BAB I
PENDAHULUAN
Imunologi
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup
kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan
sehat maupun sakit; malafungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft; karakteristik fisik,
kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo)
Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya
dipecah menjadi beberapa subdisiplin.
Imunoserologi
Imunoserologi adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari: Identifikasi
terhadap antibodi yaitu protein yang dibuat dari sel darah putih yang berespon terhadap
antigen, protein asing di dalam tubuh. Investigasi masalah yang berhubungan dengan
2
sistem kekebalan tubuh seperti penyakit autoimunitas yaitu ketika sistem kekebalan
tubuh berubah melawan jaringan tubuh sendiri dan kelainan imunodefisiensi yaitu ketika
sistem kekebalan tubuh kurang aktif.
b. Pemeriksaan TPHA
10) Mampu memahami, menjelaskan, melaksanakan, dan mengevaluasi pemeriksaan
Widal
a. Persiapan alat dan bahan
b. Pemeriksaan Widal
11) Mampu memahami, menjelaskan, melaksanakan, dan mengevaluasi pemeriksaan
IgM Salmonella
a. Persiapan alat dan bahan
b. Pemeriksaan IgM Salmonella
12) Mampu memahami, menjelaskan, melaksanakan, dan mengevaluasi pemeriksaan
imunologi leptospira
1) Persiapan alat dan bahan
2) Pemeriksaan imunologi leptospira
13) Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan penetuan hasil pemeriksaan
dan menghubungkan hasil tes dengan kondisi klinik pasien
a. Membaca hasil
b. Mengaitkan hasil serologi dengan gambaran klinis pasien
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran pernafasan, batuk, bersin akan
mencegah masuknya berbagai kuman patogen kedalam tubuh. Kulit yang rusak
misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan
meningkatkan resiko infeksi.
b) Pertahanan biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit,
kelenjar kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan
dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Asam HCL dalam cairan lambung,
lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu dapat melindungi tubuh
terhadap berbagai kuman gram positif dengan cara menghancurkan dinding
selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang
mempunyai sifat anti bakteri terhadap E. coli dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram
negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin
dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman
pseudomonas.
c) Pertahanan humoral
Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh secara
humoral. Bahan-bahan tersebut adalah:
1) Komplemen
Sistem komplemen merupakan sekelompok protein serum yang
menghasilkan molekul efektor yang terlibat dalam proses inflamasi (C3a,
C5a),fagositosis (C3b) dan lisis sel (C5b-9). Proses ini secara bersama-sama,
membentuk pertahanan penting terhadap mikroonganisme khususnya bakteri
gram negatif. Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri
dan parasit karena:
a. Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
b. Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat
bakteri
7
Mieloperoksidase
Defensin
Katepsin G
b. Granul spesifik sekunder
Laktoferin
Lisozim
jauh lebih besar dan jumlah ini akan bertahan jauh lebih lama
dibandingkan selama respons primer.
Respons ini secara klinis ditandai oleh adanya gejala bengkak, merah, panas dan
13
nyeri pada tempat infeksi. Sel-sel pertama yang tiba di tempat cedera (neutrofil dan
makrofag) menyekresikan sejumlah molekul protein, yang disebut sitokin, ke dalam
aliran darah. Molekul sitokin ini berfungsi untuk merekrut sel-sel lamnnya dan meng-
hentikan invasi bakteri yang akan terjadi. Sitokin terpenting meliputi:1
• IL-1
Disekresikan oleh makrofag.
Mengaktifkan limfosit T dan -B, neutnofil dan fibroblast.
•IL-6
Disekresikan oleh sel T dan makrofag.
Menginduksi produksi protein fase akut oleh hati.
• TNF-alfa
Dilepaskan oleh makrofag.
Juga dikenal dengan nama cache ctin.
Menstimulasi respons fase akut di dalam hati.
Sitokin yang bersirkulasi ini menimbulkan respons pada organ multipel:1
1) Hati
Merespons sitokin yang bersirkulasi (IL-6) dengan memproduksi sejumlah besar
protein (protein fase-akut). Protein ini diproduksi untuk menghadapi invasi
mikroorganisme maupun bentuk-bentuk kenusakan jaringan lainnya:
• Protein C-reaktif
Globulin pentamer yang kadarnya meningkat secara dramatis dalam
beberapa jam selelah kerusakan jaringan atau infeksi.
Mengikat fosforilkolin yang ditemukan pada permukaan sel di banyak
bakteri, memfiksasi komplemen dan menginduksi fagositosis;
Menginduksi pelepasan sitokin dan faktor jaringan (tissue factor) pada
monosit.
• Protein pengikat manosa (mannose-binding protein)
Mengikat permukaan bakteri dan meningkatkan aktivasi jalur komplemen
alternatif.
Faktor koagulasi-Fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor von
Willebrand, plasminogen
Faktor komplemen
14
polisakarida yang bersifat antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus,
protein, karbohidrat, sel-sel kanker, dan racun.1,4
Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah
sebagai berikut:1,2
Asing (berbeda dari self )
Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai self tidak bersifat
imunogenik, jadi untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai
nonself.2,3
Ukuran molekul
Imunogen yang paling poten biasanya merupakan protein berukuran
besar. Molekul dengan berat molekul kurang dari 10.000 kurang bersifat
imunogenik dan yang berukuran sangat kecil seperti asam amino tidak bersifat
imunogenik.1,3
Kompleksitas kimiawi dan struktural
Jumah tertentu kompleksitas kimiawi sangat diperlukan, misalnya
homopolimer asam amino kurang bersifat munogenik dibandingkan dengan
heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino yang berbeda.1,3
Determinan antigenic (epitop)
Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat dikat antibodi disebut dengan
determinan antigenic atau epitop. Antigen dapat mempunyai satu atau lebih
determinan. Suatu determinan mempunyai ukuran lima asam amino atau gula.1
Tatanan genetic penjamu
Dua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara berbeda
terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.
Dosis, cara dan waktu pemberian antigen
Respon imun tergantung kepada banyaknya natigen yang diberikan, maka
respon imun tersebut dapat dioptmalkan dengan cara menentukan dosis antigen
dengan cermat (termasuk jumlah dosis), cara pemberian dan waktu pemberian
(termasuk interval diantara dosis yang diberikan).1,3
Pembagian antigen dibagi menjadi:2,4
Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa).
Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil.
16
II.5.2 Antibodi
Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang
teraktifasi oleh antigen. Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan
dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini
diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi
akan menghancurkan musuh-musuh penyerbu. Antibodi memiliki beberapa fungsi antara
lain:1,3,4
Untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen.
Membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.
Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk membuat antibodi
spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa, dan pantas
dicermati. Proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya
dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen). Dia mengetahui polanya
berdasarkan perasaan. Sulit bagi seseorang untuk mengingat pola kunci, walau cuma
satu, Akan tetapi, satu sel B yang sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh mata,
menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar menggunakannya
dalam kombinasi yang tepat.1,3,4
Proses pembentukan antibodi adalah sebagai berikut :2,4
1) Antibodi terbentuk secara alami di dalam tubuh manusia dimana substansi
tersebut diwariskan dari ibu ke janinnya melalui inntraplasenta. Antibodi yang
dihasilkan pada bayi yang baru lahir titier masih sangat rendah, dan nanti antibodi
tersebut berkembang seiring perkembangan seseorang.
2) Pembentukan antibodi karena keterpaparan dengan antigen yang menghasilkan
reaksi imunitas, dimana prosesnya adalah:
Misalnya bakteri salmonella. Saat antigen (bakteri salmonella) masuk ke
dalam tubuh, maka tubuh akan meresponnya karena itu dianggab sebagai benda
asing. karena bakteri ini sifatnya interseluler maka dia tidak sanggup untuk di
hancurkan dalam makrofag karena bakteri ini juga memproduksi toksinsebagai
pertahanan tubuh. Oleh karena itu makrofag juga memproduksi APC yang
17
negatif. Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi darah dalam keadaan
tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang tidak tergantung
satu dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi sistem
komplemen menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi
biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem
komplemen tersebut selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat
membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti
pisau bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen-
antibodi pada jaringan berlangsung terus-menerus, akan terjadi kerusakan jaringan
dan dapat menimbulkan penyakit.1,2,3,4
Komplemen sebagian besar disintesis di dalam hepar oleh sel hepatosit, dan
juga oleh sel fagosit mononuklear yang berada dalam sirkulasi darah. Komplemen
C l juga dapat di sintesis oleh sel epitel lain diluar hepar. Komplemen yang
dihasilkan oleh sel fagosit mononuklear terutama akan disintesis di tempat dan
waktu terjadinya aktivasi. Sebagian dari komponen protein komplemen diberi nama
dengan huruf C: Clq, Clr, CIs, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8 dan C9 berurutan sesuai
dengan urutan penemuan unit tersebut, bukan menurut cara kerjanya.1,4,5
C3a untuk menginduksi respons inflamasi (bekerjà pada sel mast, polimorf
dan otot polos) dan C5b (besar) yang memulai perakitan C6-9 dan kompleks
penyerang membran (attack complex membran).
2. Jalur alternative-Diaktifkan oleh toksin, dinding sel mikroba dan IgA
(respons imun bawaan).
Jalur ini dimulai oleh berbagai toksin dan polisakanida dan sebagian antibodi
(IgA). tanpa antibodi, molekul yang secara alamiah merupakan karbohidnat
atau lipid, termasuk manosa dan lipopolisakanida (LPS) inikroba, dapat
mengaktifkan sistem komplemen. Jalur ini tidak bergantung pada ion
kalsium, komponen CI, C2 atau C4 (jalur klasik bergantung pada semua
komponen ini).
Jalur alternatif memulai konversi C3 dengan produk bakteri atau IgA dan
menghasilkan kompteks faktor B dengan C3b.
Selanjutnya, faktor D bekerja pada kompleks C3b-B, memproduksi enzim
konvertase C3bBb aktif.
Protein menstabilkan kompteks C3b-B sehingga memungkinkan konversi C3
dan aktivasi enzim konvertase C5 selanjutnya. Jalun ini kemudian diikuti oleh
pembentukan kompleks penyerang membran (attack complex membran).
3. Jalur lisis-Mengakibatkan lisis langsung membran sel bakteri menghasilkan
kebocoran komponen intnasel dan kematian sel.
Dimulal dengan pemecahan C5 oleh enzim konvertase (kiasik: C3b-C2a-
C4b; atau faktor alternatif. C3b properdin-Bb).
Komponen C6-C8 serum menyatu dengan sepuluh atau lebih molekul C9
membentuk kompleks penyerang membran yang menyusup ke dalam
membran sel bakteri dan menimbulkan lisis sel.
dan sel-sel punca (stem cells) yang berdiferensiasi menjadi sel-sel matur berdasarkan tipe
turunan (lineage) seluler dan faktor pertumbuhan yang ada.1,2,4
normal) kecuali jika terstimulasi oleh pajanan antigen dan faktor pertumbuhan.
Sel B
Limfosit B memproduksi antibodi (Ab); yang merupakan reseptor
glikoprotein yang terdiri dan dua rantai berat (heavy chains) identik dan dua
rantai ringan (light chains) identik yang dihubungkan oleh ikatan disulfida
antar-rantai. Antibodi merupakan komponen dasar unsur humonal pada
imunitas adaptif. Komponen struktur antibodi yang penting metiputi:
1. Bagian ujung karboksil rantai berat dan ringan terdiri dan rantai yang
konstan.
2. Bagian ujung ainino rantai berat dan ringan terdiri dan bagian rantai yang
bervariasi.
3. Di laboratonium, papain (enzim proteolitik) digunakan untuk memecah
antibodi menjadi tiga bagian:
• Dua fragmen Fab identik
Setiap fragmen dengan satu lokasi yang dapat mengikat antigen O.
Terdiri dan rantai berat maupun rantai ringan
• Satu fragmen Fc
Fragmen ini tidak mengikat antigen dan terdiri dan rantai berat saja.
Begitu pula dengan pepsin (enzim proteolitik lain) yang memecah antibodi
tetapi pada lokasi yang benbeda dan menghasilkan dua fragmen:
• Fragmen Fc
• Fragmen 2 yang serupa dengan molekul induknya, fragmen ini dapat
mengikat dua antigen.
Variabilitas Antibodi
• Isotipe-Perbedaan pada regio konstan
1. Regio konstan rantai berat merupakan salah satu dan tima tipe
berbeda yang menentukan varian isotipik imunoglobulin: IgM,
IgA, IgD, IgG, IgE.
2. Begitu pula regio konstan rantai ringan membentuk varian
isotipik untuk setiap molekut Ig yang terdiri dan tipe kappa (K)
24
Baik regio variabel rantai-ringan K maupun A dikode oleh dua segmen gen
yang berbeda. Salah satu segmen V bergabung dengan salah satu segmen J dan
setiap regio vaniabel rantai-ringan, membentuk VAJA atau VldK. Setiap segmen
selanjutnya berikatan dengan segmen konstan (C; Constant), membentuk VJC.1
Kelas-kelas antibody:1.4
1. IgM
Penanda (marker) infeksi primer, IgM merupakan antibodi pertama yang akan
disekresikan oleh sel-B yang baru saja diaktivasi.
Di dalam serum, imunoglobulin ini membentuk pentamer melalui penyatuan
regio konstan IgM monomenik lewat rantai J.1,6
2. IgA
IgA plasma bersifat monomerik sementara IgA sekretorik yang disekresikan
di dalam saliva, air mata, cairan hidung, keningat, kotostrum, paru-panu,
tnaktus urogenital dan gastrointestinal.1,4
Dalam mukus, lgA sekretorik mengikat antigen yang yang larut dan
menghambat masuknya antigen tersebut ke dalam tubuh.
3. IgD
Sebagian besar molekul IgD ditemukan menyatu dengan IgM pada
permukaan sel-B dan berfungsi bensama-sama untuk memfasilitasi aktivasi
atau supresi sel-B.
4. IgG
IgG merupakan Ig terbanyak.
25
Sel T
Limfosit T berdiferensiasi di dalam timus dan benfungsi khusus untuk
beropenasi terhadap sel-sel yang mengandung mikroorganisme intrasel.1,4
Limfosit ini menggunakan resepton sel-T (TCR; T-cell receptors) yang
mengenali antigen dan penanda permukaan sel yang dinamakan major
histocompatibility complex (MHC) pada permukaan sel hospes.
Reseptor sel-T-Terdiri dani rantai a dan J3, dan pengodean reseptor
tersebut serupa dengan pengodean antibodi. Regio variabel tenbentuk
lewat penyusunan kembali secana acak kelompok segmen V, D (hanya
untuk rantai f3) dan J untuk membentuk V-DJ bagi setiap rantai.
Sel-T helper-Bekerja pada respons antibodi dan seluler. Sel-sel ini
26
dendritik.)
Dikode oleh HLA-DR, DQ, DP
Molekulnya terdiri dan dua polipeptida, satu rantai alfa dan satu rantai
beta.
B. Cluster of Differentiation (CD)
Kelompok diferensiasi (CD; cluster of differentiation) terdiri dan
kumpulan (cluster) sel-sel monoklonal yang bereaksi dengan potipeptida yang
sama. Saat ini terdapat lebih dan 250 nomor CD yang sudah diketahui.1
menjadi ganas terhadap sel yang mengandung antigen itu (sel target). Kerusakan
sel atau jaringan yang disebabkan oleh mekanisme ini ditemukan pada beberapa
penyakit infeksi kuman (tuberculosis, lepra), infeksi oleh virus (variola, morbilli,
herpes), infeksi jamur (candidiasis, histoplasmosis) dan infeksi oleh protozoa
(leishmaniasis, schitosomiasis).2,4,5
Pemeriksaan serologi bertujuan untuk mendeteksi respons imun terhadap
patogen. Diagnosis ditegakkan dengan mengidentifikasi kenaikan atau penurunan
kadar antibodi pada beberapa spesimen yang pengambilannya terpisah selang
waktu lebih dan seminggu, keberadaan IgM spesifik atau antigen spesifik.1
1) Aglutinasi: mendeteksi antigen kapsuler bakteri pada cairan serebrospinal.
2) Fiksasi komplemen.
3) Netralisasi virus.
4) Radioimmunoassay (RIA) - Digunakan untuk mengukur kuantitas tiap
substansi yang dapat diberi label isotop radioaktif termasuk imunoglobulin
atau kapsul mikroba.
5) Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) - Mengukur antigen atau
antibodi.
6) Reaksi Quellung-Kapsul bakteri berkapsul akan menggelembung apabila ten-
dapat antiserum homolog. Mikroorganisme mi meliputi:
S. pneumonia
Neisseria meningitidis
Haemophilus influen:ae
Klebsiella pneumoniae
7) Zat warna fluoresens-Antibodi yang spesifik terhadap patogen diberi label
dengan penanda (marker) fluoresens. Ketika dilihat di bawah sinar
ultraviolet, antibodi yang terikat akan bersinar sebagai cahaya fluoresens
yang terang.
Diagnosis RSV
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang
bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila melekat
pada protein tubuh kita yang dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut
31
lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi
tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan
antibodi.2,4
Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan
molekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk
berfungsi sebagai reseptor antigen. Sebuah antigen merangsang sel untuk membuat dan
menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki daerah
pengenalan spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk
immunoglobulin untuk antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang
sama memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi
yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya.2,4 Sifat molekul antigen
yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut antigenisitas. Kesanggupan
molekul antigen untuk menginduksi respon imun disebut imunogenitas.
Gambaran reaksi antigen-antibodi :1,3,5
1. Reaksi ini bersifat sangat spesifik
2. Seluruh molekul bereaksi, bukan hanya fragmennya
3. Tidak terjadi denaturasi antigen atau antibodi selama terjadinya reaksi
4. Ikatan ini terjadi pada permukaan antigen sebab permukaan antigenlah yang
bersifat imunologis
5. Ikatan yang terjadi bersifat kokoh tetapi reversible. Daya ikatan ini dipengaruhi
oleh sifat afinitas dan aviditas. Afinitas adalah intensitas daya tarik antara
molekul-molekul antigen dan antibodi. Aviditas ialah kekuatan ikatan sesudah
terjadi pembentukan kompleks antigen antibodi
6. Baik antigen maupun antibodi keduanya berperan pada aglutinasi atau presipitasi
7. Reaksi ini bersifat sangat spesifik
8. Seluruh molekul bereaksi, bukan hanya fragmennya
9. Tidak terjadi denaturasi antigen atau antibodi selama terjadinya reaksi
10. Ikatan ini terjadi pada permukaan antigen sebab permukaan antigenlah yang
bersifat imunologis
11. Ikatan yang terjadi bersifat kokoh tetapi reversible. Daya ikatan ini dipengaruhi
oleh sifat afinitas dan aviditas. Afinitas adalah intensitas daya tarik antara
32
1. Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan
antibodi pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
2. Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
1) Netralisasi
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen
menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat
toksin bakteri, antibodi mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang
rentan.
2) Aglutinasi
Digunakan untuk antigen berukuran besar, pada reaksi ini antibodi
dikontakkan dengan antigen yang merupakan bagian permukaan suatu
material misalnya eritrosit, mikroorganisme atau partikel anorganik
(polystyrenelatex) yang telah dicoated dengan Ag. Reaksi Ab-Ag membentuk
agregat yang dapat diamati atau aglutinasi.
3) Presipitasi
Presipitasi terjadi antara molekul Ab dan Ag pada bentuk solubel. Pada
pengujian ini antigen berbentuk koloidal. Laju presipitasi sangat tergantung
pada proporsi antigen dan antibodi pada campuran.
4) Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu
mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis
korban yang mengandung antigen tersebut.
5) Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel
pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer
33
cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi
sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.
3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari interaksi
antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya.
BAB III
KEGIATAN STASE
a) Dengan menggunakan pipet sekali pakai yang telah disediakan, teteskan 3 tetes
serum,plasma,atau darah ke dalam tempat sampel dan sample dan tunggu 20
menit.
b) Jika pada kolam bertanda C (Control) dan T (Test) keluar garis berwarna merah
maka dinyatakan positive demam berdarah (dalam masa akut)
c) Jika hanya satu garis pada kolom C (Control) saja maka pasien dinyatakan
negative demam berdarah. Jika dalam colom C tidak keluar garis maka hasil
test dinyatakan invalid.
IDENTITAS PASIEN :
Nama : F A R/ 1 Tahun
No RM : C658269/P.G II VIP LT.3
Diagnosis : Febris - Diare
Sampel : Darah/serum
36
a) Tambahkan 10 μl serum/plasma /darah utuh ke bulatan pada rapid test dengue duo
cassete menggunakan mikropipet.
b) Tambahkan 2 tetes buffer pada area persegi pada duo cassete.
c) Diamkan selama 15 menit.
d) Amati munculnya strip merah pada C (control), G (Ig G), dan M (Ig M). Infeksi
primer ditandai strip merah pada C dan M. Infeksi sekunder ditandai dengan strip
merah pada C,M dan G atau pada C dan G saja. Sedangkan jika hanya pada C saja.
Hasil invalid jika tidak muncul strip merah pada C.
Interpretasi hasil :
Identitas pasien :
Nama : HMP/33 TH
No RM : C721456/KPD LT.DSR
Diagnosis : Febris
Sampel : Darah/serum
a) Tambahkan 10 μl serum/plasma /darah utuh ke bulatan pada rapid test dengue duo
cassete menggunakan mikropipet.
b) Tambahkan 2 tetes buffer pada area persegi pada duo cassete.
c) Diamkan selama 15 menit.
d) Amati munculnya strip merah pada C (control), G (Ig G), dan M (Ig M). Infeksi
primer ditandai strip merah pada C dan M. Infeksi sekunder ditandai dengan strip
merah pada C,M dan G atau pada C dan G saja. Sedangkan jika hanya pada C saja.
Hasil invalid jika tidak muncul strip merah pada C
38
Interpretasi hasil :
3. PRINSIP TUBEX® TF
IDENTITAS PASIEN :
≤ 2 : NEGATIF
41
PEMERIKSAAN WIDAL
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny. DNY/ 24 Tahun
No RM : C7244777/ OBSTETRI
Diagnosis : Hamil dg Obs Febris,
Maternal Takikardi
Sampel : Serum (1W)
Salmonella typhi O
Salmonella paratyhphi AO
Salmonella paratyhphi BO
Salmonella typhi H
Salmonella paratyhphi AH
Salmonella paratyhphi BH
Hasil : negatif
Identitas Pasien :
Nama : Ny. DNY/ 24 Tahun
No RM : C7244777/ OBSTETRI
Diagnosis : Hamil dg Obs Febris,
Maternal Takikardi
Sampel : serum
44
No 1 :Hasil Negatif
No 2 : Hasil Positif
Interpretasi Hasil
Kualitatif
Laporan hasil cukup dengan menyebutkan
non-reaktif, reaktif lemah atau reaktif
REAKTIF NO 2
45
PEMERIKSAAAN TPHA
Identitas Pasien :
Nama : Ny. DNY/ 24 Tahun
No RM : C7244777/ OBSTETRI
Diagnosis : Hamil dg Obs Febris,
Maternal Takikardi
Sampel : serum
Interpretasi Hasil
A. Uji Kualitatif
Hemaglutinasi positif ditandai dengan adanya bulatan berwarna merah dipermukaan
sumur, hasil negatif terlihat seperti titik berwarna merah di tengah dasar sumur
Tingkatan aglutinasi:
+4 : bulatan merah merata pada seluruh permukaan sumur
+3 : bulatan merah terdapat di sebagian besar permukaan sumur
+2 : bulatan merah yang terbentuk tidak besar dan tampak seperti cincin
+1 : bulatan merah kecil dan tampak cincin terang
+/- : tampak cincin dengan warna bulatan merah yang samar
- : Tampak titik berwarna merah didasar sumur
Hasil diatas untuk:
1 : Negatif
2 : + 4 Bulatan merah merata pada seluruh sumur
Sumur 1 2 3 4 5 6 7 8
Titer (Control 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 5120
Cell) 80 160 320 640 1280 2560
49
BAB IV
PEMBAHASAN
20
17
15
10
6
5
32
27
Tubex TF adalah pemeriksaan serologis yang lebih sensitif dan lebih specifik dari
pada widal. 5,6 Tubex TF memiliki nilai sensitifitas 100% dan spesifitas 100%, sedangkan
widal sensitifitasnya 81,3%, spesifitasnya 43,3%. Pemeriksaan Tubex TF merupakan
pemeriksaan serologi cukup banyak yang sering dilakukan. Jumlah total pemeriksaan
ada 32 sampel dan hasil positif pada 5 sampel dengan memberikan hasil positif 4 – 5
(indikasi infeksi demam tifoid), sedangkan hasil yang negative 27 sampel.
51
100 87
80 63
60
40
20 6 6
0
TPHA VDLR
Positif Negatif
umlah permintaan pemeriksaan serologi VDRL – TPHA selama satu bulan sebanyak 93
sampel. Sebagian besar permintaan dari obsgin dan sisanya dari bagian kulit dan
penyakit dalam.
52
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA