Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sectio Caesarea atau yang lebih dikenal dengan operasi sesar adalah suatu

metode persalinan melalui insisi dinding abdominal (laparatomi) dan insiasi

dinding uterus (histerotomi). Pada beberapa kasus, paling sering dilakukan

operasi sesar karena komplikasi darurat seperti perdarahan yang tidak

terkendali, yang merupakan indikasi dari histerektomi perabdominal setelah

melahirkan (Cunningham, et all 2009 dalam Nurrochmad, 2014). Sectio

Caesarea adalah sebutan medis bagi operasi cesar. Biasanya operasi ini

dilakukan jika diketahui ada kelainan medis pada kehamilan, sehingga sang

ibu tidak memungkinkan melahir kan bayinya secara normal melalui vagina

(Conny Widya Hermina & Agus Wirajaya, 2015).

Dengan adanya bekas operasi sesar dapat menimbulkan nyeri pada ibu

sehingga ibu cenderung untuk berbaring saja untuk mempertahankan seluruh

tubuh kaku dan tidak mengindahkan daerah pembedahan sehingga

menimbulkan kaku persendian, postur yang buruk, kontraktur otot, nyeri

tekan apabila tidak melakukan mobilisasi (Cristina & Kristanti, n.d., 2012

dalam Heryani, R & Ardenny, 2016). Mobilisasi penting dilakukan untuk

mempercepat kesembuhan ibu sehingga dapat melakukan kembali aktivitas

sehari- hari secara normal. Keterlambatan mobilisasi ini akan menjadikan

kondisi ibu semakin memburuk dan menjadikan pemulihan pasca section

caesarea menjadi terlambat (Marfuah, 2015).


Menurut WHO (World Health Organization, 2015), angka kejadian Sectio

Caesarea (SC) meningkat di dunia. WHO menetapkan indikator bersalin SC

5-15% untuk setiap negara, jika tidak sesuai indikasi operasi SC dapat

meningkatkan resiko penyakit dan kematian pada ibu dan bayi. Data dari

hasil Riskesdas (Survey Kesehatan Dasar,2013) menunjukan bahwa kejadian

persalinan dengan tindakan SC di Indonesia mencapai 9,8 % dari jumlah

persalinan dari total 49.603 kelahiran. Di Indonesia angka kejadian sectio

caesarea mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan

sectio caesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar 45, 19 %, tahun 2002 sebesar

47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005

sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum

terdapat data yang signifikan, tahun 2009 sebesar sekitar 22,8% (Karundeng,

2014). Data Rikesdas 2013 menunjukkan kelahiran bedah Sectio Cesarea di

Indonesia sebesar 9.8% Angka kejadian Sectio Caesarea di Provinsi Jawa

Timur tahun 2011 berjumlah 3.401 0perasi dari 170.000 persalinan, sekitar

20% dari seluruh persalinan (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012). Penulis

mendapatkan data di Rekam Medis di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang terdapat dalam bulan Januari sampai bulan Desember pada tahun

2018 terhitung secara keseluruhan sejumlah 59% kasus Sectio Caesarea 170

dari keseluruhan persalinan.

Fenomena yang ditemukan oleh peneliti pada saat praktik klinik pada bulan

juli 2018 di Ruang Agnes Paviliun Rumah Sakit Panti Waluya Malang yaitu

terdapat tiga ibu post Sectio Caesarea. Klien pertama ibu M mengeluh nyeri
dibagian perut karena ada bekas luka jahitan post operasi Sectio Caesarea

serta kaku dibagian kaki, sedangkan pada klien ibu A dan klien ibu L

mengeluh takut untuk melakukan gerakan karena adanya luka jahitan di

bagian perut dan merasa nyeri serta kaku dibagian kaki.

Mobilisasi pasca Sectio Caesarea dapat dilakukan setelah pertama pasca

bedah. Mobilisasi bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka,

memperbaiki sirkulasi, mencegah statis vena, menunjang fungsi pernafasan

optimal, meningkatkan fungsi pencernaan mengurangi komplikasi pasca

bedah mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum

operasi , mempertahankan konsep diri pasien dan mempersiapkan pasien

pulang (Jitiwiyono dalam Tri Septi Pujirahayu, 2016).

Oleh karena itu, sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung jawab

untuk memberikan pertolongan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan

kepada klien dengan pendekatan, preventif, rehabilitative, dan kolaboratif.

Dengan demikin perawat harus mampu dalam mengkaji tingkat kebutuhan

klien akan mobilisasi, membuat perencanaaan tindakan keperawatan

mobilisasi sehingga didapatkan pelayanan yang berkualitas. Berdasarkan latar

belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan

yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan

pada Pasien Post Sectio Cesaria dengan masalah Gangguan mobilitas fisik di

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang”


1.2 Batasan Masalah

Masalah dalam studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien

Post Sectio Caesarea dengan masalah Gangguan mobilitas fisik di Rumah

Sakit Panti Waluya Malang.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien Post Sectio Ceesarea dengan

masalah Gangguan mobilitas fisik di Rumah Sakit Panti Waluya?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk melakukan asuhan

keperawatan pada klien Post Sectio Caesarea dengan Gangguan mobilitas

fisik di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Post Sectio Cesarea

dengan masalah Gangguan mobilitas fisik di Rumah Sakit Panti

Waluya Malang.

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Post Sectio

Caesarea dengan masalah Gangguan mobilitas fisik di Rumah

Sakit Panti Waluya Malang.

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Post Sectio

Caesarea dengan masalah Gangguan mobilitas fisik di Rumah

Sakit Panti Waluya Malang.


4) Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana pada klien

Post Sectio Cesarea dengan masalah Gangguan mobilitas fisik di

Rumah Sakit Panti Waluya Malang.

5) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien Post Sectio

Caesarea dengan masalah Gangguan mobilitas fisik di Rumah

Sakit Panti Waluya Malang.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

1) Peneliti berharap hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk

pengembangan ilmu keperawatan yang preventif, kuratif, rehabilitatif

dan kolaboratif di bidang perawatan, khususnya keperawatan pada

klien Post Sectio Cesarea dengan masalah gangguan mobilitas fisik.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Perawat

Meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan yang baik dalam hal pencegahan maupun menanggulagi

masalah keperawatan pada klien Post Sectio Cesarea dengan masalah

gangguan mobilitas fisik.

2) Bagi Rumah Sakit

Stusi kasus ini diharapkan untuk dapat meningkatkan softskill perawat

dalam mengatasi masalah keperawatan pada klien Post Sectio Cesarea

dengan masalah gangguan mobilitas fisik serta dalam melakukan

asuhan keperawatan.
3) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menghasilkan lulusan perawat

yang vokasional dan profesional untuk siap menghadapi masalah-

masalah keperawatan di lahan praktik.

4) Bagi Klien

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan klien dan keluarga sebagai

sarana informasi serta membantu menambah pengetahuan tentang

klien Post Sectio Cesarea.

Anda mungkin juga menyukai