Anda di halaman 1dari 12

J.G.S.M. Vol. 16 No. 2 Mei 2015 hal.

103 - 114

Dinamika Dan Evolusi Cekungan Ketungau Kalimantan Barat


Berdasarkan Metode Gayaberat

Dynamics and Evolution of Ketungau Basin, West Kalimantan


Based on Gravity Method
Saultan Panjaitan
Pusat Survei Geologi, Jalan Diponegoro No. 57 Bandung, 40122

Abstrak - Di Cekungan Ketungau telah ditemukan Abstract - An oil and gas seep is found in the Sinaning
rembesan migas di Sungai Sinaning, di hilir Sungai River and the upper course of the Puturau and Ara Rivers,
Puturau dan Sungai Ara. Sampai sekarang migas belum in the Ketungau Basin . Until nowadays gas has not been
ditemukan didaerah ini sehingga dilakukan penelitian found in this area, so that the gravity research has to be
gayaberat untuk melokalisir struktur perangkap antiklin done to localize the anticline structure related to oil and
yang terkait dengan waduk migas. Hasil penelitian gas reservoir. The gravity research Bouguer anomaly can
gayaberat anomali Bouguer dapat dibagi kedalam dua (2) be grouped into two (2) part, i.e the 16 mGal to 58 mGal
kelompok yaitu: Kelompok anomali gayaberat 16 mGal anomaly which is formed by Semitau high and the area of
hingga 58 mGal dibentuk oleh tinggian Semitau dan Bouguer anomaly 16 mGal to 8 mGal which is
kelompok anomali gayaberat 8 mGal hingga 16 mGal representing a sedimentary rock basin. At recidual
adalah cekungan batuan sedimen. Pada anomali sisa lebar anomaly, width of basin is ± 35 km, length ± 60 km and
cekungan ± 35 km, panjang ± 60 km dan ketebalan ± thickness ± 5000m in west-east direction. The Ketungau
SM
5000 m arah barat-timur. Cekungan Ketungau dikontrol Basin is controlled by reverse and normal faults forming
oleh sesar naik dan sesar normal membentuk amblesan, subsidence causing local anticline as petroleum trap is
sehingga sulit terbentuk antiklin lokal sebagai perangkap hard to develope. The structures wich are formed consists
migas didalam cekungan itu sendiri. Struktur yang of the reverse fault, normal fault in the west-east direction,
terbentuk terdiri dari sesar naik, sesar normal arah barat- and strike slip fault in north-south direction cutting the
JG

timur dan sesar geser arah utara-selatan memotong sesar reverse fault. Ketungau basin was formed at foreland
naik. Cekungan Ketungau terbentuk pada busur muka saat basins when 60º Kalimantan has rotated to the left since
Kalimantan berrotasi mengiri sejak Oligosen-Miosen Oligocene-Miocene at third phase deformation. Badrock
sebesar 60º pada deformasi fase ketiga. Batuan alas diduga is estimated as ofiolit or oceanic rocks with density of 3.1
ofiolit atau sedimen samudera dengan rapat massa 3.1 gr / cm³ formed by block faulting.
gr/cm³ yang mengalami pematahan bongkah.
Keyword - Gravity, Basin, gas, recidual anomaly, density, fault,
Kata kunci - Gayaberat, cekungan, gas, anomali sisa, rapat anticline, syncline, rotation, deformation, paleomagnetic.
massa, sesar, antiklin, sinklin, batuan alas, rotasi, deformasi,
paleomagnetik.

PENDAHULUAN Ketungau pada peta anomali gayaberat sisa ± 35 km


dan panjang cekungan ± 60 km membentuk sinklin
Dewasa ini kebutuhan akan migas di dalam negeri
memanjang arah barat-timur. Cekungan tersebut
semakin meningkat seiring dengan pertambahan
ditempati oleh Formasi Ketungau, Formasi Tutop,
disektor industri. Oleh karena itu penelitian cekungan
Formasi Kantu. Sedangkan Kelompok Selangkai dan
migas terus ditingkatkan untuk menemukan sumber-
Kompleks Semitau sebagai batuan alas Heryanto, drr.,
sumber lapangan baru. Daerah penelitian (Gambar 1)
(1993). Data-data geologi dan geofisika didaerah ini
di Cekungan Ketungau telah terbentuk rembesan migas
masih sangat terbatas walaupun sejak tahun 1993
di Sungai Sinaning, dihilir Sungai Puturau dan hilir
rembesan gas dilaporkan telah terbentuk di Cekungan
Sungai Ara. Penelitian dilakukan dengan metoda
Ketungau. Dari penelitian sebelumnya diinformasikan
gayaberat dan sampai sekarang daerah-daerah reservoir
belum ada batuan sebagai batuan induk yang khas
belum dapat dilokalisir walaupun telah dilakukan
maupun batuan reservoir didaerah ini.
penambahan titik ukur gayaberat. Lebar Cekungan

Naskah diterima : 04 April 2010, Revisi terakhir : 20 April 2015


Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral - Terakreditasi oleh LIPI No. 596/Akred/P2MI-LIPI//03/2015, sejak 15 April 2015 - 15 April 2018
104 J.G.S.M. Vol. 16 No. 2 Mei 2015 hal. 103 - 114

SM
JG

Gambar 1. Lokasi penelitian Daerah Merakai dan sekitarnya, Cekungan Ketungau Sintang,
Kalimantan Barat.

Tetapi dari hasil penelitian Tim Geologi Lauti., (2010) diharapkan akan dapat melokalisir perangkap
melaporkan potensi batuan reservoir terdiri dari struktur dan perangkap stratigrafi yang terkait
batupasir Formasi Tutop dan Formasi Kantu dengan dengan terbentuknya migas didaerah ini.
TOC (Total Organic Content) 19,28-26,34 % kategori
bagus-sangat bagus (good-very good). Hasil TATANAN GEOLOGI
pengukuran Rock Eval Pyrolysis pada diagram TOC vs
Pyrolysis Yields (PY) untuk mengetahui batuan induk, Batuan tertua yang membentuk batuan alas
yang berpotensi dan cocok adalah serpih Formasi berumur Karbon-Trias tersingkap disepanjang
Ketungau mengandung batubara. Nilai kerogen batuan tinggian tektonika punggungan Semitau (Gambar
induk berdasarkan Indeks Oksigen vs Indeks Hidrogen 2). Batuan alas ini tertindih oleh batuan sedimen
memiliki tipe II dan tipe III dapat menghasilkan minyak cekungan tanah muka berumur Tersier Awal dan
dan gas. Dengan mengetahui gambaran geologi bawah bersentuhan sesar dengan sedimen cekungan busur
permukaan, bentuk cekungan, kedalaman batuan dasar, muka berumur Kapur. Jalur terobosan sub-
ketebalan batuan sedimen, antiklin dan sinklin volkanik hampir 150 km panjangnya terdapat pada
Dinamika dan Evolusi Cekungan Ketungau Kalimantan Barat Berdasarkan Metode Gayaberat 105

SM
JG

Gambar 2. Peta Geologi Cekungan Ketungau dan sekitarnya, Kalimantan Barat., Heryanto
drr., 1993

punggungan Semitau disebelah utara sebagian yang mengakibatkan terbentuk formasi dari cekungan
menindih cekungan busur muka. Batuan alas dibagi 2 tanah muka.
satuan yaitu: Kompleks Semitau dan Kompleks
Struktur di Sintang dikenal ada empat kawasan utama
Busang. Kompleks Semitau umumnya tersingkap
yaitu: Tinggian Batuan Alas, Jalur Lipatan Selangkai,
sangat buruk kebanyakan dari sekis hijau dan tubuh
Bancuh Boyan dan Jalur Lipatan Tanah Muka Daratan
granit bersentuhan dengan sesar Kelompok Selangkai,
(Kawasan Melawi, Mandai dan Ketungau).
berupa bancuh terhancurkan. Sentuhan dengan
sedimen Cekungan Ketungau dikendalikan oleh sesar Tinggian Batuan Alas di Sintang terdiri atas batuan
normal. Alas Kompleks Semitau diterobos dan ditindih Komplek Busang dan Tinggian Semitau membentang
oleh batuan gunungapi Betung dan batuan Gunungapi dari timur Sambas kearah Long Pahangai dan selaras
Jambu di selatan Cekungan Ketungau. Secara regional dengan pemanjangan tinggian gayaberat. Dikompleks
cekungan yang terbentuk didaerah Kalimantan Barat Semitau paling tidak ada tiga fase deformasi yang
ini sekitar Sintang dibagi menjadi tiga cekungan tanah dikenal sebagai belahan dan struktur metamorfik
muka yaitu: Cekungan Ketungau, Cekungan Mandai di seperti “pressure shadows” dan jejak-jejak inklusi S1,
utara dan Cekungan Melawi di selatan Punggungan S2 dan S3. Jalur Lipatan Selangkai membentang
Semitau. Cekungan-cekungan tersebut asalnya memotong peta pada satu jalur seluas 17 km lebarnya
menerus atau berhubungan selama Eosen Akhir. dan umumnya disusun oleh sedimen Kelompok
Selanjutnya mungkin selama Oligo-Miosen cekungan Selangkai berumur Kapur. Arah umum kemiringan
yang luas terbagi menjadi cekungan struktur ketika lapisan barat-baratlaut dan corak deformasinya
Punggungan Semitau terbentuk. Peristiwa gunungapi beragam sekali dari satu tempat ke tempat lain.
diperkirakan berhubungan dengan kelanjutan tektonik
106 J.G.S.M. Vol. 16 No. 2 Mei 2015 hal. 103 - 114

Banyaknya deformasi dan pengembangan belahan dan menimbulkan sesar-sesar naik mengarah ke selatan.
sesar naik kecil dapat diamati di hilir dan hulu Sungai Eosen Akhir-Oligosen Awal cekungan besar antar gunung
Seberuang dan hulu Sungai Silat. Di sungai Boyan terbentuk pada alas Cekungan Melawi, Mandai, Ketungau
Kelompok Selangkai terlipatkan hingga menyudut dan Cekungan Kutai Barat. Oligosen Akhir-Kuarter
menyebabkan lapisan-lapisan setempat terbalik. cekungan tanah muk mengalami pengangkatan disertai
Dihulu sungai Belitung batuannya terlipat ketat dan terobosen Sintang dan pengangkatan batuan alas setinggi
tersesarkan kuat menyebabkan formasi batuan 5 km yang ditemukan di daerah sumur Batuq (Tenggara
terpatahkan dibeberapa tempat. Long Pahangai) dan Terobosan Sintang berumur Miosen
Jalur Lipatan Tanah Muka terdiri dari Cekungan Melawi, dan Oligosen Akhir Win,T., Berod,B., (1989).
Mandai dan Ketungau, struktur Tinggian Semitau
memisahkan Cekungan Ketungau dan Mandai di utara ANOMALI BOUGUER CEKUNGAN
dan Cekungan Melawi di selatan. Tinggian batuan alas KETUNGAU DAN CEKUNGAN MANDAI
tidak jelas dari geologi permukaan tetapi dapat
Peta anomali Bouguer Cekungan Ketungau dan
ditafsirkan dari gayaberat membentuk penghalang
Cekungan Mandai (Gambar 3) dibuat dengan selang
diantara Cekungan Ketungau dan Mandai yang juga
kontur anomali 5 mGal. Kontur anomali memanjang
membagi Cekungan Melawi menjadi bagian barat dan
arah barat-timur sejajar dengan punggungan gayaberat
timur. Cekungan ini tersesarkan terhadap Bancuh Lubok
antara 35 – 80 mGal terdiri atas Tinggian Kelompok
Antu (Kompleks Kapuas) dan ditepi selatan cekungan
Semitau. Lebar tinggian punggungan anomali berkisar
bersentuhan sesar dengan Kompleks Semitau. Batupasir
30 km dan panjang 160 km terdapat dibagian tengah
Tutop dan Formasi Kantu disepanjang batas selatan
memisahkan Cekungan Ketungau dengan Cekungan
terpotong oleh zona sesar dan geseran mengakibatkan
Melawi. Anomali tinggi tersebut menunjam kearah timur
pengurangan ketebalan formasi batuan.
hingga ke Cekungan Mandai ditandai dengan penurunan
SM
Daerah tepian benua umumnya telah ditutupi oleh anomali yang cepat. Anomali tinggi juga terdapat di utara
cekungan busur muka (Kelompok Selangkai) yang Distrik Danau memanjang kearah timur membentuk
mungkin memanjang sepanjang parit tunjaman. tinggian hingga 70 mGal diakibatkan refleksi dari batuan
Sedimen busur muka fasies lereng benua dari alas yang membentuk struktur dalam.
JG

Kelompok Selangkai kemungkinan berangsur menjadi


Anomali Bouguer -10 hingga 30 mGal secara umum
sedimen samudera dari Kompleks Kapuas dan jika
mencirikan Cekungan Ketungau, Cekungan Mandai dan
benar demikian batuan tersebut sebagian bergabung Cekungan Melawi. Antara Cekungan Ketungau dengan
dalam baji akresi. Pada Akhir Kapur Awal daratan Cekungan Mandai dipisahkan oleh anomali punggungan
meliputi hampir seluruh Sarawak, sedangkan kerak kecil hampir arah utara-selatan. Punggungan kecil
benua Lautan Cina Selatan dan Indocina berada dalam tersebut juga dijumpai di Cekungan Melawi
zona tunjaman (Pieters dan Supriatna, 1990). Jaman memisahkan cekungan Melawi barat dan Melawi timur.
Kapur Akhir cekungan tersingkap sedikit di utara
Sintang, Nangaobat dan Pegunungan Kapuas. Granit Anomali Bouguer Cekungan Ketungau
membentuk rangkaian stok berumur Kapur yang teralih
tempatkan sepanjang tepi utara cekungan busur muka Nilai anomali Bouguer (Gambar 4) secara garis besar
berumur Kapur. Umur granit terbagi dua kelompok dapat dibagi ke dalam dua (2) kelompok yaitu:
yakni Kapur Awal dan Kapur Akhir menerobos turbidit 1. Kelompok anomali gayaberat 40 mGal hingga 60
Kelompok Selangkai juga ofiolit dan rijang dari mGal dibentuk oleh Tinggian Semitau.
Kompleks Kapuas dan Kompleks Mafik Danau.
Adanya granit mengandung bijih timah di Sintang 2. Kelompok anomali gayaberat 4 mGal hingga 40
menunjukkan bahwa ofiolit telah tersesarkan kearah mGal merupakan batuan sedimen Cekungan
selatan, pada tepian benua turbidit diendapkan di Ketungau.
cekungan kerak benua. Kapur Akhir-Eosen Tengah Sebelah selatan membentuk anomali memanjang searah
berlanjutnya tekanan/kompresi yang diikuti tumbukan sumbu antiklin dari tinggian Kelompok Semitau yang
dari bagian benua utara dan selatan melipatkan dicirikan oleh kerapatan garis kontur 40 hingga 60 mGal
cekungan turbidit yang akhirnya menghasilkan zona arah barat – timur membentuk klosur. Anomali tinggi
geser dekat tepi jalur sepanjang batuan yang tersesarkan tersebut ditafsirkan sebagai batuan vulkanik tua yang di
terhadap tanah muka. Bancuh Lubok Antu di barat intrusi oleh batuan beku granodiorit di tinggian
Serawak ditafsirkan sebagai zona geser utama yang Kompleks Semitau seperti di G. Betong dan G. Ramat.
Dinamika dan Evolusi Cekungan Ketungau Kalimantan Barat Berdasarkan Metode Gayaberat 107

Gambar 3. Peta anomali Bouger rendah 10 sampai -20mGal mengindikasikan


Cekungan Ketungau dan Cekungan Mandai yang memperlihatkan batas
antara kedua cekungan ditandai pendangkalan kecil cekungan diakibatkan
oleh intrusi-intrusi pada Tinggian Semitau. Anomali rendah di selatan
adalah Cekungan Melawi Barat dan Cekungan Melawi Timur daerah
SM
Merakai dan sekitarnya Sintang, Kalimantan Barat.
JG

Gambar 4. Peta anomali Bouguer memperlihatkan Tinggian Semitau anomali 40-60


mGal yang terbentuk di selatan dan dibagian utara dan Cekungan Ketungau
terbentuk pada anomali 4-40 mGal dimana patahan naik ditandai oleh
kerapatan kontur anomali sepanjang Sungai Merake sebagai bidang sesar
arah barat-timur daerah Merake Sintang Kalimantan Barat.
108 J.G.S.M. Vol. 16 No. 2 Mei 2015 hal. 103 - 114

Anomali rendah terbentuk antara 4 hingga 40 mGal Sedangkan tinggian anomali positip dari 0 hingga 20
membentuk klosur pada Cekungan Ketungau. Klosur mGal di utara Cekungan Ketungau diduga Kompleks
anomali membulat sebelah barat S.Jangkit diduga Kapuas yang tersingkap pada peta geologi sebelah
sebagai kepundan yang disekitarnya dibentuk oleh rapat timur cekungan. Anomali tinggi yang membentuk
massa batuan vulkanik yang rendah berupa tuff atau klosur 20 mGal didaerah G.Betong, G. Ramat, G.
pasir lepas belum kompak. Kerapatan kontur antara Kenuma, G. Pangurdulang dan perbukitan di utara S.
anomali tinggi dan rendah terdapat sepanjang S. Sekalau terkait dengan batuan vulkanik dan intrusi.
Ketungau arah barat-timur ditafsirkan sebagai bidang Cekungan Ketungau dicirikan rendahan anomali antara
sesar naik yang memisahkan batuan Tersier Cekungan 0 hingga -8.5 mGal, lebar berkisar 35 km dan panjang
Ketungau dengan Pra-Tersier Tinggian Semitau. 60 km membentuk sinklin. Lengkungan anomali
terdalam terbentuk antara S.Merake dan S.Sekalau,
Anomali Sisa Cekungan Ketungau
penyempitan dan pendangkalan cekungan kearah barat
Anomali sisa (Gambar 5) menampilkan efek anomali didaerah Sinaning dan kearah timur Merake merupakan
lokal. Tampilan anomali sisa hampir tidak jauh berbeda batas cekungan kearah timur. Struktur yang terbentuk
dengan anomali Bouguer akan tetapi batas cekungan didaerah ini dicerminkan dari kelurusan-kelurusan
yang sebenarnya lebih spesifik tergambarkan, begitu kontur anomali berupa sesar naik dan sesar normal.
juga daerah-daerah intrusi. Di selatan tinggian Klosur antiklin yang terkait dengan struktur perangkap
punggungan Semitau membentang arah timur – barat migas pada anomali sisa tidak terbentuk.
hampir sama dengan tampilan anonali Bouguer.
SM
JG

Gambar 5. Peta anomali sisa Cekungan Ketungau memperlihatkan bentuk anomali


Tinggian Semitau di selatan hampir mirip dengan anomali tinggi di utara
dan ditafsirkan Tinggian Semitau terbentuk juga di utara hanya saja
tertutup oleh batuan sedimen Tersier dan daerah cekungan ditandai
anomali sisa 0 mGal hingga -165 mGal dan klosul anomali tinggi adalah
bagian dari intrusi daerah Merauke Singkang, Kalimantan Barat.
Dinamika dan Evolusi Cekungan Ketungau Kalimantan Barat Berdasarkan Metode Gayaberat 109

Penampang Anomali Sisa A – B Lapisan pertama rapat massa batuan 2.5 gr/cm³
dibentuk oleh Formasi Ketungau umur Eosen Akhir
Panjang penampang ± 75 km arah utara-selatan
terdiri atas batulumpur, lanau, dan batupasir berbutir
(Gambar 6) memotong struktur regional Tinggian
halus pada bagian atas terdapat lapisan batubara setebal
Semitau dan Cekungan Ketungau. Secara berurutan
1 m, ketebalan formasi ± 1200 m. Sebaran batuan ini
lapisan-lapisan dari muda ke tua dikelompokkan
sangat luas hingga menutupi cekungan Ketungau
berdasarkan perbedaan rapat massa serta dikorelasikan
hampir 85 % dari seluruh daerah penelitian dan
dengan geologi setempat.
menempati lapisan paling atas.

SM
JG

Gambar 6. Penampang anomali sisa A - B dikorelasikan dengan peta struktur Komplek


Semitau tersingkap dibentuk patahan naik sedangkan Cekungan Ketungau
lebih condong dibentuk oleh struktur robohan berupa graben di utara
daerah Merake Sintang, Kalimantan Barat.
110 J.G.S.M. Vol. 16 No. 2 Mei 2015 hal. 103 - 114

Lapisan ke dua rapat massa 2.59 gr/cm³ dibentuk oleh dibatasi oleh sesar naik. Sesar-sesar naik tersebut
Formasi Tutop umur Eosen Akhir ketebalan lapisan ± dipotong oleh beberapa sesar geser arah baratlaut-
1100 m terdiri atas batupasir kuarsa dengan sedikit tenggara dan timurlaut-tenggara N 125°E/79,
selang-seling konglomerat dan batulumpur ditindih N205°E/78 dan sesar normal arah barat-timur N
oleh Formasi Ketungau. 243°/45 Iwan, G.S., (2010) bidang sesar tersebut
ditandai dengan kelurusan dan kerapatan anomali
Lapisan ke tiga rapat massa 2.67 gr/cm³ dibentuk oleh
Bouguer. Perkembangan evolusi cekungan dapat
Formasi Kantu umur Eosen Akhir ketebalan lapisan ±
dilihat pada (Gambar 9) yang dikorelasikan dengan
1300 m terdiri atas batupasir sedikit konglomerat,
pemodelan-pemodelan. Umur Karbon-Trias ofiolit
batulumpur selang-seling batupasir lanau dan
dari kerak samudera ditafsirkan sebagai ultramafik
batulumpur merah setempat lapisan batubara.
yang terdiri dari gabro dan basal. Kapur Akhir – Eosen
Lapisan ke empat rapat massa 2.73 gr/cm³ dibentuk Tengah terbentuk perlipatan membentuk Cekungan
oleh Kelompok Selangkai umur Kapur, ketebalan Ketungau dan Eosen-Akhir diendapkan Formasi
lapisan ±1400 m terdiri atas batulumpur karbonatan Kantu, Formasi Tutop dan Formasi Ketungau dan
batupasir, lanau sedikit selang-seling batupasir, Oligosen Akhir terjadi pengangkatan dan terobosan
batulumpur kerikilan, konglomerat dan batugamping batuan beku Sintang hingga batuan alas tersesarkan
batuan ini tersingkap di selatan Tinggian Kompleks kepermukaan. Pada Eosen-Akhir-Eosen Tengah
Semitau. tekanan berlanjut terus yang diikuti tumbukan dari
bagian benua utara dan selatan sehingga melipatkan
Lapisan ke lima rapat massa 2.87 gr/cm dibentuk oleh Cekungan Ketungau dan tersesarkan terhadap tanah
Kelompok Semitau umur Karbon-Trias ketebalan ± muka. Batuan ofiolit atau sedimen samudra di
1600 m terdiri atas sekis hijau, khlorit, sedikit sphen, Cekungan Ketungau terbentuk sebagai batuan alas
kuarsa, mika putih, amfibolit, sedikit batusabak, filit, didaerah ini ditandai dengan rapat massa tinggi 3.1
SM
batu tanduk, kuarsit, serpentinit, ubahan harzburgit dan gr/cm³ yang telah mengalami deformasi pematahan
dunit, setempat granit dan granodiorit tergeruskan. bongkah pada batuan alas. Kelompok batuan tersebut
Batuan tersingkap kepermukaan oleh sesar naik dan di tergeruskan hingga tersingkap kepermukaan akibat
selatan membentuk tinggian Kompleks Semitau. patahan naik. Batuan alas pada penampang mengalami
pengangkatan dan tersesarkan yang ditandai oleh
JG

Lapisan ke enam rapat massa 3.1 gr/cm³ diduga


dibentuk oleh Kelompok Ofiolit atau kerak samudera struktur dalam anomali 60 mGal. Kemudian
ditandai dengan rapat massa yang tinggi dan mengalami pendangkalan akibat perlipatan hingga
merupakan batuan alas didaerah ini. Intrusi batuan membentuk sesar naik sebagai bancuh tektonik
beku mempunyai rapat massa 3.3 gr/cm³ umur Trias terhancurkan dari Kompleks Semitau. Cekungan
Akhir mengintrusi Tinggian Semitau di selatan dan Ketungau terbentuk sebagai amblesan (collapse
utara dibeberapa tempat menerobos Formasi structure) akibat pengaruh sesar naik. Hasil
Ketungau. pengamatan arus purba oleh (Sutjipto.,1991)
kemungkinan sesar berhubungan dengan graben.
Penampang Anomali Sisa C – D Adanya bancuh terhancurkan akan mempermudah
jalannya batuan intrusi-intrusi yang dicirikan klosur
Panjang penampang ± 70 km arah baratdaya-timurlaut anomali sis 20 mGal yang terbentuk dibeberapa
(Gambar 7) memotong Cekungan ketungau. Secara tempat pada Tinggian Semitau. Kelompok Selangkai
umum kedua penampang tidak jauh berbeda baik kurva yang tersingkap pada peta geologi berumur Kapur
anomalinya hanya saja luas cekungan pada penampang mengalami deformasi membentuk sesar naik seperti
ini lebih lebar. Didaerah utara pada penampang dan di hulu S. Seiberuang dan S. Silat terlipatkan hingga
peta geologi Formasi Kantu tersingkap kepermukaan. setempat terbalik. Pada peta anomali Bouguer
Cekungan Ketungau, Cekungan Mandai dan Tinggian
DISKUSI Kompleks Semitau membentang arah barat-timur
sepanjang ± 150 km. Ketiga cekungan tanah muka
Cekungan Ketungau membentuk struktur sinklin
tersebut memanjang sepanjang parit tunjaman
memanjang (Gambar 8) yang dibuat berdasarkan
berasosiasi dengan sesar-sesar naik seperti yang
liniasi anomali sisa dan pemodelan pada penampang.
terbentuk di Lubuk Antu di barat Serawak sebagai zona
Bagian selatan cekungan dibatasi oleh sentuhan sesar
geser utama mengarah ke selatan (Heryanto, drr.
naik Tinggian Kompleks Semitau arah barat-timur
1993).
sepanjang aliran sungai Ketungau dan bagian utara
Dinamika dan Evolusi Cekungan Ketungau Kalimantan Barat Berdasarkan Metode Gayaberat 111

Keterangan
SM
JG

Gambar 7. Penampang anomali sisa C-D tidak jauh berbeda dengan penampang A-B
memperlihatkan cekungan dibatasi sesar naik dari Tinggian Semitau dan terbentuk
robohan dan intrusi diorit sendangkan S. Ketungau merupakan kontak sesar batuan Pra-
Tersier dengan Tersier daerah Merake dan sekitarnya, Sintang Kalimantan Barat

Keterangan :

Gambar 8. Peta struktur yang memperlihatkan adanya sesar naik di selatan dan di utara dari
tinggian Semitau yang dipotong oleh sesar mendatar dan di bagian tengah membentuk
sinklin Cekungan Ketungau. Arah dari struktur gayaberat ini bersesuaian dengan
pengamatan struktur yang dilakukan Iwan, G.S. (2010) daerah Merake, Sintang,
112 J.G.S.M. Vol. 16 No. 2 Mei 2015 hal. 103 - 114

SM
JG

Gambar 9. Evolusi tektonik memperlihatkan proses sedimentasi dan Komplek Semitau


tersingkap ke permukaan akibat sesar naik. Cekungan Ketungau ditafsirkan
membentuk robohan graben pada bagian tengah yang diakibatkan sesar naik
tersebut, Cekungan Ketungau Sintang, Kalimantan Barat.
Dinamika dan Evolusi Cekungan Ketungau Kalimantan Barat Berdasarkan Metode Gayaberat 113

Cekungan tersebut diatas asalnya menerus atau KESIMPULAN


berhubungan, kemudian terbagi menjadi cekungan
1. Nilai anomali Bouguer dapat dibagi kedalam dua (2)
struktur ketika Punggungan Semitau terbentuk akibat
kelompok yaitu:
subduksi di Laut Cina Selatan. Subduksi yang berlanjut
menyebabkan Kelompok Semitau mengalami tekanan a. Kelompok anomali gayaberat 30 mGal hingga 60
(Compressive deformation) paling tidak ada tiga fase mGal dibentuk oleh Tinggian Kompleks Semitau.
deformasi yang diketahui dari sayatan tipis Bancuh
Boyan sebagai struktur metamorfik “pressure b. Kelompok anomali gayaberat 4 mGal hingga 40
shadows” dan jejak-jejak inklusi. Ketiga fase tektonik mGal merupakan batuan sedimen Cekungan
tersebut bersesuayan dengan data Paleomagnet Ketungau.
Kalimantan yang membentuk rotasi mengiri sebanyak 2. Cekungan Ketungau pada anomali sisa terbentuk
tiga fase tektonik yang disederhanakan dari Sunata dan dari 0 mGal hingga -8.5 mGal dengan lebar ± 35
Wahyono (1987) serta pengamatan tim struktur di km, panjang ± 60 km, ketebalan ± 5000 m
Cekungan Ketungau. Ketiga deformasi tektonik membentuk sinklin arah barat-timur. Pada
tersebut adalah: Cekungan Ketungau tidak terbentuk perangkap
1. Deformasi fase pertama Kalimantan terbentuk pada struktur antiklin sebagai perangkap migas mungkin
rotasi mengiri 40º dengan pergerakan dari utara terlalu kecil sehingga tidak mampu membentuk
kearah selatan menjauhi Benua Asia hingga klosur antiklin lokal didalam cekungan itu sendiri.
melampaui garis Ekuator dan berhenti pada 17° LS. 3. Cekungan Ketungau dikontrol oleh sesar naik dan
Pada fase ini cekungan belum terbentuk di sesar normal dan cekungan lebih condong
Kalimantan, perhitungan paleolatitudo disimpulkan terbentuk akibat amblesan (collapse structure)
bahwa Kalimantan berasal dari Asia Tenggara pada membentuk graben akibat sesar naik sehingga sulit
SM
umur Trias-Jura Sunata dan Wahyono (1987). terbentuk perlipatan batuan berupa antiklin atau
2. Deformasi fase kedua setelah Kalimantan berhenti antiklinorium sebagai struktur perangkap migas.
pada 17º LS kemudian Kalimantan bergerak kembali 4. Struktur yang terbentuk terdiri dari sinklin, sesar
kearah utara mendekati garis Ekuator pada 0° dengan naik, sesar normal arah barat-timur dan sesar geser
rotasi mengiri sekitar 55º antara Kapur-Eosen. Pada
JG

arah utara-selatan memotong sesar naik.


umur tersebut terbentuk Cekungan Barito, Cekungan
Kutai, Cekungan Tarakan arah baratdaya – timurlaut. 5. Batuan alas diduga batuan ofiolit atau sedimen
Cekungan Melawi, Cekungan Ketungau dan Mandai samudera dengan rapat massa 3.1 gr/cm³ mengalami
masih terbentuk dalam satu cekungan. pematahan bongkah pada batuan alas.

3. Deformasi fase ketiga Oligesen-Miosen Kalimantan 6. Cekungan Ketungau terbentuk pada saat Kalimantan
kembali berputar mengiri sebesar ± 45º maka berrotasi mengiri sejak Oligosen-Miosen sebesar 45º
terbentuk Tinggian Semitau arah barat – timur yang pada deformasi fase ketiga.
memisahkan Cekungan Melawi dengan Cekungan
Ketungau dan Cekungan Mandai.
114 J.G.S.M. Vol. 16 No. 2 Mei 2015 hal. 103 - 114

ACUAN
Heryanto, R., Harahap, B,H., Sanyoto, P., William, PR., dan Pieters, P E., 1993. Peta Geologi Lembar Sintang Skala
1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung.
Iwan, G.S., 2010. Struktur Geologi Dinamika dan Evolusi Cekungan Ketungau Sintang, Kalimantan Barat. Pusat
Survei Geologi Bandung.
Lauti, D.S., 2010. Stratigrafi dan Sedimentologi Dinamika dan Evolusi Cekungan Ketungau, Sintang Kalimantan
Barat, Pusat Survei Geologi Bandung.
Sunata, W., dan Wahyono, H. 1987. Paleomagnetism Along Transec VII (Jawa Kalimantan Transect). Preliminary
Report of The Jawa-Kalimantan Transect. Geological Research and Development Centre, Chapter VI:73-88.
Sutjipto, R.H., 1991. Sedimentology of the Melawi and Ketungau Basins, West Kalimantan, Indonesia. Phd Thesis,
University of Wollongong, Australia.
Wain,T., Berod,B., 1989. The Tectonic Framework and Paleogeographic Evolution of the Upper Kutei Basin .
Indonesian Petroleum Association, Proceedings of the 18 th Annual Convention , 18:55-78.

SM
JG

Anda mungkin juga menyukai