Anda di halaman 1dari 2

213 Perubahan Fisiologi Pada Klien /'ost Sectio caesurea a) Imvolusi Ulteri Involusi uteri atau pengerutan

uterus merupakan suatu proses yang menyebabkan uterus kembali pada posisi semula seperti sebelum
hamil (Siti dkk, 2013). Proses penurunan TEU dikatakan cepat jika pada hari pertama nifas TFU > jari di
bawah pusat dan pada hari ke-3 berada >3 jari dibawah pusat. Dikatakan normal jika pada hari pertama
TFU 1 jari di bawah pusat, dan pada hari ke-3 TFU 3 jari di bawah pusat. Tapi dikatakan lambat jika pada
hari ke-3 TFU setinggi <3 jari di bawah pusat. Faktor yang mempengaruhi proses involusi uteri
diantaranya yaitu : gizi mengatakan dengan status gizi yang adekuat akan mempercepat pemulihan
kesehatan ibu kesehatan pasca salin dan pengembalian kekuatan otot-ototnya menjadi lebih cepat serta
akan meningkatkan kualitas maupun kuantitas ASI (Kenneth, 2009)

Kegagalan penyembahan tempat menempeinya plasenta dapet menyebabkan pengeluaran fochea terus
menerus, perdarahan pervaginam tanpa nyeri. Lochea akan diproduksi sedikit lebih banyak ketika ibu
menyusui dan melakukan mobilisasi dini diserai dengan asupan nutrisi yang baik (Coad & Dunstall 2007)
Pada dinding abdomen juga terdapat luka bekas operasi yang tertutup kassa dan setelah efek
pembiusan hilang akan terasa nyeri (Ambarwati, 2009) b) Lochea Eksekusi cairan rahim selama masa
nifas. Proses keluarnya darah nffas atau lochea terdiri dari: ) Lochea rubra Lochea ini muncul pada luari 1
sampai hari ke 4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarma merab karena berisi darah segar,
jaringan sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium (Ambarwati, 2009)
2) Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan
robekan/laserasi plasenta muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum (Ambarwati, 2009) 3)
Lochea alba Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati. Lochea albe bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum (Ambarwati 2009). c)
Laktasi Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui
mempunyai mekanisme fisiologis yaitu sebagai produksi susu

dar sekresi susu. Sclama sembilan bulan kehamilan. jaringan payudara tembuh dan menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir Selelah melahirkan, ketika hormon yang
dihasilkan piasenta tidak ada lagi untuk menghambatya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin
(hormon laktogenik) Sampai hari ketiga setelah melahirkan efek prolaktin pada pavudara mulai bisa
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat,
bengkak dan rasa sakit Sel-sel acimi yang menghasilkan ASI juga mulai be fungsi. Ketika bayi menghisap
puting, retleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk memyekresi hormon oksitosin. Oksitosin
merangsang refleks let down (mengalirkan), schingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan
dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banvak. Refleks ini dapat berlanjut
sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009). Refleks pengaliran susu dapat berfungsi baik hanya jika
ibu merasa rileks dan tenang, tidak nyeri, tidak tegang ataupun cemas. Suasama ini bisa dicapai bila ibu
punya kepercayaan diri dan istirahat cukup, serta tidak kelelahan Mendengar suara tangis bayi atau
bahkan memikirkan bayi bisa menvebabkan refleks pengaliran susu bekerja, sehingga susu pun bisa
memancar (Nurul, 2012). d) Adaptasi kardiovaskuler Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan
darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan Tekanan darah tinggi pada post
partum dapat menandakan terjadinya preeklamsi (Bobak, 2007).

e) Adaptasi urinarius Pada klien post.sectio caesarea terpasang kateter (Suheri, 2008) fn Adaptasi
muskuloskeletal Pada saat kurang dari 6 jam setelah pembiusan ekstremitas bawah klien tidak dapat
digerakkan karena efek pembiusan (Ambarwati, 2009). g) Adaptasi sistem endokrin ) Hormon plasenta
Keadaan plasma hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan Selain itu hormon estrogen
dan progesteron juga menurun setelah plasenta keluar (Ambarwati, 2009) 2) Hormon pituitari Keadaan
proiaktin pada darah meningkat dengan cepat selama kehamilan Setelah persalinan, pada wanita yang
tidak menyusui, keadaan uprolaktin menurun, mencapai keadaan seperti sebelum kehamilan dalam
waktu 2 minggu (Ambarwati, 2009) 3) Hormon oksitosin Keadaan oksitosin juga meningkat dengan
cepat selaman kehamilan Selama tahap ketiga persalinan, oksitoksin menyebabkan pemisahan plasenta
(Ambarwati, 2009) 2.1.4 Perubahan Psikologis pada Klien Post Sectio caesarea a) Fase taking in Terjadi
pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan Ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan,
memfokuskan energi pada bayi yang menyebabkan

persepsi penyempitan dan kemampuan menerima informasi kurang (Pantiawati, 2010) b) Faxe taking
holding Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat sampai kelima ibu siap
menerima peran barunya dalam belaiar tentang hal-hal baru (Pantiawat 2010) c) Fase letting-go Dimulai
sekitar minggu kelima setelah melahirkan Anggota keluarga telah menyesuaikan diri dengan lahirnya
bayi (Hani 2010) 2.2 Konsep Nyeri Akut 2.2.1 Definisi Nyeri Akut Nyeri merupakan kondisi berupa
perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif. Perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalarm hal skala atau tingkatannya Hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya (Tamsuri, 2007). 2.2.2 Etiologi Nyeri Akut Penyebab nyeri akut menurut PPNI
(2016): a) Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia, neoplasma) b) Agen pencedera kimiawi
(mis: terbakar, bahan kimia iritan) c) Agen pencedera fisik (mis: abses amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebuhan).

Anda mungkin juga menyukai