota. alam lain.
Oleh sebab itu, dalam pengelolaan lingkungan fisik 3) Penatagunaan tanah pada ruang yang diren-
kota perlu dilakukan pendekatan yang terpadu, canakan untuk pembangunan prasarana dan
yakni pendekatan perancangan kota dengan mem- sarana bagi kepentingan umum memberikan
perhatikan seluruh aspek fisik dan non fisik kehi- hak prioritas pertama bagi Pemerintah dan
dupan kota. pemerintah daerah untuk menerima pengalihan
Pengembangan kota melalui proses formal hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah.
96 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015
4) Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang Tata guna tanah dalam perancangan kota tidak
berfungsi lindung, diberikan prioritas pertama hanya mengatur pemanfaatan ruang kota (tanah)
bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk secara horizontal, tetapi juga mengatur peman-
menerima pengalihan hak atas tanah dari faatan ruang secara vertikal, agar pemanfaatan
pemegang hak atas tanah jika yang bersang- ruang kota dapat optimal dan terkendali. Karena
kutan akan melepaskan haknya. pada prinsipnya perancangan kota adalah meru-
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatagunaan pakan perancangan fisik ruang atau lingkungan
tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, kawasan kota, yang di dalamnya memuat pranata
dan penatagunaan sumber daya alam lainnya pengendaliannya. Sehingga aspek pengendalian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perancangan kota (urban design) merupakan
dengan peraturan pemerintah. suatu keharusan yang menjamin terwujudnya
6) Walaupun penatagunaan tanah disebutkan rancangan suatu kawasan.
sebagai bagian dari proses kedua dari penataan Rencana tata guna tanah yang merupakan
ruang, yaitu proses pemanfaatan ruang, akan arahan penggunaan ruang kota, di dalamnya diten-
tetapi prakteknya tidak terlepas dari proses ke tukan penggunaan (fungsi) ruang kota, kepadatan,
satu (perencanaan tata ruang) dan proses ketiga dan intensitas kategori penggunaan, dengan kata
(pengendalian pemanfaatan ruang). lain rencana tata guna tanah berkaitan dengan zon-
Perencanaan tataguna tanah merupakan inti ing atau mintakat suatu kawasan kota.
praktek perencanaan perkotaan. Sesuai dengan Pengertian Zoning (pendaerahan/mintakat)
kedudukannya dalam perencanaan fungsional, berasal dari kata zone yang berarti bagian dari suatu
perencanaan tata guna tanah merupakan kunci daerah atau wilayah yang terpisah dari wilayah lain
untuk mengarahkan pembangunan kota. Oleh yang didasarkan atas macam penggunaan atau
karena adanya berbagai asumsi-asumsi mengenai peruntukan tanah. Penggunaan Zoning dalam
pengembangan tata guna tanah yang tidak sama perencanaan kota dimaksudkan sebagai peraturan
maka sering timbul masalah-masalah yang ber- yang sah dalam penggunaan tanah sebagai pene-
kaitan dengan penggunaan tanah itu sendiri. Per- rapan dari usaha memelihara ketertiban guna
soalan yang sering timbul adalahmengenai hak melindungi masyarakat serta menjaga kebutuhan
milik pribadi dan tidak adanya kesepakatan peng- kehidupan di perkotaan. Peraturan Zoning juga me-
gunaan tanah bagi kepentingan umum. muat ketentuan-ketentuan untuk penggunaan,
Perencanaan guna tanah sebenarnya merupa- kepemilikan, dan penentuan batas-batas cakupan
kan pokok masalah perencanaan kota (urban plan- bangunan di dalam ruang kota (lahan kota). Peren-
ning), sesuai dengan kedudukannya sebagai peren- canaan Zoning dibuat melalui suatu studi yang
canaan fungsional yang berfungsi sebagai pengarah mendalam dan komperehensif dari aspek-aspek
pembangunan kota. Aspek-aspek yang menen- yang terkaitdengan ketentuan perencanaan,
tukan perencanaan guna tanah adalah unsur-unsur kemudian secara hukum disahkan oleh pemerintah
aktif itas, manusia atau masyarakat, dan lokasi. dalam bentuk peraturan-peraturan Zoning, yang
Rencana guna tanah menyangkut kebijaksanaan- berfungsi sebagai perangkat pengendali perkem-
kebijaksanaan pengembangan, pedoman atau bangan pemanfaatan ruang kota. Sebagai perang-
aturan pemanfaatan yang tertuang dalam peta-peta kat pengendali, seringkali dalam praktek di
rencana penggunaan ruang kota baik secara umum lapangan ada benturan antara peraturan Zoning
maupun terperinci, dengan penetapan penggunaan yang ada dengan implementasi fisik di lapangan,
ruang pada suatu wilayah tertentu. sehingga dalam pelaksanaan peraturan Zoning
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 97
harus selalu dilakukan pengawasan. Meskipun F. Kesimpulan
peraturan Zoning sudah memiliki kekuatan hukum Desakan pertumbuhan dan perpindahan
yang mengikat, dengan pertimbangan tertentu penduduk di Kota, pertumbuhan ekonomi dan
masih dimungkinkan adanya perubahan dalam pemenuhan kebutuhan sarana prasarana f isik
Zoning(Catanese 1989). didaerah kota tentunya berdampak pada kebu-
Pertimbangan perubahan tata guna tanah ter- tuhan akan tanah dan ruang yang semakin hari
sebut dapat disebabkan karena situasi lingkungan harganya semakin mahal dan ketersediaanya
alam, kondisi lingkungan binaan yang ada, atau semakin terbatas. Kompleksitas permasalahan ber-
karena kebutuhan yang belum jelas pada saat bagai kepentingan dan kebutuhan dengan keter-
peraturan Zoning ditetapkan. Perubahan tersebut sediaan tanah seringkali berdampak buruk terha-
dapat juga dikarenakan pertimbangan batas-batas dap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
Zoning tidak dapat menyelesaikan permasalahan rencana tata ruang yang telah ditetapkan sehingga
kebutuhan dan kebebasan ruang gerak bagi pemi- ruang yang ada menjadi tidak teratur, tidak sesuai
kiran baru atas kemajuan teknologi. Untuk menye- dan dikhawatirkan terjadi ketidaksinambungan
suaikan dengan perkembangan, ketentuan menge- yang akhirnya berujung pada timbulnya bencana
nai tata guna tanah dievaluasi setiap 5 tahun untuk serta slum area di daerah kota.
lebih menyesuaikan dengan perkembangan kota. Zonasi sebagai kontrol terhadap pemanfaatan
Perlu diperhatikan bahwa perubahan ketentuan ruang dan penggunaan tanah tentunya menjadi
Zoning harus melalui prosedur formal, dengan bagian penting dalam sebuah pengendalian
pertimbangan-pertimbangan antara lain(Catanese perencanaan tata ruang.Konsep ini dapat diterap-
1989): kan sebagai pengendali perencanaan ruang apabila
a. Tidak merugikan masyarakat banyak dituangkan dalam wujud peraturan yang mengikat
b. Merupakan tuntutan kebutuhan masyarakat sehingga penggunaan tanah dan pemanfaatan
yang sangat mendesak ruang yang menyimpang dapat diminimalisisr dan
c. Untuk melindungi lingkungan yang harus diles- dicegah. Kotagede sebagai kawasan preservasi
tarikan budaya yang menyimpan nilai sejarah, nilai ekono-
d. Pada dasarnya tidak bertentangan dengan ren- mi dan nilai budaya yang tak ternilai harganya
cana induk yang telah disahkan tentunya membutuhkan penanganan khusus
Zoning sebagai produk perencanaan kota harus untuk perlindungan kawasan ini.Zoning yang
mampu berperan sebagai pengendali (guidelines) dilakukan pada kawasan preservasi Kotagede
perkembangan kota. Hamid Shirvani (1985) merupakan guideline (pedoman) untuk mengen-
mengemukakan guidelines dibuat untuk mengatasi dalikan terjadinya desain dan konstruksi baru yang
perkembangan rencana yang ada, yang ditujukan tidak sesuai dan merusak karakter bangunan atau
untuk mengarahkan bentuk fisik kota. Guidelines lingkungan lama. Pedoman dapat berupa pengen-
sifatnya spesifik dan lebih menjamin kualitas ruang dalian terhadap ketinggian bangunan, bahan, set
kota skala mikro. Hingga saat ini belum ada keten- back, proporsi, gaya arsitektur, atau perpetakan
tuan baku tentang pembuatan guidelines, namun lahan. Zoning pada kawasan preservasi Kotagede
dengan melihat lingkup skala mikro, maka guide- dapat diberlakukan dengan batasan-batasan tam-
lines merupakan kerangka desain pada tingkat bahan secara khusus berkaitan dengan penggunaan
distrik, jalan, dan pada skala proyek tertentu. dan konstruksi baru yang diijinkan. Beberapa keun-
tungan melalui zoning dalam tujuan preservasi
kawasan Kotagede adalah untuk memperkaya
98 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015
hasrat kontinuitas, yang berarti memberi kaitan Kostof, Spiro 1991, The city shaped: urban patterns
dengan masa lalu serta memberi pilihan untuk ting- and meanings through history, Little, Brown
gal dan bekerja di samping lingkungan modern. and Company.
Zoning yang telah ditetapkan juga bermanfaat Rossi, Aldo 1982, Architecture of thecity, The MIT
Press, London: England
untuk mewariskan arsitektur dan sebagai aset ko-
Rupprecht D. Christoph, Byrne, J2014, ‘Informal ur-
mersial dalam kegiatan wisata khususnya di ka-
ban greenspace; a typology and trilingual syste-
wasan Kotagede. matic review of its role for urban residents and
trends in the literature’, Journal of Urban Fo-
restry and Urban Grenning, Vol 13, Pages 597-611.
Daftar Pustaka
Sadyohutomo, Multono2008, Manajemen kota dan
Bradstock Ross 2014, ‘Countervailing effects of ur- wilayah realita dan tantangan, Bhumi Aksara.
banization and vegetation extent on fire fre- Shackleton Chema, Chinymba, A 2015, ‘Multiple
quency on the wildland urban interface: dis- benefit and values of tress in urban lanscapes
entangling fuel and ignition effects’, Journal in two towns in Northern South Africa’, Jour-
of Landscape and Urban Planning, Elsevier, nal of Landscape and Urban Planning, Elsevier,
Vol. 130, Pages 81–88. Vol. 136, Pages 76 – 86.
Bintarto, R1977, Pengantar geograf i kota, Shirvani, Hamid, 1985, The urban design process,
Yogyakarta, U.P. Spring. Van Nostrand Reinhold Company: New York.
Budiharjo, Eko 1997, Tata ruang perkotaan, Alumni: Yunus, H.S. 2001, Struktur tata ruang kota, Pustaka
Bandung. Pelajar.
Cadwallader, M.T 1985, Analytical urban geogra- Yunus, H.S. 2005, Manajemen kota perpektif spasial,
phy; spatial pattern and theories, New Jersey: Pustaka Pelajar.
Prentice Hall.
Catanese, Anthony, J 1989, Perencanaan kota, Peraturan Perundang-undangan:
Jakarta: Erlangga. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Citra GeoEye 2014, Kawasan kotagede, Yogyakarta. Tata Ruang.
Ding Chengri, Kung Lai Shih, Wang Ming- Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Shen2012, ‘Global urbanization and urban Cagar Budaya.
management’, Journal of Urban Management, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 ten-
Vol. 1, No. 1, pages 1 – 2. tang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Djoko Soekiman1993, Kotagede, Jakarta: Departe- Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
men Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Higano, Y2013, ‘Reflections on theories of social op- Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
timization and theirrelevance for future city Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang
management in Japan’, Journal of Urban Man- Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan
agement, Vol. 2, No. 1, pages 67 – 83. Ruang.