Anda di halaman 1dari 13

Strategi fundamental

Pengembangan pengendalian
Inovasi hama2011:
Pertanian 4(1), ... 63-75 63

STRATEGI FUNDAMENTAL PENGENDALIAN HAMA


WERENG BATANG COKLAT DALAM PENGAMANAN
PRODUKSI PADI NASIONAL1)

Baehaki S.E.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Jalan Raya No. 9, Sukamandi, Subang 41172
Telp. (0260) 520157, Faks. (0260) 520158
e-mail: bbpadi@litbang.deptan.go.id

Diajukan: 3 Maret 2011; Disetujui: 17 Maret 2011

ABSTRAK

Posisi serangan wereng batang coklat pada tahun 2011 menjadi sangat penting walaupun serangan yang
sampai puso belum terlalu luas. Hal ini karena pada tahun 2011 pemerintah mengeluarkan Instruksi
Presiden agar produksi nasional gabah kering giling mencapai target 70,6 juta t dan surplus beras 10 juta
ton sampai 2015. Sehubungan dengan hal tersebut, pengendalian hama padi menjadi prioritas utama
karena kegagalan pengendalian hama akan menurunkan produksi secara drastis. Teknologi pengendalian
wereng batang coklat sudah banyak tersedia, mulai dari penggunaan varietas tahan, musuh alami, cara budi
daya (waktu tanam, pengairan, dan lain-lain), dan insektisida. Namun, penerapannya di lapangan kurang
berhasil karena melupakan aspek sosial kemasyarakatan, antara lain belum adanya kesepakatan waktu
tanam. Teknik pengendalian wereng batang coklat terbaru adalah menerapkan tiga strategi pengendalian,
yaitu strategi sosial (sosiologi), strategi teknologi (SOP pengendalian wereng batang coklat), dan strategi
kebijakan pemerintah. Pengendalian wereng batang coklat tidak dapat diselesaikan hanya dengan teknologi,
tetapi perlu peran aktif masyarakat tani sebagai penggerak utama dan pengguna teknologi. Bila penerapannya
ada sesuatu yang tidak baik yang berlaku umum, untuk menyelamatkan produksi padi diperlukan strategi
ketiga yaitu kebijakan pemerintah untuk menata ulang pengendalian dengan membuat rencana tindak
lanjut setelah terjadi ledakan hama.

Kata kunci: Padi, pengendalian hama, wereng batang coklat, produksi padi

ABSTRACT

Fundamental Strategy of Controlling Brown Planthopper in Securing


National Rice Production

Position of brown planthopper (BPH) damage as pest of rice in 2011 is very important although the
damage caused by BPH until hopperburn is not large yet. This is bacause in 2011 the government
launched Presidential Instruction in an effort to achieve unhulled rice production of 70.6 millions t and
about 10 million t surplus of rice until 2015. Therefore, the control of BPH must be first priority because

1)
Naskah analisis kebijakan disampaikan pada Consultation and Planning Workshop on Rice Planthopper
Problems and Insecticide Use - Developing Sustainable, Structure, and Policies, 15-16 Maret 2011.
64 Baehaki S.E.

failure in BPH control will decrease rice production drastically. The BPH control technologies have been
prepared in various kinds, namely resistant varieties, applying natural enemies, cultural practices, and
insecticides. However, its implementation in the field is mostly unsuccessful because it forgets the social
culture and civilization, for example not implementing synchronous planting. For breaking plateau, new
triangle strategies were introduced, namely social strategy, technological strategy with standard opera-
tional procedure, and government policy. BPH control is not sufficient by applying technology only, but
it requires active participation of farmers as the end users of the technologies. The government policy is
also important to help farmers as rescuer in rice production, by repositioning BPH control with make
continuous action plan after the pest outbreak.

Keywords: Rice, brown planthopper, pest control, rice production

PENDAHULUAN bilan produksi padi nasional. Serangan


wereng batang coklat di lapangan ber-
Wereng batang coklat memiliki berbagai fluktuatif, mulai ringan sampai mencapai
nama berdasarkan sifatnya, yaitu si kecil puncak perkembangannya saat terjadi
yang dahsyat, hama tua, hama laten, dan ledakan yang menimbulkan puso/mati
penyebar penyakit virus. Hama padi ini terbakar (hopperburn). Wereng batang
sejak 1930, sudah lebih dari 80 tahun, coklat menyerang langsung tanaman padi
menjadi kendala dalam produksi beras di dengan mengisap cairan sel tanaman
Indonesia. Wereng batang coklat ter- sehingga tanaman menjadi kering. Se-
masuk ordo Homoptera, subordo Auche- rangan tidak langsungnya yaitu wereng
norrhyncha, infra-ordo Fulgoromorpha, dapat mentransfer tiga virus yang ber-
famili Delphacidae, genus Nilaparvata, bahaya bagi tanaman padi, yaitu virus
dan spesies Nilaparvata lugens Stal. kerdil hampa, virus kerdil rumput tipe 1,
Wereng batang coklat tersebar luas di dan virus kerdil rumput tipe 2.
daerah palaeartik (China, Jepang, dan Akhir-akhir ini wereng batang coklat
Korea), wilayah oriental (Bangladesh, menjadi populer dengan sebutan hama
Kamboja, India, Indonesia, Malaysia, “eksekutif, legislatif, dan yudikatif”.
Serawak, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Disebut hama eksekutif karena setiap ada
Filipina), dan wilayah Australian (Australia, ledakan wereng batang coklat akan
Kepulauan Fiji, Kaledonia, Kepulauan menyibukkan dan menyita waktu para
Solomon, dan Papua Nugini) (Baehaki pemimpin tingkat pusat sampai daerah
1993). Saat ini, wereng batang coklat telah untuk mengendalikannya. Disebut hama
menjadi hama global (the very important legislatif karena tidak sedikit anggota DPR
global pest). Pada tahun 2010, selain mempertanyakan kinerja eksekutif terkait
Indonesia, hama ini juga menyerang menurunnya produksi beras akibat se-
pertanaman padi di China, Vietnam, Thai- rangan wereng batang coklat, dan disebut
land, India, Pakistan, Malaysia, Filipina, hama yudikatif karena satu-satunya hama
Jepang, dan Korea. yang mencegah penggunaan insektisida
Wereng batang coklat merupakan melalui Instruksi Presiden No. 3 tahun 1986.
hama laten yang sulit dideteksi, tetapi Di Jepang, bila tanaman padi fase
keberadaannya selalu mengancam kesta- anakan terserang wereng coklat 10 ekor/
Strategi fundamental pengendalian hama ... 65

rumpun selama seminggu maka daun harus dikembangkan dengan menerapkan


bagian bawah menjadi kuning dan mati tiga strategi pengendalian, yaitu strategi
serta produksi menurun 10-40%. Bila sosial, strategi teknologi (SOP pengen-
tanaman padi saat fase pengisian bulir dalian wereng batang coklat), dan strategi
terserang wereng coklat 10-50 ekor selama kebijakan pemerintah (Gambar 1).
10-14 hari maka tanaman akan mem- Dari uraian di atas dapat disimpulkan
perlihatkan puso dan produksi menurun bahwa pengendalian wereng batang coklat
20-50% (Sogawa dan Cheng 1979). tidak dapat hanya dengan teknologi karena
Bae dan Pathak (1970) melaporkan teknologi bersifat pasif, yang perlu ada
bahwa pemeliharaan nimfa wereng batang aktor untuk menggerakkannya. Penggerak
coklat 100 dan 200 ekor selama 3 hari pada utama teknologi adalah masyarakat tani
tanaman padi TNI berumur 25 hari setelah sebagai pengguna teknologi. Bila ada
tanam (HST) akan menurunkan hasil sesuatu yang tidak baik yang berlaku
masing-masing 40% dan 70%. Bila nimfa umum bagi petani maka harus ada strategi
dipelihara pada tanaman padi TNI umur 50- ketiga yaitu kebijakan pemerintah.
75 HST, hasil akan menurun masing-
masing 30% dan 50%. Selanjutnya, Baehaki
(1985) melaporkan bahwa tanaman padi STRATEGI SOSIAL
Pelita I/1 yang terinfeksi 1,23 ekor wereng
batang coklat selama pertumbuhannya Sebagian besar petani bersifat kurang
akan menurun produksinya 21-28,9%. Bila mandiri dalam melaksanakan usaha tani;
selama pertumbuhan tanaman padi Pelita petani terindikasi menjadi peminta. Petani
I/1 terdapat 44,12 ekor wereng coklat kurang mempunyai rasa memiliki terhadap
maka produksi akan menurun 54,6-59,1%. apa yang diusahakan sehingga mereka
Pada 2010 saat terjadi serangan wereng sangat bergantung pada pemerintah. Oleh
batang coklat imigran 15 ekor/rumpun pada karena itu, melalui kelompok tani atau
tanaman umur satu bulan, dalam 10 hari gabungan kelompok tani (gapoktan)
tanaman menjadi puso (Baehaki 2011). pemerintah berupaya untuk mendidik
Pengendalian hama merupakan pri- petani agar lebih mandiri. Sebaik apapun
oritas utama setelah padi ditanam di program, jika hanya bersifat instan maka
lapangan karena kegagalan pengendalian setelah selesai dilaksanakan tidak akan
akan menurunkan produksi secara nyata. berkelanjutan. Penyebabnya adalah
Dalam upaya penyelamatan produksi padi komitmen stakeholder baik pemerintah,
telah tersedia berbagai cara pengendalian sektor swasta maupun masyarakat agri-
hama, mulai penggunaan varietas tahan, bisnis lainnya belum maksimal dalam
musuh alami, cara budi daya (waktu tanam, mendukung pengembangan usaha tani
pengairan, dan lain-lain), hingga insek- padi (Hafsah 2004).
tisida. Namun, penerapan teknologi ter- Pembangunan pangan dan pertanian
sebut di lapangan kurang berhasil karena pada awalnya ditandai oleh introduksi
melupakan aspek sosial kemasyarakatan, teknologi melalui revolusi hijau dengan
antara lain tidak adanya kesepakatan waktu memperkenalkan varietas unggul, pupuk
tanam. Bertitik tolak dari pembelajaran buatan, mekanisasi pertanian, dan irigasi
terhadap dinamika serangannya maka teknis dalam suatu paket serta intensi-
teknik pengendalian wereng batang coklat fikasi pertanian massal sehingga mampu
66 Baehaki S.E.

SOP pengen-
dalian WBC Teknologi

erin si
tah
pem erven
So
sia

Int
lp
oli
tik

Sosiologi Kebijakan
pemerintah

Gambar 1. Strategi segitiga pengendalian hama wereng batang coklat.

mengangkat hatkat-martabat penduduk sosial yang sangat penting dalam konsep


desa (Dharmawan 2006a), oleh karena itu, pembangunan pertanian menuju penca-
untuk menyikapi hal tersebut dibutuhkan paian target produksi 70,6 juta t GKG. Tiga
tanggung jawab dari semua pihak. komponen utama dalam pengembangan
modal sosial adalah: (1) kepercayaan (trust)
antarkomponen/anggota masyarakat yang
Tanggung Jawab Petani memudahkan proses komunikasi dan
Bertanam Padi Berjamaah pengelolaan suatu persoalan; (2) jejaring
organisasi kelompok (social networking)
Meski alur pikir yang ditampilkan tidak atau jejaring individu berupa ikatan (bond)
dalam kapasitas tingkat kepercayaan atau pertemanan (bridge) untuk men-
95%, saat ini kelompok tani dan gapoktan dukung gerak aksi kolektivitas menjadi
cenderung menjadi kelompok-kelompok makin sinergi; dan (3) norma dan sistem
yang ingin berdiri sendiri tanpa memikirkan nilai (norms and institutions) yang
kelompok lainnya. Meski secara organi- biasanya berciri lokal yang mengawal dan
sasi, kelompok tani dan gapoktan di- menjaga proses pembangunan agar tidak
benarkan berusaha mandiri dan men- mengalami penyimpangan (Dharmawan
sejahterakan kelompoknya, dalam pers- 2006b).
pektif yang lebih luas, kelompok tani dan Secara teknis, tanam padi berjamaah
gapoktan harus berkoordinasi dalam sangat penting untuk menghindari pe-
bertanam padi secara berjamaah pada areal numpukan hama pada satu daerah atau
yang luas sesuai agroekosistemnya. pada titik serangan yang selanjutnya akan
Kelompok tani dan gapoktan harus menyebar menjadi hama pada areal yang
saling bersinergi, namun untuk meng- luas. Tanam padi berjamaah secara se-
gerakan masyarakat diperlukan modal rentak dalam areal yang luas tidak dibatasi
Strategi fundamental pengendalian hama ... 67

oleh batas administrasi pemerintahan. Hal 70,6 juta ton, Ditjen Tanaman Pangan
ini karena wereng batang coklat terbang didukung oleh Badan Penyuluhan dan
bermigrasi tanpa terhalang oleh sungai Pengembangan SDM Pertanian, Badan
atau lautan. Bila suatu daerah mengalami Litbang Pertanian, dan Ditjen Prasarana
panen atau puso maka wereng makroptera dan Sarana Pertanian. Oleh karena itu,
(bersayap panjang) dalam jumlah banyak untuk menyamakan persepsi, tugas ke-
akan terbang bermigrasi mencari perta- negaraan dan kemasyarakatan perlu
naman padi muda untuk berkembang biak. dilakukan penyegaran dalam perlindungan
Bila areal tempat migrasi sempit maka tanaman dengan melibatkan petugas
populasi wereng imigran akan semakin lapangan (POPT, PPL, dan KCD/UPTD).
padat. Keharmonisan tripartit sangat penting
Hal ini perlu disadari oleh petugas untuk membawa petani melakukan tanam
maupun petani bahwa wereng batang berjamaah dalam satu kawasan yang luas
coklat dapat bermigrasi sampai 200 km dari dengan jadwal waktu tanam antara tanam
daerah/titik serangan ke daerah yang pertama dan tanam terakhir 15 hari.
pertanaman padinya berada pada fase Dari sisi tujuan, implementasi otono-
vegetatif. Dilaporkan bahwa wereng mi daerah adalah untuk meningkatkan
batang coklat dari daratan China dan kemampuan dan kemandirian daerah dalam
Vietnam Selatan bermigrasi melintasi mengembangkan daerah sendiri. Wijaya
lautan menuju Korea dan Jepang. (2002) berpandangan bahwa otonomi
daerah bertujuan untuk: (1) meningkatkan
pelayanan publik dan pengembangan
Tanggung Jawab Pemerintah kreativitas serta aparatur pemerintahan di
Membimbing Petani untuk daerah; (2) menyetarakan hubungan antara
Tanam Padi Berjamaah pusat dan daerah dalam kewenangan dan
keuangan; (3) menjamin peningkatan rasa
Secara teknis perlu dilakukan pertemuan kebangsaan, demokrasi, dan kesejah-
dengan Komisi Perlindungan Tanaman teraan masyarakat; dan (4) menciptakan
untuk membahas perbaikan pedoman ruang yang lebih luas bagi kemandirian
pengamatan dan pengendalian wereng daerah. Oleh karena itu, pemerintah
batang coklat dengan mengacu kepada terutama pemerintah daerah harus mem-
SOP terbaru yang dikeluarkan Balai Besar bawa masyarakat untuk membangun
Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). daerahnya. Satu hal penting berkaitan
Pertemuan koordinasi harus terus dila- dengan community relations adalah
kukan dan ditindaklanjuti dengan program pengembangan kreativitas masyarakat.
aksi di lapangan.
Harmonisasi petugas di lapangan,
yaitu tripartit pengamat organisme peng- Tanggung Jawab Pengusaha
ganggu tanaman (POPT), penyuluh Sarana Produksi
pertanian lapangan (PPL), dan petugas
kantor cabang dinas pertanian (KCD/ Tanggung jawab para pengusaha sarana
UPTD) sangat diperlukan untuk kelan- produksi yaitu melakukan tindakan sosial,
caran operasional di lapangan. Di tingkat termasuk lingkungan hidup, lebih dari
pusat, dalam pencapaian produksi GKG batas-batas yang dituntut oleh undang-
68 Baehaki S.E.

undang. Tanggung jawab sosial sebagai Strategi teknologi telah dituangkan dalam
komitmen berkelanjutan kalangan bisnis SOP pengendalian wereng batang coklat
adalah berperilaku etis dan memberikan (Baehaki 2011).
bantuan pada pembangunan ekonomi
sekaligus memperbaiki mutu hidup ang-
katan kerja dan keluarganya serta komu- Varietas Pilihan
nitas lokal dan masyarakat secara kese-
luruhan (Natufe 2001). Pilar dasar tersebut Dalam perjalanannya, pelaksanaan pe-
bertujuan untuk mendorong kesejahteraan ngendalian hama terpadu (PHT) di Indo-
ekonomi, memperbaiki lingkungan hidup, nesia sejak 10 tahun yang lalu terdapat
dan sebagai tanggung jawab sosial. rantai yang putus (missing link) antara
Organisasi bisnis maupun pemerintah program PHT dan perakitan varietas tahan.
perlu dilengkapi dengan konsep pengem- Pada saat itu, program PHT terlalu terfokus
bangan masyarakat untuk memberdayakan pada upaya mengaktifkan agens hayati,
kemampuan dan potensi masyarakat. sedangkan penggunaan varietas tahan
Kindervatter (1979) menyebutkan bahwa dan insektisida secara rasional dan bijak-
masyarakat akan berorientasi pada ke- sana kurang diapresiasi. Padahal Inter-
butuhan material maupun nonmaterial, national Rice Research Institute (IRRI)
mempunyai misi dan visi masa depan aktif dan memfokuskan programnya pada
berdasarkan sumber daya yang dikuasai, perakitan varietas padi tahan wereng,
memanfaatkan sumber daya secara apalagi setelah pertanaman padi IR5
rasional-berkelanjutan, dan menuntut pe- dan IR8 hancur terserang wereng batang
rubahan dalam relasi sosial, ekonomi, dan coklat biotipe 1.
kelembagaan. Dalam proses pengem- Setelah pertanaman padi Pelita I/1
bangan tersebut, masyarakat perlu di- hancur terserang wereng batang coklat
libatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, biotipe 1, Badan Penelitian dan Pengem-
pemantauan, dan evaluasi program pem- bangan Pertanian (Badan Litbang Per-
bangunan (Rianingsih 1996 dalam tanian) mulai tahun 1980 berusaha merakit
Iriantara 2007). Pengembangan kreativitas varietas padi tahan wereng. Pemetaan
masyarakat bukan hanya menjadi tang- penyebaran biotipe serta tingkat per-
gung jawab pemerintah, tetapi juga pihak kembangannya dan variasi genetik biotipe
swasta, khususnya organisasi bisnis de- wereng batang coklat di daerah sentra
ngan memberi bimbingan usaha tani padi produksi padi di Jawa dan Sumatera telah
secara serempak dalam suatu hamparan. tersedia, tinggal melanjutkan bagaimana
mendistribusikan varietas tersebut sesuai
dengan tingkat biotipe hama.
STRATEGI TEKNOLOGI Sejak tahun 2008, BB Padi telah meng-
hasilkan 33 varietas unggul baru (VUB),
Sudah banyak teknologi yang dihasilkan yang terdiri atas 13 Inpari, 6 Inpara, 3
untuk pengendalian wereng batang coklat Inpago, dan 11 Hipa. Inpari 11, 12, dan 13
sejak ditemukannya varietas tahan IR64 memiliki produktivitas lebih tinggi dari
sampai yang terakhir varietas Inpari 13 IR64, sedangkan Inpara 3, 4, dan 5 tahan
yang tahan wereng batang coklat di rendaman dan diharapkan dapat meng-
lapangan dan toleran penyakit virus kerdil. ganti varietas sebelumnya di lahan rawa
Strategi fundamental pengendalian hama ... 69

dan rawan banjir (Suprihatno et al. 2010). penting karena wereng yang pertama kali
Inpari 13 mempunyai keunggulan lain, datang di persemaian atau pertanaman
yaitu tahan wereng batang coklat di adalah wereng makroptera betina/jantan
lapangan dan toleran terhadap penyakit imigran.
virus kerdil hampa, sedangkan Inpari 2, 3, Lampu perangkap dipasang pada
dan 6 tahan wereng batang coklat biotipe ketinggian 150-250 cm dari permukaan
3 di laboratorium, namun bereaksi agak tanah. Hasil tangkapan dengan lampu
rentan sampai agak tahan terhadap wereng 100 watt dapat mencapai 400.000 ekor/
di lapangan. malam. Keputusan yang diambil setelah
wereng terperangkap adalah: (1) wereng
yang tertangkap dikubur; (2) pertanaman
Lampu Perangkap (Light Traps) padi dikeringkan sampai tanah retak; dan
(3) setelah dikeringkan, wereng diken-
Lampu perangkap (Gambar 2) merupakan dalikan dengan insektisida yang dire-
alat penting untuk mendeteksi kehadiran komendasi.
wereng imigran pada pertanaman atau
persemaian padi atau menangkap wereng
dalam jumlah besar. Untuk keperluan Waktu Penyemaian Padi
deteksi, satu lampu perangkap cukup
untuk mengontrol areal 200-500 ha. Namun, Waktu penyemaian ditetapkan berdasar-
bila digunakan untuk pengendalian, diper- kan saat puncak wereng imigran yang
lukan lampu perangkap lebih banyak dari tertangkap lampu perangkap. Bila da-
yang ditetapkan. Lampu perangkap sangat tangnya wereng imigran tidak tumpang

Atap seng
V

Lampu 100 watt


V

Corong bagian atas


V

diameter 50 cm

Kantong plastik
V

pengumpul hama

Gambar 2. Lampu perangkap untuk pengendalian wereng batang coklat.


70 Baehaki S.E.

tindih antargenerasi maka penyemaian 16.000


Generasi 3
hendaknya dilakukan pada 15 hari setelah 14.000

Jumlah keturunan (ekor)


puncak imigran. Bila wereng yang datang 12.000
dari generasi yang tumpang tindih maka 10.000
akan terjadi bimodal (dua puncak). Pe- 8.000
Generasi 2
nyemaian hendaknya dilakukan pada 15 6.000
hari setelah puncak imigran kedua. 4.000
Generasi 0
2.000
Generasi 1
0
Pengendalian Wereng Generasi 1 0 20 40 60 80
Umur padi (hari)
Hama yang mempunyai perkembang-
Gambar 3. Perkembangan satu pasang wereng
biakan secara eksponensial disebut hama batang coklat makroptera.
r-strategik dan mampu menghasilkan
keturunan dalam jumlah besar dalam waktu
singkat. Hama r-strategik biasanya ter-
dapat pada tanaman pangan, sedangan Pengamat hama harus mencatat waktu
hama k-strategik umumnya ada di kehu- puncak populasi wereng imigran awal
tanan. Hama r-strategik cepat menemukan sebagai generasi nol (G0), pada 25-30 hari
habitatnya yang sesuai untuk berkembang kemudian akan berkembang menjadi imago
biak, cepat dan mampu menggunakan generasi ke-1. Pada 25-30 hari kemudian,
sumber makanan dengan baik sebelum populasi wereng imigran awal akan men-
serangga lain ikut berkompetisi, dan cepat jadi imago generasi ke-2, dan pada 25-30
berpindah ke habitat baru sebelum habitat hari kemudian akan menjadi imago wereng
lama tidak berguna lagi. batang coklat generasi ke-3 (Gambar 3).
Perkembangan populasi wereng coklat Dalam pengendalian wereng perlu di-
pada kondisi makanan tanpa batas perhatikan beberapa hal, yaitu (1) pada saat
mengikuti persamaan eksponensial Nt = ada wereng imigran makroptera generasi
N0e 0,103t , yang mana Nt = populasi pada nol (G0) dan generasi ke-1 (G1), yaitu nimfa
waktu ke-t, N0 = populasi awal, t = waktu muncul dari wereng imigran, gunakan
(hari), dan e = bilangan dasar logaritma, imidakloprid, firponil, teametoksam dan
2,7183. Berdasarkan persamaan tersebut insektisida butiran; (2) pengendalian
maka selama 70 hari satu ekor induk betina wereng harus selesai pada generasi per-
dapat menghasilkan anak betina sebanyak tama atau paling lambat pada generasi
1.353 ekor dan selama tiga bulan akan kedua; dan (3) pengendalian saat generasi
menghasilkan 10.615 ekor anak betina. Di ketiga tidak akan berhasil.
lain pihak, pemeliharaan sepasang wereng
makroptera imigran selama 60 hari meng-
hasilkan keturunan sebanyak 15.000 ekor Pengamatan dan Pengendalian
pada generasi ketiga dan menimbulkan Berdasarkan Musuh Alami
puso (Gambar 3). Pertanaman padi yang
terserang wereng sampai puso menjadi Pengamatan atau pemantauan wereng
lingkungan yang tidak sehat, tercemar, dan batang coklat dilakukan 1-2 minggu sekali.
merupakan penghangusan alam. Diambil contoh 20 rumpun arah diagonal,
Strategi fundamental pengendalian hama ... 71

lalu dihitung jumlah wereng pada minggu dengan ambang ekonomi (AE) pada harga
ke-i (Ai) dan musuh alami laba-laba + padi saat panen (Tabel 2).
Paederus + Ophionea + Coccinella pada Pada saat harga gabah kering panen
minggu ke-i (Bi) dan Cyrtorhinus pada Rp3.000/kg, ambang ekonominya adalah 3
minggu ke-i (Ci) (Tabel 1). Jumlah wereng ekor/rumpun saat tanaman padi berumur
batang coklat terkoreksi musuh alami (Di) kurang dari 40 HST, dan ambang ekonomi-
pada minggu ke-i dapat dihitung dengan nya adalah 5 ekor/rumpun saat tanaman
menggunakan formula Baehaki (1996) padi berumur lebih dari 40 HST. Hukum
sebagai berikut: pengendalian yang diberlakukan adalah
bila nilai Di lebih dari 3 pada tanaman
Ai - (5Bi + 2Ci) 505 - (5x45 + 2x59) padi berumur kurang dari 40 HST dan
Di = —————— = ————-——— nilai Di lebih dari 5 pada tanaman padi
20 20 berumur lebih dari 40 HST harus diaplikasi
= 8,1 ekor/rumpun dengan insektisida yang direkomendasi.
Hasil perhitungan Di = 8,1 ekor/rumpun
Pada contoh tersebut, hasil perhi- melebihi ambang ekonomi sehingga ha-
tungan menunjukkan nilai Di = 8,1 ekor/ rus dikendalikan dengan insektisida yang
rumpun. Nilai tersebut lalu diselaraskan direkomendasi.

Tabel 1. Contoh kertas kerja pengamatan populasi wereng batang coklat dan musuh alaminya pada
pertanaman padi.

Wereng coklat makroptera + Laba-laba + Paederus + Kepik


No. rumpun
brakiptera + nimfa Ophionea + Coccinela Cyrtorhinus

1 30 2 1
2 30 3 3
3 23 4 3
4 25 5 2
5 25 1 1
6 28 0 8
7 22 3 4
8 24 2 5
9 21 1 7
10 19 1 2
11 30 2 2
12 32 2 4
13 22 2 5
14 34 1 1
15 35 5 5
16 22 3 1
17 27 4 2
18 20 2 1
19 19 1 1
20 17 1 1

Total Ai = 505 Bi = 45 Ci = 59
72 Baehaki S.E.

Tabel 2. Ambang ekonomi pengendalian wereng batang coklat selaras harga jual padi saat
panen (ekor/rumpun).

Ambang ekonomi wereng batang coklat pada


Umur tanaman padi harga gabah saat panen (Rp/kg)
(hari setelah tanam)
900 1.800 2.250 2.700 3.150

< 40 9 5 4 3 3
> 40 18 9 7 6 5

Penggunaan Insektisida kerdil hampa dan virus kerdil rumput


tersedia, jika wereng tidak ada atau po-
Penggunaan insektisida harus memer- pulasinya sangat rendah maka virus tidak
hatikan berbagai faktor, yaitu: (1) perta- akan menyebar. Jika ada wereng batang
naman padi dikeringkan sebelum aplikasi coklat namun inokulum tidak ada maka
insektisida, baik yang berbentuk cair mau- tidak akan terjadi penyebaran penyakit
pun butiran; (2) aplikasi insektisida dila- virus kerdil. Namun, bila populasi wereng
kukan saat air embun sudah tidak ada, tinggi dan ada inokulum penyakit kerdil
minimal pada pukul 8 pagi sampai maksimal maka akan terjadi ledakan wereng batang
pukul 11, dilanjutkan sore hari; (3) tepat coklat dan penyakit virus kerdil.
dosis dan jenisnya, yaitu yang berbahan
aktif imidakloprid, firponil, dan teame-
toksam; dan (4) tepat air pelarut, 350-500 l STRATEGI KEBIJAKAN
air/ha. PEMERINTAH

Pada 25 tahun yang lalu, pemerintah


Pengendalian Penyakit mengeluarkan Inpres No. 3 tahun 1986
Virus Kerdil yang melarang penggunaan 57 jenis
insektisida dari golongan organofosfat
Sampai saat ini belum ada virusida atau dan hanya memperbolehkan 10 insektisida
bahan lain yang dapat digunakan untuk dari golongan karbamat (BPMC, MICP, dan
mengendalian penyakit kerdil hampa dan karbofuran) untuk mengendalikan wereng
kerdil rumput (Gambar 4). Oleh karena itu, batang coklat. Hal ini disebabkan terjadi-
upaya yang dapat dilakukan adalah: (1) nya ledakan wereng batang coklat akibat
mengendalikan wereng batang coklat penggunaan insektisida yang menim-
sampai populasi serendah mungkin; (2) bulkan resurgensi.
mengindari kontak inokulum penyakit Pada saat produksi padi mencapai
dengan wereng batang coklat; dan (3) pelandaian (leveling off), dengan segera
mencabut dan membenamkan inokulum pemerintah berupaya jalan untuk merakit
penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. varietas baru melalui Badan Litbang Per-
Pengendalian virus sebenarnya tidak tanian agar produksi meningkat kembali.
sulit karena walaupun inokulum virus Dalam pengelolaan hama, meskipun telah
Strategi fundamental pengendalian hama ... 73

Gambar 4. Tanaman padi yang terserang virus kerdil rumput tipe 2 (kiri), virus kerdil hampa
(tengah), dan campuran virus kerdil rumput dan kerdil hampa (kanan).

digunakan PHT (2002-2006), pelandaian tuk tanam serempak, Pemda Jawa Barat
produksi tetap terjadi dengan kisaran 54 telah memberlakukan pemberhentian air
juta t sehingga diperlukan strategi lain irigasi pascaperbaikan rutin bulan Sep-
yaitu Sekolah Lapang PTT sejak 2007 tember 2010.
dalam rangka program Peningkatan Pro- Pemda Jawa Barat dapat meredam
duksi Beras Nasional (P2BN). gejolak hama wereng batang coklat dengan
Pada saat terjadi ledakan wereng kebersamaan dan meraih sukses pada MT
batang coklat tahun 2010 dengan luas 2010/2011. Sementara itu, Jawa Tengah dan
serangan 105.000 ha, segala upaya telah Jawa Timur pada musim tanam tersebut
dilakukan, namun belum memberikan hasil masih dilanda serangan wereng batang
karena belum menggunakan strategi coklat karena belum menerapkan tanam
pertama yaitu sosiologi tanam berjamaah. serentak. Dalam upaya mensukseskan
Dari pengalaman tersebut, pemerintah target produksi GKG 70,6 juta t maka
melakukan reorientasi pengendalian hama strategi segitiga tersebut akan dibawa ke
wereng batang coklat dengan menata Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk
ulang pengendalian dengan membuat membuat RTL.
rencana tindak lanjut (RTL) pascaledakan.
Pembuatan RTL melibatkan Dinas per-
tanian provinsi/kabupaten/kota, Bakorluh KESIMPULAN
dan Bapeluh, BBPOPT, penyuluh, dan
POPT. Di luar kedinasan tersebut, BB Padi Posisi serangan wereng batang coklat
berperan sebagai koordinator dan inisiator. pada tahun 2011 menjadi sangat penting
RTL telah diterapkan di Jawa Barat dengan karena serangan wereng pada tahun 2010
hasil yang sangat memuaskan, dapat dilihat telah menghambat perekonomian masya-
dari hasil panen MT 2010/2011. Di BB Padi, rakat tani. Pengendalian hama merupakan
hasil Inpari 13 mencapai 9,3-10,7 t GKG/ prioritas utama setelah padi ditanam di
ha, suatu prestasi yang spektakuler. Un- lapangan karena kegagalan pengendalian
74 Baehaki S.E.

hama akan menurunkan produksi secara nerapkan PHT, produksi padi tetap
drastis. mengalami pelandaian 54 juta t sejak
Teknologi pengendalian wereng ba- 2002 sampai 2006 sehingga perlu strategi
tang coklat sudah sangat banyak, mulai lain yaitu SLPTT yang mulai diterapkan
penyediaan varietas tahan, penggunaan pada 2007 dalam rangka P2BN.
musuh alami, cara budi daya (waktu tanam,
pengairan, dan lain-lain), dan insektisida.
Namun, penerapannya di lapangan belum
berhasil karena melupakan aspek sosial DAFTAR PUSTAKA
kemasyarakatan, antara lain waktu tanam
tidak serentak. Teknik pengendalian Bae, S.H and M.D. Pathak. 1970. Life
wereng batang coklat terbaru adalah history of Nilaparvata lugens (Homop-
menerapkan tiga strategi pengendalian, tera: Delphacidae) and susceptibility
yaitu strategi sosial (sosiologi), strategi of rice varieties to its attacks. Ann.
teknologi (SOP pengendalian wereng Entomol. Soc. Am. 63: 149-155.
batang coklat), dan strategi kebijakan Baehaki, S.E. 1985. Studi Perkembangan
pemerintah. Populasi Wereng Coklat (Nilarparvata
Pengendalian wereng batang coklat lugens Stal) Asal Imigran dan Pemen-
tidak dapat diselesaikan hanya dengan carannya di Pertanaman. Disertasi,
menggunakan teknologi tanpa peran aktif Institut Pertanian Bogor.
petani sebagai penggerak utama teknologi, Baehaki, S.E. 1993. Berbagai Hama Se-
yaitu harus diselesaikan secara sosial rangga pada Tanaman Padi. Penerbit
dengan waktu tanam serempak yang Angkasa, Bandung. 145 hlm.
dibingkai oleh kebijakan pemerintah. Tiga Baehaki, S.E. 1996. Formula pengendalian
komponen utama penting dalam modal wereng coklat menggunakan ambang
sosial adalah (1) kepercayaan (trust) ekonomi berdasar musuh alami. Suatu
antarkomponen/anggota masyarakat yang Sintesis Data Mendasari Rasionalisasi
memudahkan proses komunikasi dan Pengendalian Hama Secara Kuantitatif
pengelolaan suatu persoalan; (2) jejaring pada Tanaman Padi. Tidak diterbitkan.
organisasi kelompok (social networking) 5 hlm
atau jejaring individu berupa ikatan (bond) Baehaki, S.E. 2011. Standar operasional
atau pertemanan (bridge) untuk men- prosedur pengendalian wereng coklat
dukung gerak aksi kolektivitas menjadi dan virus kerdil. Balai Besar Penelitian
makin bersinergi; dan (3) norma dan sistem Tanaman Padi, Sukamandi. 6 hlm.
nilai (norms and institutions) yang bi- Dharmawan, A.H. 2006a. Konflik-konflik
asanya berciri lokal, yang mengawal dan kekuasaan dan otoritas kelembagaan
menjaga proses pembangunan agar tidak lokal dalam reformasi tata kelola
terjadi penyimpangan. pemerintahan desa: Investigasi teoritik
Pada saat produksi padi mencapai dan empirik. Working Paper Series
pelandaian (leveling off) dengan segera Project No.1. Partnership-Based Rural
pemerintah berupaya untuk merakit vari- Governance Reform. Kemitraan Indo-
etas baru melalui Badan Litbang Pertanian nesia dan Pusat Studi Pembangunan
agar produksi meningkat kembali. Dalam Pertanian dan Pedesaan, Institut Per-
pengelolaan hama, meskipun telah me- tanian Bogor.
Strategi fundamental pengendalian hama ... 75

Dharmawan, A.H. 2006b. Pendekatan- Natufe, O.I. 2001. The problematic of


pendekatan pembangunan pedesaan sustainable development and cor-
dan pertanian: Klasik dan kotemporer. porate social responsibility: Policy
Makalah disampaikan pada acara implication for the Niger Delta. http://
Apresiasi Perencanaan Pembangunan www.urhobo.kinsfolk.com/seecond
Pertanian Daerah Bagi Tenaga Pe- annual conference/conference matters/
mandu Teknologi Mendukung Prima Natufe.htm
Tani, Hotel Jaya-Raya, Cisarua. 19-25 Sogawa, K. and C.H. Cheng. 1979. Eco-
November 2006. nomic thresholds, nature of damage,
Hafsah, M.J. 2004. Potensi, peluang, dan and losses caused by the brown
strategi pencapaian swasembada beras planthopper. p. 125-142. In Brown
dan kemandirian pangan nasional Planthopper: Threat to rice production
menuju proksi mantap. Makalah di- in Asia.
sampaikan pada Seminar Padi Nasional, Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, S.E.
Sukamandi, 15 Juli 2004. 19 hlm. Baehaki, Suprihanto, A. Setyono, S.D.
Iriantara, Y. 2007. Community Relations, Indrasari, I P. Wardana, dan H. Sem-
Konsep dan Aplikasinya. Simbiosa biring. 2010. Deskripsi Varietas Padi.
Rekatama Media, Bandung. 196 hlm. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,
Kindervatter, S. 1979. Non-Formal Edu- Sukamandi. 114 hlm.
cation as an Empowering Process with Wijaya, H.A.W. 2002. Otonomi Daerah
Case Studies from Indonesia and Thai- dan Daerah Otonom. Raja Grafindo
land. Center for International Dharmaw Persada, Jakarta.
University of Massachussetts.

Anda mungkin juga menyukai