Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA Kelas XII

Satuan Pendidikan : SMA


Kelas/Semester : XII/2
Mata Pelajaran : Geografi
Materi Pokok : Memahami Pemanfaatan Peta, Pengindraan Jauh dan SIG
Jumlah Pertemuan : 1 X Pertemuan
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit

A. KOMPETENSI DASAR
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya
sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam mempelajari
Geografi untuk memahami pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG
3.1 Memahami pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG baik melaui materi maupun
praktek
4.1 Menginterpretasi makna pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG.

B. INDIKATOR
1.2.1. Mendeskripsikan peta untuk tata guna lahan berkaitan dengan pengembangan potensi
wilayah dan kesehatan lingkungan.
1.3.1 Mendeskripsikan peta untuk jaringan transportasi berkaitan dengan pengembangan
potensi wilayah dan kesehatan lingkungan.
1.4.1 Mendeskripsikan pengindraan jauh untuk tata guna lahan berkaitan dengan
pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan.
1.4.2 Mendeskripsikan pengindraan jauh untuk jaringan transportasi berkaitan dengan
pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan.
1.4.3 Mendeskripsikan system informasi geografis untuk tata guna lahan berkaitan dengan
pengemangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan.
1.4.4 Mendeskripsikan system informasi geografis untuk jaringan transportasi berkaitan
dengan pengemangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan
1.4.5 Menyusun peta tematik berdasarkan pengolahan citra pengindraan jauh dan Sistem
Informasi Geografis (SIG) untuk pengembangan potensi wilayah dan kesehatan
lingkungan
1.4.6 Mendeskripsikan laporan hasil diskusi tentang pemanfaatan peta, citra pengindraan
jauh, dan Sistem Informasi Geografis terkait jaringan transportasi, tata guna lahan,
potensi wilayah dan kesehatan lingkungan dilengkapi peta tematik

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Selama dan setelah proses pembelajaran tentang pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan
SIG, siswa konsisten mempelajari Geografi dengan kaidah yang tepat sebagai wujud
mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia.
2. Selama dan setelah pembelajaran tentang pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG,
siswa dapat menunjukan prilaku tanggung jawab, peduli, dan proaktif dalam mempelajari
Geografi.
3. Setelah proses pembelajaran tentang pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG, siswa
diharapkan dapat memahami struktur dan kaidah pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan
SIG dengan tepat.
4. Setelah proses pembelajaran tentang pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG, siswa
dirahapkan mampu memahami serta menginterpretasikan pemanfaatan peta, pengindraan
jauh dan SIG dengan tepat.

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Contoh pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG
2. Sistematika, struktur dan kaidah pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG
3. Langkah-langkah menyusun struktur pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG

E. METODE PEMBELAJARAN :
1. Metode Pembelajaran Berbasis Projek
2. Metode Pembelajaran Saintifik
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN :
a. Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
1. Siswa merespon salam dari guru. Kemudian siswa berdoa sebelum pembelajaran
dimulai.
2. Siswa mengisi daftar hadir.
3. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4. Siswa mendapatkan informasi tujuan pembelajaran dan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan materi pembelajaran.

b. Kegiatan Inti (65 Menit)


1. Siswa menerima contoh teks pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG.
Kemudian siswa mengamati contoh pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan
SIG yang diberikan oleh guru.
2. Siswa mengamati pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG yang diberikan
oleh guru dengan cara membaca dan memahami isi dari pemanfaatan peta,
pengindraan jauh dan SIG tersebut.
3. Siswa mempertanyakan isi teks laporan pemanfaatan peta, pengindraan jauh
dan SIG yang ada dalam contoh teks yang diberikan oleh guru.
4. Siswa dibantu oleh guru untuk memahami struktur dan kaidah yang ada dalam
pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG tersebut.
5. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 4 orang atau lebih.
6. Masing – masing kelompok yang telah dibentuk diberikan contoh pemanfaatan
peta, pengindraan jauh dan SIG oleh guru.
7. Masing – masing kelompok diminta untuk mengidentifikasi isi (struktur dan
kaidah) pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG dengan cermat
8. Siswa menemukan dan menyimpulkan struktur dan kaidah atau unsur-unsur
yang ada pada pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG yang telah
diberikan oleh guru.
9. Siswa mempresentasikan hasil analisis dengan rasa percaya diri
10. Siswa menanggapi presentasi teman/kelompok lain secara santun
11. Siswa mengomentari/menanggapi isi (struktur dan kaidah) dari hasil presentasi
pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG yang dibacakan teman/kelompok
lain dengan santun
c. Penutup
1. Siswa bertanya jawab mengenai materi pembelajaran yang telah dipelajari
2. Siswa melakukan refleksi
3. Siswa menyimpulkan materi pembelajaran
4. Siswa mengikuti evaluasi pembelajaran yang diberikan oleh guru
5. Siswa dan guru menutup pembelajaran dan meninggalkan kelas dengan tertib
G. SUMBER/MEDIA PEMBELAJARAN
a. Sumber : Buku Geografi
b. Media : Contoh Struktur pemanfaatan peta, pengindraan jauh dan SIG
H. PENILAIAN
a. Format Penilaian Sikap Spiritual, Sikap Sosial, Pengetahuan dan Keterampilan
1. Penilaian Aspek Sikap Spiritual
Kriteria Penilaian Sikap Spiritual
Siswa berdoa sebelum Siswa menjawab salam Siswa mensyukuri anugerah
pembelajaran dimulai dari guru tuhan dengan konsisten
No Nama
menggunakan bahasa
indonesia
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
5

2. Penilaian Aspek Sikap Soial


Kriteria Penilaian Sikap Sosial
Siswa bertanggung Siswa responsif Siswa proaktif dan disiplin
jawab dalam proses terhadap pembelajaran dalam pembelajaran tentang
No Nama
pembelajaran tentang teks laporan hasil teks laporan hasil observasi
laporan hasil observasi observasi
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
5
3. Penilaian Aspek Pengetahuan
Kriteria Penilaian Pengetahuan
Siswa memahami Siswa dapat memahami Siswa dapat memahami
struktur dan kaidah dan mempresentasikan seluruh isi (struktur dan
No Nama teks laporan hasil hasil diskusi tentang kaidah) laporan hasil
observasi yang laporan hasil observasi observasi yang diberikan
diberikan guru yang diberikan guru dengan tepat
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
5

4. Penilaian Aspek Ketrampilan


Kriteria Penilaian Keterampilan
Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat menganalisis
mempresentasikan menginterpretasikan teks laporan hasil obeservasi
No Nama makna teks laporan makna teks laporan yang diberikan oleh guru.
hasil observasi hasil observasi baik
lisan maupun tulisan
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
5

Keterangan:
1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik
b. Rekapitulasi Penilaian

Jumlah Skor Penilaian


Jumlah
No Nama Kode
Sikap Sikap Skor
Pengetahuan Keterampilan
Spiritual Sosial
1
2
3
4
5

Kode/Nilai:
30-21 = B (Baik)
20-11 = C (Cukup)
10-1 = K (Kurang)

Keterangan:
- Jumlah Skor = Jumlah seluruh aspek penilain
Kode/nilai = Rentang nilai dari jumlah skor
MATERI PEMBELAJARAN

Interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh terkait jaringan transportasi dan tata
guna lahan

PETA RENCANA KAWASAN BUDIDAYA, PROV. BANTEN


SUMBER: Bapeda Prov. Banten

Jaringan Transportasi Dan Tata Guna Lahan


Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-
negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
baik di bidang transportasi perkotaan (urban) maupun transportasi antar kota (regional).
Terciptanya suatu sistem transportasi atau perhubungan yang menjamin pergerakan manusia atau
barang secara lancar, aman, cepat, murah dan nyaman merupakan tujuan pembangunan di sektor
perhubungan (transportasi).
Istilah tata-guna lahan (land use) berawal dari ilmu ekonomi pertanian. Istilah ini mengacu pada
sebidang lahan dan manfaat ekonomi yang dimiliki oleh lahan tersebut- peternakan,
pembudidayaan tanaman, pertambangan, atau pembangunan gedung.
Standar pembagian ruang dalam tata guna lahan biasanya mengacu ada zona. Pembagian zona
adalah peranti hukum yang tertua dan paling banyak digunakan untuk implementasi rencana tata-
guna lahan setempat. Pada dasarnya pembagian zona adalah suatu jaminan bahwa tata-guna
lahan dalam suatu unit geografis sesuai dengan zona lainnya.
Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga biasanya dianggap
membentuk satu land use transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan baik
maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang macet
tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya, transportasi yang tidak
melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak ter manfaatkan.
Konsep yang mendasari hubungan antara tata-guna lahan dan transportasi adalah aksesibilitas.
Dalam konteks yang paling luas, aksesibilitas berarti kemudahan melakukan pergerakan di antara
dua tempat. Aksesibilitas meningkat dari sisi waktu atau uang ketika pergerakan menjadi lebih
murah. Selain itu, kecenderungan untuk berinteraksi juga akan meningkat ketika biaya
pergerakan menurun.
Hubungan antara transportasi dan pengembangan lahan dapat dijelaskan dalam tiga konteks,
yaitu:
1. hubungan fisik dalam skala makro, yang memiliki pengaruh jangka panjang dan
umumnya dianggap sebagai bagian dari proses perencanaan;
2. hubungan fisik dalam skala mikro, yang memiliki pengaruh jangka-pendek dan jangka-
panjang dan umumnya dianggap sebagai masalah desain wilayah perkotaan (sering kali
pada skala lokasi-lokasi atau fasilitas-fasilitas tertentu);
3. hubungan proses, yang berhubungan dengan aspek hukum, administrasi, keuangan, dan
aspek-aspek institusional tentang pengaturan lahan dan pengembangan transportasi.
Jaringan jalan terdiri dari banyak jalan terdiri dari jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal,
yang membentuk suatu sistem jaringan jalan secara keseluruhan. Jaringan jalan memiliki fungsi
yang sangat penting dalam meningkatkan kelancaran pelayanan transportasi dari berbagai tempat
asal menuju ke berbagai tempat tujuan yang tersebar di berbagai pelosok wilayah.
Pola jaringan transportasi yang serasi dengan kebutuhan pelayanan pergerakan lalu lintas
manusia dan barang secara berkapasitas, akan mampu memenuhi penyelenggaraan pelayanan
transportasi secara kesisteman, bertujuan meningkatkan kelancaran lalu lintas, membantu
mewujudkan sistem logistik nasional secara mantap, mendorong pengembangan wilayah, dan
memperkukuh kehidupan masyarakat dalam kerangka perwujudan Wawasan Nusantara.
Penyusunan jaringan transportasi yang mantap harus memperhatikan dan memperhitungkan
banyak aspek, misalnya:
1. distribusi penduduk dan kegiatan pembangunan sektoral yang tersebar di berbagai
daerah;
2. rencana pemanfaatan tata ruang wilayah yang telah ditetapkan;
3. kebutuhan jasa transportasi antar wilayah dan pusat kegiatan (kota);
4. penyediaan jumlah dan kapasitas sarana transportasi;
5. karakteristik dan klasifikasi jaringan jalan menurut fungsinya (jalan arteri, kolektor dan
lokal); dan
6. strategi kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional dan regional.
Perencanaan pembangunan jaringan transportasi bersifat dinamis dan antisipatif ke depan,
melibatkan peran serta berbagai instansi yang terkait.
Mengingat sangat pentingnya peranan dan fungsi jaringan transportasi (jalan) dalam menunjang
pergerakan lalu lintas manusia dan barang serta pembangunan secara efektif dan efisien, maka
perlu dilakukan perencanaan dan analisis konseptual
dan theoretical secara reliable dan implementable.
Fungsi sektor transportasi sangat penting dalam pembangunan, yaitu:
1. sebagai penunjang terhadap peningkatan kegiatan pada sektor-sektor lain, dan
2. sebagai pendorong untuk membuka kuterisolasikan daerah-daerah.
Transportasi merupakan kekuatan yang membentuk wajah dan perkembangan suatu daerah atau
wilayah dalam jangka panjang mendatang (transportation as the formative power).
Pembangunan sektor transportasi diarahkan pada terwujudnya Sistem Transportasi Nasional
(SISTRANAS) yang handal dan berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efektif dan
efisien. Dalam PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 49 TAHUN 2005
TENTANG SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (SISTRANAS), dijelaskan bahwa:
Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi
jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan,
transportasi laut, transportasi udara, serta transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari
sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak
dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien,
berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang secara dinamis.
Sistem Transportasi Nasional diarahkan pada terwujudnya keseimbangan antara permintaan jasa
transportasi dan tersedianya kapasitas fasilitas transportasi. Untuk itu diperlukan perencanaan
pembangunan transportasi yang komprehensif, lintas sektoral dan lintas regional, serta bersifat
jangka panjang. Peramalan permintaan jasa transportasi digunakan untuk menghitung
pertumbuhan kegiatan ekonomi dan peningkatan permintaan jasa transportasi masa depan, yang
harus diikuti oleh pertumbuhan dalam penyediaan kapasitas fasilitas transportasi agar supaya
pelayanan transportasi terselenggara secara lancar, aman dan terjangkau.
Strategi perencanaan pembangunan investasi transportasi dapat dilakukan mendahului
permintaan (demand follows supply) yang bersifat keperintisan, untuk membuka daerah
terisolasi. Sebaliknya, adalah strategi supply follows demand dilakukan untuk daerah-daerah
yang sudah tersedia permintaan jasa transportasi. Kedua strategi perencanaan pembangunan
tersebut dapat dianalogikan dengan semboyan dalam bidang pelayanan, yaitu (1) trade follows
ship, dan (2) ship follows trade.
Moda Transportasi
Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi jalan, kereta api, sungai dan danau,
penyeberangan, laut, udara, dan pipa. Masing-masing moda memiliki karakteristik teknis yang
berbeda, pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi geografis daerah layanan.
Moda transportasi jalan mempunyai karakteristik utama yakni fleksibel, dan mampu memberikan
pelayanan dari pintu ke pintu.
Moda transportasi kereta api memiliki keunggulan yaitu daya angkut tinggi, polusi rendah,
keselamatan tinggi, dan hemat bahan bakar.
Moda transportasi sungai dan danau mempunyai karakteristik kecepatan rendah dan murah
dengan tingkat polusi rendah.
Moda transportasi penyeberangan mempunyai karakteristik mampu mengangkut penumpang dan
kendaraan dalam jumlah besar serta kecepatan relatif rendah dengan tingkat polusi rendah.
Moda transportasi laut mempunyai karakteristik mampu mengangkut penumpang dan barang
dalam jumlah besar, kecepatan rendah dan jarak jauh dengan tingkat polusi rendah.
Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan tinggi dan dapat melakukan
penetrasi sampai ke seluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda transportasi lain.
Moda transportasi pipa tidak digunakan untuk transportasi umum, sifat pelayanannya terbatas
hanya untuk angkutan komoditas curah cair dan gas, dengan sifat pergerakan hanya satu arah.
Jaringan transportasi
Jaringan transportasi terdiri dari jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Jaringan prasarana
terdiri dari simpul dan ruang lalu lintas. Keterpaduan jaringan prasarana moda-moda transportasi
mendukung penyelenggaraan transportasi antarmoda atau multimoda dalam penyediaan
pelayanan angkutan yang berkesinambungan. Simpul transportasi merupakan media alih muat
yang mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan keterpaduan dan
kesinambungan pelayanan angkutan. Jaringan pelayanan transportasi antarmoda atau multimoda
meliputi pelayanan angkutan penumpang dan atau barang.
Jaringan prasarana transportasi jalan terdiri dari simpul, yang berwujud terminal penumpang dan
terminal barang, dan ruang lalu lintas yang berupa ruas jalan yang ditentukan hirarkinya menurut
peranannya. Pembagian setiap ruas jalan pada jaringan jalan primer terdiri dari:
1. jalan arteri primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional,
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah;
2. jalan kolektor primer, menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan wilayah,
atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal;
3. jalan lokal primer, menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan
atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lingkungan, dan antarpusat kegiatan lingkungan;
4. jalan lingkungan primer, menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan
perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, atau antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan PKL,
antar-PKL, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman
yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai