Anda di halaman 1dari 17

WASTE MANAGEMENT AND MONITORING LIQUID AND

SOLID WASTE *)
Oleh : Amin Nugroho **)

RINGKASAN / PENGANTAR

Audit lingkungan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengevaluasi pentaatan


(compliance) terhadap peraturan lingkungan. Berdasarkan International Standard
Organization (ISO) 14000, British Standard (BS) 7750, dan Eco-management and
Audit Scheme (EMAS), maka audit lingkungan ditempatkan sebagai bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan.
Audit lingkungan merupakan perangkat yang efektif untuk mengidentifikasi kelemahan-
kelemahan operasional dan resiko-resiko yang inheren terkait dalam suatu proses
produksi serta mampu memberikan pandangan yang bersifat kuantitatif bagi pihak-
pihak yang berkepentingan. Audit lingkungan bersama dengan pemantauan lingkungan
dapat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai dalam program
pengelolaan lingkungan.
Pengendalian pencemaran air dan tanah akibat suatu kegiatan pada dasarnya
dilakukan melalui upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap air dan
tanah. Pengelolaan pencemaran air dan tanah merupakan upaya terpadu dalam
pencegahan dan penanggulangan pencemaran air dan tanah. Sedangkan pemantauan
lingkungan dilakukan dalam rangka untuk mengevaluasi, apakah pengelolaan
pencemaran air dan tanah sudah dilakukan dengan baik atau belum.
Pencegahan pencemaran air dilakukan secara internal proses yang sekarang dikenal
dengan produksi bersih (cleaner production), yang terdiri dari 4 R yaitu reuse, recovery,
recycling, reduction. Sedangkan penanggulangannya dilakukan secara ekternal proses
yang dikenal dengan istilah pengolahan limbah (end of pipe treatment). Pencegahan
pencemaran tanah sangat tergantung dari pencegahan pencemaran air. Selain itu,
pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah, juga dapat dilakukan dengan
mencegah masuknya pencemar tanah, menggunakan sistem pertanian organik
rasional, antara lain dengan menggunakan pupuk organik, mengurangi penggunaan
pupuk anorganik, menggunakan pestisida yang ramah lingkungan.

I. PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, sehingga penggunaannya harus
memperhitungkan generasi sekarang dan yang akan datang.

Kegiatan laboratorim pembangunan di segala bidang dan jumlah penduduk di


Indonesia yang semakin meningkat merupakan faktor utama penyebab terjadinya
pencemaran air dan tanah. Dengan demikian apabila kegiatan dan jumlah penduduk
tersebut tidak dikendalikan secara bijaksana, maka dikhawatirkan akan berdampak
negatif terhadap generasi yang akan datang.
Air dan tanah sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan,
sehingga kualitasnya perlu dijaga dan dilindungi. Kegiatan pembangunan dan

1
pertumbuhan penduduk jelas akan menghasilkan limbah, baik limbah cair, padat
maupun gas. Limbah tersebut dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan pencemaran
air dan tanah. Dengan demikian, limbah tersebut perlu dikendalikan melalui prinsip-
prinsip pembangunan secara berkelanjutan agar dampak terhadap kualitas air dan
tanah masih dalam kategori layak (masih mempunyai daya dukung lingkungan), baik
secara teknis maupun ekonomis, sehingga masih dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan manusia. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan tersebut meliputi
antara lain : pembangunan berdasarkan pemikiran aspek lingkungan sedini mungkin,
pembangunan yang menekankan pengelolaan sumberdaya alam secara bijaksana,
dan pembangunan yang memperhitungkan dayadukung lingkungan serta
pembangunan di bawah nilai ambang batas. Hal tersebut harus dilakukan mengingat
kapasitas dan daya pulih lingkungan relatif tetap, sementara kontribusi limbah semakin
lama semakin besar. Oleh karena itu proses pencemaran air dan tanah harus dapat
dicegah dan ditanggulangi melalui pengendalian lingkungan sejak dini.
Pada awalnya strategi pengelolaan didasarkan pada pendekatan dayadukung
lingkungan (environmental carrying capacity) dengan cara memperbaiki lingkungan
agar masih lingkungan tersebut masih mempunyai dayadukung. Namun dengan
peningkatan kegiatan pembangunan dan populasi penduduk yang semakin tinggi,
maka dayadukung lingkungan sangat sulit dipertahankan, apalagi ditingkatkan dengan
pendekatan tersebut. Pendekatan pengelolaan selanjutnya bergeser pada pengolahan
limbah, namun hal ini cenderung berbiaya tinggi, sehingga saat ini strategi pengelolaan
justru ditekankan pada upaya pencegahan yang dilakukan secara internal proses,
disamping juga dilakukan pengolahan limbah, namun bebannya sudah tidak terlalu
tinggi.
Pencegahan pencemaran merupakan aktivitas atau kegiatan yang bertujuan untuk
mengurangi produk limbah dan pelepasan cemaran ke lingkungan. Kegiatan tersebut
meliputi antara lain : pemilihan bahan baku, proses, dan produk yang ramah
lingkungan, rancang bangun, operasi, perawatan dan perbaikan (maintenance).
Pendekatan tersebut harus menjadi komitmen pada setiap organisasi, mulai dari top
manajemen, tenaga ahli, dan operator pada setiap unit kegiatan. Hal ini pada gilirannya
akan melibatkan pemasok barang, pelanggan, dan masyarakat pengguna produk.
Keterkaitan audit lingkungan dalam sistem pengelolaan lingkungan secara lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan strategi sistem pengeloaan lingkungan dapat
dilihat pada Gambar 2.

II. PENGERTIAN - PENGERTIAN

Audit lingkungan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengevaluasi pentaatan


(compliance) terhadap peraturan lingkungan. Berdasarkan International Standard
Organization (ISO) 14000, British Standard (BS) 7750, dan Eco-management and
Audit Scheme (EMAS), maka audit lingkungan ditempatkan sebagai bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan.

Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda termasuk di


dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusi dan makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya secara terpadu dalam


pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan

2
pengembangan lingkungan hidup. Pengelolaan juga mengandung arti pencegahan
dan penanggulangan terhadap dampak lingkungan.

Pemantauan lingkungan hidup merupakan upaya pengukuran, pengamatan dan


pengumpulan informasi terhadap komponen lingkungan secara berulang-ulang pada
selang waktu dan lokasi tertentu.

Pengendalian pencemaran pada dasarnya merupakan upaya pengelolaan dan


pemantauan pencemaran lingkungan.

Air dan tanah merupakan bagian dari sumberdaya alam berbentuk cair (air) dan padat
(tanah) yang sangat dibutuhkan oleh manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
Kegunaan air antara lain untuk diminum, irigasi pertanian, proses industri, pelarut,
pembersih, dan sebagainya. Sedangkan kegunaan tanah antara lain untuk bercocok
tanam, permukiman penduduk, dan sebagainya. Oleh karena itu keberadaannya perlu
dilindungi, sehingga pemanfaatannya untuk berbagai kepentingan harus dilakukan
secara bijaksana yaitu dengan memperhitungkan generasi sekarang dan yang akan
datang.

Limbah cair adalah buangan berbentuk cair yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan
manusia, makhluk hidup lainnya, dan proses-proses alam yang pada saat ini belum
dapat dimanfaatkan karena bila diolah belum bernilai / tidak ekonomis. Jika nantinya
buangan cair tersebut dapat dimanfaatkan lagi secara ekonomis karena adanya
perkembangan teknologi yang memungkinkan, maka buangan cair tersebut sudah
tidak dapat dikatakan lagi sebagai limbah cair. Di dalam limbah cair terkandung zat-zat
pencemar dengan konsentrasi tertentu yang bila dimasukkan ke dalam badan air akan
dapat mengubah kualitas airnya.

Kualitas air dan tanah merupakan pencerminan kandungan konsentrasi makhluk


hidup, energi, zat-zat, atau komponen lain yang ada dalam air dan tanah.

Karakteristik limbah cair merupakan ciri khusus limbah cair yang yang dinyatakan
dalam parameter-parameter kualitas air yang dihasilkan oleh kegiatan yang khusus
pula seperti kegiatan industri, domestik/rumah tangga, pertanian, dan sebagainya.

Baku mutu air dan tanah merupakan batas kadar atau makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen lain yang ada atau unsur pencemar yang dapat ditenggang adanya
dalam air dan tanah pada sumber air dan tanah tertentu sesuai dengan
peruntukannya.

Beban pencemaran air adalah jumlah kadar dari parameter kualitas air atau limbah
cair yang terkandung dalam sejumlah air atau limbah cair.

Pencemaran air dan tanah didefinisikan sebagai peristiwa kehadiran atau


penambahan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain secara sengaja atau
tidak disengaja ke dalam air dan tanah oleh manusia atau proses alam, sehingga
kualitas air dan tanah menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air dan
tanah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Oleh karena itu, kualitas air dan tanah
harus dikendalikan agar masih sesuai atau masih mempunyai dayadukung terhadap
lingkungan melalui upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Bila
penurunan kualitas air dan tanah masih sesuai dengan peruntukan air dan tanahnya,

3
maka tidak dapat dikatakan terjadi pencemaran air dan tanah, tetapi hanya mengalami
penurunan kualitas air dan tanah.

III. SIFAT – SIFAT AIR

1. Sifat-Sifat Fisik
a. Padatan Total
Padatan total dari air adalah semua zat yang tinggal sebagai residu saat
diuapkan pada suhu 103 - 105 o C. padatan total terdiri dari bahan organik dan
anorganik yang ada dalam air dalam bentuk tersuspensi, koloid, dan terlarut.
padatan tersuspensi dan koloid hanya dapat terendapkan oleh oksidasi biologi
dan pengendapan kimia melalui koagulasi, sedangkan padatan terlarut dapat
terendapkan dengan cara gravitasi. Zat padat tersuspensi mempunyai diameter 1
mikron, koloid 1 mm mikron - 1 mikron, dan padatan terlarut < 1 mm mikron.

b. Bau
Bau dalam air ditimbulkan oleh gas akibat peruraian mikroba. Gas penimbul bau
busuk (seperti telur busuk) yang khas adalah H2S yang ditimbulkan oleh mikroba
anaerobik yang mereduksi sulfat menjadi sulfida.

c. Warna
Warna air merupakan identitas dari kualitasnya. Limbah cair yang berwarna abu-
abu biasanya merupakan limbah yang baru, sedangkan yang sudah lama
berwarna hitam, karena oksigennya direduksi sampai dengan nol.
d. Konduktivitas
Konduktivitas air adalah daya hantar listrik di dalam air. Air dengan daya hantar
yang tinggi berarti mengandung garam-garam terlarut yang tinggi pula atau
sebaliknya.

2. Sifat-Sifat Kimia Bahan Anorganik

a. pH
pH disefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen (mol/l).
Air murni pada suhu 25 oC mengandung ion H- dan OH - 10-7 (mol/l). pH air
merupakan indikator kondisi asam dan basa dari air. Air dikatakan bersifat asam
apabila mempunyai pH < 7 dan dikatakan basa bila mempunyai pH > 7.
Sedangkan air dikatakan bersifat netral bila mempunyai pH 7 dan pada pH inilah
merupakan media yang baik untuk kehidupan biota air.

b. Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen yang ada dalam air dan dinyatakan dalam
mg/l pada suhu 25 oC. DO sangat dibutuhkan oleh biota air untuk kehidupannya.
Semakin tinggi DO, maka kehidupan biota semakin baik, demikian sebaliknya.
DO yang baik adalah = atau > dari 6.

c. Logam Berat

4
Logam berat dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh air untuk kehidupan biota air,
namun dalam jumlah yang besar akan bersifat racun. Logam berat antara lain :
Pb, Cr, Fe, Mn, Zn, dan Hg.

d. Nitrogen
Unsur Nitrogen sangat dibutuhkan oleh protista dan tanaman. Unsur ini
merupakan makanan perangsang pertumbuhan. Nitrogen dalam limbah cair
merupakan gabungan protein dan urea yang oleh mikroba diubah menjadi
amonia, sehingga kondisi kualitas air dapat ditunjukkan oleh kandungan amonia
yang ada. Dalam kondisi aerob, amonia dapat dioksidasi oleh mikroba menjadi
nitrat dan nitrit. Nitrit (NO 2-) kurang begitu stabil dan penting, sehingga mudah
dioksidasi menjadi nitrat (NO3-). Adanya unsur Nitrogen yang terlalu banyak akan
menyebabkan gangguan terhadap kehidupan biota air.

e. Phosphor (P)
Unsur P dalam air juga merupakan unsur penting untuk pertumbuhan protista dan
tanaman. Unsur P merupakan penyubur algae dan biota air lainnya, sehingga
dapat dijadikan tolok ukur kualitas air. Namun bila terlalu banyak juga akan
mengganggu kehidupan biota air.
f. Sulfur (S)
Unsur S dibutuhkan untuk sintesa protein dan dibebaskan saat terurai. Sulfat
(SO4) dapat direduksi menjadi sulfida dan gas H2S oleh mikroba dalam kondisi
anaerob. H2S kemudian dioksidasi menjadi sulfat. Sulfat direduksi menjadi sulfida
yang akan mengganggu lumpur biologis apabila konsentrasinya > 200 ppm. H2S
yang dibebaskan akan bergabung dengan gas-gas CH4 dan CO2 dalam air
buangan.

3. Sifat-Sifat Kimia Bahan Organik


a. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak bersifat cair yang keduanya mempunyai komponen karbon
dan hidrogen yang bersifat tidak larut dalam air. Sifat lainnya adalah tidak mudak
terurai oleh mikroba. Dengan adanya minyak dan lemak dalam air akan
mengakibatkan DO dalam air menjadi semakin kecil, sehingga akan mengganggu
kehidupan biota air.
b. Kebutuhan Oksigen Biologis (Biological Oxygen Demand = BOD)
BOD adalah jumlah kebutuhan oksigen untuk mikroba dalam air secara biologis
untuk mengoksidasi bahan organik yang mudah terurai pada waktu tertentu
(umumnya 5 hari/BOD5) sehingga bahan organik tersebut dapat terurai. Semakin
tinggi BOD semakin rendah DO, sehingga kualitas air semakin jelek dan
kehidupan biota air menjadi semakin terganggu. BOD ini merupakan salah satu
parameter kunci untuk kualitas air.
c. Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand = COD)
COD adalah jumlah kebutuhan oksigen untuk mikroba dalam air secara kimia
untuk mengoksidasi bahan organik, baik yang mudah terurai maupun tidak
mudah terurai. Test COD merupakan informasi tambahan terhadap test BOD
sebagai parameter pencemaran air. Dibanding test BOD, test COD memerlukan
waktu yang lebih singkat. Test COD ini juga merupakan parameter kunci untuk
pencemaran air.
d. Deterjen

5
Bahan ini banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk mencuci.
Bahan aktif deterjen di Indonesia sebelum tahun 1993 masih menggunakan ABS
(Alkyl Benzene Sulfonat) yang bersifat sulit terurai dalam air, sehingga dapat
menimbulkan pencemaran air. Setelah tahun 1993 bahan aktif tersebut telah
diganti oleh bahan yang relatif mudah terurai yaitu ALS (Alkyl Linier Sulfonat),
namun harganya relatif lebih mahal.

e. Phenol
Bahan ini merupakan unsur bahan organik yang bersifat racun terhadap kulit dan
tenggorokan serta merupakan bahan yang dapat menyebabkan iritasi yang kuat
pada kulit. Toleransi maksimum dalam air adalah 2 mg/l.

IV. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR

1. Limbah Cair Rumah Tangga/Domestik


Limbah cair ini antara lain berasal dari buangan rumah tangga, hotel, rumah sakit,
dan sebagainya. Limbah ini umumnya berasal dari buangan mandi, cuci, dan dapur.
Pada umumnya limbah cair ini mempunyai karakteristik BOD rata-rata 220 mg/l,
COD rata-rata 500 mg/l, Padatan terlarut rata-rata 500 mg/l, padatan tersuspensi
rata-rata 220 mg/l, dan minyak dan lemak rata-rata 100 mg/l.
2. Limbah Cair Pertanian
Limbah cair ini berasal air larian yang masih mengandung sisa pupuk anorganik (N-
P-K) dan pestisida yang tidak terserap dalam tanah. Pupuk anorganik rata-rata
terserap hanya 30 %, sehingga sisanya menjadi limbah yang sebagian terakumulasi
dalam tanah dan sebagian lagi terikut dalam air larian sehingga dapat menimbulkan
limbah cair yang nantinya akan masuk ke saluran, sungai, waduk dan sebagainya
dan akhirnya akan mengganggu kehidupan biota perairan.
3. Limbah Cair Pertambangan
Limbah cair ini berasal dari air larian yang mengandung unsur-unsur dalam tambang
seperti misalnya tambang batubara adalah unsur S yang menimbulkan air asam bila
dibuang ke badan air. Sedangkan untuk tambang lainnya sangat tergantung dari
unsur yang dikandungnya.
4. Limbah Cair Industri
Limbah cair ini berasal dari kegiatan industri yang membuang limbah cairnya ke
badan air. Limbah cair industri umumnya mempunyai kandungan pencemar yang
tinggi yang ditandai oleh kandungan COD dan BOD yang tinggi (untuk COD
umumnya di atas 1000 mg/l, sedangkan untuk BOD umumnya 1/3 dari COD).
V. METODA PENGAMBILAN CONTOH ATAU SAMPLING DAN METODA ANALISIS
PARAMETER PARAMETER AIR DAN TANAH
Sampel air diambil di titik – titik antara lain : limbah cair sebelum dan sesudah diolah,
air sumur, air badan air penerima sebelum dan sesudah terkena limbah cair, dan
sebagainya. Parameter air tersebut sebagian diukur secara langsung di lapangan
seperti : temperatur, pH. Sebagian lagi, dianalisis di laboratorium, sampel air tersebut
diambil dengan menggunakan alat water samplers dan diawetkan. Metoda analisis
parameter – parameter air secara rinci disajikan pada Tabel 1. Sampel tanah diambil di

6
tapak kegiatan dan di lokasi terkena dampak. Metoda analisis sifat fisik dan kimia tanah
disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Metoda Analisis dan Peralatan kualitas Air


No. Parameter Satuan Metoda Peralatan
o
1. Temperatur C Pemuaian Termometer
2. Residu terlarut mg/l Gravimetri Timbangan analitik
3. pH - Potensiometri pH meter
4. Kalsium (Ca) mg/l Titrimetri EDTA Buret
5. Magnesium (Mg) mg/l Titrimetri EDTA Buret
6. Besi (Fe) mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
7. Mangan (Mn) mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
8. Cadmium (Cd) mg/l Atomisasi AAS
9. Tembaga (Cu) mg/l Atomisasi AAS
10. Timbal (Pb) mg/l Atomisasi AAS
11. Krom (Cr) mg/l Atomisasi AAS
12. Air raksa (Hg) mg/l Atomisasi AAS
13. Sulfida mg/l Titrimetri Buret
14. Sulfat mg/l Gravimetri Timbangan analitik
15. Amonium bebas mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
16. Nitrat mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
18. Nitrit mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
19. Phosphat mg/l Titrimetri Buret
20. BOD mg/l Titrimetri Buret
21. COD mg/l Titimetri Buret
22. DO mg/l Titimetri Buret

Tabel 2. Metoda Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah


No. Parameter Satuan Metoda Analisis / Pengukuran
1. Tekstur % Memirit tanah dan pemipetan pada waktu tertentu
2. Struktur - Melihat bentuk ukuran
3. Konsistensi - Menentukan plastisitas dan kelekatan
4. Porositas - Melihat ukuran dan komponen pori-pori
5. Warna - Warna standar
6. pH H2O - Dikocik dgn H2O perbandingan 1 : 1
7. pH KCl - Dikocik dgn KCl perbandingan 1 : 1
8. C. Organik % Walkey and Black
9. Ca, Mg me / 100 g Ekstraksi NH4O Ac pH = 7
10. Kej. Basa % Jumlah Basa x 100% KTK
11. KTK me / 100 g Penjenuhan NH4O Ac pH = 7
Dekantasi, titrasi
12. P. tersedia ppm Ekstraksi Bray I
13. N. total % Kehjdahl

VI. PROSES DAN SUMBER - SUMBER PENCEMARAN AIR DAN TANAH

Proses pencemaran air dan tanah terjadi akibat adanya kehadiran atau
penambahan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain secara sengaja atau

7
tidak disengaja ke dalam air dan tanah oleh manusia dan proses alam, sehingga
kualitas air dan tanah menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air dan
tanah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Sedangkan sumber-sumber
pencemaran air dan tanah antara lain : limbah cair industri, limbah cair hasil
pencucian tambang (asam dan logam berat), pertanian (pupuk dan pestisida),
pertambahan penduduk yang menghasilkan limbah rumah tangga/domestik (cuci,
mandi, MCK, sampah), dan kegiatan alami meliputi : limbah cair akibat pembusukan,
sedimentasi dan sebagainya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran air dan tanah antara lain sebagai
berikut :
1. Jenis Pencemar Air dan Tanah
Jenis limbah cair dan pencemar tanah yang berbeda akan menyebabkan penurunan
dan pencemaran kualitas air dan tanah yang berbeda pula. Limbah cair industri
akan berbeda pengaruhnya terhadap kualitas air dan tanah dibandingkan dengan
limbah domestik/rumah tangga, pertanian atau pertambangan. Disamping jenis
limbah cair, kapasitas produksi dan cara memproses kegiatan juga berpengaruh
terhadap perbedaan penurunan dan pencemaran kualitas air dan tanah.
2. Perubahan Tataguna Lahan
Perubahan tataguna lahan akan berpengaruh terhadap penurunan dan kualitas air
dan tanah. Sebagai contoh : lahan tambak, pertanian, hutan dan perkebunan
berubah menjadi industri, perumahan, dan perdagangan akibat pembangunan.
Perubahan tersebut akan mengakibatkan peningkatan air larian yang sebelumnya
dapat tertampung dan disaring oleh lahan tersebut. Air larian akan membawa bahan
pencemar dan akan langsung masuk ke badan air tanpa hambatan, sehingga
jumlah air yang masuk ke badan air menjadi semakin banyak dengan kualitas air
yang semakin menurun. Dengan semakin banyaknya kegiatan penghasil pencemar
air tersebut di atas, maka limbah cair yang dihasilkan juga semakin banyak,
sehingga kualitas air di badan air semakin lama juga semakin menurun, demikian
pula dengan kualitas tanah yang dilewati limbah cair tersebut juga akan menurun.
3. Dayadukung Lingkungan
Dayadukung lingkungan didefinisikan sebagai daya pulih (self purification) kondisi
lingkungan terhadap pengaruh limbah cair. Kondisi lingkungan tersebut antara lain
meliputi : kondisi hutan, tanaman, rawa, tambak, sungai, tanah, gunung, perbukitan
dan lain sebagainya yang akan berpengaruh terhadap penurunan atau pencemaran
kualitas air dan tanah. Bila kondisi dayadukung alamnya masih baik, maka
dayapulih kondisi lingkungan terhadap penurunan dan pencemaran kualitas air dan
tanah juga akan baik pula. Namun bila dayadukung alamnya sudah jelek, maka
akan terjadi sebaliknya.
4. Curah Hujan
Curah hujan di suatu daerah akan berbeda denga daerah lainnya. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kualitas air dan tanah di sekitarnya. Daerah yang mempunyai
curah hujan yang tinggi relatif mempunyai dayadukung terhadap kualitas air dan
tanah yang relatif tinggi pula. Namun hal ini tidak berlaku bila di daerah tersebut
mempunyai tingkat polusi udara yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh air hujan yang
membawa pencemar udara ke dalam air dan tanah berupa hujan asam yang
membahayakan kehidupan biota air dan biota tanah.

8
VII. DAMPAK PENCEMARAN AIR DAN TANAH

1. Gangguan Terhadap Kesehatan dan Kerusakan Tanah


Pencemaran air adanya limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan
manusia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penyakit yang dapat ditularkan melalui
media air (water born diseases) seperti : penyakit kolera, radang usus, dan
hepatitis infektiosa. Selain itu, di dalam air itu sendiri juga mengandung bahan-
bahan yang berbahaya dan beracun, sehingga sangat membahayakan kesehatan
manusia.
2. Kerusakan Tanah
Limbah cair, penggunaan pupuk anorganik dan pestisida tak ramah lingkungan yang
berlebihan juga dapat mencemari tanah, sehingga tanah menjadi rusak. Dampak
terhadap kondisi tanah adalah terganggunya kehidupan ekosistem di dalam tanah
seperti : mikroba tanah, cacing tanah, sehingga dikhawatirkan akan dapat memutus
mata rantai ekosistem dalam tanah, sehingga akan berpengaruh terhadap
kehidupan dan konservasi tanaman yang selanjutnya akan merugikan manusia.
Indikator rusaknya tanah antara lain : tipisnya hara tanah, tanah menjadi asam,
tanah mengandung logam berat yang berlebihan, dan tanah menjadi bantat (keras).
3. Gangguan Terhadap Kehidupan Biota
Pencemaran air akibat adanya limbah cair dapat menurunkan oksigen terlarut
(disolved oxygen = DO) di dalam air. Dengan demikian, maka kehidupan biota air
(plankton, benthos, nekton) yang membutuhkan oksigen dalam air akan terganggu
perkembangannya. Gangguan terhadap kehidupan plankton dan benthos akan
berdampak lanjutan terhadap kehidupan ikan (nekton) karena plankton dan benthos
merupakan makanan ikan, dan selanjutnya tentunya akan berakibat terhadap
manusia sebagai pemakan ikan. Disamping itu, proses penjernihan air sendiri
melalui self purification yang seharusnya dapat dilakukan oleh biota air tersebut
menjadi terganggu.
4. Gangguan Terhadap Keindahan
Pencemaran air akibat adanya limbah cair dapat menimbulkan bau busuk yang
sangat menusuk hidung. Selain itu, warna air akibat kotoran limbah tersebut akan
menimbulkan gangguan terhadap pemandangan, sehingga akan menurunkan
keindahan dan estetika lingkungan serta berdampak lanjutan terhadap persepsi
negatif masyarakat di sekitarnya.
5. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda
Penurunan kualitas air dan pencemaran air sebagai akibat adanya limbah cair yang
bersifat korosif dapat menimbulkan kerusakan benda, terutama pada benda-benda
logam yang terkena limbah cair tersebut. Dengan demikian benda-benda tersebut
akan mengalami kerusakan yang lebih cepat, sehingga dibutuhkan biaya
pemeliharaan yang lebih besar.

VIII. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN TANAH

9
Pengendalian pencemaran air dan tanah pada dasarnya dilakukan melalui upaya-
upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan secara umum didefinisikan sebagai upaya terpadu dalam


pencegahan dan penanggulangan dampak negatif serta pengembangan dampak
positif terhadap lingkungan agar diperoleh manfaat yang lebih besar bagi manusia.
Pengelolaan limbah cair dari berbagai kegiatan harus dilakukan secara terpadu dari
berbagai instansi yang terkait. Pengelolaan lingkungan tidak dapat dilakukan secara
sektoral, tetapi harus terpadu dan terkait dari berbagai instansi karena lingkungan tidak
mengenal batas administratif. Dengan demikian ego sektoral mulai sekarang harus
dihilangkan.
Pada dasarnya pengelolaan limbah cair dilakukan dengan cara minimalisasi beban
limbah cair yang meliputi penekanan volume dan kadar limbah cair. Contoh-contoh
pengelolaan secara terpadu antara lain : penerapan sistem pertanian-peternakan-
perikanan secara terpadu, sistem kawasan industri-perumahan-perdagangan-
pendidikan dengan IPAL terpadu, sistem tata ruang yang ramah lingkungan, sistem mix
farming tambak garam dan bandeng dan sebagainya.
Penekanan volume dan kadar limbah cair dapat dilakukan sebagai berikut :
Volume limbah cair dapat ditekan antara lain dengan cara :
1. Konservasi penggunan bahan baku, bahan pembantu, dan utilitas
2. Pemisahan limbah cair dari berbagai proses
3. Daur ulang dan penggunaan kembali bahan dan utilitas dari proses
4. Pengaturan jadwal produksi untuk mengurangi jumlah limbah cair
5. Menghindari pembuangan limbah cair secara “batch”.
Penurunan kadar cemaran dapat dilakukan antara lain dengan cara :
1. Modifikasi peralatan dan proses
2. Ekualisasi, pemisahan, dan “porportioning”
3. Pengambilan hasil samping yang penting dari limbah cair.

8.1. Pencegahan Pencemaran Air dan Tanah

Pencegahan pencemaran merupakan usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk


mengurangi atau menghilangkan produksi limbah dan pelepasan cemaran ke
lingkungan. Beberapa contoh pencegahan pencemaran dari beberapa kegiatan dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1. Pencegahan Pencemaran Air dan Tanah dari Kegiatan Industri


Pencegahan pencemaran air dari kegiatan industri dapat dilakukan dengan
beberapa hal yakni : penggunaan bahan baku dan proses yang ramah lingkungan;
perancangan produk yang ramah lingkungan; pengaturan konfigurasi dan tata ruang
pabrik; adanya informasi dan pengendalian proses yang baik; adanya sumberdaya
manusia yang baik; adanya riset dan pengembangan; adanya supplier, pelanggan,
pengguna yang mendukung; komitmen secara organisasi.

2. Pencegahan Pencemaran Air dan Tanah dari Kegiatan Domestik

10
Pencegahan pencemaran air dan tanah dari kegiatan domestik dapat dilakukan
dengan beberapa hal yakni : penggunaan bahan-bahan cuci dan mandi yang ramah
lingkungan; jangan buang sampah di badan air; meningkatkan budaya sadar
lingkungan; pembinaan dan penegakan hukum.

3. Pencegahan Pencemaran Air dan Tanah dari Kegiatan Pertanian


Pencegahan pencemaran air dan tanah dari kegiatan pertanian dapat dilakukan
dengan beberapa hal yakni : penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat dan tidak
berlebihan; pengurangan penggunaan pupuk anorganik dengan penggunaan pupuk
organik; penggunaan pestisida yang ramah lingkungan; penggunaan sistem
pertanian yang ramah lingkungan; dan peningkatan sumberdaya manusia.
Penjelasan Pencegahan Pencemaran dari Kegiatan Industri

a. Rancangan Produk
Produk industri dirancang agar kurang beracun, kurang mobil, sedikit hasil
limbahnya, limbahnya mudah di daur ulang dan mudah pengolahannya.

b. Rancangan Proses
Proses dirancang agar : bahan baku tak mudah bereaksi, impuritas reaktan kecil,
tidak menghasilkan hasil samping yang tidak diinginkan, buangan bahan pembantu
kecil (katalis, minyak, pelarut, dsb), produk on spec., tak ada bahan terbuang saat
start – up dan shut – down, menghasilkan limbah dan produk yang mudah
diperbaiki, tidak menghasilkan tumpahan selama proses, dan sebagainya. Proses
dirancang agar terjadi eliminasi limbah pada proses produk utama dan produk
samping. Program pencegahan pencemaran dapat dilakukan antara lain dengan :
pelaksanaan standard operating procedure (SOP) operasional seperti
housekeeping yang baik, modifikasi (proses, peralatan, pengendalian) atau
pengembangan yang secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.

c. Konfigurasi dan Tata Ruang / Tata Letak Pabrik


Pabrik dirancang secara terintegrasi dengan pengolahan produk samping, tata
letaknya memudahkan untuk perbaikan perawatan dan modifikasi proses.

d. Informasi dan Pengendalian


Informasi dan pengendalian proses dilaksanakan dengan baik agar dapat diperoleh
produk utama (yield) yang tinggi, dapat diperoleh hasil samping dan limbah yang
rendah. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan pemantauan dan pengendalian
kondisi proses.

e. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia harus mempunyai dedikasi, terlatih, dan diberikan insentif
atau bonus bagi yang berprestasi dalam upaya pencegahan pencemaran.

f. Penelitian dan Pengembangan

11
Penelitian dan pengembangan agar selalu dilakukan dalam rangka : modifikasi
proses pengurangan limbah, modifikasi proses daur ulang, dukungan operasi untuk
peningkatan pencegahan pencemaran.

g. Peranan Supplier, Pelanggan, dan Pengguna


Penyediaan bahan baku dan peralatan yang berkualitas dapat meningkatkan upaya
pencegahan pencemaran. Demikian pula, pelanggan dan pengguna yang meminta
produk yang ramah lingkungan juga dapat meningkatkan upaya pencegahan
pencemaran.

h. Organisasi
Dukungan dan komitmen organisasi perusahaan dari semua tingkatan juga dapat
meningkatkan upaya pencegahan pencemaran.

Secara lebih rinci upaya pencegahan pencemaran dari kegiatan operasional


manufacturing, karakteristik, implementasi, trend sosial disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pencegahan Pencemaran ditinjau dari Operasi manufacturing,


Karakteristik, Implementasi, dan Trend sosial

Operasi Karakteristik Implementasi Trend Sosial


Manufacturing
Rancangan Produk Kompleksitas produk Toksisitas produk Pengurangan
dan Reformulasi Cara transportasi bahan toksik Daur
Mudah diurai dan ulang Batas
di daur ulang buangan
Rancangan Proses Otomatisasi Pemilihan bahan Kewaspadaan

12
Kondisi proses Produksi dan masyarakat
Teknologi proses pemanfatan produk Pelaporan upaya
Peralatan Perbaikan samping Pelaks. pencegahan
dan perawatan SOP Pengolahan pencemaran
limbah Minimisasi lingkungan
kebocoran
Konfigurasi Pabrik Tata letak lokasi Ukuran lebih kecil Pembatasan
Integrasi dan terintegrasi buangan
Ukuran yang dapat Konfigurasi Evaluasi resiko
diterima kembali operasi
Pengolahan
produk samping
Sistem Informasi Komputerisasi yang Pemantauan dan Masyarakat
dan Pengendalian terintegrasi pengendalian diperbolehkan
proses mengakses data
limbah
Sumberdaya Training, motivasi Pemahaman staf. Penghargaan
Manusia dan insentif Pelaksanaan masyarakat
pengelolaan terhadap
Pemberian insentif perusahaan yang
proaktif
Penelitian dan Pengembangan Pengembangan Kerjasama
Pengembangan proses dan produk alternatif Industri,
Evaluasi proses Pemanfaatan Universitas dan
Uji skala kecil produk samping masyarakat
Peranan Supplier, Penyediaan bahan Manajemen limbah Analisis daur
Pelanggan baku dan peralatan Informasi limbah ulang
yang berkualitas
Organisasi Analisis teknologi Visi lingkungan Biaya sosial
dan ekonomi Dukungan Dukungan
Sasaran strategik manajemen pemerintah dan
puncak masyarakat
Manajemen
strategik

8.2. Penanggulangan Pencemaran Air dan Tanah

Setelah semua upaya pencegahan pencemaran dilakukan, tetapi masih dihasilkan


limbah cair, maka selanjutnya akan dilakukan upaya penanggulangan / penanganan
limbah cair dengan cara pengolahan limbah cair di dalam Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL).
Pada dasarnya pengolahan limbah cair dapat dilakukan dilakukan dengan cara fisik,
kimia, biologi, lanjutan, dan gabungan. Pengolahan limbah cair tersebut sangat
tergantung dari karakteristik dan debit air limbah.

13
1. Pengolahan Secara Fisik
Pengolahan secara fisik bertujuan untuk memisahkan zat padat tersuspensi, zat
padat terlarut, zat koloid, dan zat emulsi yang ada dalam air limbah.
a. Penyaringan Kasar (Screening)
Penyaringan kasar bertujuan untuk memisahkan zat padat kasar dalam air
limbah, seperti : sampah daun, plastik, sedangkan penyaring kasar antara lain :
kawat, kisi-kisi, dan pelat berlubang.
b. Pengendapan (Precipitation/Sedimentation)
Pengendapan ini bertujuan untuk memisahkan partikel-patikel tersuspensi dalam
air limbah dengan cara membiarkan air tidak bergerak untuk kemudian
kotorannya akan terendapkan dengan sendirinya akibat gaya berat atau
gravitasinya sendiri.
c. Pengapungan (Flotation)
Pengapungan ini bertujuan untuk memisahkan partikel padat maupun cair
dengan cara memasukkan gelembung gas dalam fase cair. Partikel yang sudah
terapung dihilangkan dengan cara skimming.
d. Penyaringan halus (Filtration)
Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan zat-zat tersuspensi dengan cara
mengalirkan zat cair tersebut ke dalam suatu media berpori (pasir, kerikil).
2. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan penambahan zat kimia ke dalam air
limbah, sehingga dapat dipisahkan antara lain : zat-zat organik tak terdekomposisi,
zat-zat aorganik, logam berat, phosphat, merkuri, sianida. Disamping itu,
pengolahan kimia juga ada yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang
dapat menimbulkan penyakit yaitu dengan cara desinfektasi menggunakan khlor.
a. Penetralan pH
Proses penetralan pH merupakan pengolahan awal (pre treatment) agar dapat
memudahkan proses selanjutnya. Bila larutan bersifat asam ditambah dengan
basa (misal CaCO 3), bila larutan bersifat basa ditambah dengan asam atau gas
CO2.

b. Pengendapan Kimia (Koagulasi)


Pengendapan kimia dilakukan karena pada pengendapan dengan cara
sedimentasi belum dapat bekerja secara sempurna untuk menghilangkan zat-zat
tersuspensi. Koagulan yang biasa digunakan antara lain : tawas/alum, kapur
Ca(OH)2, ferri sulfat, ferri khlorida dan copperas.
c. Gas Transfer
Gas dimasukkan ke dalam limbah cair, sehingga gas-gas yang tidak diinginkan
(gas amoniak, H2S) akan keluar, selain itu juga gas tersebut juga berguna untuk
kehidupan bakteri aerob (dengan oksigen) yang dapat menguraikan zat
pencemar dalam air limbah.
d. Khlorinasi
Proses ini dilakukan untuk desinfektasi terhadap mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit. Proses desinfektasi dilakukan dengan cara khlorinasi
yaitu memasukkan khlorine ke dalam air limbah yang akan masuk ke badan air,
sehingga tidak membahayakan bagi lingkungan.

14
3. Pengolahan Secara Biologi
Pengolahan secara biologi dilakukan dengan cara pemberian mikroorganisma ke
dalam air limbah, sehingga zat-zat pencemar di dalam air limbah dapat terurai.
Secara umum pengolahan secara biologi meliputi : proses aerobik, anaerobik, dan
fakultatif.
a. Proses Aerobik
Proses aerobik (dengan oksigen) secara umum menggunakan proses lumpur
aktif. Proses ini menggunakan metode yang sederhana, yaitu dengan
menumbuhkan massa sel mokroba sampai konsentrasi yang cukup tinggi.
Dengan demikian sel mikroba tersebut mampu mengubah bahan organik menjadi
bahan yang lebih aman untuk lingkungan yaitu CO 2 dan H2O dengan laju yang
tinggi. Pada proses lumpur aktif secara aerobik, oksigen berfungsi sebagai
penerima elektron akhir untuk reaksi bio-oksidasi yang harus dicatu dari fase gas.
Bahan organik dalam dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan
maupun dioksidasi menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu CO 2 dan H2O.
Selain itu agar pertumbuhan mikroorganisme menjadi optimum, maka harus
ditambah unsur hara ke dalam air limbah tersebut. Keuntungan proses ini adalah
hasil olahan air limbah menjadi tidak terlalu berbau. Proses aerobik sangat cocok
untuk menguraikan air limbah yang mempunyai kandungan COD yang tidak
terlalu tinggi < 1000 mg/l dengan ratio COD/BOD sekitar 2 - 3
b. Proses Anaerobik
Proses anaerobik menggunakan mikroorganisme yang bersifat anaerob (tanpa
oksigen). Proses ini akan menguraikan bahan organik dan anorganik yang ada
dalam air limbah tanpa adanya oksigen. Pada tahap pertama terjadi proses
hidrolisa dan fermentasi senyawa organik kompleks menjadi sederhana, misalnya
asam asetat. Pada tahap kedua terjadi proses pengubahan asam organik
sederhana menjadi gas methane dan CO 2. Keuntungan proses ini antara lain :
dapat menangani air limbah dengan beban yang tinggi, prosesnya sederhana,
menghemat listrik, namun timbul bau dan waktunya lebih lama. Proses anaerobik
sangat cocok untuk menguraikan air limbah yang mempunyai kandungan COD
yang tinggi > 1000 mg/l dengan ratio COD/BOD > 3

c. Proses Fakultatif
Proses fakultatif merupakan proses antara aerobik dan anaerobik yaitu dengan
menggunakan mikroorganisme yang bersifat aerob (dengan oksigen) dan
anaerob (tanpa oksigen). Proses ini akan menguraikan bahan organik dan
anorganik yang ada dalam air limbah tanpa dan dengan adanya oksigen.
Mikroorganisme yang berada di bak atau tangki air limbah bagian atas bersifat
aerobik, sedangkan pada bagian bawah atau bagian dalam akan bersifat
anaerobik.
4. Pengolahan Lanjutan
Pengolahan ini dilakukan apabila beberapa komponen pencemar tidak dapat diolah
dengan cara-cara di atas, misalnya Ca, K, SO 4. Proses tersebut antara lain : proses
ion exchange dan adsorbsi dengan menggunakan karbon aktif.
5. Pengolahan Secara Gabungan
Pengolahan ini dilakukan dengan cara menggabungkan pengolahan secara fisik,
kimia, biologi,dan lanjutan. Pengolahan secara gabungan biasanya dilakukan di
industri yang sangat kompleks air limbahnya.

15
IX. PENUTUP

Dengan mengetahui, mendalami dan memahami tentang proses pencemaran air dan
tanah serta pengendaliannya, maka diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta dan
dapat diimplementasikan di daerah masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

1. Berglund, R.L, C.T.Lawson. Prevention Pollution in the CPI. Chemical


Engineering. September 1991, pp. 120 - 127.
2. Corbitt, R.A.1990. Standard Hanbook Of Environmental Engineering. McGraw
Hill. Inc. New York.
3. Djajadiningrat, A.1994. Pengolahan Limbah Cair. Pelatihan Pengolahan Limbah.,
ITB, Bandung.
4. Gouchoe, S, et.al Integrate Your Plant’s pollution Prevention Plans, Chemical
Engineering Progress. Nopember 1996, pp. 30 -65.
5. Luper, Deborah, Montgomery Watson. Integrate Waste Minimization into R & D
and Design, Chemical Engineering Progress. June 1996, pp.
58 - 65.
6. Metcalf and Eddy. 1979. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, Reuse.
2nd Edition. McGraw Hill Series Water Resources and
Environmental Engineering, New York.

16
7. Nugroho, A. 1997. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Lanjut Bagian I. Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,
Semarang.
8. Shah, G.C. Use ISO 14000 as a Compliance and Productivity Tool, Hydrocarbon
Processing. August 1997, pp. 75 - 77.
9. Sumarno. 2003. Pencegahan dan Pengendalian pencemaran Air dan Tanah,
Kursus Audit Lingkungan, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
(PPLH) Lembaga Penelitian Universitas Indonesia Diponegoro,
Semarang.
10. Sugiarto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Limbah Cair., Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
11. Suratmo, F. Gunarwan. 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai