t
32 Usulanpenelitian.
-f
Sudigda S astr oasmoro dkk. 33
Judul
I Pendohuluon
o Lqtqr belokong
o Rumuson mosoloh
o Hipotesis
o Tuiuon
o Monfoot
ll Tiniouon Puslqko
Kerongko Konsep
lll Metodologi
o Desoin
o Tempot dqn woktu
o Populosi don sompel
o Kriterio inklusi don eksklusi
o Besor sompel
o Coro kerio
o ldentifikosi voriqbel
o Rencqno monoiemen don onqlisis dotq
o Definisi operosionol
o Mqsoloh etikq
lV Dqftqr Pustokq
V. Lampiron
i ii. u
34 Usulanpenelitian.
.r
S u di g do S astr o asmor o dkk. 35
I PENpIUULUAN
A LNTNN BELAKANG MASALAH
"r)
36 Usulanpenelitian.
ln
i
Sudi gdo S astro asmoro dkk. 37
F - Feqsible
o Tersedio subyek penelition
o Tersedio donq
e Tersediq woktu, olot, don keqhliqn
I - lnleresting
o Mosqloh hendoknyo menorik bogi peneliti
N - Novel
o Mengemukqkon sesuotu yong boru
o Membontoh otou mengkonfirmosi penemuon terdohulu
o Melengkopi otou mengembongkon hosil penelition terdohulu
E - Ethical
o Tidqk bertentongon dengon etiko
R - Relevonf
o Untuk pengembongon ilmu pengetohuo
o Untuk peningkoton toto lqksqno posien otou kebiiokon
kesehqton
o Sebogoi dosqr untuk penelition seloniuinyo
1 Kemampulaksanaan
Kemampulaksanaan merupakan hal yang tidak dapat ditawar. Banyak
kesenjangan dalam bidang kedokteran yang dapat dikembangkan
menjadi masalah penelitian yang baik, menjanjikan hal yang baru, dan
relevan dengan pelayanan masyarakat dan pengembangan ilmu,
namun tidak cukup subyek penelitian, dana, sarana, keahlian, atau
waktu. Sebagian kendala tersebut mungkin diatasi dengan modifikasi
desain, penyesuaianbesar sampel, mengurangi jenis pemeriksaan, dan
pelbagai kiat lainnya. Namun bila segala mzuluver yang dilakukan
tersebut sangat mengurangi atau meniadakan nilai penelitian, hendaklah
peneliti mempertimbangkan kembali apakah penelitian dapat
dilanjutkan. Jadi pertimbangan praktislah yang akhirnya menentukan/
apakah masalah kesehatan dapat dijawab dengan penelitian.
I
38 Usulanpenelitian.
2 Menarik
Penelitian yang baik sangat menyita pikiran, tenaga, wakfu, dan
biaya. Pelbagai kendala, baik yang telah diantisipasi maupun yang
muncul kemudian, dapat mengancam dari waktu ke waktu. Di
lain sisi, peneliti juga dituntut untuk selalu jujur dan taat asas dalam
seluruh tahapan penelitian sampai dengan pelaporanhasilnya. Oleh
karena itulah peneliti harus tertarik pada substansi yang ditelitinya.
Bilatidak, maka terdapat duakemungkinannegatif yang dapat terjadi:
mungkin ia akan cepat menyerah apabila dihadapkan pada pelbagai
kendala, atau ia tidak akan taat asas pada penelitian yang dirancangnya
sendiri.
t
Sudigdo S astr oasmoro dlck. 39
4 Etis
Penelitian apa pun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai
subyek, tidak boleh bertentangan dengan etika. Kesulitan mungkin
timbul karena etika bukan hal yang mudah untuk didefinisikan.
Seseorang mungkin mengatakan sesuatu hal secara etis masih
berterima, namun bagi orang lain mungkin hal tersebut sudah
melanggar etika. Oleh karena itulah tiap penelitian yang menggr:nakan
manusia sebagai subyek harus lebih dahulu memperoleh persetujuan
dari komisi etika independen setempat. Uraian lebih lanjut dapat
dibaca dalam Bab 18. Penggunaan plasebo pada uji klinis senantiasa
menjadi bahan diskusi dalam sidang komisi etika. Modifikasi usulan
penelitian mungkin perlu dilakukan atas saran dari komisi etika
tersebut.
i
40 Usulanpenelitian.
5 Relevan
Relevansi merupakan hal utama yang harus dipikirkan pada awal
setiap penelitian. Tiap peneliti harus dapat memprediksi hasil
penelitian yang akan diperoletr, apakah relevan dengan kemajuan
ilmu, tata laksana pasien, kebijakan kesehatan, atau sebagai dasar
untuk penelitian selanjutnya.
Dapat ditambahkan bahwa setelah menentukan topik penelitiary
peneliti harus membatasi diri pada pertanyaan penelitian yang
paling penting. Menjawab satu atau dua pertanyaan penelitian yang
penting secara adekuat lebih baik daripada menjawab banyak
pertanyaan yang remeh-temeh. Hal ini perlu ditekankary karena
terlalu banyak pertanyaan dalam safu penelitian akan menambah
kesulitan dalam pemilihan desain, penghitungan besar sampel,
interpretasi uji statistik4 serta masalah metodologis lainnya, di samping
memerlukan tambahan logistik berupa biaya, waktu, tenaga, fasilitas
lain. Para peneliti muda cenderung untuk memasukkan sebanyak
mungkin pertanyaan dalam satu penelitian; hal ini seyogianya
dihindarkan. Praktik untuk menambahkan satu atau lebih pertanyaan
penelitian setelah data terkumpul (misalnya karena ada data yang
menarik yang sebelumnya tidak terpikirkan), juga tidak selayaknya
dilakukan.
t *o
Su di g do S as tr o asmor o dkk. 41
{;
.i
42 Usulanpenelitian.
.*
Sudigdo S astroasmoro dkk. 43
r Catatan: Seperti banyak hal dalam metodologi, ada kontro,versi di sini. Suatu
-dana
institusi penyandang resmi melarang peggunaan. kalimat tanya untuk
rumusan perianyaan penelitian, sedangkan instutisi resmi lainnya menganggap
bahwa peneliti yang'tidak dapat mefumuskan masalah penelitiannya dalam
kalimat'tanya yang"khas berirti tidak menguasai masalah penelitian yang
direncanakair. Kami setuju dengan pendapat kedua ini.
IE
.,
44 Usulanpenelitian.
atau
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas,
maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
t
Sudigdo S astroasmor o dkk. 45
Contoh
Apakah bayi yang lahir dari ibu yang suaminya perokok
mempunyai berat lahir lebih rendah dibandingkan dengan
bayi yang lahir dari ibu yang suaminya bukan perokok?
C Hrpornsrs
Setelah masalah penelitian dirumuskan, langkah berikut adalah
merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis adalah pernyataan
sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian r lang
harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak
dinilaibenar atau salatr, melainkan diuji dengan data empiris apakah
sahih (aalid) atau tidak.
Tidak semua jenis penelitian memerlukan hipotesis. Survei
ataupun studi eksploratif yang tidak mencari hubungan antar-
variabel, jadi hanya bersifat deskriptif, tidak memerlukan hipotesis,
misalnya penelitian tentang prevalens hipertensi pada pasien
obesitas, atau rerata kadar natrium murid sekolah. Perlu atau
tidaknya hipotesis dapat dilihat dari pertanyaan penelitian; apabila
dalam pertanyaan penelitian terdapat kata-kata: lebih besar,lebih
kecil, berhubungan dengan, dibandingkan, menyebabkan,
terdapat korelasi, dan sejenisnya, maka berarti diperlukan (satu
atau lebih) hipotesis. Dalam konteks ini yang dimaksudkan dengan
hipotesis adalah hipotesis peneli tian ( r e s e ar ch hyp o thes is), yang harus
dibedakan dengan hipotesis dalam uji kemaknaan yaitu hipotesis
nol dan hipotesis alternatif. Lihat Bab 15.
i
46 Usulanpenelitian.
,
Sudigdo S astroasmoro dkk. 47
.r
48 Usulanpenelitian.
Contoh
Pada pasien gagal iantung, pemberian infus inotropik Z
dimulai dari 2,5 mikrogram/kg/menit akan meningkatkan
maximal peak flou aelocity pada jalan keluar ventrikel kiri
dari 1,5 m/detik menjadi 2,0 m/detik.
(karena maximal peak flozo uelocity merupakan salah satu
parameter curah jantung, maka cukup disebut meningkatkan
curah jantung saja. Dalam definisi operasional baru dijelaskan
parameter apayang digunakan untuk menyatakan curah jantung.
Demikian pula dosis serta teknik pemberian obat dapat diuraikan
pada cara penelitiary tidak pada hipotesis). Dengan demikian
hipotesis tersebut dapat'dilonggarkan' menjadi:
Pada pasien dengan gagal jantung, pemberian obat infus
inotropik Z berhubungan dengan peningkatan curah
jantung.
.f
Sudigdo S astroasmoro dl<k. 49
D TtryreN PENELTTTAN
Tujuan khusus:
L. Memperoleh data faktor risiko untuk timbulnya renjatan
berulang pada pasien demam berdarah dengue.
2. Mengetahui manfaat cairan X untuk mencegah renjatan
berulang pada pasien demam berdarah dengue.
.,
50 Usulanpenelitian.
E MeNrear PENELnAN
Pada bagian ini perlu diuraikan manfaat apa yang diharapkan dari
penelitian yang akan dilakukan. Biasanya disebutkan manfaat dalam
bidang akademik atau ilmiaku bidang pelayanan masyarakat, serta
pengembangan penelitian itu sendiri. Perlu diingat bahwa meskipun
tujuan akhir penelitian dalam bidang kedokteran adalah untuk
peningkatan kualitas tata laksana pasiery namun penelitian dapat
bersifat quick yieliling atau non-quick yielding. Pada penelitian yang
quick-yielding hasll penelitian dapat segera diterapkan dalam
praktik atau kebijakan seperti kebanyakan penelitian klinis; pada
penelitian non-quick yielding hasilnya tidak segera diterapkan,
seperti kebanyakan penelitian ilmu-ilmu kedokteran dasar.
II TIrynuAN PUSTAKA
Dalam bab tinjauan pustaka ini harus diuraikan dengan mendalam
pelbagai aspek teoritis yang mendasari penelitian. Hal yang telah
ditulis dalam Latar Belakang Masalah perlu dirinci, dan hubungan
antar-variabel dibahas. Berikut adalah beberapa catatan penting yang
perlu diingat dalam penulisan tinjauan pustaka.
Meskipun tampaknya tinjauan pustaka 'i:.anya' merupakan
ramuan pendapat orang, namun nyatanya tidak mudah untuk
membuat tinjauan pustaka yang baik. Tidak jarang tinjauan pustaka
hanya merupakan mosaik pemyataan atauhasil penelitian terdahulu,
tanpa lebih dahulu dicema, tanpa irtterpretasi yang memadai. Apabila
mosaik tersebut dibuat tanpa kalimat pengantar yang baik, maka
akibatnya akan makin buruk, sehingga maksud untuk menyajikan
informasi yang komprehensif dan akurat yang memperjelas seluruh
aspek penelitian yang direncanakan tidak tercapai.
Kesulitan tidak jarang terjadi bila terdapat hal yang kontroversial
tentang suatu hal. Kajian yang cermat dalam merangkum hal
tersebut biasanya dapat memberikan kejelasan bahwa memang
terdapat kontroversi, namun tidak dapat mencapai simpulan akhir.
Untuk dapat mencapai hal yang terakhir ini terdapat suatu teknik
!)
Sudi gdo S astro asmor o dkk, 51
.r
)
52 Usulanpenelitinn.
KnnaNcKA KoNSEPTUAL
Dalam pustaka metodologi penelitian, istilah kerangka teori dan
kerangka konseptual cukup kontroverial. Meski concept, construct,
dan theory memiliki makna yang berbeda, namun sebagian ahli
menganggap istilah kerangka teori sama saja dengan kerangka
konsep, jadi merupakan sinonim. Di lain sisi sebagian ahli lainnya
membedakan keduanya. Menurut paham kedua, setelah pelbagai
aspek disajikan secara rinci namun terfokus dalam Tinjauan
Pustaka (menggambarkan kerangka teori), selanjutnya dibuat
rangkuman sebagai dasar untuk membuat Kerangka Konseptual.
Lazimnya kerangka konseptual ini dibuat dalambentuk diagram
yang menunjukkan jenis serta hubungan antar-variabel yang diteliti
dan variabel lainnya yang terkait. Karena tidak semua variabel akan
diukur dalam penelitian yang direcanakary pada diagram perlu
digambarkan pula batas-batas lingkup penelitian. Diagram kerangka
konseptual harus menunjukkan keterkaitan antar-variabel. Kerangka
konseptual yang disusun dengan baik dapat memberikan informasi
yang jelas dan akan mempermudah pemilihan desain penelitian.
Salah satu kekeliruan yang sering dilakukan adalah, alih-alih
membuat kerangka konseptual, peneliti menyusun alur atau
kerangka desain penelitian (misalnya diagram yang menunjukkan
populasi terjangkau, sampel, kemudian subyek dirandomisasi,
dilakukan intervensi, jenis-jenis variabel yang diukur, dan lain
t
Sudi gdo S astr oasmo ro dkk. 53
(
I
III Mnropolocr
Setelah pertanyaan penelitian, tujuan, dan hipotesis dirumuskan,
teori yang relevan diuraikan, dan kerangka konsep diformulasikan,
maka peneliti melangkah pada rancangan pelaksanaan penelitian
dengan menguraikan metodologi penelitian. Bab ini harus dibuat
dengan sangat rinci, yang bermanfaat untuk menuntun peneliti
dalam pelaksanaan, analisis, interpretasi hasil penelitian. Bab
Metodologi ini mencakup:
o desain
r tempat dan waktu penelitian
r populasi targef populasi terjangkau, dan sampel
. cara pemilihan sampel (sampling method)
o estimasi besar sampel
o kriteria pemilihan (inklusi dan ekslusi)
. prosedur kerja (pengukurary intervensi, randomisasi atau
penyamaran pada uji klinis, kriteria penghentian
penelitiary dan seterusnya)
o identifikasi variabel (variabel independen, dependen,
perancu dll dengan skala variabel masing-masing)
o definisi operasiona
. rencana manajemen dan analisis data, termasuk program
komputer yang akan dipergunakan
Berikut diuraikan dengan ringkas hal-hal yang harus disertakan
dalam bab Metodologi tersebut.
il
.r
(
54 ) Usulanpenelitian.
A DEs.q.rN PENELmAN
Desain penelitian pada esensinya merupakan wadah untuk
menjawab pertanyaan penelitian atau untuk menguji kesahihan
hipotesis. Seperti diketahui, klasifikasi desain penelitian amat
bervariasi, sehingga seringkali membingungkan. Dalam buku ini
desain penelitian klinis diklasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak
adanya intervensi, menjadi penelitian observasional (termasuk studi
cross-sectional, stttdikohort dan studi kasus-kontrol), dan penelitian
eksperimental (termasuk uji klinis). Pembahasan yang rinci tentang
jenis-jenis desain penelitian diuraikan dalam Bab 6.
Dalam usulan penelitian perlu dituliskan secara eksplisit dengan
satu kalimat, desain dipergunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
Contoh
Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol untuk menilai
peran pajanan hormon wanita pada wanita hamil muda
terhadap terjadinya kelainan kongenital ekstremitas pada
bayiyang dilahirkan.
Contoh
Penelitian ini dapat dibagi menjadi 2bagian. Bagian yang
pertama merupakan stu di cr o ss- se ctional antak menentukan
prevalens miokarditis pada pasien demam tifoid. Bagian
kedua merupakan uji klinis acak tersamar ganda untuk
mengetahui manfaat obat X dalam tata laksana miokarditis
pada pasien demam tifoid.
.*
S udig do S as tr o as mor o dlck. 55
C Popurnsr PENELTTTAN
.r if"
56 Usulanpenelitian.
Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada
populasi target dan pada populasi terjangkau. Peneliti harus berhati-
hati agar kriteria tersebut relevan dengan masalah penelitian. Sering
terdapat kendala untuk memperoleh kriteria yang sesuai dengan
masalah yang diteliti, biasanya menyangkut logistik (ketersediaan
subyek, peralatan, keahlian, biaya). Dalam hal ini maka pertimbangan
ilmiah mungkin sampai tingkat tertentu harus 'dikorbankan' oleh
J)
Suiligdo Sastroasmoro dl&,. 57
Kriteria eksklusi
Sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan
dari studi oleh karena pelbagai sebab. Keadaan yang biasanya
menjadi kriteria eksklusi pada studi klinis antara lain:
1 Terdapat keadaan atau penyakit lain yang dapat mengganggu
pengukuran atau interpretasi. Misalnya, dalam studi kasus-
kontrol yang mencari hubungan antara faktor risiko tertentu
dengan kejadian penyakit jantung bawaan, pasien dengan
kelainan kromosom tertentu yang mempunyai prevalens
penyakit jantung bawaan tinggi tidak boleh disertakan dalam
kelompok kasus
2 Terdapat keadaan yang mengganggu kemampulaksanaan,
seperti pasien yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap,
hingga dapat dipastikan akan sulit ditindaklanjuti
3 Hambatan etis
4 Subyek menolak berpartisipasi
Kesalahan elementer yang cukup sering dilakukan adalah
menyebutkan dalam kriteria eksklusi hal-hal yang memang tidak
termasuk dalam kriteria inklusi.
Contoh:
Kriteria inklusi: (1) pasien pertusis berusia < L bulan; (2) dst.
Kriteria eksklusi: (1) pasien pertusis berusia 21 bulan; (2) dst.
Nyata sekali, betapa alur pikir penulisnya tidak cerdas!
J|
58 Usulanpenelitinn.
H Cena KERIA
a Alokasi subyek
Dalam setiap penelitian yang membandingkan variabel harus
disebutkan dengan jelas subyek mana yang menjadi kelompok
yang diteliti, mana yang menjadi kelompok kontrol. Pada penelitian
observasional peneliti tidak mengalokasikan subyek yang terpajan
dan tidak terpajary melainkan hanya mengobservasi pajanan yang
terjadi secara alamiah. Pada studi intervensional peneliti mengalokasi
subyek yang akan mendapat perlakuan dan yang tidak. Cara alokasi
ini harus disebutkan dengan eksplisit. Uraian cara alokasi subyek
(randomisasi) dapat dilihat pada Bab 10.
.r
Sudigdo Sastroasmoro ilkk. 59
I IpEvnFIKASI VARIABEL
Semua variabel yang diteliti harus diidentifikasi, variabel apa saja
yang termasuk variabel bebas, variabel terganfung, dan perancu
(confounding). Diagram dalam kerangka konseptual sapat sangat
membantu dalam identifikasi variabel ini. Skala variabel (lihat Bab
4)lrya perlu disebutkaru mengingat perbedaan skala variabel akan
menyebabkan perbedaan uji hipotesis yang digunakan. Perlu
diingatkan bahwa bergantung pada konteksnya dalam penelitian,
.i
60 Usulanpenelitian.
I DErnrsI oPERASIoNAL
t
Sutligdo Sastroasmoro dkk. 61
.r
62 Usutanpmelitian.
PENurup
Pembuatan usulan penelitian sebenarnya merupakan proses
aktivitas intelektual yang mencakup kemampuan menciptakan ide,
kreativitas dan inovasi, kemampuan metodologi, penguasaan
substansi, pemahaman dan aplikasi statistika, kemampuan bahasa,
serta konsistensi berpikir logis. Oleh karenat.:rya, menulis usulan
penelitian bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, dan
membutuhkan latihan terus-menerus, baik dengan membaca
usulan penelitian orang lain, melakukan telaah kritis pustaka, dan
yang paling penting, berlatih membuat usulan sendiri.
Bagian-bagian usulan yang telah diuraikan tidak berdiri terpisakr,
melainkan menyatu dalam urutan yang logis. Peneliti mulai dengan
(1) pembenaran mengapa penelitian perlu dilakukan, kemudian
(2) mengidentifikasi masalah penelitian yang memenuhi syarat,
(3) merumuskan pertanyaan penelitian, (4) menyatakan tujuan
penelitian dalam arti luas dan dalam arti khas, (5) membangun
hipotesis sebagai dasar pembentukan wadah guna menjawab
pertanyaan penelitian, (6) mengemukakan uraian teori secara
komprehensif dan mendalam atas tiap aspek yang relevan dengan
materi, (7) menyusun kerangka konseptual, dan (B) merancang
desain penelitian yang sesuai, lengkap dengan segala komponen
yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
.*
Sudigdo Sastroasmoro dlek. 63
.'
64 Usulanpenelitian.
Dnrren PUsTAKA
1 Altman DG. Practical statistics for medical research. London: Chapman and
Hall;1995.
Dawson B, Trapp RG. Basic & clinical biostatistics. Edisi ke-3. Boston: Lange
Medical BooksMc Graw-Hill; 2001.
Doyal L. Informed consent in medical research: Joumals should not publish
res6arch to which patients have not given fully informed consent-wifrr three
exceptions. BMl. \997 ;31.4:1107.
4 Essex-Sorlie D. Medical biostatistics. Connecticut: Printice-Hall Int.;1995.
5 Greenhalgh T. How to read a PaPer: Statistics for the non-statistician.I-
Different type of data need different statistical tests. BMJ. 1997;315:364-6.
5 Hegde MN. Clinical research in communicative disorders. Boston: Little,
Brown,1987.
7 Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Grady D, Newman TB, penyunting.
Desigiring clinical research. Edisi ke-3. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins;2007.
Wingo PA, Higgins ]F, Rubin GL, Zahniser SC. An epidemiologic approach to
reproductive health. Geneva: WHO;1991.
.*
S udigdo S as trmsmaro dkk 65
$fsd-d*sdr"