Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN DAN INDUSTRI

TELAAH KRITIS JURNAL

“Associations Between Blood Cadmium Levels and Cognitive Function in a


Crosssectional Study of US Adults Aged 60 Years or Older”
TELAAH KRITIS

Associations Between Blood Cadmium Levels and Cognitive Function in a


Crosssectional Study of US Adults Aged 60 Years or Older

2
No. PERTANYAAN TELAAH KRITIS
1. Tujuan studi/penelitian  Untuk mengevaluasi hubungan antara fungsi kognitif dan
tingkat kadium dalam darah pada orang dewasa berumur
60 tahun atau lebih tua
 Untuk mengetahui efek pajanan kadmium dalam darah
dan fungsi kognitif

2. Definisi hipotesis Adanya hubungan antara pajanan cadmium dan fungsi kognitif
pada orang dewasa berumur 60 tahun atau lebih tua.

3. Desain studi/penelitian Studi Cross-Sectional

4. Jangka waktu studi Penelitian dilakukan selama 3 tahun mulai dari tahun 2011
sampai 2014.
5. Kriteria dan cara a. Subjek penelitian adalah orang dewasa yang lebih tua berusia
pemilihan 60 tahun atau di atas. Masing-masing, 1687 dan 1785 orang
responden/partisipan dewasa yang lebih tua berusia ≥ 60 tahun berpartisipasi dalam
tes fungsi kognitif pada 2011-2012 dan 2013-2014 siklus.
Tidak termasuk peserta yang tidak menyelesaikan tes kognitif
atau pengukuran kadmium darah, dalam analisis ini
berjumlah 2068 orang dewasa atau lebih tua
b. Penilaian pajanan : Sampel darah diambil dari peserta oleh
venipuncture di vial prescreened atau tabung vakum. Setelah
koleksi, sampel diangkut dan disimpan pada suhu 4°C sampai
penerimaan oleh laboratorium pengolahan; sampel kemudian
disimpan pada suhu -20° C. konsentrasi kadmium Seluruh
darah ditentukan dengan menggunakan induktif ditambah
spektrometri massa plasma setelah pengenceran sampel

3
persiapan langkah sederhana. Selanjutnya rincian
metodologis pada analisis laboratorium dijelaskan di tempat
lain. Batas deteksi (LODs) adalah 0,16 mg / L (NHANES
2011-2012) dan 0,10 mg / L (NHANES 2013-2014). Dalam
kasus di mana hasilnya adalah di bawah batas deteksi, nilai
batas deteksi dibagi dengan akar kuadrat dari 2. Sebanyak
107 (5%) peserta memiliki pengukuran di bawah LOD.
c. Penilaian kognitif dilakukan dalam sebuah wawancara rumah
tangga atau di Mobile Pusat Pemeriksaan menggunakan
Konsorsium untuk Membangun Registry untuk Alzheimer
Disease (CERAD) dengan daftar kata Learning Test, Daftar
Kata Ingat Test, tes Hewan Kelancaran dan Simbol Digit
Pergantian Test (DSST).
6. Pajanan utama Kandungan cadmium dalam darah dan fungsi kognitif

7. Bias a. Pengukuran bias:


 Kami menciptakan komposit kognitif z-skor yang mewakili
fungsi kognitif global untuk meminimalkan lantai atau
langit-langit efek tes kognitif tunggal dan kontrol untuk
berbagai faktor yang diketahui mempengaruhi fungsi
kognitif pada model kami.
 Sampel kami adalah sangat besar dan representatif. Oleh
karena itu, hubungan antara fungsi kognitif dan paparan
kadmium lebih handal.
 Penelitian ini adalah cross-sectional, yang membatasi
penilaian kita tentang hubungan temporal asosiasi.
8. Pengontrolan  Kami memasukkan berbagai macam kovariat berdasarkan
counfounding penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini yang diduga
terkait dengan fungsi kognitif dan / atau paparan kadmium:
ras-etnis (Meksiko Amerika / lainnya Hispanik, non-Hispanik
kulit putih, non-Hispanik hitam dan lainnya ras), usia
(variabel kontinu), tingkat pendidikan (SMA), rasio
kemiskinan pendapatan (rasio pendapatan keluarga dengan
kemiskinan, ≤ 0.99 dan ≥ 1.00), jenis kelamin, status
perkawinan, merokok tembakau (merokok sedikitnya 100

4
rokok dalam hidup dan asap sekarang lancar, merokok
sedikitnya 100 batang rokok dalam hidup tetapi tidak
merokok sekarang sebagai mantan, dan merokok kurang dari
100 rokok dalam hidup dan tidak merokok sekarang seperti
tidak pernah), konsumsi alkohol (stroke dan penyakit jantung
koroner).
9. Hubungan antara  Dalam analisis univariat, semua kovariat selain merokok
exposure dan outcome. dikaitkan dengan komposit z-skor. Kadmium darah sebagai
Apakah exposure variabel kontinu berbanding terbalik dengan komposit z-skor
mendahului outcome dalam model disesuaikan 1 (mg / L, β = -0,19, 95% CI -0,29
ke -0,08). Asosiasi juga signifikan dalam model 2 yang
disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan,
rasio kemiskinan pendapatan dan status perkawinan (mg / L, β
= -0,09, 95% CI -0,18 ke -0,01). Selain itu, asosiasi masih ada
di model 3 disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, etnis,
pendidikan, rasio kemiskinan pendapatan, status perkawinan
dan konsumsi alkohol (mg / L, β = -0,11, 95% CI -0,19 untuk
-0.02). Kemudian, disesuaikan dengan diabetes, hipertensi,
stroke dan penyakit jantung koroner di model 4, dan asosiasi
signifikan seperti sebelumnya (mg / L, β = -0,11, 95% CI
-0,20 ke -0,03).
 Dilihat dari hasil analisis sensitivitas, tidak termasuk individu
yang menderita stroke, kadmium darah sebagai variabel
kontinu juga berbanding terbalik dengan komposit z-skor
yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, etnis,
pendidikan, rasio kemiskinan pendapatan, status perkawinan,
konsumsi alkohol, diabetes, hipertensi dan jantung koroner
penyakit (mg / L, β = -0,12, 95% CI -0,20 untuk -0,04).
Demikian pula, kuartil tertinggi berbanding terbalik dikaitkan
dengan komposit z-skor (mg / L, β = -0,13, 95% CI -0,23
untuk -0,03). tren masih ada bergerak dari kuartil terendah ke
tertinggi kuartil (p trend = 0,0107).

5
10. Hasil utama  Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadmium darah
berhubungan dengan fungsi kognitif yang lebih buruk pada
orang dewasa yang lebih tua berusia 60 tahun atau lebih tua di
Amerika Serikat.

11. Apakah hasil dapat  Hasil ini dapat digeneralisirkan di Indonesia karena kadmium
digeneralisasikan di merupakan karsinogen pada manusia yang keberadaannya
Indonesia? juga banyak ditemukan di Indonesia. Kondisi air di sungai
Indonesia diduga mengandung senyawa kadmum, hal ini
dikarenakan oleh pencemaran limbah industri. Salah satu
kasus keracunan Kadmium di Indonesia yaitu kasus Bambe.

12. Keterbatasan dalam  NHANES tidak termasuk kode pendudukan untuk layar untuk
Penelitian pekerjaan kadmium-eksposur seperti peleburan,
electroplating, pembuatan pigmen dan aplikasi, dan
manufaktur baterai alkaline.
 Kurangnya indikator laboratorium seperti cotinine, kita hanya
digunakan merokok yang dilaporkan sendiri dalam analisis,
yang dapat menyebabkan beberapa bias.

NARASI JURNAL

Sebuah penelitian dengan judul“Associations between blood cadmium


levels and cognitive function in a crosssectional study of US adults aged 60 years
or older”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pajanan
kadmium dalam darah dengan fungsi kognitif pada orang dewasa Amerika Serikat
berusia 60 tahun atau lebih tua. Penelitian ini dilakukan selama 3 tahun (2011 –
2014) dengan desain studi Cross-sectional.
Hipotesis dari penelitian ini adalahPajanan kadmium dan fungsi kognitif
pada orang dewasa berumur 60 tahun atau lebih tua.
Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional selama 3 tahun
(2011 – 2014). Peneliti menggunakan metode wawancara atau di Mobile Pusat

6
Pemeriksaan menggunakan Konsorsium untuk Membangun Registry untuk
Alzheimer Disease (CERAD).
Dalam jurnal ini disebutkan secara jelas mengenai faktor confounding, ada
beberapa confounders dalam penelitian ini, yaitu ras-etnis (Meksiko Amerika /
lainnya Hispanik, non-Hispanik kulit putih, non-Hispanik hitam dan lainnya ras),
usia (variabel kontinu), tingkat pendidikan (SMA), rasio kemiskinan pendapatan
(rasio pendapatan keluarga dengan kemiskinan, ≤ 0.99 dan ≥ 1.00), jenis kelamin,
status perkawinan, merokok tembakau (merokok sedikitnya 100 rokok dalam
hidup dan asap sekarang lancar, merokok sedikitnya 100 batang rokok dalam
hidup tetapi tidak merokok sekarang sebagai mantan, dan merokok kurang dari
100 rokok dalam hidup dan tidak merokok sekarang seperti tidak pernah),
konsumsi alkohol (stroke dan penyakit jantung koroner). Faktor-faktor ini sudah
dikontrol oleh peneliti dengan cara menggunakan analisis statistic kovariat.
Sampel pada penelitian berjumlah 2068 orang dewasa atau lebih tua.
Hasil penelitian menunjukan bahwapeningkatan kadmium darah
berhubungan dengan fungsi kognitif yang lebih buruk pada orang dewasa berusia
60 tahun atau lebih tua di Amerika Serikat.
Menurut kelompok kami, studi ini dapat digeneralisasi di Indonesia
karenakadmium merupakan karsinogen pada manusia yang keberadaannya juga
banyak ditemukan di Indonesia. Kondisi air di sungai Indonesia diduga
mengandung senyawa kadmum, hal ini dikarenakan oleh pencemaran limbah
industri. Salah satu kasus keracunan Kadmium di Indonesia yaitu kasus Bambe.

KERANGKA TEORI

TEL,TML Bahan Bakar


Kendaraan Bermotor
Faktor Lingkungan:
- Dosis dan lama
Kontak Langsung Kaadar Cd di Udara
paparan
7 - Kelangsungan
paparan
Cd di keringat, - Jalur pemaparan
rambut, kuku Cd Gangguan
dalam feses
Kesehatan
Cd dalam darahCd dalam urin
Faktor Individu:
 Usia
 Diet
 Masa Kerja
 Jenis Kelamin
 Pemakaian APD
 Pengetahuan
 Perilaku Mencuci
Tangan

Gambar 1. Perjalanan Logam Sampai Ke Tubuh Manusia (Fauzia,2014).

KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Pajanan Kadmium dalam


darah Terganggunya fungsi kognitif

Ras-etnis
pendidikan
Jenis Kelamin
TINJAUAN PUSTAKA
Pendapatan
1. Kadmium Perkawinan
Kadmium adalah logam transisi
Kebiasaan beracun yang ditemukan pada tahun 1817
Merokok
Konsumsi
sebagai pengotor “calamine” alkohol
(seng karbonat), yang berasal dari bahasa latin
cadmia. Kadmium merupakan hasil sampingan dari pengolahan biji seng (Zn)
yang digunakan sebagai penggani seng. Cadmium adalah logam kebiruan yang
lunak, termasuk golongan II B, bernomor atom 48 mempunyai bobot atom 112, 41
g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Unsur ini bersifat lentur, tahan terhadap tekanan,
memiliki titik lebur rendah serta dapat dimanfaatkan untuk pencampur logam lain,
seperti nikel, perak, tembaga, dan besi. Senyawa cadmium juga digunakan bahan

8
kimia, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, cat, karet, sabun, kembang api,
percetakan tekstil dan pigmen untuk gelas dan email gigi. Di alam cadmium
bersenyawa dengan belerang (S) sebagai greennocckite (CdS) yang ditemui
bersamaan senyawa dengan spalerite (ZnS). Kadmium merupakan logam lunak
berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara ebas dan gas ammonia
(NH3). Di perairan Cd akan mengendap karena senyawa sulfitnya sukar larut.

Gambar 2. Senyawa Kadmium pada logam dan batuan.

1.1 Penggunaan Dalam Bidang Industri


Kadmiun banyak digunakan dalam industri-industri ringan seperti pada
proses pengolahan roti, pengolahan ikan, industri tekstil dan lain-lain. Aplikasi
utama cadmium adalah sebagai pelapis besi dan baja untuk mencegah erosi.
Penggunaan cadmium yang paling besar (75%) adalah dalam industry batu baterai
(terutama baterai Ni-Cd). Selain itu, logam ini juga dapat digunakan campuran
pigmen, electroplating, pembuatan alloys dengan titik lebur yang rendah,
pengontrol pembelahan reaksi nuklir, dalam pigmen cat dengan membentuk
beberapa garamnya seperti cadmium oksida (yang lebih dikenal sebagai cadmium
rendah), semikonduktor, stabilisator PVC, obat-obatan seperti sipilis dan malaria,
dan penambangan timah hitam dan bijih seng, dan sebagainya.
Cd dalam konsentrasi rendah banyak digunakan dalam industri pada
proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan minuman, serta industri
tekstil (Wahyu, 2004).
Penggunaan Cd dan persenyawaannya ditemukan dalam industi
pencelupan, fotografi dan lain-lain. Pemanfaatan Cd dan persenyawaannya dapat
dilihat sebagai berikut (Wahyu, 2004).
1. Senyawa CdS dan CdSeS, banyak digunakan sebagai zat warna.

9
2. Senyawa Cd-Sulfat (CdSO4) digunakan dalam industi baterai yang
berfungsi untuk pembuatan sel Weston karena mempunyai potensial
stabil yaitu sebesar 1,0186.
3. Senyawa cadmium bromide (CdBr2) dan cadmium ionida (CdI2) secara
terbatas digunakan dalam dunia fotografi
4. Senyawa dietil cadmium {(C2H5)2Cd} digunakan dalam proses
pembuatan tetraetil-Pb.
5. Senyawa Cd-stearat banyak digunakan dalam perindustrian amnufaktor
polyvinyl (PVC) sebagai bahan yang berfungsi untuk stabilizer (Palar
2008).

1.2 Tingkat Pencemaran Kadmium


Sumber pencemaran Cd antara lain berasal dari industri elektroplating dan
galvanisasi dalam pembuatan plastik, warna cat, baterai nikel-kadmium, batu bara
dan bahan bakar fosil lainnya yang mengandung kadmium. Sehubungan dengan
beraneka ragamnya penggunaan logam Cd, maka pelepasan Cd dari limbah
industri ditambah Cd yang berasal dari alam akan menimbulkan pencemaran
lingkungan yang meluas mengingat Cd merupakan substansi yang persisten di
dalam lingkungan. Cd bisa berada di atmosfir, tanah dan perairan.

Kadmium akan mengalami biotransformasi dan bioakumulasi dalam


organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam tubuh biota perairan
jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan dengan
adanya proses biomagnifikasi di badan air. Di samping itu, tingkatan biota dalam
sistem rantai makanan turut menentukan jumlah kadmium yang terakumulasi.
Dimana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi
kadmium yang lebih banyak.
Chaney (1980) menyatakan bahwa konsentrasi Cd dalam tanah akan
memperbesar penangkapan unsur logam berat tersebut oleh tanaman yang
selanjutnya memasuki rantai makanan dan berakhir pada manusia.
Tingkat akumulasi logam cadmium didalam air dapat diakibatkan adanya
suatu kegitan industry dalam elektroplating, pembuatan aloy, baterai alkali dan
pengerjaan bahan-bahan dengan menggunakan pigmen zat warna.Peningkatan
pada industrialisasi member dampak peningkatan konsentrasi substansi logam

10
berat pada logam cadmium pada badan perairan, sehingga dapat menyebabkan
tingginya tingkat konsentrasi logam tersebut dan dapat menyebabkan toksik bagi
kehidupan akuatik. Pencemaran logam cadmium dapat berasal pada daerah-daerah
penimbunan sampah dan aliran air hujan.

1.3 Penanggulangan Pencemaran


Dengan memperhatikan efek toksik logam berat Cd, maka upaya
penanggulangan dapat dilakukkan dengan menentukan indikator biologis
(bioindikator) sekaligus juga dapat berfungsi sebagai biomonitoring akumulasi
pencemaran logam berat Cd di perairan.
Fitoremediasi merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan pencemaran
akibat logam Cd. Fitoremediasi upaya untuk mengobati pencemaran lingkungan
melalui penggunaan tanaman dan mikroba yang terkait. Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa tanaman dapat mengakumulasi Cd dalam tubuh, diantaranya
Eichornia crassipes, Brassica napus, Avicenna marina, Lycopersicon esculentum,
Wolffia globosa, Phytolacca Americana, Solanum nigrum, Typha domingensis,
Sedum plumbizincola, Thlaspi caerulescens, Helianthus anuus, Lolium perenne,
Tagetes ercecta, Chara astralis.
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat juga dilakukan
dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia
tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion
(exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan
menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Penanganan
logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal
dengan bioakumulasi,bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang
dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di
lingkungan perairan tersebut.
Penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri
atas dua mekanisme yang melibatkan proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif
uptake (bioakumulasi).
1. Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini
secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk
pertumbuhan sianobakteria, dan/atau akumulasi intraselular ion logam

11
tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan
ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari energi yang
terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti pH,
suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan
melibatkan sianobakteria dapat dilakukan dengan proses pertama,
sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan
dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan
dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria
berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini
dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat
dengan ion logam berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian
dibuang ke lingkungan.
2. Proses pasif uptake
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben.
Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan
cara pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion
logam berat; dan kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-
ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol,
hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai
contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami
reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui
proses pertukaran kation.

1.4 Efek Toksik


Kadmium (Cd) belum diketahui fungsinya secara biologis dan dipandang
sebagai xenobiotik dengan toksisitas yang tinggi dan merupakan unsur lingkungan
yang persisten.
Efek toksik Cd akan menunjukkan gejala yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Tingkat dan lamanya paparan; semakin tinggi kadar dan semakin lama
paparan, efek toksik yang diberikan akan lebih besar. Kadmium dalam
dosis tunggal besar mampu menginduksi gangguan saluran pencernaan,

12
sedangkan paparan Cd dalam dosis rendah tetapi berulang kali bisa
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.
2. Bentuk kimia dari logam berat Cd sebagai contoh toksisitas akut Cd yang
dinyatakan dengan LD50 pada tikus dalam bentuk senyawa Cd kaprilat
sebesar 270 mg/kg berat badan, Cd stearat 203 mg/kg berat badan, LD50
pada mencit dalam bentuk senyawa CdS04 47 mg/kg bb, CdCl2 57 mg/kg
bb, Cd (N03)2 48 mg/kg bb, Cd kaprilat 85 mg/ bb, Cd stearat 98 mg/kg
bb, dan CdCO3 202 mg/kg bb. LD50 rata-rata 100 mg/kg berat badan
untuk garam kadmium yang larut dan mencapai ribuan mg/kg berat badan
untuk garam kadmium yang tidak larut.
3. Kompleks protein-logam ataupun kadmium bergabung dengan:
metalloprotein (MT) suatu protein dengan bobot molekul rendah. Bentuk
kompleks Cd kurang toksik dibandingkan Cd2+. Apabila Cd-MT
melepaskan Cd2+, maka akibatnya adalah munculnya efek toksik.
4. Faktor penjamu Cd seperti halnya toksikan lainnya. Hewan tua dan hewan
muda umumnya lebih rentan daripada hewan dewasa muda. Hasil
penelitian membuktikan bahwa mencit dan tikus yang baru lahir
mengabsorpsi Cd lebih besar daripada hewan yang dewasa. Dua minggu
setelah pemberian Cd, mencit muda mampu menyimpan 10% dari Cd yang
diberikan secara oral, sedangkan mencit dewasa mampu menyimpan 1%
dari Cd yang diberikan.
5. Faktor-faktor diet, misalnya defisiensi protein, vitamin C, vitamin D,
kalsium (Ca), dan Fe (besi) akan meningkatkan toksisitas Cd (Klaassen
etal., 1986; Palar, 1994; Lu, 1995, Bestarache, 2003; Haas, 2005).
Kadmium (Cd) bentuk asap atau gas bisa berakibat fatal bila konsentrasi Cd
40-50 mg/m3 terinhalasi selama 1 jam dan konsentrasi Cd 9 mg/m3 terinhalasi
selama 5 jam. Konsentrasi lebih rendah tidak berakibat fatal (Bastarache, 2003).
Keracunan yang disebabkan kadmium dapat bersifat akut dan kronis. Gejala
keracunan akut yang disebabkan oleh logam Cd adalah timbulnya rasa sakit dan
panas pada bagian dada (Anggraeny, 2010). Gejala keracunan akut ini muncul
setelah 4-10 jam sejak terpapar. Akibat dari paparan Cd ini dapat mengakibatkan
penyakit paru akut. Penyakit paru ini dapat terjadi apabila terpapar uap logam Cd
selama 24 jam (Laura Robinson and Ian Thorn, 2005). Paparan kornik dapat

13
mengakibatkan kematian apabila terpapar konsentrasi yang berkisar 2500-2900
mg/m3 (Gupta, 2009).
Keracunan yang bersifat kronis disebabkan oleh daya racun yang dibawa
logam Cd terjadi dalam selang waktu yang panjang. Peristiwa ini terjadi karena
logam Cd yang masuk dalam tubuh dalam jumlah kecil sehingga dapat ditolerir
oleh tubuh pada saat tersebut. Akan tetapi karena proses tersebut terjadi secara
terus-menerus secara berkelanjutan maka tubuh pada batas akhir tidak mampu
memberikan toleransi terhadap daya racun yang dibawa oleh Cd. Keracunan yang
bersifat kronis ini membawa akibat yang lebih parah dibandingkan dengan
paparan secara akut. Keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd umumnya berupa
kerusakan sistem fisiologis tubuh. Target sistem tubuh yang dapat dirusak oleh Cd
adalah pada sistem urinaria, sistem respirasi, sistem sirkulasi, dan sistem
reproduksi (Widowati et al., 2008)
Beberapa jenis penyakit dan organ tubuh yang diserang akibat paparan
Kadmium dapat dilihat pada table 1.
Organ yang diserang Gejala/penyakit yang ditimbulkan
Ginjal Gangguan dan kerusakan pada sistem
kerja ginjal, terutama ekskresi protein
Paru Kerusakan terhadap organ respirasi
paru-paru. Gangguan fungsi paru-paru
karena keracunan Cd meliputi bronkitis,
fibrosis, emfisema, dan dispne
Jantung Gangguan terhadap jantung yang
disebabkan oleh keracunan Cd bisa
mengakibatkan hipertrofi jantung
Tulang Gejala rasa sakit pada tulang sehingga
menyulitkan untuk berjalan. Itai-itai
(kerapuhan pada tulang)
Sistem kardiovaskular Hipertrofi ventrikular
Sistem respirasi Emphysema, Edema
Sistem sirkulasi Anemia karena Cd
Sistem reproduksi Impotensi

Toksisitas Kadmium pada manusia bisa diamati menggunakan indicator biologi


antara lain :

14
1. Kadar Kadmium dalam urin (dapat terdeteksi pada korban yang baru
terpapar Cd)
2. Kadar Kadmium alam darah (bisa terdeteksi pada korban dengan paparan
akut).
3. Kadar Kadmium dalam rambut (bisa terdeteksi pada korban dengan
paparan kronis).

1.3. Jalur Paparan


Paparan kadmium pada manusia bisa terjadi melalui beberapa jalur :
1. Saluran nafas
Jalur utama masuknya kadmium dalam tubuh di lingkungan kerja.
Kandungan kadmium di udara dapat mencapai ribuan kali lebih tinggi di
lingkungan kerja bila dibandingkan dengan lingkungan biasa.
2. Paparan melalui oral
Penyerapan kadmium melalui makanan pada asupan makanan dan zat besi
dalam tubuh.
3. Melalui jalur inhalasi bagi orang yang perokok
4. Paparan melalui ingesti
Penyarapan kadmium oleh tanah sehingga tanah terkontaminasi oleh
cadmium
5. Paparan melalui kulit.
Penyerapan kadmium melalui kulit sangat rendah sekitar 0.5% kontak
dengan kulit akan semakin parah bila terpapar selama beberapa jam atau
lebih (ATSDR)
6. Pencemaran kadmium di udara
Dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara atau minyak dan
pembakaran limbah padat seperti plastik dan baterai nikel-kadmium (dapat
terdeposit menjadi limbah padat), proses produksi besi dan baja,
penyepuhan logam, memproduksi pigmen, baterai, stabilisator.

Ingesti Kadmium bisa mengakibatkan menyebabkan gangguan ginjal dan


tulang yang serius yang dinamakan penyakit “Itai-Itai , khsususnya pada
perempuan (Kobayashi et al. 2006; Ezaki et al, 2003).
Efek lebih lanjut dari Kadmium adalah :

15
Keracunan kadmium bisa bersifat kronis dan akut, paparan Cd secara akut
bisa menyebabkan nekrosis pada ginjal dan paparan yang lebih lama berlanjut
dengan terjadinya proteinuria. Sedangkan toksisitas kronis Cd dapat merusak
sisitem fisiologis tubuh, antara lain system urinaria, system respirasi, system
sirkulasi, jantung, system saraf, kerapuhan tulang (osteoporosis). Kadmium
terabsorpsi lewat pencernaan, sehingga menyebabkan mual, muntah, diare, sakit
perut, dan rejan. Inhalasi Cd menyebabkan demam, batuk, gelisah, sakit kepala,
dan nyeri perut.

1.3. Karsinogenitas
Senyawa cadmium dianggap sebagai karsinogen bagi manusia (IARC,
1993; NTP, 2004). Pada manusia, paparan cadmium pada pernafasan paling jelas
terkait dengan kanker paru-paru (IARC, 1993; NTP, 2004). Studi manusia purba
menunjukkan kemungkinan keterkaitannya dengan kanker prostat, namun studi
ini belum dikonfirmasi oleh penelitian terbaru (Sahmoun et al., 2005). Ginjal dan
pancreas yang terpapar cadmium dengan konsentrasi dan paparan yang tinggi
dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan kanker pancreas.
Beberapa penelitian terhadap tikus menyebutkan bahwa menghirup
berbagai senyawa cadmium akan menyebabkan kanker paru dan tumor paru-paru.
Senyawa seperti cadmium klorida, oksida, sulfat, sulfide dan bubuk cadmium
dapat menghasilkan sarcoma local pada tikus. Studi lain ditemukan bahwa
paparan cadmium pada tikus dapat menginduksi tumor pancreas, adrenal, system
hati, ginjal, hipofisis dan hematopoetik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian zinc secara umum
dapat menghambat karsinogenesis cadmium, sedangkan kekurangan zinc dapat
meningkatkan respon.

16
Gambar 3. Penyakit Itai-Itai Akibat Pencemaran Kadmium

1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Toksisitas Cd


Pengaruh toksisitas cadmium disebabkan adanya interaksi antara logam
cadmium dan protein, sehingga dapat menghambat aktivitas kerja enzim didalam
tubuh. Dampak dari keracunan logam cadmium yaitu tekanan darah tinggi,
kerusakan jaringan testikular, kerusakan ginjal dan kerusakan sel darah merah.
Dibandingkan pada logam berat lainnya, logam cadmium adalah salah satu
jenis logam berat yang memiliki tingkat toksisitas yang tinggi. Tingkat
penyebaran yang luas, serta memiliki paruh waktu yang panjang didalam tubuh
organism hidup yaitu berkisar 10–30 tahun, karena logam cadmium tidak dapat
didegradasi.
Kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas (toksisginjal) yaitu gejala
proteinuria, glikosuria dan aminoasiduria disertai dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus ginjal. Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan
kardiovaskular dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas
jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada
kasus keracunan kronis Cd. Selain itu, cadmium dapat menyebabkan terjadinya
gejala osteomalasea karena terjadi interferensi daya keseimbangan kandungan
kalsium dan fosfat dalam ginjal.

1.5. Nilai Ambang Batas Kadmium

17
Nilai standar pajanan untuk melindungi masyarakat umum dari pajanan
kadmium telah ditetapkan oleh beberapa institusi kesehatan. FDA dan ATSDR
(1999) menetapkan bahwa kandungan maksimum kadmium dalam air minum dan
air botol adalah 0,005 mg/l, sedangkan untuk kandungan kadmium yang masih
dapat dikonsumsi secara kronik melalui oral tanpa adanya risiko gangguan
kesehatan adalah 0,0002 mg/kg berat badan/hari.
WHO menentukan bahwa asupan kadmium yang masih dapat ditoleransi
secara mingguan adalah 7μg/kg/berat badan/minggu. The National Institute of
Occupational Safety and Health (NIOSH) juga telah menentukan kandungan yang
dapat membahayakan kehidupan dan kesehatan adalah 9 mg/m3 (NIOSH, 2006;
NTP, 2004).
Di Indonesia, pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) No 419 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air menetapkan bahwa kandungan kadmium maksimum yang diperbolehkan
adalah 0,005 mg/l dalam daftar persyaratan kualitas air bersih. Di Tahun 2010,
pemerintah menerbitkan Permenkes No. 492 tentang Persyaratan Kualitas Air.
Berikut ini merupakan batas-batas konsentrasi cadmium yang
membahayakan bagi kesehatan manusia yang telah ditetapkan oleh pemerintah
federal sebagai berikut (ATSDR,2004):
1. EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan batas maksimal
konsentrasi cadmium dalam air minum adalah 0,04 mg/L
2. OSHA (The Occupational Health and Safety Administration)
menetapkan batas maksimal bagi pekerja yang terpapar dengan
cadmium secara langsung adalah 5 mikrogram/meter kubik selama 8
jam kerja sehari dan 40 jam kerja selama 1 minggu
3. FDA menetapkan konsentrasi air minum dalam kemasan tidak boleh
melebihi 0,005 ppm.

KESIMPULAN
1. Cadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B,
bernomor atom 48 mempunyai bobot atom 112, 41 g/mol dan densitas
8,65 g/cm3.
2. Sumber pencemaran Cd antara lain berasal dari industri elektroplating dan
galvanisasi dalam pembuatan plastik, warna cat, baterai nikel-kadmium,
batu bara dan bahan bakar fosil lainnya yang mengandung kadmium.

18
3. Toksisitasyang disebabkan kadmium dapat bersifat akut dan kronis. Gejala
keracunan akut yang disebabkan oleh logam Cd adalah timbulnya rasa
sakit dan panas pada bagian dada Keracunan yang bersifat kronis
disebabkan oleh daya racun yang dibawa logam Cd terjadi dalam selang
waktu yang panjang.
4. Indikator biologis paparan Cd bisa diketahui melalui kadar Cd pada urin,
darah, rambut.
5. Pengaruh toksisitas cadmium disebabkan adanya interaksi antara logam
cadmium dan protein, sehingga dapat menghambat aktivitas kerja enzim
didalam tubuh.
6. Untuk NAB Cd, WHO menentukan bahwa asupan kadmium yang masih
dapat ditoleransi secara mingguan adalah 7μg/kg/berat badan/minggu.
7. Penanggulangan dapat dilakukkan dengan menentukan indikator biologis
(bioindikator) sekaligus juga dapat berfungsi sebagai biomonitoring
akumulasi pencemaran logam berat Cd diperairan.
8. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa tanaman dapat mengakumulasi
Cd dalam tubuh, diantaranya Eichornia crassipes, Brassica napus,
Avicenna marina, Lycopersicon esculentum, Wolffia globosa, Phytolacca
Americana, Solanum nigrum, Typha domingensis, Sedum plumbizincola,
Thlaspi caerulescens, Helianthus anuus, Lolium perenne, Tagetes ercecta,
Chara astralis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Eldrin, Nadya.E.H, dkk. 2019. Identifikasi Kandungan Timbal (Pb), Tembaga


(Cu), dan Kadmium (Cd) pada Air Sungai Malakutan Kota Sawahlunto.
Jurnal Fisika Unand. Vol 8(1).
Klaassen, Curtis.D. 2008. Casrett And Doull’s Toxicology The Basic Science of
Poisons. Kansas : Medical Publishing Division

Pratista Dewa, Riardi. 2015. Analisa Kandungan timbale (Pb) dan Kadmium (Cd)
Pada Air Minum Dalam Kemasan Di Kota Ambon. Hal 76-82. Jurnal :
Majalah BIAM.
Winata, Susanty.D. Monitoring, Pencegahan Keracunan pada Pekerja Terpapar
Cadmium. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp.asp?id=22&tid=3 Diakses pada 10 May
2014.
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_7_TOKSISITAS_LOGAM_BERAT.p
df Diakses pada 5 Mei 2019
https://www.academia.edu/8575057/FAKTOR-
FAKTOR_YANG_BERHUBUNGAN_DENGAN_KADAR_KADMIUM_
CD_DALAM_URIN_PADA_OPERATOR_STASIUN_PENGISIAN_BAH
AN_BAKAR_UNTUK_UMUM_SPBU_DI_BEBERAPA_WILAYAH_JAB
ODETABEK_PADA_TAHUN_2014 Diakses pada 5 Mei 2019

20

Anda mungkin juga menyukai