Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiem

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat dan hidayah-NYA sehingga program kerja Komite Farmasi dan Terapi

dapat kami buat.. Program kerja ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja

dari pada Komite Farmasi dan Terapi dan sebagai tindak lanjut program kerja

pada tahun sebelumnya yang belum terlaksana. Dengan program kerja ini

diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam dalam meningkatkan

kinerja Komite Farmasi dan Terapi.

Dengan tersusunnya program kerja Komite Farmasi dan Terapi tahun

2019 ini semoga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja Komite

Farmasi dan Terapi , sehingga dapat memberikan masukan kebijakan dalam

mengambil keputusan terutama dalam pelayanan farmasi di rumah sakit.

Barru ,

Ketua, Sekretaris,
Komite Farmasi dan Terapi Komite Farmasi dan Terapi

dr. Marani, Sp.GK,M.Kes Arianty,S.Si,Apt


NIP :197112312005022007 NIP:198105272008032001
PROGRAM KERJA
KOMITE FARMASI DAN TERAPI

I. PENDAHULUAN

Komite Farmasi dan Terapi (KFT) adalah tim yang mewakili


hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasis
sehingga anggotanya terdiri atas dokter yang mewakili specialisasi-
specialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari farmasi
rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Sistem managemen obat merupakan serangkaian kegiatan
kompleks yang merupakan suatu siklus yang saling terkait, pada
dasarnya terdiri atas 4 fungsi dasar yaitu seleksi, perencanaan,
pengadaan dan distribusi. Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS)
merupakan satu-satunya unit di rumah sakit (RS) yang bertugas dan
bertanggung jawab sepenuhnya untuk pengelolaan semua aspek
yang berkaitan dengan obat atau perbekalan kesehatan yang
digunakan di rumah sakit. (Quick dkk.,1997)

II. Definisi Komite Farmasi dan Terapi


Komite Farmasi dan Terapi (KFT) adalah sekelompok
penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis komunikasi
organisasi antara staf medik dan IFRS.

III. Tujuan Komite Farmasi dan Terapi adalah:


a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat,
penggunaan obat, dan evaluasi obat.
b. Melengkapi staf profesional dibidang kesehatan dengan
pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan
penggunaan obat sesuai kebutuhan.
IV. Struktur Organisasi KFT
Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi adalah sbb :

NO. NAMA JABATAN


1 dr. Marani,Sp.GK,M.Kes Ketua
2 Dra. Erlinda, Apt Wakil
3 Arianty,S.Si,Apt Sekretaris
4 dr. Amiruddin,Sp.OG Anggota
5 dr. Suriadi Nurdin,Sp.B,M.Kes Anggota
6 dr. Muhammad Ranu Shar,Sp.PD Anggota
7 Drg. Muhammad Sabiruddin Anggota
8 dr. Srianti Anggota
9 Indra Dewi,S.Kep,Ns Anggota
10 Rosmini, S. Farm Anggota

V. Fungsi dan Lingkup kFT


1. Berfungsi dalam suatu kapasitas evaluative, edukasi, dan
penasehat bagi staf medik dan pimpinan rumah sakit, dalam
semua hal yang berkaitan dengan penggunaan obat.
2. Mengembangkan dan menetapkan formularium di Rumah Sakit
yang diterima untuk digunakan dalam rumah sakit dan
mengadakan revisi tetap. Pemilihan sediaan obat yang akan
dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
objektif terhadap manfaat terapi, keamanan, dan harga.
3. Menetapkan program dan prosedur yang membantu memastikan
terapi obat yang aman dan bermanfaat.
4. Menetapkan program dan prosedur yang membantu memastikan
manfaat biaya terapi obat.
5. Menetapkan atau merencanakan program edukasi yang sesuai
bagi staf professional rumah sakit tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan penggunaan obat.
6. Berpartisipasi dalam kegiatan jaminan mutu yang berkaitan
dengan ditribusi, pemberian, dan penggunaan obat.
7. Memantau dan mengevaluasi reaksi reaksi obat merugikan dalam
rumah sakit dan membuat rekomendasi yang tepat untuk
mencegah berulangnya kembali.
8. Memprakarsai atau memimpin program dan studi evaluasi
penggunaan obat, pengkajian hasil dari kegiatan tersebut dan
membuat
9. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan
yang termasuk dalam kategori khusus.
10. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan
terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturanperaturan mengenai
penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku
secara lokal maupun nasional.
11. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit
dengan mengkajimedical record dibandingkan dengan standar
diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara
rasional.
12. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping
obat.
13. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat
kepada staf medis dan perawat.
VI. Kebijakan dan Peranan Khusus KFT
1. Kebijakan Komite Farmasi dan Terapi
a. Pengusulan obat baru

Pengusulan obat baru harus diajukan dengan formulir


permohonan untuk evaluasi status formularium

1) OBAT FORMULARIUM
Obat yang direkomendasi sebagai obat esensial untuk
perawatan pasien dan ada di pasaran. Semua dokter boleh
menulis obat ini.
2) OBAT YANG DISETUJUI UNTUK PERIODE PERCOBAAN
Obat yang sudah beredar di pasaran, tapi baru diusulkan
masuk formularium dan perlu dievaluasi selama 6 atau 12
bulan oleh PFT. Selama masa ini dokter boleh menulis obat
ini, kemudian dievaluasi dan diputuskan diterima atau
ditolak.
3) OBAT FORMULARIUM KHUSUS
Obat yang beredar di pasaran, direkomendasikan untuk
pasien tertentu. Obat ini diterima rapat KFT atas usul
anggota KFT atau dokter lain dan ditentukan siapa saja
yang boleh menulis resep obat itu.
4) OBAT UJI KLINIK (INVESTIGATIONAL DRUGS)
Obat ini belum beredar di pasaran, tapi oleh BPOM
diijinkan dipakai oleh peneliti utama untuk Uji Klinik,
dibawah tanggung jawab KFT.
b. Obat-obat yang tidak memenuhi kategori disebut obat Non
formularium
Dapat ditulis oleh dokter dalam jumlah yang terbatas dan
diberikan pada kondisi khusus dan kasus tertentu yang hanya
dapat diberikan oleh anggota staf medik senior, dengan
menggunakan blanko permohonan obat non formularium.
c. Blanko resep
d. Menetapkan kebijakan dalam dispensing
c. Mengadakan ketentuan dan peraturan untuk menentukan
Perwakilan perusahaan Farmasi
d. Penarikan obat
e. Mengusulan aturan untuk order obat bagi Penderita Rawat
Jalan
2. Peranan Khusus Komite Farmasi dan Terapi
a. Menentukan “Automatic Stop Order” untuk obat berbahaya
Contoh : narkotik, sedatif, hipnotik, antikoagulan
b. Membuat daftar obat emergensi
c. Membuat program pelaporan ESO
d. Melaksanakan pengkajian penggunaan obat (DUS)
e. Membantu klinisi untuk memilih obat yang paling efektif,
aman, ekonomis (POSR).

VII. Kewajiban Komite Farmasi dan Terapi


a. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan rumah sakit untuk
mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara
rasional.
b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,
formularium rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan
lain-lain.
c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan
penggunaan obat terhadap pihak-pihak yang terkait.
d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.
VIII. Peran Apoteker dalam Komite Farmasi dan Terapi
Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting
karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan
menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam
panitia ini. Agar dapat mengemban tugasnya secara baik dan benar,
para apoteker harus secara mendasar dan mendalam dibekali
dengan ilmu-ilmu farmakologi, farmakologi klinik, farmako
epidemologi, dan farmako ekonomi disamping ilmu-ilmu lain yang
sangat dibutuhkan untuk memperlancar hubungan profesionalnya
dengan para petugas kesehatan lain di rumah sakit.

IX. Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

a. Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris).


b. Menetapkan jadwal pertemuan.
c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan.
d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk pembahasan dalam pertemuan.
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan
melaporkan pada pimpinan rumah sakit.
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan
kepada seluruh pihak yang terkait.
g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati
dalam pertemuan.
h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam
kelas terapi lain.
i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil
kesepakatan Komite Farmasi dan Terapi.
j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan.
k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat.
l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan
penggunaan obat pada pihak terkait.
X. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN.
1. Melaksanakan rapat rutin tiap 3 bulan sekali.
2. Rapat KFT mengagendakan permasalahan obat dan
penggunaaannya beserta evaluasi yang up date dan antisipatif
3. Penyusunan jadwal kegiatan dan membuat laporan beserta
evaluasinya.
4. Melakukan koordinasi dengan pokja PKPO dalam persiapan
akreditasi RS.
XI. SASARAN
1. Terpenuhinya rapat rutin tiap 3 bulan sekali.
2. Terdapatnya data penulisan resep di luar formularium Rs tiap
bulan
3. Terdapatnya data resep/lembar resep yang masuk di IFRS tiap
bulan.
4. Terpenuhinya parameter akreditasi RS untuk PFT.
XII. KEGIATAN

N KEGIATAN BULAN 2019


O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Meningkatkan x
kinerja PFT
 Rapat rutin tiap x x x x
3bulan sekali
atau sesuai
perjanjian
 Evaluasi x x
penggunaan obat
BPJS/regular
2 Evaluasi x x
formularium RS
 Pendataan x x X x
pemakaian obat-
obat
Formularium/dil
uar formularium
 Evaluasi dan x x x
analisa terhadap
usulan obat SMF
 Sosialisasi x x
terhadap hasil
evaluasi
formularium
 Finalisasi x
penyusunan
formularium
 Sosialisasi x
pemberlakuan
formularium RS
3 Peningkatan kerja x x
terhadap
perkembangan
IFRS
 Pemantauan x x x x X x x
resep yang
masuk ke IFRS
 Pemaparan x x
terhadap hasil
evaluasi
pemantauan
resep
4  Persiapan dan
kajian
penyusunan
pedoman
5 Persiapan x X
akreditasi RS
 Koordinasi x x x
dengan pokja
farmasi/PKPO
 Pengkajian x x x
penggunaan obat
di RS
XIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

1. Melakukan rapat rutin tiap minggu ke-2 untuk membahas


permasalahan yang ada sesuai dengan kegiatan/program kerja KFT.
2. Menindaklanjuti rapat KFT dengan membuat SK ataupun laporan
kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah melalui
Komite Medis.

XIV. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. Sekretaris KFT wajib membuat notulen setiap kegiatan KFT dan


melaporkan kepada ketua KFT.

2. Membuat arsip semua notulen, catatan kegiatan, dan hasil evaluasi


kegiatan KFT.

3. Membuat Laporan Kegiatan KFT untuk diteruskan kepada Ketua


Komite Medis setiap akhir tahun sebagai hasil evaluasi dan bahan
pertimbangan dalam merancang rencana program tahun berikutnya.

XV. PENUTUP

Untuk meningkatkan kinerja dari pada Komite Farmasi dan


Terapi pada tahun 2019 dan sebagai tindak lanjut dari program kerja
Tahun 2018 yang belum terlaksana, maka program tersebut
dimasukkan dalam Program Kerja Tahun 2019.

Dengan Program kerja ini diharapkan dapat digunakan sebagai


acuan dalam meningkatkan kinerja Komite Farmasi dan Terapi RSUD
Kabupaten Barru tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai