Anda di halaman 1dari 13

Disentri Basiler pada Anak

Royhanatul Qudsiyah
102017114
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510, Telp. (021) 56942061
Email : royhanatul.2017fk114@civitas.ukrida.ac.id

Skenario
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ibunya ke klinik karena diare sejak 2 minggu
yang lalu.

Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).Anamnesis
juga dapat membantu penenggakan diagnosis hingga 80%.1
Beberapa hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis adalah:
 Dokter memperkenakan diri terlebih dahulu dan menyampaikan pagi/siang/malam
kepada pasien sembari menampilkan keramahan sikap dan wajah.
 Menanyakan identitas pasien
a. Menanyakan nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, umur, suku bangsa, alamat,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan.
 Menanyakan keluhan utama dan lamanya
Letak (dimana, lokalisata/generalisata), sejak kapan.
 Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
a. Menanyakan karakter keluhan utama
Meliputi rasa nyeri yang dirasakan.
b. Perkembangan/perburukan keluhan utama
Meliputi obat-obatan yang telah diminum dan hasilnya.
c. Menanyakan keluhan penyerta
 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
a. Menanyakan apakah pasien sudah pernah mengalami gejala seperti yang pasien
keluhkan.
 Menanyakan Riwayat Pribadi
a. Menanyakan akitivitas sehari-hari, kebiasaan makan, kebiasaan minum obat.
 Menanyakan Riwayat Sosial
Meliputi hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar.
 Menanyakan lingkungan tempat tinggal, hygiene, sosial ekonomi, orang yang
mengurus.
 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga dan riwayat penyakit menahun keluarga.
 Penulisan hasil serta diagnosa.1

Pada kasus, hasil anamnesis yang didapat yaitu pasien mengalami diare dengan
frekuensi 5-10x/hari disertai lendir dan darah yang bercampur dengan faeces. Pasien mengeluh
sakit perut dan menangis jika hendak BAB. Pasien mengalami demam yang kolik sejak 3 hari
yang lalu. Pasien sudah diberi obat tapi tidak ada perbaikan.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai penting di dalam memperkuat penemuan-
penemuan yang berhasil kita dapatkan dari riwayat yang telah kita ambil dan menambah atau
mengurangi pilihan diagnosis yang dapat kita lakukan. Pada pemeriksaan fisik dilakukan
pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), pemeriksaan ketok (perkusi), dan
pemeriksaan dengar (auskultasi) sebagai tindakan-tindakan dasar. Pada pemeriksaan fisik juga
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu dengan menugukur suhu tubuh, denyut nadi,
kecepatan pernapasan, dan tekanan darah.Catat juga berat dan tinggi badan.2
0
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien rewel, suhu 38,2 c kelopak mata
mulai cekung, mukosa mulut kering, menangis namun tidak keluar air mata, bising usus
menurun, abdomen hipertimpani dan ada ruam perianal.

Pendahuluan

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan kematian
dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri
(disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba).1 Di Amerika Serikat, insiden disentri basiler
mencapai 8-12 kasus dari 100.000 populasi. Sedangkan angka kejadian disentri amoeba di
Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5%
dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler.2

Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat disentri basiler pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler ditemukan di
negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba
tersebar hampir ke seluruh dunia terutama di negara yang sedang berkembang yang berada di
daerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, higiene individu, sanitasi
lingkungan dan kondisi sosial ekonomi serta kultural yang menunjang. Penyakit ini biasanya
menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun.1

Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi didunia. Prevalensi yang tinggi mencapai 50
persen di Asia, Afrika dan Amerika selatan.2 Sedangkan pada shigella di Ameriksa Serikat
menyerang 15.000 kasus. Dan di Negara-negara 1 berkembang Shigella flexneri dan S.
dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun.2

Pembahasan

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus), yang berarti
radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan tinja
berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lendir
(mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).2 Disentri merupakan peradangan pada usus
besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus
(diare) yang bercampur lendir dan darah.3

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas
di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1)
sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 2) berak-berak, dan 3) tinja mengandung
darah dan lendir. (4)

Epidemiologi

Habitat alamiah Shigella terbatas pada saluran pencernaan manusia dan primata lainnya
dimana sejumlah spesies menimbulkan disentri basiler. Di Amerika Serikat dilaporkan sekitar
8-12 kasus per 100.000 populasi selama 30 tahun. Di dunia, Shigelossis tetap menjadi penyebab
diare tersering baik di negara berkembang maupun di negara maju. Organisme ini sangat
mudah ditransmisikan secara fekal-oral, melalui kontak dari orang ke orang atau melalui
makanan dan minuman kontaminasi. Jumlah kuman yang dibutuhkan untuk dapat
menimbulkan penyakit (dosis infeksi) sangat sedikit yaitu kurang dari 200 organisme. Angka
serangan ulang pada anggota keluarga mencapai 40%.2

Insidensi dan penyebaran shigellosis berhubungan dengan kebersihan perseorangan dan


kebersihan komunitas. Di negara berkembang, shigellosis lebih banyak pada anak-anak, dan di
negara-negara dengan kondisi infrastruktur sanitasi tidak bagus, dengan kondisi pemukiman
padat dan kondisi higiensi perseorangan jelek, penyakit ini lebih mudah menyebar S.dysentriae
type 1 dapat menyebabkan kondisi yang berat yang disebut dengan disentri basiler2

Etiologi
Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,sp. Shigella adalah basil non motil, gram negatif,
famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan
S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dari shigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai
serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka
seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki
kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103
organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu
keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara
klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa
sakit dan tenesmus. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica.
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal
(apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen
dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga
menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat
bergerak dan bentuk kista.

Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan trofozoit
patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa
menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar
bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus
(intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala disentri.
Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal (dapat sampai 50 mm) dan mengandung
beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit
(haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya
gejala penyakit namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia.

Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa. Bentuk kista hanya
dijumpai di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap terjadinya penularan
penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam lambung dan
kadar klor standard di dalam sistem air minum. Diduga kekeringan akibat penyerapan air di
sepanjang usus besar menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.3

Patogenesis dan patofisiologi

Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan
diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai eksudat inflamasi yang mengandung
leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap
pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui
air, makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus
2
halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya.

Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum terminalis dapat juga
terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerah sigmoid, sedang pada ilium hanya
hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal ditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan
tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus
pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang
dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung.

S.dysentriae, S.flexneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan
toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik, dan neurotoksik. Enterotoksin
tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel
eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna
hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5
cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi
perlekatan dengan peritoneum.3
Shigella termasuk dalam famili Enterobacteriacae, gram negatif berbentuk batang,
tidak bergerak, tidak berkapsul, dan lebih tahan asam dibanding enteropatogen lain. Shigella
mampu menginvasi permukaan sel epitel kolon, jarang menembus sampai melewati mukosa,
sehingga tidak ditemukan pada biakan darah walaupun ada gejala hiperpireksia dan toksemia.
Setelah menginvasi enterosit kolon, terjadilah perubahan permukaan mikrovili dari brush
border yang menyebabkan pembentukan vesikel pada membran mukosa. Selanjutnya dapat
menghancurkan vakuola fagositik intraselular, memasuki sitoplasma untuk memperbanyak diri
dan menginvasi sel yang berdekatan. Kemampuan menginvasi sel epitel ini dihubungkan
dengan adanya plasmid besar yang mampu mengenali bagian luar membran protein seperti
plasmid antigen invasions (Ipa). Sel epitel akan mati dan terjadi ulserasi serta inflamasi
mukosa. Dari bagian yang mengalami inflamasi tersebut shigella menghasilkan ekso-toksin
yang berdasarkan cara kerja toksin dikelompokkan menjadi neurotoksik, enterotoksik, dan
sitotoksik. Toksin yang terbentuk inilah yang menimbulkan berbagai gejala shigellosis, seperti
demam, malaise, dan nyeri otot. (lihat gambar 1)

Gambar 1. Patogenesis pada disentri basiler


Gejala klinis

Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari sampai 4 minggu.
Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai demam yang mencapai 400
C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan
nafsu makan menurun.2

Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang berat. Sakit perut
terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan
perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S.
dysentriae. Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air
dengan lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi,
renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbul rasa haus, kulit
kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Muka menjadi berwarna kebiruan,
ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat (hemokonsentrasi). Kadang-kadang
gejalanya tidak khas, dapat berupa seperti gejala kolera atau keracunan makanan.

Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma uremik. Angka
kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Angka ini bertambah pada
keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya kelaparan. Perkembangan penyakit ini
selanjutnya dapat membaik secara perlahan-lahan tetapi memerlukan waktu penyembuhan
yang lama.

Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih berbentuk,
mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan pada kasus yang ringan,
keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda dengan kasus yang menahun, terdapat
serangan seperti kasus akut secara menahun. Kejadian ini jarang sekali bila mendapat
pengobatan yang baik.2

Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan tinja dengan menggunakan mikroskopik, dan akan ditemukan adanya
bakteri Shigella dysenteriae dengan morfologi batang gram negatif, gerak negative/ tidak
memiliki flagel. (lihat gambar 2)

Gambar 2. Morfologi bakteri Shigella dysenteriae

Diagnosis banding

Disentri amuba. Timbulnya penyakit biasanya perlahan-lahan, diare awal tidak ada/jarang.
Toksemia ringan dapat terjadi, tenesmus jarang dan sakit berbatas. Tinja biasanya besar, terus
menerus, asam, berdarah, bila berbentuk biasanya tercampur lendir. Lokasi tersering daerah
sekum dan kolon asendens, jarang mengenai ileum. Ulkus yang ditimbulkan dengan gaung
yang khas seperti botol.5
Gastroenteritis viral. Penyakit ini biasanya ditandai dengan adanya muntah dan atau diare
(seringnya tidak disertai darah) yang terjadi akut, dapat disertai demam, mual, nyeri perut,
penurunan nafsu makan dan lemah badan atau rasa tidak enak.4

Alergi susu sapi / cow’s milk protein sensitive enteropathy (CMPSE) adalah sindroma klinik
akibat sanitasi seseorang terhadap protein susu sapi yang diabsorpsi melalui mukosa usus halus
yang permeabel. Sindrom ini ditandai dengan gejala klinis yang khas yaitu : muntah, diare
kronis, malabsorpsi, gangguan pertumbuhan dan biopsi usus halusnya ditemukan mukosa
abnormal.6
Kriteria diagnostik :
a. Gejala-gejala menghilang sesudah eliminasi susu sapi
b. Gejala-gejala tampak kembali 48 jam sesudah pemberian susu sapi
c. Reaksi-reaksi pada pemberian kembali susu sapi tersebut harus terjadi 3 kali beturut-turut
dengan gejala klinis yang sama baik mengenai masa timbulnya maupun lama sindromnya.

Diagnosis

Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri abdomen
bawah, dan diare. Pemeriksaan mikroskopik tinja menunjukkan adanya eritrosit dan leukosit
PMN. Untuk memastikan diagnosis dilakukan kultur dari bahan tinja segar atau hapus rektal.
Pada fase akut infeksi Shigella, tes serologi tidak bermanfaat. Pada disentri subakut gejala
klinisnya serupa dengan kolitis ulserosa. Perbedaan utama adalah kultur Shigella yang positif
dan perbaikan klinis yang bermakna setelah pengobatan dengan antibiotik yang adekuat.3

Penentuan derajat dehidrasi merupakan hal penting terkait penatalaksanaan yang akan
dilakukan. Kriteria WHO dapat digunakan untuk menilai derajat dehidrasi pasien dengan
diare.7

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut adalah gangguan elektrolit seperti:
hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia, dan kejang. Adanya karbonat yang
hilang menyebabkan pernapasan kussmaull. Kehilangan cairan dalam jumlah yang besar dapat
berujung pada kematian.5
Prognosis

Prognosis diare dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi, sehingga penatalaksanaannya sesuai
dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi. Apabila penanganan yang diberikan tepat dan
sesegera mungkin, maka dapat mencegah komplikasi dari diare tersebut.

Defisiensi laktosa

Intoleransi laktosa akibat penurunan lactase primer (primary lactase deficiency) ini disebabkan
oleh faktor genetic karena tubuh akan menurunkan tingkat produksi enzim lactase mulai pada
usia 2 tahun. Kecepatan proses penurunan produksi ini tergantung dari masing-masing
individu. Tipe ini sering juga terdapat pada anak usia 2 tahun keatas hingga dewasa.

Intoleransi laktosa akibat penurunan produksi lactase sekunder (secondary lactase deficiency)
disebabkan rusaknya mukosa usus halus karena adanya infeksi akut oleh rotavirus atau bakteri
pada usus halus yang merusak mukosa usus halus sehingga menghambat produksi enzim
lactase. Tipe ini biasanya dijumpai pada anak usia kurang dari 2 tahun.

Tatalaksana

Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare
yang diderita anak balita baik dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah sakit, yaitu :

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru


2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua.

Hal ini dilakukan karena pada kasus diare jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh banyak
yang keluar. Oleh karena itu prioritas managemen diare akut den gan dehidrasi ringan sedang
adalah menggantikan jumlah kebutuhan cairan yang diperlukan tubuh.

A.Rehidrasi
Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Jumlah oralit yang diperlukan =
berat badan (dalam kg) x 75 ml. Setelah 3 jam:
1. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi
2. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
3. Melanjutkan memberi makan pasien

Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:

a. Mengajarkan ibu cara menyiapkan cairan oralit di rumah. d. Menjelaskan aturan perawatan
diare di rumah:

1)Beri cairan tambahan

2)Lanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari

3)Lanjutkan pemberian makan

B. Tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :

1. Anak < 6 bulan = 10 mg (1/2 tablet) per hari


2. Anak > 6 bulan = 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc termasuk mikronutrien yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan
mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pemberian zink dapat menurunkan
frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi

pada anak7. Zinc berperan di dalam sintesa Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida
Adenosin (RNA), dan protein. Maka bila terjadi defisiensi Zinc dapat menghambat
pembelahan sel, pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Zinc umumnya ada di dalam otak,
dimana zinc mengikat protein.

Mekanisme kerja Zinc untuk terapi diare mempengaruhi system imun (pertahanan tubuh)
spesifik humoral ataupun selular dan mempengaruhi proses penyerapan intestinal dan/atau
proses transport sekretorik. Sleian itu Zinc juga memiliki efek penghambatan antimikroba,
seperti Salmonella thypi, Salmonella parathypi A, Shigella flexneri, Shigella sonnei.

C. ASI atau makanan diteruskan

ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang pada saat
terjadi diare. Pada pasien ini, pemberian makanan terus dilanjutkan terutama untuk mengganti
cairan ataupun elektrolit yang banyak keluar.

1. Antibiotik selektif
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian
besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak dapat dibunuh
dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang disebabkan oleh bakteri
patogen seperti Shigella, Salmonella, Enterotoxin E. Coli, Enteroinvasif E. Coli dan
sebagainya. Pada pasien ini, antibiotik diberikan.

2. Nasehat kepada orangtua


Nasehat yang dapat diberikan apabila penderita sudah pulang ke rumah atau untuk
penderita rawat jalan adalah segera datang kembali kerumah sakit jika timbul demam,
tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering,
atau belum membaik dalam 3 hari. Selain itu ibu disarankan untuk selalu menjaga
kebersihan anak dan mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah
memberi makan / minum bayi. Hal ini bertujuan agar tercipta higienitas ibu dan anak
yang baik. Pada kasus ini nasehat telah diberitahukan dan mendapat respon yang baik
dari orangtua pasien.8

Kesimpulan

Pasien anak yang berada dalam skenario menderita disentri basiller yang didukung dengan
gejala yang timbul yaitu pasien mengalami demam yang disertai tinja cair dengan lendir dan
darah, anak rewel karena nyeri abdomen. Disentri yang dialami pasien, disertai dengan
dehidrasi ringan – sedang yang dikarena kelopak mata pasien cekung, tidak ada air mata,
mukosa mulut kering, kondisi pasien yang rewel.

Daftar Pustaka

1. Oesman, Nizam. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI; 2006
2. Sri Linuwih SWM, Kusmarinah B, Wresti I, dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018
3. Kroser AJ. 2007. Shigellosis. Diakses dari http://www.emedicine.com/
med/topic2112.htm pada tanggal 14 Mei 2019
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar gastroenterologi hepatologi. Edisi 1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI; 2012
5. Departemen Kesehatan RI. Buku ajar diare. Departemen Kesehatan RI: Jakarta; 2011
6. Pitono S, Sutjiningsih, Djupri LS. Intoleransi protein susu sapi: gastroenterology anak
praktis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1988
7. Sudaryat, S. Gastroenterologi anak. Kapita Selekta. FK UNUD: Denpasar; 2010
8. Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute Gastroenteritis in
Hospitalized Children in Melbourne, Australia,from April 1980 to March 1993 Journal
of clinical microbiology; 1998
9. Departemen Kesehatan RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta: Depkes
RI; 2008

Anda mungkin juga menyukai