Anda di halaman 1dari 15

PENGATURAN ZONING SEBAGAI PENGENDALI PEMANFAATAN RUANG

(Studi Kasus Kawasan Preservasi Budaya Kotagede)


Ayu Wahyuningtyas1, Westi Utami2

Abstract
Abstract: The development of a historic and aesthetic region such as Kotagede need controlling and managing in order not to
degrade its regional image. One of the efforts to maintain the region is that planning the conservation of old bulidings in the
form of blocks or zoning. The method used in plaaning the zone is called evaluative method. The result of the evaluation will
be the base of directing the development at Kotagede. Therefore, the space utilization and land use would be optimal. This will
suit with the the function of sustainable environment. The result of the research showed that Kotagede has undergone changes
so that it replaces the originality of Kotagede. The formulated concept was blocks which include land use, land parcels, building
infrastructures, environments, as well as the elements supporting the buildings.
Keywor ds
eywords
ds: spatial planning, blocks, building constructions, preservation, Kotagede

Abstrak
Abstrak: Perkembangan kawasan yang bernilai historis dan estetis seperti Kawasan Kotagede perlu dikontrol dan dikendalikan
agar tidak menurunkan citra kawasan. Salah satu upaya mempertahankan kawasan adalah rencana penataan pengaturan konservasi
bangunan kuno yangdituangkan dalam bentuk penataan blok atau zoning.Metode yang digunakan dalam perencanaan adalah
metode evaluatif. Hasil dari evaluasi menjadi dasar untuk melakukan arahan bagi pengembangan di Kotagede, sehingga pemanfaatan
ruang dan penggunaan tanah dapat dioptimalkan sesuai dengan fungsi kawasan dan keberlanjutan lingkungan.Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa Kotagede telah mengalami banyak perubahan yang mengakibatkan pudarnya karakter asli Kotagede. Konsep
yang dirumuskan meliputi blok yang berkaitan dengan penggunaan tanah, perpetakan tanah, infrastruktur bangunan dan lingkungan,
dan unsur penunjang bangunan.
Kata kunci
kunci: perencanaan tata ruang, blok, bangunan, preservasi, Kotagede

A. Pendahuluan membutuhkan ruang atau dalam hal ini “tanah”


Pertumbuhan dan pertambahan penduduk3 yang semakin hari semakin terbatas keterse-
yang pesat khususnya di daerah kota4, kegiatan diaannya. Bertambahnya kegiatan penduduk di
perekonomian yang melesat cepat tentunya kota yang dipicu oleh dua hal tersebut di atas
mengakibatkan meningkatnya frekuensi kegiatan
1
penduduk, sehingga konsekuensi keruangan yaitu
Penulis adalah Praktisi Bidang Perencanaan
Wilayah, Alumni Magister Manajemen Bencana UGM. tuntutan akan ruang untuk mengakomodasi sarana
email: a.wahyuningtyas@gmail.com atau struktur fisik semakin bertambah. Berbagai
2
Penulis asisten dosen Sekolah Tinggi Pertanahan benturan kepentingan seperti kepentingan
Nasional, Alumni Magister Manajemen Bencana UGM.
email: westiutami@yahoo.com
3
Determinan pertambahan penduduk kota tidak
hanya natural growth, namun juga pengaliran penduduk terbangun yang didominasi penggunaan ruang non
dari bagian wilayah lain. Pengaliran penduduk dan pertanian dengan jumlah penduduk dan penggunaan
pertumbuhan penduduk/natural growthyang berlangsung ruang cukup tinggi. Kota dalam pengertian administratif
lama menyebabkan terjadinya proses densifikasi pendu- sebagai bentuk pemerintahan daerah yang mayoritas
duk, pemukiman maupun non pemukiman yang tidak wilayahnya merupakan daerah perkotaan (Mulyono
terkendali (Yunus2005). Sadyohutomo, MRCP, Manajemen Kota dan Wilayah
4
Kota dalam pengertian umum sebagai suatu daerah realita dan tantangan, Bhumi aksara, 2008).

Diterima: 19 April 2015 Direview: 27 Mei 2015 Disetujui: 30 Mei 2015


Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 85
individu, kepentingan publik dan kepentingan sering terjadi adalahpelanggaran teknis bangunan,
pembangunan terhadap pemanfaatan ruang misalnya pelanggaran IMB (Izin Mendirikan
seringkali menimbulkan permasalahan seperti Bangunan), sempadan bangunan, KDB (Koefisien
penyimpangan terhadap tata ruang dan salah Dasar Bangunan), KLB (Koef isien Lantai
satunya menyebabkan kekhasan serta fungsi zona Bangunan) dan ketinggian bangunan.
dari suatu wilayah pudar dan suatu saat akan hilang. Pembangunan kota yang mengatasnamakan
Yunus (2005) menyebutkan bahwa problematika kepentingan umum dan pemenuhan kebutuhan
yang dihadapi daerah kota sebagai konsekuensi ekonomi selain mengakibatkan disparitas kebu-
kebutuhan keruangan mengubah penggunaan dan tuhan pangan juga seringkali mengakibatkan ter-
pemanfaatan lahan terbuka hijau untuk pem- abaikannya sektor budaya dan arsitektur tradisio-
bangunan gedung-gedung yang pada akhirnya nal. Hal inilah yang menyebabkan rusaknya
berakibat pada kerusakan lingkungan dan timbul- kawasan konservasi budaya pada daerah perko-
nya urban heat island5. Desakan berbagai kepen- taan6. Terbatasnya ruang hijau pada kawasan kota
tingan tersebut seringkali menimbulkan berbagai dan tidak adanya tanah untuk dibangun semakin
pelanggaran dalam pemanfaatan ruang berupa mendesak kawasan warisan budaya dijadikan
pelanggaran fungsi kawasan, misalnya fungsi sebagai incaran untuk pembangunan gedung
lindung digunakan untuk budidaya. Pelangggaran dengan arsitek modern. Pembongkaran warisan
yang lain dapat pula pelanggaran jenis penggunaan budaya7 yang telah terjadi yaitu Gedung Proklamasi
dalam satu fungsi kawasan, misalnya kawasan di Jakarta, Penjara Banceuy tempat Bung Karno
budidaya untuk perumahan digunakan untuk ditahan di Bandung,dan dua gedung kuno di
perdagangan. Dan yang terakhir pelanggaran yang komplek Bale Agung Kraton Solo hendaknya
menjadi pembelajaran terhadap arti pentingnya
pengelolaan bangunan kuno serta arsitek tradisio-
Bintarto (1977), Kota adalah sebuah bentang budaya nal. Tak dipungkiri bahwa beberapa lokasi warisan
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami budaya terletak pada area strategis seperti kawasan
dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan
budaya Kotagede di Yogyakarta, lingkungan Kasul-
corak kehidupan yang bersifat heterogin dan materialis-
tik.Kota merupakan daerah tertentu dalam wilayah tanan Solo, gedung lawang sewu di jantung kota
Negara yang mempunyai aglomerasi jumlah penduduk Semarang, dan masih banyak lagi peninggalan
minimal yang telah ditentukan dan penduduk mana yang warisan budaya serta bangunan bersejarah di kota-
bertempat tinggal pada satuan pemukiman yang kompak
kota yang letaknya strategis menjadi incaran
(Kota ditinjau dari jumlah penduduk).
Bintarto (1977), Kota adalah sebuah bentang budaya pengusaha untuk dibongkar dan diubah menjadi
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami bangunan modern bertingkat dengan alasan peme-
dengan gejala pemusatan penduduk. nuhan kebutuhan ruang untuk alasan ekonomi.
5
Kecenderungan di mana sebuah kota temperaturnya
lebih panas dibanding rural area di sekitarnya, dengan Bangunan bersejarah dan bernilai estetika tinggi
perbedaan temperatur pada malam hari lebih tinggi tentunya membutuhkan perlindungan untuk
daripada siang hari. UHI ini disebabkan oleh panas mata- menjaga kelestarian agar kekhasan bangunan/
hari yang disimpan oleh “impervious engineered surfaces”
(bangunan dengan bahan beton, aspal, atap berwarna
gelap, dll) pada siang hari, dan panas tersebut dilepaskan
6
ke atmosfer pada malam hari.Urban heat island ini dise- Sadyohutomo, Multono. 2008. Manajemen Kota dan
babkan karena berkurangnya pohon pada area perkotaan Wilayah Realita dan Tantangan. Bhumi Aksara.
7
sementara jumlah bangunan semakin padat (Shacleton Membongkar bangunan kuno, apalagi yang bernilai
Chema, 2015, Multiple Benefit and Values of Tress in Urban sejarah, bukanlah dosa kecil namun merupakan dosa besar
Lanscapes in Two Towns in Northern South Africa). terhadap generasi mendatang.
86 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015

kawasan tetap terjaga. Perlindungan terhadap B. Intervensi Pemerintah Terhadap Tata


kawasan ini memunculkan adanya konsep konser- ruang dan Preservasi Kawasan
vasi yang bermula dari preservasi yaitu memper- Bersejarah
tahankan bangunan sama seperti keadaan aslinya. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran dalam
Dalam perjalanannya konsep konservasi8 ini selan- memberikan intervensi terhadap pemanfaatan
jutnya bergerak lebih dinamis dan menjadi payung ruang khususnya ruang kota. Dalam beberapa
dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan budaya. konsep menyebutkan bahwa bentuk intervensi
Pengaturan dan penataan ruang serta berbagai yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatur
upaya konservasi terhadap suatu kawasan sering- keadilan terhadap sumber daya dapat berupa 4
kali mengalami kendala dan hambatan, sehingga (empat) hal yaitu 1) perencanaan tata ruang kota
pelanggaran terhadap aspek keruangan banyak dan wilayah (diwujudkan dalam perencanaan tata
terjadi.Sadyohutomo (2009) menegaskan bahwa ruang berjenjang berupa tata ruang wilayah
permasalahan penataan ruang yang terjadi di In- Nasional, Provinsi, Kabupaten, dan Kecamatan); 2)
donesia disebabkan kurangnya sistem pengendali pengaturan pemanfaatan ruang (yaitu peman-
penataan ruang baik berupa penyediaan prasarana faatan ruang untuk perumahan, industri, jasa,
fisik (public capital investment) maupun perangkat wilayah konservasi dan lindung, pertanian dan
hukum (land use control) belum dimanfaatakan prasarana umum); 3) intervensi pemerintah dalam
dan diaplikasikan secara optimal.Belum ditetap- bentuk penyediaan pelayanan Publik, 4) penga-
kannya pengaturan zonasi kawasan-kawasan khu- turan pemerintah dalam bentuk pendistribusian
sus/kawasan budaya juga menjadi kendala dalam sumber daya (Yunus 2005).
pemanfaatan ruang. Penyimpangan terhadap tata Cadwallader (1985)9, menyebutkan bahwa
ruang dan zonasi kawasan kota tentunya membu- peranan pemerintah dalam mengelola kota dan
tuhkan penanganan serius dan hal ini tidaklah wilayah dapat diwujudkan melalui berbagai
mudah dilaksanakan. Zoning regulation sebagai kegiatan dan kebijakan antara lain:
acuan serta petunjuk operasional terhadap peman- a. Penyedia service dan barang publik (supplier of
faatan ruang tentunya harus ditetapkan dan dite- public goods and services);
rapkan dengan sistem pengendalian yang optimal b. Mengatur dan memfasilitasi (regulating and fa-
sehingga penyimpangan dapat dikurangi dan cilitating) berjalannya ekonomi pasar agar
dicegah. tercipta alokasi sumber daya sebaik-baiknya;
c. Sebagai social enginering dalam mengarahkan
masyarakat untuk mencapai tujuan atau nilai-
nilai yang diinginkan bangsa dan negara. Alokasi
sumber daya diserahkan kepada pasar, namun
pemerintah berkewajiban mengoreksi ketidak-
seimbangan sosial ekonomi dan melindungi
golongan ekonomi lemah dan minortas;
d. Sebagai abiliter dalam konflik antar kelompok
8
Konservasi meliputi preservasi, restorasi, rehabili- masyarakat.
tasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi.Dalam ke-
giatan konservasi bangunan tidak hanya dikembalikan
9
ke bentuk asli namun dapat pula beralih fungsi/new uses Cadwallader, M.T., 1985, Analytical Urban Geogra-
for building.Namun dalam tampilan bangunan tidak phy; Spatial pattern and Theories.New Jersey; Prentice
mengabaikan keunikan bangunan (Budiharjo, 1997). Hall.
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 87
Perencanaan tata ruang merupakan upaya stra- pengendalian. Dalam sistem pengendalian terha-
tegis dalam mengelola ruang agar dapat diman- dap tata kota dapat dilaksanakan melalui investasi
faatkan seoptimal mungkin sehingga terwujud prasarana umum (public capital investment) dan
ruang terpadu, serasi, ruang berkualitas dan berke- peraturan perundangan pemanfaatan ruang (land
lanjutan. Zonasi sebagai bagian dari perencanaan use control). Peraturan pengendalian penatagunaan
tata ruang merupakan cara efektif untuk mengen- tanah/tata ruang berbentuk petunjuk penggunaan,
dalikan dan mengatur tentang persyaratan perizinan, dan larangan misalnya:
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengenda- a. Izin lokasi (izin untuk membeli/memperoleh
liannya yang disusun untuk setiap blok/zona tanah untuk usaha);
peruntukan (UU No. 26 Tahun 2007), dimana blok/ b. Izin perubahan penggunaan tanah;
zona peruntukan yang menjadi acuan ditetapkan c. Pembatasan sawah irigasi teknis ke penggunaan
melalui rencana rinci tata ruang. Zoning diterapkan non pertanian;
sebagai upaya yang merujuk pada pembagian d. Pembatasan KDB (Koefisien Dasar Bangunan/
lingkungan kota ke dalam zona-zona pemanfaatan Building Covered Ratio);
ruang 10 dimana di dalam tiap zona tersebut e. Pembatasan ketinggian bangunan dan KLB
ditetapkan pengendalian pemanfaatan ruang atau (Koefisien Lantai Bangunan/floor area ratio);
diberlakukan ketentuan hukum. Peraturan zoning/ f. Batasan Luas kaveling maksimum dan minimum;
zoning regulation menjadi bagian penting sebagai g. Pengaturan kerapatan antar bangunan;
rujukan dalam perizinan, penerapan insentif/ h. Pengaturan sempadan bangunan;
disinsentif, penertiban ruang, menjadi jembatan i. IMB dan IPB (izin pemanfaatan bangunan);
dalam penyusunan rencana tata ruangyang bersifat j. Izin UUG/HO (Undang-undang gangguan/
operasional, serta dapat menjadi panduan teknis Hinder Ordonantie).
dalam pengembangan/pemanfaatanruang. Pengaturan Pengendalian perencaan f isik
Perencanaan tata ruang tidak hanya mengatur penggunaan tanah di berbagai Negara memiliki
peruntukan penggunaan ruang tetapi juga menga- sistem dan konsep yang berbeda-beda, pengaturan
tur kegiatan pelayanan publik sehingga redistribusi pengendalian yang diterapkan di Amerika menge-
sumber daya dapat terwujud.Kegiatan pengaturan nai pengendalian penggunaan tanah dalam
perencanaan dan pemanfaatan ruang tersebut perencanaan fisik dapat disajikan pada Tabel 1.
dapat terwujud apabila terdapat sistem manajemen
Tabel 1. Peraturan Pengendalian Perencanaan Fisik
pengendalian. Dalam teori manajemen spasial kota11
No Peraturan Aspek Yang Dikendalikan
dikenal adanya 4 bagian manajemen spasial yaitu 1 Pengavelingan - Pemecahan bidang tanah
(Sub Division ) - Desain rencana tapak ( site plan )
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan - Standar lebar jalan
- Desain persimpangan jalan
- Ruang untuk bangunan dan jaringan utilitas
- Saluran pembuangan air
- Saluran pembuangan air hujan dan limbah
2 Zoning - Jenis penggunaan tanah
10 - Intensitas penggunaan tanah; kepadatan
UU No. 11 Tahun 2010 Pasal73 Ayat (3). Sistem bangunan, sempadan jalan, KDB, KLB, ketinggian
zonasi dapat terdiri dari: zona inti, zona penyangga,zona bangunan
- Parkir kendaraan
pengembangan, dan/atauzona penunjang. 3 Peraturan - Standar kelayakan rumah tinggal: bahan
11 perumahan bangunan, pencahayaan, sirkulasi
Manajemen merupakan upaya yang dijalankan (Housing code ) - Pembatasan jumlah penghuni
untuk mengatur-mengarahkan sesuatu untuk mencapai 4 Peraturan - Kualitas bahan bangunan
bangunan - Standar pipa
tujuanyang diinginkan. Manajemen spasial bertujuan - Peralatan teknis
untuk menciptakan kondisi spasial kota yang bersang-
Sumber : Sadyohutomo, 2009
kutan menuju kearah bentuk yang memenuhi persyaratan
pembangunan berkelanjutan/sustainable development
(Yunus 2005).
88 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015

Pemerintah dan pihak swasta seringkali menjadi ibukota Kerajaan Mataram Islam. Nilai
memandang konservasi sebagai hal yang mewah sejarah dan budaya yang tumbuh pada abad 16
dan tidak dapat dipenuhi dari segi biaya, waktu dan memberikan nilai pada bangunan-bangunan di
energi. Amat disayangkan ketika terdapat permo- kawasan Kotagede berupa karakteristik jawa kuno
honan dari pihak swasta yang tujuan utamanya yang terpengaruh dari Kerajaan Mataram. Kotagede
adalah finansial mengajukan untuk membongkar selain sebagai ibukota juga merupakan pusat
kawasan bersejarah dan pemerintah menyetujui perdagangan pada masa itu dan menjadi tempat
begitu saja, kondisi seperti ini sering disebut sebagai tinggal orang-orang kaya karena usaha perda-
“bunuh diri arsitektur”. Pemicu utamanya adalah gangannya yang maju dan dilengkapi dengan mas-
tekanan pembangunan ekonomi cukup kuat, jid yang dikenal dengan Masjid Mataram Kotagede.
adanya tokoh pemerintah/pengambil keputusan Kotagede tidak berubah menjadi desa agraris
terobsesi pada modernisasi dimana mereka me- walaupun sudah tidak menjadi ibukota Mataram.
mandang konservasi hanyalah sebagai penghambat Sifat kekotaannya tetap terpelihara, yaitu kehi-
perkembangan kota, dan kurangnya payung dupan ekonominya tetap bersifat non-agraris
hukum mengenai konservasi12. Dalam perjalanan- seperti kerajinan, pertukangan, perdagangan dan
nya konservasi sering mengalami kendala dalam usaha-usaha sejenisnya yang dahulu menjadi
hal pendanaan yang terbatas, pandangan terhadap bagian dari kehidupan istana hidup terus menjadi
bangunan yang hanya memperhitungkan analisis profesi-profesi bebas sehingga fungsi politik
biaya manfaat (cost benef it analysis) tanpa meng- Kotagede berubah menjadi fungsi pasar (Djoko
hargai arsitek dan pentingnya sejarah menjadi Soekiman, 1993).
kendala utama dalam konservasi. Bekas-bekas yang menunjukan bahwa Kotagede
pernah menjadi tempat kerajaan, sekarang hanya
C. Kawasan PreservasiKotagede berupa masjid beserta makam pendiri Mataram,
Kota Yogyakarta termasuk dalam Kota Orde I beberapa reruntuhan bekas bangunan benteng
yang merupakan ibukota dari Daerah Istimewa kerajaan, nama-nama kampung, bentuk-bentuk
Yogyakarta. Kota Yogyakarta memiliki peran rumah, dan mata pencaharian penduduk berupa
sebagai kota pariwisata karena memiliki nilai industri kecil kerajinan tradisional. Bangunan-
historis dan estetis yang tinggi. Secara fisik (estetis) bangunan yang menunjukkan ciri khas Kotagede
maupun sejarah budaya (historis), banyak kawasan sebagian besar berada di sepanjang Koridor Jalan
yang perlu dilakukan preservasi untuk menjaga Kemasan – Jalan Mandarakan – Jalan Tegal Gendu.
nilai-nilai tersebut. Salah satu kawasan di Kota Sepanjang koridor jalan tersebutlah yang paling
Yogyakarta yang perlu dilakukan preservasi adalah diingat oleh masyarakat dan orang yang datang ke
Kawasan Kotagede.Kotagede merupakan salah satu Kotagede sejak jaman dahulu sampai sekarang baik
kecamatan di Kota Yogyakarta yang awalnya adalah dalam hal bangunan kuno, kerajinan perak tradi-
sebuah kota lama dari abad ke-16 yang pernah sional maupun perdagangan yang mendominasi
koridor jalan tersebut. Namun seiring dengan
12
perkembangan jaman, bangunan-bangunan yang
Payung hukum konservasi baru terbit dalam bentuk
Undang-undang tentang Benda Cagar Budaya pada bulan terdapat di sepanjang koridor tersebut kini telah
Maret 1992.Sementara peraturan turunan dan teknisnya berubah menjadi bangunan-bangunan baru yang
tergantung pada Pemerintah Daerah dalam bentuk tidak lagi menunjukan nilai historis, terutama
penetapan zonasi.Kelemahan dari payung hukum ini
setelah terjadi gempa tahun 2006 yang merobohkan
adalah belum semua Pemerintah daerah menetapkan
zonasi bagi kawasan konservasi. sebagian besar bangunan kuno di Kotagede.
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 89
Perkembangan kawasan yang bernilai historis tata ruang13 yang ada di wilayah studi. Penggunaan
dan estetis seperti Kawasan Kotagede khususnya tanah eksisting pada kawasan Kotagede berupa
Koridor Jalan Kemasan – Jalan Mandarakan – Jalan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan
Tegal Gendu perlu dikontrol dan dikendalikan agar dan perkantoran, kesehatan, pendidikan, industri
tidak menurunkan citra kawasan. Oleh karena itu dan pergudangan serta ruang terbuka hijau dan
diperlukan suatu rencana penataan yang mengatur lapangan voli. Fasilitas pendidikan di kawasan
konservasi bangunan kuno yang ada di Koridor Kotagede berupa SLTP Perak, SDN Kotagede dan
Jalan Kemasan – Jalan Mandarakan – Jalan Tegal TK Muhamadiyah. Pemerintahan dan perkantoran
Gendu. Dalam hal ini, rencana penataan tersebut di Jalan Kemasan berupa kantor pos, Pegadaian,
dituangkan dengan bentuk penataan blok atau balai kelurahan dan Koramil. Penggunaan tanah
zoning. Selain itu, penataan zoning juga diperlukan berupa perdagangan berupa toko penjual kerajinan
untuk mengembalikan ciri khas kawasan Kotagede perak, swalayan, warung yang menjual makanan
khususnya Koridor Jalan Kemasan – Jalan Manda- dan kebutuhan sehari-hari. Penggunaan tanah
rakan – Jalan Tegal Gendu sebagai pusat perda- untuk jasa berupa wartel, salon, warnet, bengkel,
gangan dan kerajinan perak. Penyelarasan antara fotokopi dan penitipan sepeda. Untuk Penggunaan
ciri khas kawasan berupa perdagangan dan kera- tanah berupa kesehatan terdiri dari rumah sakit dan
jinan perak dengan bangunan kuno sebagai ciri puskesmas.Data mengenai penggunaan tanah di
khas Kotagede juga perlu dilakukan. Adapun tujuan Kotagede dapat disajikan pada tabel 2.
dari penataan zoning adalah untuk menciptakan
Tabel 2.Eksisting Penggunaan Tanah di Kawasan
suatu tata ruang kota yang memiliki nilai ketera-
Kotagede
turan dan keharmonisan struktur kota antara satu
Penggunaan Tanah Luas (m2)
elemen dengan elemen pembentuk ruang lainnya Permukiman 54.610,03
di masing-masing koridor jalan dan lingkungan Perdagangan 45.615,91
yang direncanakan.Gambar 1 menunjukkan lokasi Jasa 8.385,97
Pemerintahan dan perkantoran 2.987,75
wilayah studi dengan pembagian Koridor Jalan Kesehatan 7.703,53
Kemasan – Jalan Mandarakan – Jalan Tegal Gendu Pendidikan 16.812,08
sebagai daerah yang diteliti. Industri dan Pergudangan 4.139,19
Peribadatan 2.472,24
RTH 7.843,86
Jumlah 150.570,59

Sumber: Survei Lapangan, 2015dan Data Potensi


Desa, 2014

13
Yunus (2005): Konsep dan pendekatan mengenai
struktur tata ruang memiiki model dan konsep yang bera-
gam, berbagai model tersebut menekankan adanya
hubungan yang erat antara proses sosial, ekonomi, budaya
dan pola keruangan yang tercipta. Berbagai faktor yang
Gambar 1. Wilayah Studi (Kawasan Kotagede) berperan menghasilkan pola persebaran penggunan tanah
Sumber: Citra GeoEye, 2014 dan Survei sehingga menciptakan kekhasan suatu pola keruangan
Lapangan, 2015 kota. Secara garis besar pendekatan tersebut meliputi:
pendekatan ekologikal, pendekatan ekonomi, pendekatan
Tata guna tanah merupakan pola penggunaan morfologi, pendekatan sistem kegiatan dan pendekatan
tanah yang berfungsi untuk mengetahui struktur ekologi faktorial.
90 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015

memiliki kemampuan tinggi untuk membangun


rumah tradisional yang khas. Komponen-kom-
ponen kota dibangun secara bertahap diawali
dengan pembangunan hunian penduduk.
Sebagai kawasan tradisional tertua di Yogya-
karta, Kotagede secara f isik berbeda dengan ka-
wasan-kawasan lain di Daerah Istimewa Yogya-
karta. Semula kampung-kampung di Kotagede
diwarnai dengan rumah-rumah tradisional dan
Gambar 2. Diagram Penggunaan Tanah di
kemudian rumah-rumah Kalang yang kesemuanya
Kawasan Kotagede. Sumber: Citra GeoEye, 2014
merupakan bangunan satu lantai. Makin lama
dan Survei Lapangan, 2015
kepadatan bangunan di Kotagede semakin tinggi,
Kotagede merupakan kota peninggalan pada area terbuka atau halaman rumah semakin terbatas.
jaman kerajaan Mataram. Kotagede yang memiliki Perkembangan pesat terjadi pada penggal Jalan
luas 220 ha juga dimanfaatkan sebagai pusat Mondorakan yang tumbuh menjadi area komersial
ekonomi, sosial dan budaya pada masa pemerin- dengan beberapa bangunan berlantai dua. Selain
tahan Sutawijaya. Kotagede yang didirikan pada itu banyak rumah tradisional telah dijual atau
abad ke-16 merupakan salah satu kota Jawa yang berubah bentuk menjadi rumah-rumah modern.
menganut prinsip penataan “Catur Gatra Tunggal”, Hal ini patut disayangkan dan dikhawatirkan akan
yaitu empat komponen dalam satu kesatuan. menghilangkan nilai sejarah dan budaya Kotagede,
Keunikan Kotagede nampak melalui kampung- sehingga Kotagede akan kehilangan keunikannya.
kampungnya dengan bangunan-bangunan berse- Sepanjang Jalan Kemasan – Jalan Mandarakan
jarah berarsitektur tradisional dan gang-gang sem- – Jalan Tegal Gendu, didominasi oleh kegiatan
pit serta jalan ‘rukunan’ yang terbentuk dari deretan perdagangan dan jasa, terutama kegiatan perda-
halaman rumah-rumah yang ada. gangan kerajinan perak. Karakter tersebut mem-
Koridor Jalan Kemasan – Jalan Mandarakan – bentuk ‘wajah’ bentuk luar di sepanjang Jalan Ke-
Jalan Tegal Gendu terbentuk dari bentuk luar yang masan – Jalan Mandarakan – Jalan Tegal Gendu.
membentuk kesan pada lingkungannya. Koridor Dari waktu ke waktu, Kotagede telah mengalami
jalan yang membelah kawasan Kotagede ini terben- banyak perubahan yang mengakibatkan pudarnya
tuk oleh ‘rentang waktu’ yang telah terlewati hingga karakter asli Kotagede. Beberapa hal yang mem-
saat ini. Kawasan Kotagede merupakan bekas pusat pengaruhi perubahan tersebut antara lain:
pemerintahan Kerajaan Mataram, dengan rajanya a. Adanya kebutuhan untuk mewadahi kehidupan
Ki Ageng Pemanahan. modern yang menuntut perubahan tata ruang
Pola jalan merupakan kerangka lingkungan, dan desain bangunan sehingga beberapa rumah
sehingga bentuk luar menjadi pengisi kerangka tradisional telah berganti wajah menjadi rumah
tersebut. Keunikan Kotagede nampak melalui ‘modern’ baik sebagian atau seluruhnya.
deretan-deretan bangunan yang memiliki ciri khas. b. Adanya kebutuhan ekonomi yang mendorong
Baik ciri bangunan Indisch, bangunan rumah pemilik rumah untuk menjual sebagian atau
tradisional Jawa, rumah Kalang, maupun rumah seluruh rumahnya sehingga beberapa rumah
kampung biasa. Rumah-rumah di kawasan ini tradisional telah berpindah ke tempat lain di luar
dibangun sejak ratusan tahun yang lalu. Hal ini Kotagede dan dengan bangunan non-tradi-
menunjukkan bahwa Kotagede sejak lama telah sional.
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 91
c. Adanya bencana gempa bumi Mei 2006 lalu Konsep penggunaan tanah pada Kawasan
telah menyebabkan banyak rumah roboh dan Kotagedeselain mengikuti arahan dalam struktur
rusak sehingga perlu segera diperbaiki atau tata ruang kota dan juga arahan dari Penyusunan
dibangun kembali. Pedoman Penataan Bangunan Kawasan Kotagede
Adanya perubahan f isik dan non f isik di ka- juga memperhatikan kecenderungan perkem-
wasan Kotagede ternyata juga memberikan dampak bangan guna tanah yang telah terjadi. Arahan
pada potensi dan juga permasalahan, diantaranya pemanfaatan tanah menurut Penyusunan Pe-
dapat dilihat pada Tabel 3. doman Penataan Bangunan Kawasan Kotagede
yang terkait dengan wilayah studi adalah sebagai
Tabel 3. Potensi dan Permasalahan Fisik dan Non
berikut:
Fisik di Kawasan Kotagede
a. Pemanfaatan bangunan dan ruang yang
Aspek Potensi Permasalahan
Banyak bangunan tradisional dalam diijinkan di Kawasan Kotagede meliputi: tempat
kondisi rusak
Muncul bangunan-bangunan baru tinggal, perdagangan, industri kecil, fasilitas
yang modern
Sirkulasi kendaraan bermotor peribadatan, fasilitas pendidikan, dan fasilitas
terkadang terhambat karena
sempitnya jalan, parkir on street kesehatan.
Tidak ada fasilitas pejalan kaki yang
nyaman b. Kawasan Kotagede diarahkan untuk tidak
Banyak fasilitas penunjang dalam
kondisi kurang terawat dan kurang didirikan bangunan modern/bertingkat dan
memenuhi kebutuhan yang ada
Signage, street furniture) atau mengubah ruang terbuka hijau.
Utilitas yang ada sudah memenuhi
kebutuhan masyarakat akan tetapi
secara visual kurang baik
c. Area seputar pasar diarahkan untuk tetap men-
Perkembangan industri perak mulai jadi perdagangan retail dan dijaga agar tidak
menurun
Masyarakat kurang peduli terhadap menjadi perdagangan grosir karena akan mem-
peninggalan yang memiliki nilai
setempat
historis bawa dampak pada sistem sirkulasi dan pola
Sumber: Hasil Analisis, 2015 spasial.
d. Jalan Mandarakan – Jalan Tegal Gendu diarah-
kan sebagai kawasan hunian dagang dalam skala
D. Zoning sebagai Pengendali Penataan
lingkungan agar tidak terjadi perubahan
Ruang di Kawasan Kotagede
kenampakan kawasan yang mencolok. Suasana
Arahan konsep zoning yang dikemukakan
yang berkarakter kuat ini juga dapat dimanfaat-
adalah dengan mengkaji kondisi faktual beserta
kan sebagai area show room kerajinan dengan
kecenderungannya terhadap arahan rencana kota,
didukung perbaikan sarana dan prasarana
tidak menutup kemungkinan juga landasan
transportasi.
pemikiran-pemikiran yang melatarbelakangi, aspek
sejarah, aspek karakteristik yang spesifik, keten-
tuan yang berlaku, serta teori-teori yang relevan
terhadap masalah yang terjadi.Adapun konsep
pengendali yang dirumuskan meliputi konsep yang
berkaitan dengan penggunaan tanah, perpetakan
tanah, infrastruktur bangunan dan lingkungan, dan
unsur penunjang bangunan yang disertai dengan
strategi percepatan perwujudan tata bangunan
yang terarah berdasarkan standar dan model peren-
canaan bangunan dan lingkungan.
92 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015

Tabel 4 menunjukkan delapan klasifikasi petak


peruntukan dan penggal jalan.

Tabel 4. Klasifikasi Perpetakan Tanah


Klasifikasi Keterangan
I sistem blok dengan luas tanah di atas 2500 m 2
kavling sangat besar dengan luas 1000 – 2.500
II
m2
III kavling besar dengan luas 600 – 1.000 m2
IV kavling sedang dengan luas 250 – 600 m2
V kavling kecil dengan luas 100 – 250 m2
VI kavling sangat kecil dengan luas 50 – 100 m2
VII tanpa kavling dengan luas di bawah 50 m²
VIII rumah susun/ flat

Sumber: Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/


M/2002

Perpetakan tanah yang terdapat pada wilayah


studi berupa perumahan, perkantoran, pendidikan,
peribadatan, industri/pergudangan, dan ruang
terbuka hijau. Perpetakan tanah tersebut dikem-
bangkan dengan sistem kavling atau sistem blok.
Adapun pengembangan sistem blok adalah sebagai
berikut:
a. Pengembangan dengan sistem blok dilakukan
bila ada pihak yang membebaskan seluruh area
yang dibatasi secara fisik oleh jalan atau saluran.
b. Bila dalam area yang akan dibebaskan terdapat
bangunan yang mempunyai nilai kesejarahan
atau nilai arsitektural yang khas, maka pengem-
bangan blok harus diarahkan untuk memper-
tahankan eksistensi bangunan tersebut.
Gambar 3. Perbandingan Eksisting Penggunaan
Tanah dan Arahannya. Sumber: Survei c. Konsep perpetakan pada kawasan perencanaan
Lapangan dan Hasil analisis, 2015 diarahkan pada pengembangan kavling menjadi
besar dan tetap.
Perpetakan tanah adalah unit perpetakan
berupa sistem blok perencanaan yang terdiri dari
gabungan beberapa persil dan sistem kavling.
Pertimbangan untuk menentukan luasan blok
perencanaan adalah:
a. Jalan, gang, atau saluran yang berpotensi untuk
digunakan sebagai batas fisik blok perencanaan
b. Ketentuan luas kavling minimum yang telah
ditetapkan pada setiap wilayah
c. Klasif ikasi perpetakan tanah berdasarkan
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002.
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 93
sistem blok. Seluruh area permukiman yang ada
dibebaskan untuk kemudian disatukan ke dalam
blok-blok permukiman. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan petak
permukiman adalah bahwa untuk masa yang akan
datang bangunan permukiman tidak lagi dibangun
secara horizontal melainkan dibangun vertikal
guna mengantisispasi kelangkaan tanah di
perkotaan, khususnya di wilayah perencanaan.
Gambar 4. Arahan Blok Perpetakan Lahan Sedangkan untuk petak – petak yang di atasnya
Sumber : Survei Lapangan dan Analisis Data, 2015 diperuntukkan bagi bangunan industri dan
Eksisting perpetakan yang terdapat di Kotagede pergudangan di Kotagede yang pada umumnya juga
didominasi oleh petak-petak sedang hingga kecil dimiliki oleh perorangan dapat dikembangkan
yang mana bangunan di atasnya didominasi oleh dengan sistem blok. Walaupun berbeda dengan
bangunan yang diperuntukkan bagi aktivitas petak bangunan perdagangan dan permukiman,
perdagangan dan permukiman. Akan tetapi karena petak bangunan industri dan pergudangan yang
kondisi eksisting perpetakan yang ada tidak me- pada umumnya lebih besar tetap dapat dikem-
nunjukkan kesan rapi dan tertata maka diusulkan bangkan dengan sistem blok. Hal ini dilakukan
bahwa rencana perpetakan yang dapat diterapkan untuk mendukung fungsi kawasan Kotagede
pada Kotagede adalah pengembangan perpetakan sebagai kawasan wisata budaya dan wisata belanja
dengan sistem blok. Sistem ini terutama dipriori- (perak) sehingga wisatawan yang datang dan
taskan bagi petak–petak bangunan perdagangan berbelanja perak dapat pula melihat bagaimana
dan permukiman yang mana mayoritas bangunan proses pembuatan kerajinan perak.
tersebut merupakan bangunan yang dimiliki oleh Sedangkan untuk petak bangunan fasilitas
perseorangan. Pengembangan sistem blok pada umum seperti perkantoran maupun fasilitas
bangunan perdagangan dan permukiman yang kesehatan diarahkan tetap, karena kecenderungan
dimiliki oleh perorangan di Kotagede dapat dilaku- yang terjadi saat ini dan prediksi di masa yang akan
kan dengan cara melakukan pembebasan di sejum- datang bangunan-bangunan tersebut masih
lah area perdagangan dan permukiman yang tidak mampu memberikan pelayanan sesuai dengan
sesuai dengan arahan, baik arahan guna tanah mau- kebutuhan masyarakat. Namun bangunan tersebut
pun intensitas bangunannya untuk kemudian tidak diarahkan lebih menonjol dari karakteristik
dikembangkan secara lebih terarah baik dalam segi yang akan dikembangkan pada Kotagede yaitu
intensitas bangunannya maupun dalam segi dengan dominasi guna tanah perdagangan dan
estetika bangunan yang antara lain dapat dilihat permukiman. Hal tersebut dilakukan agar
dari rencana tampilan bangunan. Pengembangan bangunan fasilitas umum tidak mencolok dan
sistem blok tersebut yaitu pada sepanjang koridor menimbulkan kesan (sense of welcoming) yang ber-
jalan utama di Kotagede merupakan blok perda- beda atau bahkan yang salah.
gangan perak dan pada lapisan dalam merupakan Arahan blok perpetakan tanah ini juga berfungsi
blok permukiman. untuk mempertahankan eksistensi bangunan. Hal
Petak bangunan permukiman di Kotagede yang ini dikarenakan kawasan Kotagede banyak terdapat
pada eksistingnya berkembang secara sporadis bangunan yang mempunyai nilai kesejarahan atau
dapat ditata dengan cara dikembangkan melalui nilai arsitektural yang dilindungi sehingga upaya
94 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015

untuk mempertahankannya adalah dengan mela- - mengganti setiap elemen yang diganti
kukan rencana blok (zoning). Zoning ini disesu- dengan menghilangkan tambahan atau
aikan dengan kajian penilaian makna bangunan mengganti komponen dengan meterial baru
yang kemudian disesuaikan dengan arahan tetapi dengan bentuk sesuai aslinya
perkembangan kawasan, sehingga kemudian - meningkatkan kondisi bangunan tersebut,
ditetapkan arahan preservasi bangunan yang sesuai. boleh diubah bentuk dan wajah dalamnya,
Adapun pembagian blok perpetakan preservasi tetapi harus disesuaikan dengan pola tampak
bangunan kawasan dibagi menjadi beberapa bagian bangunan dan lingkungan
dengan masing-masing cirinya, sebagai berikut: 5. Adaptasi
1. Preservasi - untuk bangunan yang baru dibangun, maka
- perubahan sangat kecil, hanya memerlukan bentuk dan jenis harus sama pada bangunan
perawatan berkala pada bangunan seperti yang baru dibangun
pengecatan kembali dan pemeliharaan - ketinggian bangunan harus disesuaikan
- apabila kondisi fisik lingkungan buruk dapat dengan bangunan di sampingnya
dilakukan perbaikan, namun harus sesuai 6. Bangunan baru
dengan kondisi aslinya - apabila terdapat bangunan baru, maka
- melibatkan masyarakat dalam pemugaran bangunan tersebut harus disesuaikan
dan pelestarian lingkungan dengan bangunan lama yang sudah ada
2. Rehabilitasi (renovasi) - bangunan baru tidak dianjurkan melebihi
- perlunya menjaga bentuk asli bangunan dan KLB dari kebijakan yang sudah ada sebelum-
menyesuaikan kegunaannya untuk masa nya
yang akan datang - adanya keharmonisan bangunan dalam hal
- perbaikan pada setiap elemen bangunan ukuran, skala, bentuk, hingga material dan
yang rusak dan perlunya perawatan berkala detil bangunan baru dengan bangunan lama
- menambah elemen bangunan Indische pada - untuk konstruksi baru, elemen bangunan
kawasan seperti ukuran, bentuk, desain, proporsi, dan
- memberikan keringanan PBB, subsidi, peletakan jalan depan, jendela, dan pintu
pinjaman. depan harus disesuaikan dengan bangunan
3. Rekonstruksi asli
- dimungkinkan adanya adaptasi namun tidak Untuk lebih jelasnya mengenai arahan blok
mengurangi unsur-unsur keaslian elemen perpetakan untuk arahan preservasi kawasan
fisik lingkungan Kotagede dapat dilihat pada Gambar 5.
- adanya perbaikan dan mengembalikan
kondisi bangunan sedekat mungkin dengan
aslinya yang diketahui dan penrubahan in-
terior untuk menampung penggunaan baru
- mengembalikan struktur bangunan yang
rusak dengan menggunakan bahan
bangunan yang baru seperti cat warna atau
bahan lainnya yang bentuknya sesuai dengan
bangunan aslinya
4. Restorasi
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 95
(melalui proses perencanaan dan perancangan)
merupakan suatu usaha untuk menciptakan
lingkungan fisik kota yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan f isik spasial maupun perkem-
bangan non-f isik (sosial-budaya, ekonomi, dan
politik). Produk perancangan kota harus dapat
berfungsi sebagai arahan kebijaksanaan perkem-
bangan, pedoman rancang bangun elemen kota,
serta sebagai pranata pengendali yang sesuai
Gambar 5. Blok Perpetakan untuk Arahan dengan konteks perkembangan kawasan kota. Ran-
Preservasi Kawasan Kotagede. Sumber : Survei cangan kota sebagai pranata pengendali kawasan
Lapangan dan Analisis Data, 2015 kota, dituntut sebagai bentuk pengendali yang
bersifat operasional dan spesif ik sesuai dengan
E. Konsep Zoning dalam Penatagunaan karakteristik tiap kawasan atau bagian wilayah kota.
Tanah Penatagunaan tanah sebagai bagian dari mana-
Kota dapat dipandang sebagai man-made object jemen pertanahan (land manajemen) merupakan
as total architecture, berupa konsentrasi elemen- sub sistem dari penataan ruang. Istilah penata-
elemen f isik spasial yang selalu tumbuh dan gunaan tanah diartikan sebagai usaha untuk
berkembang (Rossi 1982). Elemen-elemen f isik menata penggunaan tanah. Penatagunaan tanah
tersebut terbentuk karena adanya fungsi-fungsi adalah bentuk kegiatan dari tataguna tanah yang
kegiatan yang berlangsung dalam suatu kota, yang merupakan bagian dari proses pemanfaatan ruang
meliputi aktif itas ekonomi, sosial dalam suatu dalam rangka penataan ruang. Sesuai dengan UU
kesatuan tingkah laku kultural dan ritual masya- 26 Tahun 2007 Pasal 33 yang berbunyi :
rakat. 1) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang
Perkembangan kota yang sedemikian pesat yang ditetapkan dalam rencana tata ruang
semakin dirasakan bahwa beban daya dukung dilaksanakan dengan mengembangkan penata-
perkotaan akan fungsi dan aktivitas manusia di gunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan
perkotaan semakin berat. Karena akumulasi aktif i- udara, dan penatagunaan sumber daya alam
tas yang semakin tinggi di pusat kota, menga- lain.
kibatkan semakin tingginya aksesibilitas, serta 2) Dalam rangka pengembangan penatagunaan
terasa bangunan semakin tinggi sehingga apabila sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diseleng-
fenomena seperti ini tidak diantisipasi akan mem- garakan kegiatan penyusunan dan penetapan
berikan dampak negatif pada kualitas fisik ling- neraca penatagunaan tanah, neraca penata-
kungan binaan secara umum, baik yang menyang- gunaan sumber daya air, neraca penatagunaan
kut kehidupan alam, f isik arsitektural, maupun udara, dan neraca penatagunaan sumber daya
aspek kehidupan sosial-budaya masyarakat kota. alam lain.
Oleh sebab itu, dalam pengelolaan lingkungan fisik 3) Penatagunaan tanah pada ruang yang diren-
kota perlu dilakukan pendekatan yang terpadu, canakan untuk pembangunan prasarana dan
yakni pendekatan perancangan kota dengan mem- sarana bagi kepentingan umum memberikan
perhatikan seluruh aspek fisik dan non fisik kehi- hak prioritas pertama bagi Pemerintah dan
dupan kota. pemerintah daerah untuk menerima pengalihan
Pengembangan kota melalui proses formal hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah.
96 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015

4) Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang Tata guna tanah dalam perancangan kota tidak
berfungsi lindung, diberikan prioritas pertama hanya mengatur pemanfaatan ruang kota (tanah)
bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk secara horizontal, tetapi juga mengatur peman-
menerima pengalihan hak atas tanah dari faatan ruang secara vertikal, agar pemanfaatan
pemegang hak atas tanah jika yang bersang- ruang kota dapat optimal dan terkendali. Karena
kutan akan melepaskan haknya. pada prinsipnya perancangan kota adalah meru-
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatagunaan pakan perancangan fisik ruang atau lingkungan
tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, kawasan kota, yang di dalamnya memuat pranata
dan penatagunaan sumber daya alam lainnya pengendaliannya. Sehingga aspek pengendalian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perancangan kota (urban design) merupakan
dengan peraturan pemerintah. suatu keharusan yang menjamin terwujudnya
6) Walaupun penatagunaan tanah disebutkan rancangan suatu kawasan.
sebagai bagian dari proses kedua dari penataan Rencana tata guna tanah yang merupakan
ruang, yaitu proses pemanfaatan ruang, akan arahan penggunaan ruang kota, di dalamnya diten-
tetapi prakteknya tidak terlepas dari proses ke tukan penggunaan (fungsi) ruang kota, kepadatan,
satu (perencanaan tata ruang) dan proses ketiga dan intensitas kategori penggunaan, dengan kata
(pengendalian pemanfaatan ruang). lain rencana tata guna tanah berkaitan dengan zon-
Perencanaan tataguna tanah merupakan inti ing atau mintakat suatu kawasan kota.
praktek perencanaan perkotaan. Sesuai dengan Pengertian Zoning (pendaerahan/mintakat)
kedudukannya dalam perencanaan fungsional, berasal dari kata zone yang berarti bagian dari suatu
perencanaan tata guna tanah merupakan kunci daerah atau wilayah yang terpisah dari wilayah lain
untuk mengarahkan pembangunan kota. Oleh yang didasarkan atas macam penggunaan atau
karena adanya berbagai asumsi-asumsi mengenai peruntukan tanah. Penggunaan Zoning dalam
pengembangan tata guna tanah yang tidak sama perencanaan kota dimaksudkan sebagai peraturan
maka sering timbul masalah-masalah yang ber- yang sah dalam penggunaan tanah sebagai pene-
kaitan dengan penggunaan tanah itu sendiri. Per- rapan dari usaha memelihara ketertiban guna
soalan yang sering timbul adalahmengenai hak melindungi masyarakat serta menjaga kebutuhan
milik pribadi dan tidak adanya kesepakatan peng- kehidupan di perkotaan. Peraturan Zoning juga me-
gunaan tanah bagi kepentingan umum. muat ketentuan-ketentuan untuk penggunaan,
Perencanaan guna tanah sebenarnya merupa- kepemilikan, dan penentuan batas-batas cakupan
kan pokok masalah perencanaan kota (urban plan- bangunan di dalam ruang kota (lahan kota). Peren-
ning), sesuai dengan kedudukannya sebagai peren- canaan Zoning dibuat melalui suatu studi yang
canaan fungsional yang berfungsi sebagai pengarah mendalam dan komperehensif dari aspek-aspek
pembangunan kota. Aspek-aspek yang menen- yang terkaitdengan ketentuan perencanaan,
tukan perencanaan guna tanah adalah unsur-unsur kemudian secara hukum disahkan oleh pemerintah
aktif itas, manusia atau masyarakat, dan lokasi. dalam bentuk peraturan-peraturan Zoning, yang
Rencana guna tanah menyangkut kebijaksanaan- berfungsi sebagai perangkat pengendali perkem-
kebijaksanaan pengembangan, pedoman atau bangan pemanfaatan ruang kota. Sebagai perang-
aturan pemanfaatan yang tertuang dalam peta-peta kat pengendali, seringkali dalam praktek di
rencana penggunaan ruang kota baik secara umum lapangan ada benturan antara peraturan Zoning
maupun terperinci, dengan penetapan penggunaan yang ada dengan implementasi fisik di lapangan,
ruang pada suatu wilayah tertentu. sehingga dalam pelaksanaan peraturan Zoning
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami: Pengaturan Zoning sebagai Pengendali ...: 84-98 97
harus selalu dilakukan pengawasan. Meskipun F. Kesimpulan
peraturan Zoning sudah memiliki kekuatan hukum Desakan pertumbuhan dan perpindahan
yang mengikat, dengan pertimbangan tertentu penduduk di Kota, pertumbuhan ekonomi dan
masih dimungkinkan adanya perubahan dalam pemenuhan kebutuhan sarana prasarana f isik
Zoning(Catanese 1989). didaerah kota tentunya berdampak pada kebu-
Pertimbangan perubahan tata guna tanah ter- tuhan akan tanah dan ruang yang semakin hari
sebut dapat disebabkan karena situasi lingkungan harganya semakin mahal dan ketersediaanya
alam, kondisi lingkungan binaan yang ada, atau semakin terbatas. Kompleksitas permasalahan ber-
karena kebutuhan yang belum jelas pada saat bagai kepentingan dan kebutuhan dengan keter-
peraturan Zoning ditetapkan. Perubahan tersebut sediaan tanah seringkali berdampak buruk terha-
dapat juga dikarenakan pertimbangan batas-batas dap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
Zoning tidak dapat menyelesaikan permasalahan rencana tata ruang yang telah ditetapkan sehingga
kebutuhan dan kebebasan ruang gerak bagi pemi- ruang yang ada menjadi tidak teratur, tidak sesuai
kiran baru atas kemajuan teknologi. Untuk menye- dan dikhawatirkan terjadi ketidaksinambungan
suaikan dengan perkembangan, ketentuan menge- yang akhirnya berujung pada timbulnya bencana
nai tata guna tanah dievaluasi setiap 5 tahun untuk serta slum area di daerah kota.
lebih menyesuaikan dengan perkembangan kota. Zonasi sebagai kontrol terhadap pemanfaatan
Perlu diperhatikan bahwa perubahan ketentuan ruang dan penggunaan tanah tentunya menjadi
Zoning harus melalui prosedur formal, dengan bagian penting dalam sebuah pengendalian
pertimbangan-pertimbangan antara lain(Catanese perencanaan tata ruang.Konsep ini dapat diterap-
1989): kan sebagai pengendali perencanaan ruang apabila
a. Tidak merugikan masyarakat banyak dituangkan dalam wujud peraturan yang mengikat
b. Merupakan tuntutan kebutuhan masyarakat sehingga penggunaan tanah dan pemanfaatan
yang sangat mendesak ruang yang menyimpang dapat diminimalisisr dan
c. Untuk melindungi lingkungan yang harus diles- dicegah. Kotagede sebagai kawasan preservasi
tarikan budaya yang menyimpan nilai sejarah, nilai ekono-
d. Pada dasarnya tidak bertentangan dengan ren- mi dan nilai budaya yang tak ternilai harganya
cana induk yang telah disahkan tentunya membutuhkan penanganan khusus
Zoning sebagai produk perencanaan kota harus untuk perlindungan kawasan ini.Zoning yang
mampu berperan sebagai pengendali (guidelines) dilakukan pada kawasan preservasi Kotagede
perkembangan kota. Hamid Shirvani (1985) merupakan guideline (pedoman) untuk mengen-
mengemukakan guidelines dibuat untuk mengatasi dalikan terjadinya desain dan konstruksi baru yang
perkembangan rencana yang ada, yang ditujukan tidak sesuai dan merusak karakter bangunan atau
untuk mengarahkan bentuk fisik kota. Guidelines lingkungan lama. Pedoman dapat berupa pengen-
sifatnya spesifik dan lebih menjamin kualitas ruang dalian terhadap ketinggian bangunan, bahan, set
kota skala mikro. Hingga saat ini belum ada keten- back, proporsi, gaya arsitektur, atau perpetakan
tuan baku tentang pembuatan guidelines, namun lahan. Zoning pada kawasan preservasi Kotagede
dengan melihat lingkup skala mikro, maka guide- dapat diberlakukan dengan batasan-batasan tam-
lines merupakan kerangka desain pada tingkat bahan secara khusus berkaitan dengan penggunaan
distrik, jalan, dan pada skala proyek tertentu. dan konstruksi baru yang diijinkan. Beberapa keun-
tungan melalui zoning dalam tujuan preservasi
kawasan Kotagede adalah untuk memperkaya
98 Bhumi Vol. 1, No. 1, Mei 2015

hasrat kontinuitas, yang berarti memberi kaitan Kostof, Spiro 1991, The city shaped: urban patterns
dengan masa lalu serta memberi pilihan untuk ting- and meanings through history, Little, Brown
gal dan bekerja di samping lingkungan modern. and Company.
Zoning yang telah ditetapkan juga bermanfaat Rossi, Aldo 1982, Architecture of thecity, The MIT
Press, London: England
untuk mewariskan arsitektur dan sebagai aset ko-
Rupprecht D. Christoph, Byrne, J2014, ‘Informal ur-
mersial dalam kegiatan wisata khususnya di ka-
ban greenspace; a typology and trilingual syste-
wasan Kotagede. matic review of its role for urban residents and
trends in the literature’, Journal of Urban Fo-
restry and Urban Grenning, Vol 13, Pages 597-611.
Daftar Pustaka
Sadyohutomo, Multono2008, Manajemen kota dan
Bradstock Ross 2014, ‘Countervailing effects of ur- wilayah realita dan tantangan, Bhumi Aksara.
banization and vegetation extent on fire fre- Shackleton Chema, Chinymba, A 2015, ‘Multiple
quency on the wildland urban interface: dis- benefit and values of tress in urban lanscapes
entangling fuel and ignition effects’, Journal in two towns in Northern South Africa’, Jour-
of Landscape and Urban Planning, Elsevier, nal of Landscape and Urban Planning, Elsevier,
Vol. 130, Pages 81–88. Vol. 136, Pages 76 – 86.
Bintarto, R1977, Pengantar geograf i kota, Shirvani, Hamid, 1985, The urban design process,
Yogyakarta, U.P. Spring. Van Nostrand Reinhold Company: New York.
Budiharjo, Eko 1997, Tata ruang perkotaan, Alumni: Yunus, H.S. 2001, Struktur tata ruang kota, Pustaka
Bandung. Pelajar.
Cadwallader, M.T 1985, Analytical urban geogra- Yunus, H.S. 2005, Manajemen kota perpektif spasial,
phy; spatial pattern and theories, New Jersey: Pustaka Pelajar.
Prentice Hall.
Catanese, Anthony, J 1989, Perencanaan kota, Peraturan Perundang-undangan:
Jakarta: Erlangga. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Citra GeoEye 2014, Kawasan kotagede, Yogyakarta. Tata Ruang.
Ding Chengri, Kung Lai Shih, Wang Ming- Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Shen2012, ‘Global urbanization and urban Cagar Budaya.
management’, Journal of Urban Management, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 ten-
Vol. 1, No. 1, pages 1 – 2. tang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Djoko Soekiman1993, Kotagede, Jakarta: Departe- Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
men Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Higano, Y2013, ‘Reflections on theories of social op- Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
timization and theirrelevance for future city Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang
management in Japan’, Journal of Urban Man- Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan
agement, Vol. 2, No. 1, pages 67 – 83. Ruang.

Anda mungkin juga menyukai