PENDAHULUAN
Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia sebagai hasil domestikasi dari banteng
liar. Sapi ini dikenal dengan nama Balinese cattle yang kadang-kadang disebut
juga dengan nama Bos javanicus, meskipun sapi bali bukan satu subgenus dengan
bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili
Pulau Bali dipandang sebagai pusat perkembangan sekaligus pusat bibit, sapi
Populasi sapi Bali saat ini mencapai 3,2 – 3,3 juta ekor yang tersebar di Pulau
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Selatan, Lampung dan Sumatera Selatan. Meskipun sapi bali telah menyebar ke
bahwa kemurnian sapi Bali di beberapa wilayah tersebut termasuk di Bali masih
Sapi bali diketahui memiliki banyak keunggulan sehingga diminati oleh petani
untuk dikembangbiakan. Keunggulan sapi bali bagi petani yaitu dapat sebagai
tenaga kerja dalam mengolah sawah maupun ladang sebagai sumber pendapatan
yang sewaktu-waktu dapat dijual. Ternak sapi bali ini memberikan kontribusi
Dibalik keunggulan yang ada pada sapi bali, juga ada hambatan dalam
akibat penyakit dan pakan. Penyakit yang muncul pada sapi bali biasanya
1
2
disebabkan oleh parasit maupun bakteri dengan gejala ringan sampai yang parah.
Penyediaan pakan yang berkualitas merupakan salah satu faktor pendukung dalam
yang maksimal. Dalam hal ini, strategi pemberian pakan perlu disesuaikan dengan
kebutuhannya baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Ternak sapi yang
Sapi bali yang dipelihara banyak mengalami defisiensi mineral Zn, Mn, dan
perkembangan sistem dan fungsi imun pada sapi (Suwiti dkk., 2012). Beberapa
hal yang dapat berpengaruh terhadap kadar mineral pada sapi, yakni : jumlah
dan ketersediaan mineral di lingkungan (Besung, 2013). Maka dari itu diperlukan
pemberian formulasi pakan dapat meningkatkan bobot badan sapi bali (Adhani et
al., 2012).
sapi bali. Bakteri yang normal di saluran pencernaan adalah bakteri golongan
meningkatkan pertambahan berat badan ternak sapi (Suwiti dkk., 2012), namun
pengaruhnya terhadap jumlah bakteri non coliform dan total plate count di saluran
sebagai berikut :
1.1.1. Bagaimana pengaruh pemberian mineral pada pakan ternak sapi bali
1.1.2. Bagaimana pengaruh pemberian mineral pada pakan ternak sapi bali
terhadap total plate count pada saluran pencernaan sapi bali di dataran
1.2.1 Pengaruh pemberian mineral pada pakan ternak sapi bali terhadap
jumlah bakteri non coliform pada sapi bali di dataran tinggi dan
dataran rendah.
1.2.2 Pengaruh pemberian mineral pada pakan ternak sapi bali terhadap
total plate count pada sapi bali di dataran tinggi dan dataran rendah.
4
bakteri non coliform dan total plate count pada sapi bali di dua dataran yaitu di
Sapi bali di Bali mengalami banyak yang defisiensi mineral, seperti Zn, Mn,
perkembangan sistem dan fungsi imun pada sapi (Suwiti dkk., 2012). Dengan
pakan ternak sering mendapat kendala, baik dari strategi pemberiannya maupun
kesesuaian zat gizi yang dibutuhkan ternak (Firdus, 2010). Selain pakan yang
bersumber dari tanaman, sapi bali juga memerlukan tambahan baik mikro mineral
fungsi imun sapi. Beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap kadar mineral
pada sapi, yakni : jumlah mineral yang dikonsumsi, banyaknya mineral yang
2013).
Ditinjau dari letak ataupun keadaan geografis lahan di Bali baik di dataran
hijauan pakan ternak. Ternak yang mendapat asupan mineral melebihi batas
5
Ternak sapi yang kekurangan mendapat asupan mineral yang berasal dari tanaman
yang akan menimbulkan defisiensi. Kejadian ini akan berakibat pada gangguan
suplemen mineral juga berdampak pada bakteri-bakteri yang ada secara normal di
Perubahan komposisi pakan pada saluran pencernaan akibat suplemen ini akan
berpengaruh terhadap bakteri non coliform dan total plate count yang ada di
1.6 Hipotesis
berikut :
bakteri non coliform pada saluran pencernaan sapi bali di dataran tinggi
2. Pemberian mineral pada pakan sapi bali berpengaruh terhadap total plate
count pada saluran pencernaan sapi bali di dataran tinggi dan dataran
rendah.