Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia dalam transaksi perdagangan nasional maupun internasional telah
berkembang dengan sangat pesat. Bukan lagi hanya dengan melalui pertemuan di toko,
melainkan juga melalui pertemuan di dunia maya atau virtual (online). Hal ini
memudahkan transaksi jual beli bagi penjual dan pembeli baik di dalam maupun luar
negeri. Pengusaha Indonesia harus memiliki keunggulan komparatif agar dapat bersaing
baik di lokal maupun internasional (luar negeri).
Penggunaan teknologi internet diharapkan dapat memberikan manfaat yang
besar terhadap dunia bisnis yang semakin kompetitif. Salah satu jenis implementasi
teknologi dalam hal meningkatkan persaingan bisnis dan penjualan produk-produk
adalah dengan menggunakan electronic commerce (e-Commerce) yang dapat
membantu memasarkan berbagai macam produk atau jasa, baik dalam bentuk fisik
maupun digital.
Perkembangan teknologi informasi meyebabkan terjadinya perubahan kultur
masyarakat sehari-hari. Media elektronik menjadi salah satu media andalan untuk
melakukan komunikasi dan bisnis yang memanfaatkan internet tersebut. Walaupun
masih banyak pelaku bisnis yang belum mengenal betul tentang internet tersebut tetapi
karena desakan bisnis yang semakin mengarah ke media maka banyak para pelaku
bisnis mulai menggunakannya, seiring dengan meningkatnya pengguna internet baik
yang menggunakan komputer ataupun notebook, serta pengakses internet melalui
ponsel.
Desakan bisnis yang semakin mengarah ke media elektronik, berbelanja online
sudah bukan menjadi kegiatan yang aneh. Orang akan semakin terbiasa melakukan
tranksaksi memanfaatkan jaringan internet mulai membeli buku, membeli peralatan
elektronik, pesan tiket, dan aktivitas lainnya. Prosesnya cepat dan efisien. Potensi
pertumbuhan bisnis e-commerce di Indonesia diperkirakan cukup besar seiring dengan
lonjakan penggunaan internet

Menurut Matthew Driver, presiden Master Card untuk wilayah Asia Tenggara,
Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan pasar e-commerce yang
terbesar di Asia-Pacific. Di bawah ini adalah jumlah estimasi penjualan e-commerce
untuk wilayah Asia-Pacific.
via Veritrans

Sedangkan gambar di bawah ini menunjukkan estimasi pada penjualan e-


commerce B2C di beberapa negara Asia. Walaupun jumlah penjualan di Indonesia
masih rendah dibanding negara lainnya, namun melihat perkembangan Indonesia yang
cukup pesat, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menyaingi negara Asia lain
yang sudah lebih dulu menghasilkan penjualan e-commerce di atas Indonesia.

via Veritrans

Sumber: Majalah Marketing Edisi 08/XIV/Agustus/2014, WSJ, Event Veritrans: Rise


of E-Commerce
Berdasarkan data dari Bolton Consulting Group (BCG), pada tahun 2013
golongan kelas menengah di Indonesia sudah mencapai angka 74 juta orang dan
diprediksi pada tahun 2020, angka ini naik menjadi 141 juta orang atau sekitar 54% dari
total penduduk di Indonesia. Melihat dari data ini, sudah jelas dan bisa dipastikan bahwa
potensi pasar e-commerce di Indonesia sangatlah besar. Dengan meningkatnya
golongan kelas menengah, orang-orang tidak akan segan untuk mengkonsumsi uang
mereka untuk membeli berbagai macam barang yang mereka inginkan.

Saat ini, internet telah menjadi salah satu media pemasaran dan penjualan yang
murah, cepat dan memiliki jangkauan yang luas hingga menembus batas-batas negara.
Seiring bermunculannya berbagai onlineshop yang menawarkan produk melalui
website yang dirancang untuk dapat melakukan transaksi secara online, dan lahirlah
istilah E-commerce. E-commerce di Indonesia masih memiliki potensi untuk
berkembang pesat.
Hal ini didukung oleh beberapa faktor, yakni:
a. Akses internet semakin murah dan cepat, yang akan meningkatkan jumlah
pengguna internet
b. Dukungan dari sektor perbankan yang menyediakan fasilitas internet banking
maupun sms banking, yang akan mempercepat proses transaksi
c. Biaya web hosting yang semakin murah
d. Semakin mudah dan murahnya membangun situs e-commerce yang didukung
dengan tersedianya berbagai software open source
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, perkembangan e-commerce di Indonesia
tentu harus didukung juga oleh adanya peraturan yang dapat melindungi konsumen dari
kerugian yang disebabkan penipuan, hack credit card, dan berbagai potensi kerugian
lainnya. Dengan demikian konsumen dapat berbelanja online secara aman dan nyaman.
Akan tetapi, survei terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) menunjukkan bahwa peggunaan internet di Indonesia mencapai 63 juta
pengguna. Tapi dari jumlah tersebut, hanya 22,8% (sekitar 14 juta pengguna) yang
melakukan belanja online dalam tiga bulan terakhir pada periode April hingga Juli
2012. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masih rendahnya penetrasi belanja
online di kalangan pengguna internet. Faktor utama ialah pengguna internet masih takut
dengan maraknya penipuan yang kerap terjadi. Hasil survei APJII, diketahui 77,2%
yang tidak belanja online diantaranya 34,6% beralasan takut terjadi penipuan,
21,5% tidak bisa melihat barang secara langsung, 13,8% menganggap harga barang
mahal. Sedangkan sisanya pengguna internet beralasan, antara lain: belum berminat,
kualitas belum terjamin, tidak tahu caranya, dan tidak praktis.
Aktivitas belanja online di Indonesia masih belum terlalu tinggi, bukan berarti
belum mengenal teknologi alias gaptek (gagap teknologi) atau kendala teknis, tapi
hanya karena masalah mental barrier. Meski penetrasi belanja online belum mencapai
50% dari pengguna internet, tapi tetap memberikan peluang bisnis bagi pedagang
offline untuk melebarkan bisnisnya ke internet.
Online shopping sebagaimana fenomena yang terdapat di berbagai bidang di
masa kini dan mendatang merupakan topik yang menarik untuk dikaji dan diteliti. Dari
berbagai e-commerce yang tak henti-hentinya beredar di berbagai penjuru dunia di
sekitar kita, strategi dalam membangun kesuksesan bisnis e-commerce menjadi hal
yang semakin menarik untuk dikaji dari masa ke masa. Tujuan dari makalah ini adalah
untuk memberikan sedikit informasi bagi pelaku bisnis atau yang akan memulai bisnis
online untuk mencapai kesuksesan dalam berbisnis secara online.
Berdasarkan uraian di atas sangatlah penting pelaku bisnis atau yang akan
memulai bisnis online untuk mengetahui kondisi pasar dan persaingan dalam transaksi
e-commerce.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah Alibaba.com?
2. Bagaimana asal usul nama dan logo Alibaba?
3. Bagaimana E-commerce Ecosystem di Alibaba Group?
4. Apa sajakah kekuatan dan kelemahan Alibaba?
5. Apa sajakah keunggulan Taobao dan Tmall?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung Indonesia sebagai kesempatan
besar bagi perusahaan e-commerce.
2. Untuk mengetahui perilaku konsumen di Indonesia terhadap belanja online.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Teoritis/Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang e-commerce sekaligus diharapkan dapat
menjadi referensi tambahan bagi yang tertarik untuk meneliti permasalahan ini
lebih lanjut.
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi masyarakat,
konsumen, pemerintah, serta pihak-pihak lain di Indonesia untuk meningkatkan
pengetahuan tentang e-commerce di internet
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian E-Business
Menurut Chaffey (2009: 13),
“Electronic business (e-business) is all electronically mediated information
exchanges, both within an organization and with external stakeholders supporting the
range of business processes.”
Definisi tersebut dapat diartikan bisnis elektronik adalah semua pertukaran
informasi yang dimediasi secara elektronik, baik di dalam suatu organisasi dan
dengan para eksternal stakeholders yang mendukung berbagai proses bisnis.
E-business adalah kegiatan bisnis yang dilakukan secara otomatis dengan
memanfaatkan teknologi elektronik seperti komputer dan internet. E-business
memungkinkan suatu perusahaan untuk berhubungan dengan sistem pemrosesan data
internal dan eksternal secara lebih efisien dan fleksibel. Dari proses pemesanan
barang, informasi pembayaran, hingga konfirmasi bahwa pengiriman barang tersebut
sudah sampai kepada customer dilakukan secara elektronik.
B. Pengertian E-Commerce
Menurut Chaffey (2009: 10),
“Electronic commerce (e-commerce) is often thought simply to refer to buying and
selling using the Internet; people immediately think of consumer retail purchases from
companies such as Amazon. But e-commerce involves much more than electronically
mediated financial transactions between organizations and customers. E-commerce
should be considered as all electronically mediated transactions between an
organization and any third party it deals with. By this definition, non-financial
transactions such as customer requests for further information would also be
considered to be part of e-commerce.”
Definisi tersebut dapat diartikan, perdagangan elektronik sering merujuk pada
pembelian dan penjualan menggunakan Internet; orang langsung berpikir tentang
pembelian konsumen ritel dari perusahaan seperti Amazon. Tapi e-commerce
melibatkan lebih dari transaksi keuangan yang dimediasi secara elektronik antara
organisasi dan pelanggan. E-commerce seharusnya dipertimbangkan sebagai semua
transaksi yang dimediasi secara elektronik antara organisasi dan pihak ketiga yang
berkaitan. Dengan definisi ini, transaksi non-keuangan seperti permintaan pelanggan
untuk informasi lebih lanjut juga dianggap sebagai bagian dari e-commerce. "
Berdasarkan Wikipedia.org, bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas,
perdagangan elektronik (bahasa Inggris: electronic commerce atau e-commerce)
adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem
elektronik seperti internet atau televisi, www (World Wide Web), atau jaringan
komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran
data elektronik, sistem manajemen inventory otomatis, dan sistem pengumpulan data
otomatis.
E-commerce merupakan bagian dari e-business, cakupan e-business lebih luas,
tidak hanya sekadar perniagaan tetapi mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis,
pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan, dan lain-lain. Selain teknologi jaringan www,
e-commerce juga memerlukan teknologi basis data atau pangkalan data (database),
surat elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non komputer yang lain seperti halnya
sistem pengiriman barang, dan alat pembayaran untuk perdagangan elektronik ini.
Kegiatan e-commerce ini dianggap sebagai aplikasi dan penerapan dari e-bisnis
(e-business) yang berkaitan dengan transaksi komersial, seperti: transfer dana secara
elektronik, SCM (Supply Chain Management), pemasaran elektronik (e-marketing),
atau pemasaran online (online marketing), pemrosesan transaksi online (online
transaction processing), pertukaran data elektronik (electronic data interchange/EDI),
dan lain-lain.
C. Model-model E-Commerce
E-procurement adalah salah satu pengembangan e-commerce yang mulai
berkembang pada akhir abad-20 ini dan tidak diragukan lagi akan terus berkembang
dengan pesat pada permulaan abad-21 ini.
Ada 4 model pokok yang berkembang dalam revolusi internet ini, yaitu :
1. Business-to-Business (B2B)
Adalah model perusahaan yang menjual barang atau jasa pada perusahaan
lain. Ini diperkirakan sedang berkembang dengan cepat dari segi volume dan
nilai perdagangan, jauh melebihi model-model yang lain.
2. Business-to-Cunsumer (B2C)
Ini adalah model perusahaan yang menjual barang atau jasa pada pasar
atau publik

Contoh: Amazon.com Inc. (www.amazon.com) yang menjual buku, yang


mempunyai koleksi tidak kurang dari 4,5 juta judul buku.
3. Consumer-to-Consumer (C2C)
Ini adalah model perorangan yang menjual barang atau jasa kepada
perorangan juga.
Contoh: eBay Inc (www.ebay.com), suatu perusahaan yang
menyelenggarakan lelang melalui internet. Melalui perusahaan ini,
perorangan dapat menjual atau membeli dari perorangan lain melalui
internet.
4. Consumer-to-Business (C2B)
Ini adalah model perorangan yang menjual barang atau jasa kepada
perusahaan.
Contoh: Priceline (www.priceline.com), dimana konsumen menawarkan
harga tertentu dimana ia menginginkan membeli berbagai barang dan jasa,
termasuk tiket pesawat terbang dan hotel.
Dalam perkembangannya, perlu dibedakan antara B2B E-Commerce dan B2B
Exchange. Keduanya memang menggunakan teknologi internet, namun mempunyai
cara dan pasar yang berbeda, seperti dijelaskan di bawah ini.
1. B2B E-Commerce.
Bentuk ini menawarkan penjualan atau pembelian dalam bentuk maya tetapi
oleh satu perusahaan pada perusahaan lain saja. Jadi tidak terbuka dan tidak
dapat diikuti oleh banyak perusahaan.
2. B2B Exchange.
Sedangkan bentuk ini ialah padanan dari stock exchange misalnya, dimana
transaksi terbuka untuk semua perusahaan yang mau melakukannya. Jadi
B2B Exchange adalah suatu jaringan dimana banyak pembeli dan banyak
penjual dapat bertemu di ruang perdagangan maya.
Mengenai cara pembayaran, sesuai dengan cara transaksinya sendiri, yang juga
secara maya (virtual), yakni dalam bentuk L/C, money transfer, credit card, atau
instrumen lain.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Alibaba.com

Alibaba merupakan perusahaan e-commerce terbesar di China saat ini.


Perusahaan yang berpusat di Hangzhou, China ini didirikan oleh Jack Ma pada tahun
1999. Alibaba menyediakan layanan penjualan melalui portal web dengan metode
Costumer to Customer, Business to Customer, dan Business to Business. Alibaba juga
menyediakan layanan pembayaran elektronik, mesin pencari belanja dan layanan
komputasi awan data-centric. Kelompok ini dimulai pada tahun 1999 ketika Jack Ma
mendirikan situs Alibaba.com, portal Business to Business untuk menghubungkan
produsen Cina dengan pembeli di luar negeri. Pada tahun 2012, dua portal Alibaba
menangani 1,1 triliun yuan ($170 miliar) dalam penjualan. Salah satu toko online

terbaik di Indonesia yaitu Lazada sudah dibeli sahamnya oleh Alibaba senilai $1 miliar
atau sekitar Rp. 13.2 Triliun
B. Asal Usul Nama dan Logo Alibaba.com

Sebuah logo memiliki arti penting bagi sebuah perusahaan ataupun bisnis.
Selain sebagai identitas, tentu juga sebagai pembeda dari perusahaan lain. Logo-logo
perusahaan ada yang berbentuk sederhana saja, ada pula yang rumit bahkan memiliki
makna tersembunyi.
Berikut ini adalah asal usul dan makna dari nama Alibaba. Jack Ma
mendapatkan nama Alibaba karena terinspirasi dari cerita Alibaba and The Fourty
Thieves yaitu cerita yang diambil dari kumpulan cerita-cerita Arab yaitu kisah 1001
malam. Ternyata Jack Ma yang dulunya adalah seorang guru bahasa Inggris ini
menyukai nama Alibaba karena dalam cerita tersebut Alibaba digambarkan sebagai
sosok yang baik, orang yang pandai dalam berbisnis, dan suka membantu orang-orang
di kampungnya. Nah, dari sanalah Jack Ma terinspirasi akan nama Alibaba dan
menjadikannya nama untuk bisnisnya tersebut.
Ada hal menarik saat Jack Ma "menguji coba" nama tersebut. Saat wawancara
untuk program CNN Talk Asia tahun 2006 lalu, Jack Ma mengungkapkan bahwa ia
sempat melakukan uji coba pada nama tersebut. Saat ia di sebuah coffee shop di San
Fransisco, Jack Ma menanyai pelayan di sana apakah familiar dengan nama "Alibaba".
Ternyata pelayan coffee shop tersebut familiar dengan nama tersebut. Karena
penasaran, akhirnya Jack Ma memutuskan untuk menanyai secara acak orang-orang
yang lewat di jalanan, apakah mereka tahu nama Alibaba. Ternyata semua orang tahu
dengan nama tersebut, tak peduli apa pun latar belakangnya, semua orang mengenal
nama Alibaba. Sobat tahu ide dari nama Alibaba ini adalah bahwa konsumen dapat
menemukan "harta karun" dalam websitenya. Mungkin maksudnya di sini adala

konsumen yang masuk ke website Alibaba bisa menemukan rangkaian produk-produk


yang bernilai dan berharga.
Sementara itu, logo Alibaba juga memiliki arti dan makna tersembunyi di
dalamnya. Logo Alibaba yang begitu dominan warna orange ini menggambarkan
antusiasme dan semangat. Sementara itu, pada huruf a yang digambarkan seperti
karakter wajah orang tersenyum menghadap sebelah kiri itu maksudnya adalah harapan
perusahaan akan kepuasan konsumen yang ditunjukkan dengan gambar orang
tersenyum. Jika kita telisik lagi, idenya sama dengan logo Amazon.com yang juga
memiliki karakter orang tersenyum yang tersembunyi pada gambar panah huruf a-z
yang sekilas terlihat mirip orang yang tersenyum. Huruf a-z ini juga dapat diartikan
sebagai amazon menyediakan produk lengkap dari a-z.
C. E-Commerce Ecosystem di Alibaba Group

D. Kekuatan dan Kelemahan Alibaba


1. Kekuatan
Scale of operations / Scale of the dominance
Market Share
Visionary Leader
Good relationship with partners / Offers a wide ecosystem for all participants
– consumers, merchants, third-party service providers and others.
2. Kelemahan
Way too many sellers
Very high discounts
Political Issues
E. Keunggulan Taobao dan Tmall
1. Taobao

Taobao adalah situs China untuk belanja online mirip dengan eBay, Amazon
dan Rakuten yang dioperasikan di China oleh Alibaba Group.

Didirikan oleh Alibaba Group pada 10 Mei 2003, Taobao Marketplace


memfasilitasi Costumer to Costumer (C2C) ritel dengan menyediakan platform untuk
usaha kecil dan pengusaha individu untuk membuka toko online yang terutama melayani
konsumen di China seperti (Daratan China, Hong Kong, Macau dan Taiwan) dan juga
di luar negeri. Dengan sekitar 760 juta daftar produk pada Maret 2013, Taobao
Marketplace adalah salah satu dari 10 situs web yang paling banyak dikunjungi di dunia
2. Tmall
Tmall dikhusukan untuk barang-barang dari brand-brand terkenal dan memiliki
kualitas lebih baik tentunya dan harga yang sedikit lebih mahal.
Raksasa e-commerce Amazon, memutuskan untuk bergabung dengan Tmall
Alibaba ketimbang berkompetisi dengan mereka. Pada minggu ini, Alibaba membuka
digital storefront di Tmall. Dengan skema ini, Amazon akan membiarkan Alibaba
memotong hasil penjualan di Amazon.
Tmall sendiri adalah salah satu kunci sukses Alibaba. Marketplace ini
menyediakan digital storefront untuk beberapa retailer besar di seluruh dunia dan
menjadi gateway komersial untuk menciptakan pertumbuhan kelas menengah
Tiongkok. Beberapa perusahaan besar di AS, seperti Nike, Apple, sudah membuka
storefront di Tmall

3. Keunggulan Taobao dan Tmall


Harga sangat murah
Lengkapnya variasi barang yang ditawarkan
Kemudahan dalam segi pembayaran, yakni Alipay & wechat payment
Garansi barang dipastikan selalu datang
Jika barang yang kita terima rusak atau tidak sesuai dengan gambar atau ukiran
yang tidak pas maka kita dapat menukarnya tanpa tambahan biaya apapun.
Technology yang digunakan sudah canggih:
mengetik
memfilter dengan kualitas maupun harga
memfoto barang dan memasukkan di mesin pencari
Alipay menjadi kekuatan untuk Taobao dan Tmall sehingga sangat digemari
oleh masyarakat Tiongkok, untuk membeli sesuatu yang diinginkan tidak perlu repot-
repot berbelanja keluar atau bahkan tidak perlu repot untuk mentrasnfer sejumlah uang
melalui ATM, yang diperlukan adalah duduk manis dan dengan gadget maka semua
bisa dengan mudah dilakukan, sudah berbulan-bulan tidak pernah membawa uang cash
maupun dompet kemana-mana karena semua kebutuhan dapat dilakukan dengan
alipay.
Dan hampir setiap supermarket di China telah menggunakan sistem
pembayaran dengan Alipay dan hampir semua masyarakat terutama yang tinggal
diperkotaan memiliki Alipay dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lain lagi dengan Wechat Payment,salah satu sosial media paling popular di
China pada tahun 2014 perusahaannya Tencent telah meluncurkan fitur terbaru dari
Wechat yaitu Wechat Payment dan merupakan salah satu jenis transaksi baru
dikalangan masyarakat China dan terjamin keamananya karena menggunakan sistem
password setiap kali bertransaksi.
F. Faktor-faktor pendukung Indonesia sebagai kesempatan besar bagi perusahaan
E-Commerce
Indonesia merupakan negara berkembang dimana masyarakatnya sangat
terbuka dengan teknologi baru dan produk-produknya di dunia. Hal ditambah lagi

jumlah pemakai internet di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat sangat pesat. Hal
ini merupakan tantangan sekaligus kesempatan yang besar untuk perusahaan E-
Commerce dapat berkembang dengan baik pula di Indonesia. Inilah faktor-faktor yang
mendukung Indonesia sebagai kesempatan besar bagi perusahaan E-Commerce.
Indonesia terdiri dari 240 juta orang.
8% GDP growth.
150 juta jiwa di Indonesia merupakan konsumen Middle-Class.
Diperkirakan pemakai internet di Indonesia pada tahun 2016 akan mencapai
160 juta jiwa.
9.3% perdagangan dunia memanfaatkan E-Commerce.
Smartphone dengan harga murah + Online Engagement.
Dua hal penting lainnya mengenai E-Commerce pada negara berkembang
adalah Smartphone dengan harga murah + Online Engagement. Menjamurnya
smartphone dengan fasilitas internet yang menawarkan fitur sosial media online, artinya
semakin banyak masyarakat dari kelas menengah (Middle-Class) mengerti dan
teredukasi mengenai perdagangan via internet sehingga perusahaan e-commerce pun
memiliki kesempatan yang besar untuk berkembang pesat di Indonesia.
G. Perilaku konsumen di Indonesia terhadap belanja online
Penyebab pertama orang Indonesia sampai saat ini masih ada yang belum
pernah belanja online adalah rendahnya penetrasi kartu debit dan kredit.

Berdasarkan data dari Euromonitor International di tahun 2013, ada 92 juta atau lebih
dari 40% akun bank yang terhubung ke kartu kredit dan debit dari total penduduk
Indonesia yang mencapai 240 juta. Jika dibandingkan dengan penetrasi mobile phone,
angka ini masih rendah karena sekitar 85% orang Indonesia memiliki mobile phone
yang mana setiap bulannya mereka menghabiskan 661 halaman untuk browsing.

via Veritrans
Penyebab kedua kenapa orang Indonesia belum pernah belanja online adalah
ketidakpercayaan. Data riset dari Nielsen menyatakan bahwa 60% orang Indonesia
masih takut untuk memberikan informasi kartu kredit mereka di internet untuk belanja
online, lebih besar dari negara-negara di Asia Tenggara kecuali Filipina. Walaupun
jumlahnya masih rendah dibanding negara dengan total penduduk besar lainnya, jumlah
pengguna kartu kredit di Indonesia sudah mulai bertumbuh, pada tahun ini diharapkan
pengguna kartu kredit di Indonesia akan mencapai angka 16.5 juta. Berbeda dengan
kartu kredit, jumlah kartu debit di Indonesia jauh lebih unggul yaitu hampir mencapai
80 juta pada tahun 2013 kemarin.
Ini adalah permasalahan yang harus dipecahkan perusahaan e-commerce dari
sisi infrastruktur dan juga sistem pembayarannya. Perusahaan e-commerce harus bisa
meyakinkan calon customer mereka agar mereka mau berbelanja secara online
khususnya untuk target pasar anak muda yang pada umumnya sangat mengetahui
perkembangan teknologi. Jika suatu perusahaan e-commerce bisa memberikan rasa
kenyamanan dalam berbelanja online dan menyediakan sistem pembayaran yang bisa

diterima banyak orang, diharapkan akan semakin banyak orang Indonesia yang tidak
akan ragu lagi untuk berbelanja, baik menggunakan kartu kredit ataupun debit mereka.
Indonesia memiliki berbagai macam bank yang termasuk mempersulit
perusahaan e-commerce untuk menerima sistem pembayaran. Untuk mengatasi hal ini,
beberapa perusahaan e-commerce perlu menawarkan sistem pembayaran dari berbagai
macam bank. Dengan begini, masalah pembayaran akan terpecahkan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dengan dipaparkannya faktor-faktor pendukung Indonesia sebagai kesempatan


besar bagi perusahaan e-commerce di bagian Pembahasan, serta perilaku konsumen di
Indonesia terhadap belanja online, maka dapat disimpulkan bahwa peluang
berkembangnya E-Commerce di Indonesia masih sangat besar.
Dengan bertemunya Presiden Jokowi bersama CEO Alibaba, Jack Ma di kantor
Alibaba di China pada hari Jumat, 2 September 2016, menegaskan pada masyarakat
Indonesia untuk terus berusaha mengembangkan diri di dunia e-commerce. Jack Ma
menerima tawaran untuk menjadi penasihat ekonomi pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan perdagangan e-commerce Indonesia hingga ke dunia internasional.
Menurut dia, usaha kecil dan menangah di Indonesia sebenarnya banyak menghasilkan
produk berkualitas. Sayangnya, banyak yang belum mengetahui bagaimana strategi
penjualan produk-produk tersebut ke berbagai negara.
B. Saran
Berikut ini beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh penulis supaya E-
Commerce di Indonesia dapat berkembang lebih pesat:
a. Pelaku bisnis E-Commerce Indonesia harus dapat memberikan penawaran
harga yang lebih bersaing kepada pelanggannya.
b. Senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan secara umum, dengan
mempercepat proses layanan, mempermudah pelanggan mendapatkan akses
layanan, melengkapi jenis pelayanan yang diberikan, dan lain-lain.
c. Terus melakukan perbaikan (improvement) terhadap karyawan dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas pada pelanggan, antara lain:
memberikan pelatihan (training) pada karyawan secara berkala, melakukan
inspeksi sewaktu-waktu, dan lain-lain.
d. Pelaku bisnis E-Commerce Indonesia harus menerapkan ketentuan-ketentuan
hukum nasional dan internasional dalam pengangkutan/pengiriman barang-
barang komoditi, sehingga mengurangi risiko terjerat sengketa dengan freight
forwarder / courier service / ekpedisi terhadap kerusakan barang atau
kehilangan barang yang dikirimkan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Aprillia Ika (2015), Kejutan! Amazon ‘Kawin’ dengan Alibaba Tmall, sumber:
https://telset.id/97919/kejutan-amazon-kawin-dengan-alibaba-tmall/ (diakses 11
November 2016).

Chaffey, Dave (2009), E-Business and E-Commerce Management, Strategy, Implementation


and Practice, Fourth Edition, England: Pearson Education.

Fariz Ilman (2015). Lazada.co.id: “Perkembangan & Trend E-Commerce Di Indonesia”,


Indonesia: A Massive Opportunity, sumber http://blog.lazada.co.id/lazada-co-id-
perkembangan-pesat-trend-e-commerce-di-indonesia/ (diakses 9 Oktober 2016).

Lorena Triasisca (2012), E-commerce dan E-business, sumber:


https://renaisca.wordpress.com/makalah-pti-2/makalah-pti/bab-ii-pembahasan/e-
commerce-dan-e-business/ (diakses 2 Oktober 2016).

Octianaeni (2013), Definisi E-business dan Perbedaannya dengan E-Commerce, sumber:


http://octianaeni.blogspot.co.id/2013/10/definisi-e-business-dan-perbedaannya.html
(diakses 2 Oktober 2016).

Wyndo Mitra (2014), Data Statistik Mengenai Pertumbuhan Pangsa Pasar E-Commerce di
Indonesia Saat Ini, sumber: http://startupbisnis.com/data-statistik-mengenai-
pertumbuhan-pangsa-pasar-e-commerce-di-indonesia-saat-ini/ (diakses 1 Oktober
2016).
E-COMMERCE STUDY CASE: ALIBABA

DI SUSUN OLEH

NAMA : DWI WARYATI

PRODI ADMINISTRASI BISNIS


FALKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS SUBANG
2018

Anda mungkin juga menyukai