Anda di halaman 1dari 10

Nama Asisten : Nilna Azizah Febrianti

Tanggal Praktikum : 15 Mei 2019


Tanggal Pengumpulan : 24 Mei 2019

PEMELIHARAAN KULTUR MIKROORGANISME DAN ANALISIS


KUANTITATIF MIKROORGANISME PADA BAHAN PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Maret Dyah Brillianty (240210170001)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: maretdb08@gmail.com

ABSTRAK

Kadar gula pereduksi adalah jumlah gula yang memiliki sifat mampu menghidrolisis
komponen lainnya. Kadar gula total adalah jumlah kadar gula pereduksi dalam sampel
ditambah kadar gula non-reduksi, sehingga menghasilkan total kadar gula dalam saampel
secara keseluruhan. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk
menyimpan kelebihan glukosa dalam jangka panjang. Tujuan praktikum ini ialah untuk
mengetahui kadar gula reduksi dan gula total, serta kadar pati yang terdapat dalam sampel
yang diuji. Metode yang digunakan pada penentuan gula reduksi, gula total dan pati adalah
metode Luff Schoorl. Sampel yang digunakan adalah bubur instan, energen, gula semut 50,
gula semut 80, hanjeli termodifikasi, hanjeli whole grain, susu kental manis, tepung hanjeli
whole grain, dan tepung maizena. Rata-rata kadar gula reduksi gula semut 50 yaitu 8,78%
dan gula totalnya 87,35%; gula reduksi gula semut 80 8,87% dan gula totalnya 90,15%;
gula reduksi bubur instan 0,10% dan gula totalnya 1,98%; Hasil pengamatan rata-rata kadar
pati pada hanjeli whole grain 30% yaitu 20,07%; tepung hanjeli whole grain 25% yaitu

Kata Kunci : Gula reduksi, gula total, larutan, pati.

PENDAHULUAN Media pertumbuhan


Pemeliharaan kultur mikroorganisme adalah suatu bahan
mikroorganisme diperlukan pada bidang yang terdiri dari campuran zat-zat
ilmu mikroorganisme untuk menelaah makanan (nutrisi) yang diperlukan
bakteri khususnya dalam skala mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
laboratorium. Pemeliharaan dilakukan Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi
dengan menumbuhkan mikroorganisme media berupa molekul-molekul kecil
dalam suatu biakan yang didalamnya yang dirakit untuk menyusun komponen
hanya terdapat bakteri yang dibutuhkan sel. Dengan media pertumbuhan maka
tanpa adanya kontaminasi dari dapat dilakukan isolat mikroorganisme
mikroorganisme lain. Pemeliharaan menjadi kultur murni dan juga
kultur mikroorganisme umumnya memanipulasi komposisi media
menggunakan medium yang sudah pertumbuhannya (Hidayat dkk, 2006).
disterilisasi, baik berupa medium cair Kultur murni atau biakan murni
maupun medium padat dan dilakukan sangat berguna didalam mikrobiologi,
secara aseptik. Penyimpanan dan yaitu untuk menelaah dan
pemeliharaan kultur cair yaitu dengan mengidentifikasi mikroorganisme,
menumbuhkan suatu kultur termasuk penelaahan ciri-ciri kultural,
mikroorganisme dalam suatu medium morfologis, fisiologis, maupun serologis.
cair dengan suhu dan waktu inkubasi Sifat organisme dalam suatu biakan
tertentu tergantung pada jenis murni dapat dipelajari dengan metode
mikroorganisme. yang amat keras dengan hasil yang sangat
akurat karena pengaruh sel hidup yang 2,5%, HCl 4 N, indikator PP 1%,
lain dapat ditiadakan (Volk, 1993). indomie, KI 30%, metil orange, Na-
Kultur murni dapat diperoleh dengan fosfat 5%, NaOH 4 N, Na-thio 0,1 N,
cara isolasi menggunakan metode gores Pb-asetat 5%, susu kental manis tepung
(streak), metoda tanam (plant), metoda hanjeli whole grain, dan tepung maizena.
tusuk (stab), dan metoda tuang.
Analisis kuantitatif mikroorganisme Prosedur
pada bahan pangan penting dilakukan Pembuatan Larutan A
untuk mengetahui mutu bahan pangan Pembuatan larutan A dilakukan
dan menentukan proses pengawetan yang dengan menimbang sampel sebanyak 2,5
baik untuk diterapkan pada bahan pangan gram, kemudian sampel dimasukkan ke
tersebut. Perhitungan jumlah dalam labu ukur 250 ml. Labu ukur
mikroorganisme dengan berbagai metode tersebut ditambahkan dengan akuades
ditujukan untuk mengetahui jumlah sebanyak 50 ml, ditambahkan pula Pb-
koloni mikroorganisme yang tumbuh asetat 5% sebanyak 5 ml, lalu dikocok
didalam suatu sampel tertentu. Beberapa kuat-kuat selama 1 menit. Na-phosphat
cara yang dapat digunakan untuk 5% ditambahkan pada larutan sebanyak 5
menghitung atau mengukur jumlah jasad ml, lalu dikocok kuat-kuat selama 1
renik di dalam suatu suspensi atau bahan menit. Labu ukur ditepatkan dengan
yaitu perhitungan jumlah bakteri dengan akuades sampai tanda batas, kemudian
Petroff Hauser, metode perhitungan dikocok. Larutan disaring dan
mikroorganisme dengan metode MPN ditempatkan pada Erlenmeyer. Larutan
(Most Probable Number) serta metode tersebut diambil sebanyak 50 ml
cawan (Pour Plate). Masing-masing disimpan pada beaker glass kemudian
metode memiliki karakteristik yang evaporasi sampai volume mencapai
berbeda, metode most probable number setengah dari volume awal atau 25 ml.
(MPN) hanya dapat menggunakan media Lalu, dievaporasi dipindahkan pada labu
cair dan metode petroff-hauser tidak ukur 100 ml, setelah itu tepatkan akuades
tergolong metode yang akurat karena sampai tanda batas, larutan tersebut
jumlah sel hidup dan sel yang mati ikut disebut larutan A untuk gula pereduksi.
terhitung serta metode hitung cawan juga
kurang akurat (Fardiaz,1992). Tujuan Pembuatan Larutan B
dari praktikum pemeliharaan kultur Pembuatan larutan B dibuat dari
mikroorganisme adalah untuk larutan A yang dipipet sebanyak 50 ml,
menumbuhkan mikroorganisme yang kemudian ditambahkan 5 tetes metil
akan dianalisis. orange dan HCl 4 N sebanyak 20 ml.
Larutan dipanaskan selama 30 menit, lalu
didinginkan sampai 20 oC dan pindahkan
METODOLOGI ke dalma labu ukur 100 ml. Netralkan
Alat dan Bahan dengan NaOH 4 N serta ditepatkan
Alat yang digunakan pada dengan akuades sampai tanda batas.
praktikum kali ini adalah beaker glass, Setelah netral, sampel ditambahkan
bulb pipet, buret otomatis, corong, akuades hingga tanda batas dan diperoleh
Erlenmeyer 250 ml, gelas ukur, hot plate, larutan B yang siap uji untuk penentuan
kertas saring, labu ukur 100 ml, labu ukur kadar gula total.
250 ml, neraca analitik, pipet tetes, pipet
ukur, pipet volume 50 ml, spatula, dan Penentuan Kadar Gula Reduksi, Gula
stir plate. dan Gula Total
Bahan yang digunakan pada saat Penentuan kadar gula reduksi dan
praktikum adalah akuades, amilum 1%, gula total dilakukan dengan titrasi,
asam sulfat 6 N, bubur instan, energen, larutan A atau B diambil sebanyak 25 ml
gula semut 50, gula semut 80, hanjeli kemudian ditambahkan dengan 25 ml
termodifikasi, hanjeli whole grain, HCl larutan Luff Schoorl, lalu direfluks
selama 15 menit. Larutan yang sudah kemudian dianalisis dengan metode Luff-
direfluks, ditambahkan KI 30% sebanyak Schoorl. Prinsip analisis dengan metode
10 ml dan H2SO4 6 N sebanyak 25 ml. Luff-Schoorl yaitu reduksi Cu2+ menjadi
Kemudian, larutan dititrasi dengan Na- Cu1+ oleh monosakarida. Monosakarida
thiosulfat 0,1 N sampai kuning jerami, bebas akan mereduksi larutan basa dari
lalu ditambahkan amilum 1% sebanyak 2 garam logam menjadi bentuk oksida atau
ml. Titrasi dilakukan sampai warna putih bentuk bebasnya. Kelebihan Cu2+ yang
susu, kemudian hitung kadar gula tidak tereduksi kemudian dikuantifikasi
reduksi, gula total, dan pati. Rumus yang dengan titrasi iodometri (SNI 01-2891-
digunakan adalah sebagai berikut. 1992). Reaksi yang terjadi :
A=
(𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁𝑁𝑎𝑡ℎ𝑖𝑜
.....(1) Karbohidrat kompleks → gula sederhana
𝑁 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 (0,1) (gula pereduksi)
Lihat tabel Luff Schoorl ....(2) Gula pereduksi +2 Cu2+ → Cu2O(s)
𝐴−𝑎
C=X+
𝑏−𝑎
x Y ... (3) 2 Cu2+(kelebihan) + 4 I-→ 2 CuI2 → 2
% Pati = 𝐶 𝑥 𝐹𝑃
𝑥 100% CuI-+ I2
𝑊 𝑥 1000
𝑥 faktor konversi (0,9)
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
I2 + 2S2O32- → 2 I-+ S4O62-
Osborne dan Voogt (1978)
Penentuan Kadar Pati mengatakan bahwa Metode Luff-Schoorl
Analisis kadar pati dilakukan dapat diaplikasikan untuk produk pangan
dengan ditimbang sampel sebanyak 3 yang mengandung gula dengan bobot
gram. Sampel ditimbang pada beaker molekuler yang rendah dan pati alami
glass lalu ditambahkan akuades 30 ml, atau modifikasi. Kemampuan mereduksi
kemudian didiamkan dan diaduk selama dari gugus aldehid dan keton digunakan
1 jam. Sampel lalu difiltrasi hingga sebagai landasan dalam mengkuantitasi
terpisah antara endapan dengan cairan. gula sederhana yang terbentuk. Tetapi
Endapan yang terbentuk dicuci dengan reaksi reduksi antara gula dan tembaga
akuades sebanyak 250 ml dan residu sulfat sepertinya tidak stoikiometris dan
dipindahkan ke dalam erlenmeyer lalu sangat tergantung pada kondisi reaksi.
ditambahkan 100 ml HCl 2,5% kemudian Faktor utama yang mempengaruhi reaksi
di refluks selama 2,5 jam, lalu adalah waktu pemanasan dan kekuatan
didinginkan. Indikator PP 1% reagen. Penggunaan luas dari metode ini
ditambahkan sampai warna larutan dalam analisis gula adalah berkat
berubah warna menjadi merah muda atau kesabaran para ahli kimia yang
pink, kemudian ditambahkan pula NaOH memeriksa sifat empiris dari reaksi dan
4 N sampai netral berwarna pink. Larutan oleh karena itu dapat menghasilkan
tersebut dipindahkan kedalam labu ukur reaksi yang reprodusibel dan akurat
250 ml lalu ditepatkan hingga tanda (Southgate 1976).
batas. Larutan tersebut kemudian Menurut Sudarmadji (1989), reaksi
dikocok dan disaring. Kemudian, yang terjadi dalam penentuan gula
dilakukan prosedur penentuan kadar gula menurut luff schoorl dapat diituliskan
total untuk menentukan kadar pati. sebagai berikut:
R –COH + CuO → CuO2+ R–COOH
HASIL DAN PEMBAHASAN H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O
Uji karbohidrat yang resmi CuSO4 + 2KI → CuI2 + K2SO4
ditetapkan oleh BSN dalam SNI 01- 2CuI → Cu2I2 + I2
2891-1992 yaitu analisis total I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI
karbohidrat dengan menggunakan
metode Luff Schoorl. Seluruh senyawa Analisis Kadar Gula Reduksi dan
karbohidrat yang ada dipecah menjadi Gula Total
gula-gula sederhana (monosakarida) Tahapan analisis karbohidrat
dengan bantuan asam, yaitu HCl dan dengan metode Luff Schrool dilakukan
panas. Monosakarida yang terbentuk dengan cara preparasi sampel serta titrasi
iodometri untuk menentukan kadar gula
reduksi dan kadar gula total pada sampel. pengujian karbohidrat harus
Larutan Luff Schrool merupakan memerhatikan pH, karena pH larutan
campuran antara Na2CO3, asam sitrat, yang terlalu rendah dapat menimbulkan
dan CuSO4. Pertama, dilakukan hasil titrasi yang lebih tinggi sedangkan
penambahan akuades pada sampel halus pH larutan terlalu tinggi akan beresiko
yang berfungsi sebagai pelarut. terjadinya reaksi I2 yang terbentuk
Kemudian ditambah Pb asetat. dengan air (hidrolisis) (Sudarmadji,
Penambahan Pb asetat pada saat 1989). Kemudian, larutan tersebut diberi
pembuatan larutan A bertujuan untuk nama larutan B.
menjernihkan sampel. Timbal asetat Larutan A dan B diuji dengan
dapat mengendapkan asam organik, asam menggunakan larutan Luff Schoorl.
amino, protein, dan polifenol. Pertama kedua larutan dipipet sebanyak
(Sudarmadji, 1989). Lalu, dilakukan 25 ml. kemudian ditambah 25 ml larutan
pengocokkan agar homogen dan luff schoorl sehingga akan terjadi reaksi:
ditambah Na fosfat. Na-fosfat berfungsi R – COH + CuO → Cu2O↓ + R –
untuk menghilangkan kelebihan timbal. COOH
Kelebihan timbal sebagai zat penjernih (Sumber: Sudarmadji, 1996)
akan mempegaruhi polarisasi gula dan Setelah itu sampel direfluks selama
pada waktu pemanasan akan terjadi 15 menit dengan tujuan untuk
interaksi dengan gula serta terjadi menguapkan senyawa volatile tanpa
destruksi senyawa gula sehingga mengurangi volume larutan. Setelah itu
peneraan menjadi kurang tepat didinginkan dan ditambah 10 ml KI 30%
(Sudarmadji, 1989). Setelah dilakukan dan 25 ml H2SO4 6 N. Penambahan zat
penjernihan, sampel ditambahkan ini akan menimbulkan reaksi antara
akuades sampai tanda batas lalu dikocok kuprioksida dengan H2SO4 menjadi
dan disaring. Penyaringan pada persiapan Cu2SO4, dan Cu2SO4 dengan KI. Reaksi
sampel berfungsi untuk memisahkan tersebut ditandai dengan adanya buih dan
residu yang memiliki ukuran partikel warna larutan menjadi coklat. Larutan
besar dan karbohidrat yang larut air dapat kemudian dititrasi dengan larutan
terpisah. Perlakuan evaporasi filtrat tiosulfat 0,1 N hingga berwarna kuning
hingga volumenya berkurang setengah jerami. Titrasi dilakukan dengan cepat
dari volume awal bertujuan untuk untuk menghindari penguapan KI.
menghilangkan zat-zat yang bukan Indikator yang digunakan adalah amilum
karbohidrat. Kemudian, didinginkan dan 1%, ditambahkan jika sudah mendekati
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL titik akhir titrasi, titrasi dilakukan hingga
kemudian ditepatkan. Larutan tersebut berwarna putih susu.
diberi nama larutan A. Cara penentuan dengan metode Luff
Kemudian, tahap persiapan Schoorl yang ditentukan bukanlah
penentuan gula total dilakukan dengan kuprioksida yang mengendap tetapi
diambil 50 mL larutan A kemudian dengan menentukan kuprioksida dalam
ditambahkan metil orange dan dan 20 ml larutan sebelum direaksikan dengan gula
HCl 4N yang berfungsi untuk reduksi (titrasi blanko) dan sesudah
menghidrolisis polimer karbohidrat pada direaksikan dengan sampel gula reduksi
sampel menjadi monomer-monomer (titrasi sampel). Selisih titrasi blanko
yang akan lebih mudah bereaksi dengan dengan titrasi sampel ekuivalen dengan
senyawa lainnya. Setelah itu larutan kuprioksida yang terbentuk dan juga
dipanaskan dalam penangan selama 30 ekuivalen dengan jumlah gula reduksi
menit dengan tujuan untuk mempercepat yang ada dalam bahan atau larutan.
proses hidrolisis karbohidrat. Kemudian Setelah diketahui selisih banyaknya
didinginkan hingga suhu mencapai 20ºC. titrasi blanko dan titrasi sampel,
Lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 kemudian hasilnya dikonsultasikan
ml dan ditambah NaOH 4 N dengan dengan tabel yang sudah tersedia yang
tujuan untuk menetralkan. Dalam menggambarkan hubungan antara
banyaknya Na-tiosulfat dengan praktikum pengamatan dengan bahan
banyaknya gula reduksi (Sudarmadji, baku yang diuji oleh literatur Selain itu,
1989). Berikut ini adalah hasil tingginya keragaman dan tingkat
pengamatan yang telah dilakukan: penyimpangan mutu gula semut
menyebabkan produk kurang atau tidak
Tabel 1. Hasil Pengamatan Gula sesuai dengan standar mutu nasional.
Reduksi Selisih kadar gula reduksi hasil
Kadar Rata- pengamatan duplo menunjukkan nilai
Sampel FP yang kecil, hal ini menandakan bahwa
GR Rata
Gula 20 8,78% analisis kerja yang telah dilakukan saat
8,78% praktikum dinilai baik. Kadar gula total
Semut 50 20 8,78%
pada gula semut 50 yaitu 87,11% dan
Gula 20 8,97% 87,58%, sehingga rata-rata gula totalnya
8,87%
Semut 80 20 8,77% yaitu 87,35%. Kadar gula total yang telah
Bubur 20 0,00% diatur dalam SNI-SII.0268-1985 yaitu
0,10% minimal 80%. Hal ini menunjukkan
Instan 20 0,19%
bahwa hasil pengamatan gula total pada
20 2,63% sampel telah memenuhi standar literatur
SKM 3,38%
20 4,13% SNI. Sampel simplo dan duplo pada gula
20 4,89% total menujukkan selisih yang cukup
Energen 5,66% besar, sehingga menandakan ketelitian
20 6,42%
kerja analisis yang kurang baik.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) Sampel gula semut 80 mempunyai
Tabel 2. Hasil Pengamatan Gula Total gula reduksi sebesar 8,97% dan 8,77%
Sampel FP Kadar Rata- sehingga rata-rata gula reduksinya yaitu
GT Rata 8,87%. Kadar gula reduksi gula semut
Gula 40 87,11% yang telah diatur dalam SNI-SII.0268-
87,35%
Semut 50 40 87,58% 1985 yaitu maksimal 6%. Hal ini
Gula 40 90,85% menandakan bahwa hasil pengamatan
90,15% gula reduksi pada sampel tidak
Semut 80 40 89,44%
memenuhi syarat SNI. Ketidaksesuaian
Bubur 40 3,95%
1,98% kadar ini dapat disebabkan adanya
Instan 40 0,00% perbedan varietas bahan baku yang diuji
40 55,83% 56,05% saat dilakukan pengamatan dengan bahan
SKM baku yang diuji gula reduksi oleh
40 56,26%
literatur. Disamping itu, tingkat kemanan
40 58,93%
Energen 57,55% pangan gula semut yang masih kurang
40 56,17% mendapatkan perhatian karena masih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) adanya penggunaan sulfit (obat gula)
sebagai bahan pengawet yang dapat
Berdasarkan hasil pengamatan, membahayakan bagi kesehatan, sehingga
dapat diketahui bahwa sampel gula semut menyebabkan kandungannya pun
50 mempunyai gula reduksi sebesar berubah. Selisih kadar gula reduksi hasil
8,78% pada simplo dan duplo, sehingga pengamatan duplo menunjukkan nilai
rata-rata gula reduksinya yaitu 8,78%. yang kecil, hal ini menandakan bahwa
Kadar gula reduksi gula semut yang telah analisis kerja yang telah dilakukan saat
diatur dalam SNI-SII.0268-1985 yaitu praktikum dinilai baik. Kadar gula total
maksimal 6%. Hal ini menandakan pada gula semut 80 yaitu 90,85% dan
bahwa hasil pengamatan gula reduksi 89,44% sehingga rata-rata gula totalnya
pada sampel tidak memenuhi syarat SNI. yaitu 90,15%. Kadar gula total yang telah
Ketidaksesuaian kadar ini dapat diatur dalam SNI-SII.0268-1985 yaitu
disebabkan oleh perbedaan varietas minimal 80%. Hal ini menunjukkan
bahan baku yang digunakan saat bahwa hasil pengamatan gula total pada
sampel telah memenuhi standar literatur menandakan bahwa hasil pengamatan
SNI. Sampel simplo dan duplo pada gula gula reduksi pada sampel tidak
total menujukkan selisih yang cukup mendekati hasil dari literatur.
besar, sehingga menandakan ketelitian Ketidaksesuaian kadar ini dapat
kerja analisis yang kurang baik dan perlu disebabkan adanya perbedan varietas
ditingkatkan kembali. bahan baku yang diuji saat dilakukan
Ada beberapa faktor penting yang pengamatan dengan bahan baku yang
berperan dalam proses pengeringan gula diuji kadar gula reduksi oleh literatur.
semut, salah satunya adalah suhu Selain itu, pada saat pengeringan,
pengeringan. Suhu pengeringan yang kandungan gula di dalam bubur instan
digunakan pun harus selaras dengan akan mengalami karamelisasi, dan terjadi
waktu pengeringan. Keadaan fisiologis reaksi maillard antar gula pereduksi
dan kandungan di dalam bahan pangan dengan asam amino, sampel yang
dapat mengalami kerusakan akibat berbeda jenis akan menyebabkan reaski
penggunaan suhu dan waktu pengeringan yang dihasilkan berbeda sehingga
yang terlalu lama. Hal tersebut berpengaruh terhadap kadar gula reduksi.
dikarenakan gula pasir akan menginduksi Selisih kadar gula reduksi hasil
terbentuknya kristal-kristal gula pengamatan duplo menunjukkan nilai
(sukrosa) yang kokoh secara serentak, yang kecil, hal ini menandakan bahwa
sehingga menghambat perubahan analisis kerja yang telah dilakukan saat
sukrosa menjadi gula reduksi (glukosa praktikum dinilai baik. Kadar gula total
dan fruktosa). Ketika proses pengeringan pada bubur instan yaitu 3,95% dan 0,00%
berlangsung, larutan gula akan sehingga rata-rata gula totalnya yaitu
mengalami inverse yaitu pemecahan 1,98%. Kadar gula total yang telah diatur
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. dalam SNI-01-7111.1-2005 yaitu
Proses pemecahan ini akan menyebabkan maksimal 5%. Hal ini menunjukkan
terjadinya peningkatan kelarutan dalam bahwa hasil pengamatan gula total pada
bahan (Achyadi dan Hidayanti. 2004). sampel telah memenuhi standar literatur
Disamping itu, semakin lama SNI. Sampel simplo dan duplo pada gula
pengeringan maka kadar air akan total menujukkan selisih yang cukup
semakin rendah sehingga persentase gula besar, sehingga menandakan ketelitian
pereduksi meningkat. Selain itu, semakin kerja analisis yang kurang baik dan perlu
lama pengeringan maka kadar gula total ditingkatkan kembali.
akan semakin meningkat. Hal tersebut Sampel susu kental manis
dikarenakan pada saat pemanasan suhu mempunyai gula reduksi sebesar 2,63%
tinggi akan menyebabkan proses dan 4,13% duplo, sehingga rata-rata gula
hidrolisa sukrosa menjadi monomer reduksinya yaitu 3,38%. Kadar gula
penyusunnya, yaitu glukosa dan fruktosa reduksi pada susu kental manis menurut
sebagai gula pereduksi. Semakin lama literatur Kailasapathy (2008) dalam
pengeringan yang dilakukan maka Machrus (2012) yaitu berkisar antara
semakin banyak molekul air yang 4,2%-5%. Gula pereduksi yang terdapat
menguap sehingga kadar airnya semakin dalam susu kental manis adalah laktosa
rendah dan total gula meningkat. Proses yang mengalami reaksi maillard dengan
pengeringan akan menyebabkan asam amino dalam susu yang
hilangnya air pada bahan akibat mengakibatkan terjadinya warna
penguapan sehingga total gula akan kecoklatan saat susu dipanaskan. Laktosa
meningkat begitu pula kadarnya. atau gula susu adalah karbohidrat utama
Sampel bubur instan mempunyai yang terdapat dalam susu. Laktosa
gula reduksi sebesar 0,00% dan 0,19% ditambahkan pada awal dan akhir proses
duplo, sehingga rata-rata gula reduksinya pembuatan SKM. Laktosa jenis edible
yaitu 0,10%. Kadar gula reduksi bubur lactose ditambahkan pada tahap awal
instan menurut literature Fransiska proses pembuatan SKM. Laktosa jenis
(2018) yaitu yaitu sebesar 4,20%. Hal ini ini berfungsi untuk mengurangi atau
menstandarisasi kadar protein. Hal ini dengan kadar gula total tertinggi adalah
menandakan bahwa hasil pengamatan gula semut 80 sedangkan sampel dengan
gula reduksi pada sampel tidak gula total terendah adalah bubur instan.
mendekati hasil dari literatur. Kadar gula total nilainya harus lebih
Ketidaksesuaian kadar ini dapat besar daripada kadar gula pereduksi,
disebabkan adanya perbedan varietas karena gula pereduksi merupakan bagian
bahan baku yang diuji saat dilakukan dari gula total yang ada di dalam bahan
pengamatan dengan bahan baku yang pangan, hal ini sudah sesuai dengan hasil
diuji kadar gula reduksi oleh literatur. yang didapatkan pada praktikum
Selisih kadar gula reduksi hasil Kadar gula pereduksi adalah jumlah
pengamatan duplo menunjukkan nilai kadar gula dalam sampel, dimana gula
yang cukup besar, hal ini menandakan tersebut memiliki sifat mampu
bahwa ketelitian kerja saat penelitian menghidrolisis komponen lainnya. Gula
masih kurang dan perlu dievaluasi. Kadar pereduksi berperan dalam reaksi
gula total pada susu kental manis yaitu Maillard yaitu reaksi pencoklatan non-
55,83% dan 56,26% sehingga rata-rata enzimatis. Gula pereduksi juga dapat
gula totalnya yaitu 56,05%. Kadar gula bereaksi dengan protein (asam amino)
total yang telah diatur dalam SNI-2971- (Khopkar, 2003). Sedangkan kadar gula
2011 yaitu sekitar 43-48%. Hal ini total adalah jumlah kadar gula pereduksi
menunjukkan bahwa hasil pengamatan dalam sampel ditambah kadar gula non –
gula total pada sampel tidak memenuhi reduksi, sehingga menghasilkan total
standar literatur SNI, hal ini dapat kadar gula dalam sampel keseluruhan.
disebabkan karena sampel yang Analisis Kadar Pati
digunakan berbeda-beda jenisnya. Pati atau amilum adalah karbohidrat
Sampel simplo dan duplo pada gula total kompleks yang tidak larut dalam air,
menujukkan selisih yang cukup besar, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak
sehingga menandakan ketelitian kerja berbau. Pati merupakan bahan utama
analisis yang kurang baik dan perlu yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk
ditingkatkan kembali. menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
Sampel minuman sereal (energen) produk fotosintesis) dalam jangka
mempunyai gula reduksi sebesar 4,89% panjang. Hewan dan manusia juga
dan 6,42% sehingga rata-rata gula menjadikan pati sebagai sumber energi
reduksinya yaitu 56%. Kadar gula total yang penting.
pada minuman sereal yaitu 58,93% dan Analisis kadar pati dilakukan
56,17% sehingga rata-rata gula totalnya dengan menimbang 3 gram sampel dan
yaitu 57,55%. Kadar gula pereduksi dan ditambahkan 30 mL akuades, kemudian
gula total yang telah diatur dalam SNI- diaduk selama 1 jam agar homogen.
01-4270-1996 yaitu tidak tercantum, Endapan disaring dan dicuci dengan 250
namun yang tercantum adalah kadar mL akuades. Lalu, residu ditambahkan
karbohidratnya yaitu minimal 60% Hal dengan 100 mL HCl 2,5%. HCl
ini menunjukkan bahwa hasil digunakan untuk menghidrolisis pati
pengamatan gula total pada sampel tidak menjadi monosakarida, yang akan
memenuhi literaturr SNI tersebut bereaksi dengan larutan uji Luff Schoorl
dikarenakan sampel yang diuji berbeda dengan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion
jensinya. Selisih kadar gula reduksi dan Cu+. Setelah proses hidrolisis selesai
gula total hasil pengamatan duplo dilakukan, maka akan ditambahkan
menunjukkan nilai yang cukup besar, NaOH, yang berfungsi untuk
sehingga menandakan ketelitian kerja menetralkan larutan sampel ditambahkan
analisis yang kurang baik. HCl. Asam asetat digunakan setelah
Sampel dengan kadar gula reduksi proses penetralan dengan NaOH dengan
tertinggi adalah gula semut 80, maksud untuk menciptakan suasana yang
sedangkan sampel dengan gula reduksi sedikit asam. Dalam metode Luff-
terendah adalah bubur instan. Sampel Schoorl, pH harus diperhatikan dengan
cermat. Suasana yang terlalu asam akan Tepung
100 70,38%
menimbulkan overestimated pada tahap Maizena U1
titrasi sebab akan terjadi reaksi oksidasi Indomie U1 10 - -
ion iodide menjadi I2. Indomie U2 10 - -
O2 + 4I- + 4H+ → 2I2 + 2H2O
Kemudian direfluks selama 2,5 jam. (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
Proses analisis pati dilakukan penetralan
yaitu dengan NaOH 2,5% dan PP 1 % Berdasarkan hasil pengamatan,
bertujuan untuk mengembalikan pH diketahui bahwa kadar pati hanjeli whole
larutan akibat pengaruh asam pada grain 30% U2 adalah 40,41%, sehingga
hidrolisa pati, kemudian saring kembali rata-rata kadar patinya yaitu 20,07%.
filtrat untuk menghilangkan endapan Berdasarkan hasil penelitian Triasturi
(2016) menyebutkan bahwa kadar pati
yang masih tersisa. Larutan tersebut
dipindahkan kedalam labu ukur 250 ml pada beras hanjeli yaitu 68,21%. Hal ini
lalu ditepatkan hingga tanda batas. menunjukkan bahwa hasil pengamatan
Larutan tersebut kemudian dikocok dan kadar pati pada beras hanjeli yang
disaring. Kemudian, dilakukan prosedur digunakan sebagai bahan baku dalam
penentuan kadar gula total. pembuatan tepung hanjeli tidak sesuai
Prinsipnya, metode pengujian kadar dengan literatur dan memiliki perbedaan
pati ini sama dengan metode pengujian yang signifikan. Hal ini disebabkan
kadar gula reduksi, akan tetapi terdapat karena faktor lingkungan yang berbeda
sedikit perbedaan yaitu pada faktor disetiap daerah yang membudidaya
konversi. Penentuan kadar pati dilakukan hanjeli. Perbedaan tanah, suhu, cuaca
dengan menggunakan dengan atau penggunaan pupuk akan
memberikan perbedaan yang
menggunakan faktor pengali, dimana
kandungan pati adalah 0,9 x kandungan disumbangkannya ke dalam tanah,
glukosa (Andarwulan, 2011). Berikut ini sehingga nutrisi yang masuk kedalam
adalah hasil pengamatan kadar pati: bahan pun akan berbeda-beda.
Sampel tepung hanjeli whole grain
25% U1 memiliki kadar pati 46,87%
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kadar Pati
sedangkan tepung hanjeli whole grain
Kadar Rata-
Sampel FP 25% U2 kadar patinya yaitu 50,54%,
Pati Rata
sehingga rata-ratanya adalah 48,71%.
Hanjeli WG
100 - Berdasarkan hasil penelitian Triasturi
30% U1
20,07% (2016) menyebutkan bahwa kadar pati
Hanjeli WG mengalami penurunan analisis bahan
30% U2 100 40,14% baku yaitu menjadi 62,38% hasil ini tidak
Tepung mendekati kadar pati saat praktikum. Hal
Hanjeli WG 100 46,87% ini disebabkan karena ketika dilakukan
25% U1 perebusan dengan perbandingan air
48,71% tertentu menyebabkan pati terhidrolisis
Tepung
Hanjeli WG 100 50,54% menjadi glukosa yang sifatnya mudah
25% U2 larut dalam air, maka kadar pati semakin
Hanjeli Ter- menurun.. Sampel simplo dan duplo pada
modifikasi 100 63,50% kadar pati tepung hanjeli whole grain
30% U1 25% U1 dan U2 menujukkan selisih yang
49,31% cukup besar, sehingga menandakan
Hanjeli Ter-
modifikasi 100 35,11% ketelitian kerja analisis yang kurang baik
30% U2 dan perlu ditingkatkan kembali.
Sampel hanjeli termodifikasi 30%
Tepung
100 73,44% 71,91% U1 memiliki kadar pati 63,50%
Maizena U1
sedangkan hanjeli termodifikasi 30% U2
kadar patinya yaitu 35,11%, sehingga
rata-ratanya adalah 49,31%. Berdasarkan juga dapat mempengaruhi hasil
hasil penelitian Galih (2018) perhitungan kadar pati tersebut.
menyebutkan bahwa pati alami yang Heat Moisture Treatment (HMT)
terdapat pada biji hanjeli mempunyai merupakan modifikasi pati secara fisik
beberapa kekurangan yaitu terhadap granula pati dengan kadar air
membutuhkan waktu yang lama dalam kurang dari 35%. Modifikasi HMT
pengolahan, pasta yang terbentuk menyebabkan perubahan karakteristik
lengket dan tidak tahan terhadap fisikokimia tepung, perubahan yang
perlakuan dengan asam. Untuk terjadi meliputi morfologi granula,
memperbaiki karakteristik tepung hanjeli kristalinitas pati dan karakteristik
dapat dilakukan modifikasi gelatinisasi. Keberadaan air saat HMT
sifat pati alami hanjeli. Pati alami dapat berlangsung mengakibatkan area
dibuat menjadi pati termodifikasi atau amorphous pati mengembang, kemudian
modified starch, dengan sifat-sifat yang menekan keluar area berkristal sehingga
dikehendaki atau sesuai dengan terjadi kerusakan dan pelelehan area
kebutuhan. Metode modifikasi yang berkristal granula pati, serta
paling efisien adalah modifikasi secara menghasilkan bentuk granula pati yang
fisik. Kadar pati pada hanjeli lebih stabil terhadap panas. Intensitas
termodifikasi disesuaikan dengan metode perubahan diatas dipengaruhi oleh
yang dilakukannya. Sampel kadar pati beberapa faktor yaitu saat kondisi proses
pada hanjeli termodifikasi 30% U1 dan (kadar air, suhu dan waktu) serta kondisi
U2 menujukkan selisih yang cukup pati (jenis pati, kadar amilosa pati dan
besar, sehingga menandakan ketelitian terakhir yaitu kadar amilopektin pati)
kerja analisis yang kurang baik. (Hoover dan Manuel, 1996 dalam
Sampel tepung maizena U1 Wahyuningsih, 2015).
memiliki kadar pati 73,44% sedangkan KESIMPULAN
tepung maizena U2 kadar patinya yaitu Berdasarkan hasil pengamatan,
70,38% sehingga rata-ratanya adalah dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar
71,91%. Berdasarkan literatur tepung gula reduksi gula semut 50 yaitu 8,78%
maizena memiliki kadar pati 54,1% dan gula totalnya 87,35%; gula reduksi
(Southgate, 1976). Hal tersebut gula semut 80 8,87% dan gula totalnya
menunjukkan bahwa kadar pati sampel 90,15%; gula reduksi bubur instan
tepung maizena hasil pengamatan tidak 0,10% dan gula totalnya 1,98%; gula
mendekati literatur. reduksi SKM 3,38% dan gula totalnya
Sampel indomie U1 dan indomie U2 56,05%; gula reduksi energen 5,66% dan
kadar patinya tidak teridentifikasi, gula totalnya 57,55%. Hasil pengamatan
sehingga nilainya tidak dapat ditentukan. rata-rata kadar pati pada hanjeli whole
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa grain 30% yaitu 20,07%; tepung hanjeli
faktor seperti jumlah natrium tiosulfat whole grain 25% yaitu 48,71%: hanjeli
yang digunakan dalam titrasi berlebihan termodifikasi 30% yaitu 49,31%; tepung
atau kurang, karena sulit untuk maizena yaitu 71,91%: dan indomie
menentukan perubaan warna yang kadar patinya tidak termodifikasi.
bersifat subjektif yang terjadi dengan
menggunakan indikator amilum. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
mungkin akan mempengaruhi hasil
perhitungan dari kadar pati. Selain itu, Achyadi, N.S. dan Hidayanti, A. 2004.
sebagian filtrat mungkin masih tersisa Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengisi
pada dinding labu pada proses dan Konsentrasi Sukrosa terhadap
pemindahan karena proses pembilasan Karakteristik Fruit Leather Vol. 06
dengan aquades yang kurang sempurna.
Adanya zat pengotor yang masuk ke Andarwulan, N. 2011. Analisis Pangan.
dalam labu ukur pada saat penyaringan Dian Rakyat. Jakarta.
Apriyantono, A., 1989. Analisis Pangan. Hoover R., dan Manuel. 1996. Pea
PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Starch: Composition, Structure, and
Properties-Review.
Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI-
01-7111.1-2005 Tentang Bubur Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar
Instan. Badan Standarisasi Nasional, Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.
Jakarta.
Machrus, Syauqi, 2012. Susu Kental
Badan Standarisasi Nasional. 1985. SNI- Manis. Universitas Negeri
SII.0268-1985 Tentang Gula Semut. Makassar, Makassar.
Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Osborne, D. R., dan Voogt P. 1978. The
Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI- Analysis Of Nutrients In Foods.
01-4270-1996 Tentang Minuman Academic Press, New York.
Sereal. Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta. Southgate DAT. 1976. Determination of
Food Carbohydrates. Applied Science
Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI- Publisher Ltd, London.
2971-2011 Tentang SKM. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta. Sudarmadji, S., 1989. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI Liberty, Yogyakarta.
01-2891-1992 Tentang Uji
Karbohidrat. Badan Standarisasi Tensiska, M. Miranti, dan Y. Cahyana.
Nasional, Jakarta. 2009. Biokimia Pangan 1. Widya
Fransiska, Mega. 2018. Penentuan Padjadjaran, Bandung.
Indeks Glikemik Bubur Beras Instan
yang Diperkaya Tepung Pandan. Triastuti, Lungguh. 2016. Pengaruh
Universitas Mecu Buana, Yogyakarta. Konsentrasi Senyawa Phospat dan
Perbandingan Air Perebusan
Galih, Ajeng. 2018 Karakteristik Flakes Terhadap Karakteristik Tepung Instan
Yang Dihasilkan dari Tepung Hanjeli Universitas Pasundan, Bandung.
Termodifikasi dengan Metode HMT.
Universitas Pasundan, Bandung. Wahyuningsih, K., 2015. Pemanfaatan
Beras (Inpari 17 Menjadi Tepung
Herawati, H. 2009. Potensi sebagai Bahan Baku Roti Tawar Non
Pengembangan Produk Pati Tahan Gluten. Jurnal Pangan, Vol. 24 No. 3
Cerna. Pengkajian Teknologi Desember 2015 : 167-182.
Pertanian, Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai