PASAL 2
(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang-undangan
yang berlaku.
PASAL 72
(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp 1.000.000.00 (Satu Juta Rupiah), atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah).
(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000.00 (lima ratus juta
rupiah).
Editor:
Arifudin
Haris Gunawan
101 Puisi
Anak Negeri Jerebu
Inspirasi Solusi Tuntas Bencana Asap
& Rindu Harmoni Alam
Penerbit
UR Press Pekanbaru
2015
101 Puisi
Anak Negeri Jerebu
Inspirasi Solusi Tuntas Bencana Asap
& Rindu Harmoni Alam
Editor:
Arifudin
Haris Gunawan
ISBN 978-979-792-......-.....
iv
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
Pengantar
Dr. Siti Nurbaya Bakar, MSc
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
v
menuju keseimbangan alam (in harmony with nature). Kini publik
luas semakin hari meningkat kepedulian terhadap lingkungan,
terutama juga mengetahui adanya dampak asap dari kebakaran
hutan dan lahan gambut. Tebal dan pekatnya asap awalnya terjadi
pada tahun 1994, semakin parah di tahun 1997, terus berlangsung
hingga kini terutama kejadian tahun 2014 yang digambarkan
berbagai kalangan dengan situasi mencekam yang ditunjukkan
oleh alat pemantau kualitas udara pada level berbahaya di kota
Pekanbaru periode Maret 2014. Memasuki awal tahun 2015
hingga akhir bulan Juni, terjadi pengurangan signifikan lokasi-
lokasi yang terbakar. Hasil ini memberikan harapan baru dan
sekaligus tantangan menyiapkan strategi ampuh menghadapi
kejadian gambut terbakar di Bulan Juli sampai dengan September,
ditandai oleh turunnya potensi hujan, atau memasuki kemarau
panjang (El Nino).
Saya menyambut positif terbitnya buku ini, yang ditulis oleh
berbagai kalangan profesi, memberikan keyakinan kepada kita
semua bahwa semua pihak harus bekerjasama untuk
penyelesaian menyeluruh masalah kerusakan lingkungan,
terutama bencana asap dari kebakaran hutan dan lahan gambut.
Seperti diketahui bahwa tingkat kerawanan terjadinya kebakaran
telah menyebar dihampir setiap sudut hutan dan lahan gambut,
terutama di Riau bagian peisir dan pulau-pulaunya. Pembukaan
lahan gambut yang harusnya dihindari oleh adanya usikan,
faktanya dialih fungsikan secara besar-besaran melalui
pembangunan kanal-kanal yang sangat masif telah membuat
kondisi gambut menjadi kering, lalu rentan di atau terbakar.
Fenomena api meloncat melewati kanal-kanal, selain api dilahan
gambut kering juga dapat menjalar di bawah melewati kanal,
vi
dibeberapa lokasi air yang tersisa di kanal (karena sebagian kanal
telah mengering) menjadi seperti mendidih. Permukaan atas dan
bawah gambut yang kering merupakan kombinasi mengapa
kebakaran di lahan gambut sulit untuk dikendalikan ataupun diatasi
jika telah terjadi. Oleh karena itu, saya mewakili pemerintah dan
pemegang amanah berkomitmen untuk menyelesaikan
permasalahan kabakaran hutan dan lahan gambut yang berakibat
bencana asap dengan melakukan berbagai macam terobosan
pendekatan terutama penguatan atau optimalisasi upaya
pencegahan sebelum munculnya titik api dan menyebar. Konsep
ini dikuatkan dengan perluasan pembangunan sekat kanal dengan
tujuan membuat gambut lebih basah dan lembab, sehingga api
tidak lagi mudah membesar atau gambut menjadi lebih basah
sulit untuk ter- dibakar,
Dari Riau, saya berharap lahir sebuah konsep
penyelesaian menyeluruh kebakaran hutan dan lahan gambut.
Tidak lagi terjadi bencana asap, dan lingkungan menjadi lebih
baik, terutama gambut yang selama ini kering, menjadi kembali
basah dan lembab, sebagai warisan yang layak dan harus
kita tinggalkan kepada pemilik warisan anak negeri. Semoga
kita selalu diberi kekuatan dan perlindunganNya untuk
melewati masa-masa sulit ini, dengan merawat selalu harapan
dan kebersamaan.
Wassalamualaikum. wr. wb.
vii
viii
KATA PENGANTAR
ix
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI yang telah memberikan
kata & puisi pengantar, Gubernur Riau, Rektor Universitas
Riau yang berkenan memberikan puisi pembuka, Ketua LPPM
Riau yang telah mendanai cetak edisi ke-1 buku ini, Lembaga
Adat Melayu Riau, seluruh penulis puisi yang terlibat dalam
penyusunan puisi ini, dan kepada para pihak yang tidak bisa
disebut satu persatu.
Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan buku
kumpulan puisi ini. Tentunya dalam edisi pertama ini, akan
banyak kritikan dan masukan yang konstruktif untuk
memperbaiki buku ini. Oleh karena itu kami mohon maaf, jika
dalam setiap bait ada yang tak berkenan, baik secara tata
bahasa maupun dari substansi. Tak lain dan tidak bukan, buku
puisi ini hanya berkehendak ingin membangun negeri.
Tim Editor
x
Puisi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Solusi Asap Riau untuk Indonesia
Karya: Siti Nurbaya
xi
xii
DAFTAR ISI
Pengantar
Dr. Siti Nurbaya Bakar, MSc
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia ......................................................... v
Puisi Pengantar
Puisi Universitas Riau ................................................... 1
Puisi Pembuka
101 Kata Cinta .............................................................. 5
Suara Akademisi............................................... 7
1. Lembah Indah Anak Negeri ...................................... 9
2. Marah ....................................................................... 11
3. Pesan dari Pulau ..................................................... 13
4. Selimut Kotaku ........................................................ 15
5. Hutan Kita Penuh Luka ............................................ 17
6. Negeri Jerebu .......................................................... 20
7. Negeri Terkungkung ................................................. 21
8. Perjuangan .............................................................. 22
9. Salahkah Negeri ...................................................... 23
xiii
10. Kenapa Asing ........................................................... 24
11. Negeri Terdzalimi ..................................................... 25
12. Negeri Terbilang ....................................................... 26
13. Maafkan Ku Belum Tahu .......................................... 27
14. Rantau ..................................................................... 28
15. Kan .......................................................................... 29
16. Adat ......................................................................... 30
17. Nafas ....................................................................... 31
18. Asap Jerebu ............................................................. 32
19. Gambut Menari ........................................................ 33
20. Suara Hati Pepohonan ............................................ 34
21. Puisi Merindu Sahabatku Angin dan Air ................... 36
22. Bersama Sahabat ................................................... 38
23. Saling Merindu ......................................................... 39
24. Merawat Harapan Dari Sahabat .............................. 40
25. Perjalanan Sunyi ke Sungai Tohor .......................... 41
26. Puisi Rindu Harmoni Alam ...................................... 42
27. Tersalai Dalam Sunyi .............................................. 43
28. Doa Sahabat ............................................................ 44
29. Blusukan Asap Petinggi Negri .................................. 45
30. Merbau ..................................................................... 46
31. Nelayan dan Jerebu ................................................. 47
32. Hantu Jerebu ........................................................... 49
33. Asap Negeriku ......................................................... 51
34. Jerebu Kembali........................................................ 53
35. 18 Tahun .................................................................. 54
36. Mohon Jangan Bakar Hutanku ................................. 55
37. Warisan Musim........................................................ 57
38. Paru Paru dan Durjana ............................................ 58
39. Hilangkan Jerebu ..................................................... 59
40. Adat Untuk Negeriku ................................................ 60
41. Sialang Tak Lagi Bermarwah ................................... 61
42. Negeri yang Tergadai ............................................... 64
43. Dalam “Camp” Perjuangan ..................................... 65
44. Negeri Dongeng Berselimut Asap ........................... 66
xiv
45. Senandung Nyanyian Asap Pekat ............................ 67
46. Ahai .......................................................................... 68
47. Maafkan Kami Ananda ............................................. 69
xv
75. Kabut Asap .............................................................. 111
76. Apa yang Ditunggu? ................................................ 112
77. Membara Membawa Duka....................................... 113
78. Bebaskan Aku Dari Jerebu ...................................... 114
79. Ketika Alam Menangis ............................................. 115
80. Hidupkan Kembali .................................................... 116
81. Tanpa Judul .............................................................. 117
82. Bakar! ...................................................................... 118
83. Pernahkah Terfikir? .................................................. 119
84. Sang Penjaga Pesisir .............................................. 121
85. Tanah Surga Tinggal Cerita ..................................... 122
86. Puisi Untukmu Tuan ................................................ 123
87. Kota Asap ................................................................ 124
88. Hijau Yang Tak Terlihat Lagi ..................................... 125
89. Ketenanganku Terusik Kembali ............................... 126
90. Tentang Sebuah Tanya ............................................ 128
91. Sisa Sosok Mangrove Kami .................................... 129
92. Semesta Sekarat ..................................................... 130
93. Riauku Berjerebu ..................................................... 131
94. Hamparan ................................................................ 132
95. Bukit Batu Laut ........................................................ 134
96. Hutan yang Tinggal Cerita........................................ 136
97. Kota Diatas Awan .................................................... 137
98. Negeri Dengan Sejuta Rahasia ............................... 138
99. Puisi Alam ................................................................ 140
100.Kita Yang Meronta .................................................. 141
xvi
Puisi Pengantar
1
2
Puisi Aje
Karya: Prof. Dr. Ashaluddin Jalil, MS
(Rektor Universitas Riau, 2006-2014)
Siapakah dia?
Dia yang datang selimuti negeri
Setiap tahun, dan aku benci
3
4
Puisi Pembuka
Jogja, 30 Des 14
5
6
Suara Akademisi
Dr. Adhy Prayitno
Arifudin, SP.,MP
Ns. Arneliwati, M.Kep
Besri Nasrul, SP.,M.Si
Gun Faisal, ST.,M.Sc
Dr. Haris Gunawan
Haryono, SPd
Dr. Mayta Novaliza Isda
Ns. Sri Utami, M.Kep
Syaiful Anuar
Dr. Zulharman
Zuli Laili Isnaini Habib, M.A
Acep Hariri, STP, M.Si
Dr. Junaidi
7
8
1. Lembah Indah Anak Negeri
Karya: Adhy Prayitno
9
Bumi yang gersang subur berhara
Karena hujan air terjaga
Taruna muda buat upaya
Agar hutan mu selalu terjaga
Lestarikan hutan warisan negeri
Bagi generasi esok hari
Lembah indah anak negeri
****
10
2. Marah
Karya: Adhy Prayitno
11
Demi ibu bumiku
Ibu bumi tumpah darahku
Ibu bumi ... aku pembelamu
Aku akan terus jaga hutanmu
Aku akan jaga sungai dan lembahmu
Aku pertaruhkan hidupku
Aku tak ingin ibu bumiku terluka lagi
Ku kembalikan senyummu yang dulu.
****
12
3. Pesan dari Pulau
Karya: Adhy Prayitno
13
berperahu berdendang lagu. Menyisir pantai menikmati
indah pulau dari jauh. Nun disana beta ingin membangun
rumah, disela pohon rumbia.
Teruna muda gadis pulau, bertenun kain sambil bernyanyi.
Lagu dan tari menghibur hati, Tawa ria cermin bahagia, Bila
dara-dara muda dipinang nikah, orang sekampung beri
petuah, menata asa semasa muda, giatkan kerja masa
dewasa, bahagia kelak dihari tua.
****
14
4. Selimut Kotaku
Karya: Adhy Prayitno
Kupandang jauh...
Ke delapan penjuru...
Jauh sampai batas cakrawala
Langit tidak lagi cerah
Langit tidak lagi biru
Langit tidak lagi seindah nirmala
Langit kotaku kini kelabu
Kelabu bukan karena debu
Kelabu karena selimut jerebu
15
Di atas lahan-lahan kuasa mereka
Gambut kering...tidak basah
Percik api terus membesar
Kembali membakar kawasan hutan tersisa
16
5. Hutan Kita Penuh Luka
Karya: Adhy Prayitno
17
Pesan dan harapan masa depan
Sungguh aku rindu padamu dikala aku jauh darimu
Duapuluh tahun kemudian ...aku kembali
Kembali untuk menatap cantik wajahmu
Perawan pujaanku
Kesahajaanmu yang alami...
Yang masih suci, belum tersentuh
Aku...terpana...terhenyak...kaget
Penuh kejut..., hatiku sedih
Aku sedih dan berduka, aku menjerit ...menangis dan
meratap
Ketika kutatap wajahmu yang penuh luka
Kebun pohon yang dulu...kebun pohon pembangkit suka
Kini banyak yang telah punah
Nyanyian burung dan satwa hilang sudah
Tertinggal kini kidung duka
Wajah perawan negeriku sedih mengharu
Ku bertanya pada diriku, mampukah aku mengobat
lukanya?
Ku ajak kamu... kawan!
Mari ...kita sembuhkan luka wajah perawan negeri ini
Kita rawat...kita jaga penuh kasih agar wajahnya kembali
berseri
Dua puluh lima tahun kemudian aku harus pergi lagi
jauh darimu... jauh untuk dapat memandang paras
cantikmu
Perawanku!....aku pergi tak lama....
Aku segera kembali begitu misiku selesai
Engkau adalah inspirasi hidupku
Sekarang aku ada di depanmu...
Sewindu telah berlalu ...sejak kembaliku dari jauh
Aku belum dapat mengobati...menyembuhkan luka-luka
wajahmu
Hari ini....aku ajak teman-temanku....
18
Ku ajak para sahabatku...bersama mengobati sembuhkan
lukamu
Menjaga dan merawatmu....
Kami selalu siap menjaga dan merawatmu
Semoga luka-lukamu hilang sirna
Kami berjanji bersama untuk setia disampingmu
Kami berikrar untuk terus berbuat
Ubah sedihmu dengan senyum
Mengganti dukamu dengan ceria bahagia
Bersama kami rangkai bait lagu....nyanyian alam perawan
negeri
Hutan dan tasikmu serta semua satwa penghunimu
Hidup dalam damai
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu,
23 November 2014-11-25
****
19
6. Negeri Jerebu
Karya: Arifudin
Kelabu wajahku
Kusam rautku
Sesak napasku
Merah mataku
Meronta jiwaku
Kering gambutku
Hancur hutanku
Merana rakyatku
Entah dimana pemimpinku
Pekanbaru, 14 02 15
****
20
7. Negeri Terkungkung
Karya: Arifudin
Jogja, 26 Okt 14
****
21
8. Perjuangan
Karya: Arifudin
Jogja, 3 Des 14
****
22
9. Salahkah Negeri
Karya: Arifudin
Pekanbaru, 21 02 15
****
23
10. Kenapa Asing
Karya: Arifudin
Mereka datang
Mereka cari
Mareka teliti
Mereka temukan
Mereka publikasikan
Kita tercengang
Kita lupa
Kita kecele
Kita tertipu
Kita marah
Tapi tak bisa berbuat
Sebab kaya tapi tak berdaya
Pintar tapi tak berakar
Ditempat tapi tak sempat
Berteori tapi tak bermemori
Saatnya beraksi
Bervisi yang tak basi
Bergerak dari semua sisi
Bersatu tanpa syarat sana sini
Pekanbaru, 15 02 15
****
24
11. Negeri Terdzalimi
Karya: Arifudin
Kaya
Ramah
dan indah
Tapi pemimpin di jeruji besi
Minyak
Sawit
Akasia
Pun tak berarti
Bukan kita yg nikmati
Terjajah oleh kebodohan
Terbuai dengan kemewahan
Terlena oleh jabatan
Terdiam dengan suapan
Ah… kenapa?
Pada sesama, saling menyalahkan
Pada pusat, lari ketakutan
Pada pengusaha, takluk uang siluman
Pada aparat, terkekang ancaman aturan
Benci dan juga Muak
Tapi harus tetap bergerak
Bergerak serentak
Dengan ilmu
Dengan visi
Dengan keyakinan
dan kebersamaan anak negeri
Bahwa ini harus segera diakhiri
Pekanbaru, 12 02 15
****
25
12. Negeri Terbilang
Karya: Arifudin
Pekanbaru, 7 Feb 15
****
26
13. Maafkan Ku Belum Tahu
Karya: Arifudin
Jogja, 25 Des 14
27
14. Rantau
Karya: Arifudin
Jogja, 25 02 15
28
15. Kan
Karya: Arifudin
Lalu?
Kata bijak, legowo dan sabar
Kan selalu menjadi obatnya
Yakin bahwa masing-masing punya keinginan untuk
perbaikan,
Kan menjadi toleransinya
Visi kedepan
Kan selalu menuju impian demi kebaikan, jadi rujukannya
29
16. Adat
Karya: Arifudin
Jogja, 28 Nov 14
30
17. Nafas
Karya: Arneliwati
Nafasku sesak
Asmaku menyeruak
Dadaku penuh dahak
Paru-paruku rusak
Anak-anakku muak
31
18. Asap Jerebu
Karya: Arneliwati
32
19. Gambut Menari
Karya: Besri Nasrul
Alamimu kurindu
Hancurmu kubenci
Lembabmu kusuka
Keringmu, aku kecewa
Kumohon hentikan
Hentikan pembenaran yang tak beralasan
Hentikan eksploitasi yang tak berkesudahan
Sudahlah kawan
Ini sudah keterlaluan
Saatnya kita bereskan
Demi gambut kita yang masih bisa diselamatkan
33
20. Suara Hati Pepohonan
Karya: Gun Faisal.
34
Sang Pohon masih berdiri,
Namun tidak lagi seriang dulu.
Tak ada pohon lain yang menemani, tak ada tanaman lain
yang mengelilingi.
Air matanya menetes, merasakan sesak,
Tak ada lagi tempat untuk berkembang, tak ada lagi lahan
untuk tumbuh.
Sambil terisak dia berkata,
Menara-menara mengambil tempat kami hidup.
***
35
21. Puisi Merindu Sahabatku Angin dan Air
Kesaksisan Sunyi, Puisi Akhir Tahun 2014
Karya: Haris Gunawan
36
ayo, jelaskan itu keaku..seperti yang kurasakan suasana
merindu ini..
mungkin tidak perlu aku harus memaksa dan menunggu
jawabanmu,
kabarmu lewat hembusan angin itu dan gemercik airmu,
telah mampu menjelaskan,
tentu dalam bahasamu, yang akan kucoba pahami.. dan
apapun itu sekarang ini aku merindukanmu…
37
22. Bersama Sahabat
Karya: Haris Gunawan
38
23. Saling Merindu
Karya: Haris Gunawan
39
24. Merawat Harapan Dari Sahabat
Curhat Merindu Dalam Kesaksian Sunyi
Karya: Haris Gunawan
Kali ini puisi tentang kamu, iya, kamu yang empat hari ini
bersamaku berjalan menyusuri pepohonan sagu, pejuang, itu
sebutanku untuk kamu ditengah gempuran para guru dan juga
para kapitalis itu.
40
25. Perjalanan Sunyi ke Sungai Tohor
Puisi Curhat Merindu dalam Kesaksian Sunyi
Karya: Haris Gunawan
Ini belum selesai sahabat, masih akan lebih panjang dan tidak
lebih mudah
22 January 2015
41
26. Puisi Rindu Harmoni Alam
Karya: Haris Gunawan
42
27. Tersalai Dalam Sunyi
Karya: Haris Gunawan
Kalau hujan tak lagi berderai, terasa sunyi sepi, kini jerebu
itu datang lagi, menembus dihampir setiap jengkal pelosok
negeri, tak terkecuali telah mengendap keparu paru kami,
CUKUPlah sudah tersalai belasan tahun ini, tapi tak
kunjung ada solusi, sedih tak terperih, mendengar jerit
tangis tak terhenti
43
28. Doa Sahabat
Karya: Haris Gunawan
44
29. Blusukan Asap Petinggi Negri
Karya: Haris Gunawan
45
30. Merbau
Karya: Haris Gunawan
46
31. Nelayan dan Jerebu
Karya: Haryono
47
ikan tangkapan tak bisa menafkahi
sebab busuk tak dapat dijual beli
cukuplah gelombang menyusahkan kami
jangan ditambah dengan kabot asap dan jerebu ini
48
32. Hantu Jerebu
Karya: Haryono
Hantu serakah
hantu bedebah
hantu membakar bara dihati
hantu memanggil jerebu dibumi
serakah menang
serakah riang tidak kepalang
serakah menang menebar wabah
wabah sesak wabah perih segala wabah
49
apakah kita tidak malu dengan alam ?
apakah engkau mampu menjawab jika bumi bertanya
jerebu dari mana ini yang membuat siang menjadi
kelam
yang membuat kelam menjadi kematian untuknya
50
33. Asap Negeriku
Karya: Mardalena Hanifah
Aku bertanya
Tapi siapa yang bisa menjawab
Kenapa ini terjadi?
Dan salah siapa semua ini?
51
Mereka pembakar hutan
Atau alam yang sudah tak mau bersahabat lagi dengan negeri
ini?
Kini di negeri tuah ini
Kami hidup menghirup asap yang kian pekat
Menyesak
Bagai salai kami terpanggang diam
52
34. Jerebu Kembali
Karya: Mayta Novaliza Isda
53
35. 18 Tahun
Karya: Mayta Novaliza Isda
18 Tahun berlalu
Tapi dirimu.....
Tetap seperti dulu
Penebangan pohon menjadi kebiasaanmu
18 tahun sudah
Kapankah bumi Riau ini bisa berubah
Kapan derita bumi ini tidak smakin parah
Haruskah bumi ini selalu kena bencana
Jerebu dimana-mana
54
36. Mohon Jangan Bakar Hutanku
Karya: Sri Utami
Tangan-tangan jahil....
Mencoba meluluh lantakkan dunia ini
Dengan membakar hutanku
Dengan menghanjurkan tumbuh-tumbuhan yang sudah
tidak menghasilkan
55
Padahal...
Asap yang sudah berlebihan akan menyesakkan dada
Asap yang kotor membuat sakit mata kita
Bahkan asap bisa menjadikan saluran nafas kita bisa
cedera
Dimana lambat laun bisa menjadikan keganasan saluran
nafas kita
Maka akan musnahlah kita
56
37. Warisan Musim
Karya: Syaiful Anuar
57
38. Paru Paru dan Durjana
Karya: Zulharman
58
39. Hilangkan Jerebu
Karya :Zulharman
Suatu ketika
Diantara pekatnya asap
Anak anak bersepeda ria
Bermain dan tertawa
Diberanda bejerebu
Ibu-ibu hamil bekerja
Anak-anak Balita bercanda
Tanpa menyadari bahaya
Mereka menghirup CO
Mereka menghirup Sulfur
Mereka menghirup NO
Mereka menghirup jerebu
Paru paru tercekik
Mata memerih
Otak termangu
Generasi terancam
Oh, penguasa negeri
Tolonglah mereka
Hilangkan jelaga
Hilangkan jerebu
Yang tiap tahun
Terus datang menyapa
59
40. Adat Untuk Negeriku
Karya: Zuli Laili Isnaini Habib
(Pekanbaru, 22.03.2015)****ZLI
60
41. Sialang Tak Lagi Bermarwah
Karya: Zuli Laili Isnaini Habib
61
Bukti menjaga keberlangsungan
Bagi lebah madu di saat mendatang
Itulah bentuk pengetahuan asal
Yang dijadikan sebagai kearifan
Masih dahulu...
Masyarakat menjunjung marwah pohon Sialang
Pohon yang dilindungi di hutan produksi
Hutan milik masyarakat tempatan
Saat hutan bukan privatisasi
Saat Sialang masih rupawan
Berdampingan dengan pohon asli alam
Bercampur dengan pohon Durian, Jelutung, Bintangor,
Meranti, Pulai, dan Pisang-pisang
Membaur dengan rindangannya pepohonan yang beraneka
ragam
Kini sudah berbeda lagi,
panen dikerjakan tak hanya di malam hari
Bisa siang, sore, maupun pagi
Para lebah akan terbang dan pergi
Ke pohon, dahan, cabang, dan tempat yang tak sama lagi
Sialang adalah saksi perubahan zaman
Saksi perubah kebijakan
Saksi kealpaan kekuasaan
Saat mesin-mesin beradu membelah hutan
Merusak suasana nyanyian alam
Rangkong tak lagi berkoak riang
Lebah tak sudi hinggap di dahan-dahan
Tumbuhan kayu jatuh melintang
Menahan panas api yang menjalar
Satu demi satu Sialang roboh
Bersamaan tumbangnya kayu hutan
Berbagai binatang hutan lari tunggang-langgang
Karena tempatnya telah dijarah paksa
Menjadi hutan yang tak lagi beragam
62
Sialang tak mampu bicara
Namun juga tidak membisu
Dia mencoba untuk berkisah
Bahwa dirinya tak lagi bertuah
Pun tak punya marwah...
63
42. Negeri yang Tergadai
Karya: Zuli Laili Isnaini Habib
64
43. Dalam “Camp” Perjuangan
Karya: Zuli Laili Isnaini Habib
Menariknya perbedaan
Indahnya keberagaman
Disitulah arti perjuangan
Bersama mencari keadilan
Sahabat,
Ini memang ladang sunyi
Ajang laga ideologi
Dengan iklas bersama mengabdi
Berjalan menggunakan hati
Agar segala tiada rugi
Semoga Tuhan meridhoi
65
44. Negeri Dongeng Berselimut Asap
Karya: Acep Hariri
Tuhan,,,,
Inikah murkamu kepada kami
Jangankan melihat keindahan berkahmu
Melihat diri sendiripun kami sangat malu
20 Maret 2015
66
45. Senandung Nyanyian Asap Pekat
Oleh: Acep Hariri
67
46. Ahai
Oleh: Junaidi
69
Jika nanti kemarau tak jua berhenti mengundang langit
berkabut asap
Jika nanti bumi berderas hujan, tak jua surut mendatangkan
banjir menggenang
Sampaikan juga maaf ini pada anak-anakmu, cucu-cicit
kami
Janganlah umpat kami dalam doa-doa mu
tak tenang nanti kami di “sana”
70
Suara Praktisi
Azizon Nurza
Bondan Widyatmoko
Dewi Nova Wahyuni
Dyah Puspasari (Dypus)
Feizal Karim
Irsyadul Halim
Istiqomah Marfuah (Jois)
Sandi Febra
Syahrudin
Tarsono Renggo
Dr. Tri Handoko Seto
71
72
48. Negeri Kaya Berjerebu
Karya: Azizon Nurza
****
73
49. Menatap Riau Dari Aceh
Karya: Azizon Nurza
74
50. Surat Buat Negeri Jerebu
Karya: Azizon Nurza
Sahabatku,
Surat ini kutulis pengganti diri
Sebagai pesan bahwa kami perna ada
Jika suatu saat kami hilang
Kenanglah kami
Anak negeri yang hidup bagaikan ayam dilumbung padi
Mati kelaparan dan tak bisa bernafas sebab jerebu telah
mengepung kami.
75
Sahabat,
Negeri kami negeri yang makmur
Terbuka dan tidak pernah menuntut banyak
Selain beri kami hak untuk hidup layak
Tapi itupun tak bisa
Satu persatu hutan kami ranah
Satu persatu sungai, danau dan laut kami hitam
Satu persatu kampung kami hilang dikapling sama
pemimpin bermental maling.
Sahabat
Biarlah kami disini
Mati dalam sepi dan jerebu yang menyesakkan diri
Tapi yang pasti kami tetap punya hati
Kami yakin kami tidak sendiri
Ada banyak tangan dan doa yang terus mendukung kami
76
51. Gasing perdamaian
Karya: Bondan Widyatmoko
77
52. Puisi-puisi Sungai
Karya: Dewi Nova Wahyuni
I
Musi
78
II
Pelita
79
III
Akan Kemana Hidup Mengalir?
80
53. Puisi Puisi Naga
Karya: Dewi Nova Wahyuni
I
Naga
II
Batu dan Air
III
Sungai di Tubuh
81
54. Puisi Puisi Semen
Karya: Dewi Nova Wahyuni
Pegunungan Kendeng, Rembang
I
Makan Semen
Kita makan semen
semen makan gunung
Kita makan gunung
II
Ibu Di Garis Depan
82
III
Dicari
83
55. Salam Manis dari Kunyit
Karya: Dewi Nova Wahyuni
84
56. Sagu di Kebunku
Karya: Dyah Puspasari
****
85
57. Asa Rakyat Negeri
Karya: Dyah Puspasari
****
86
58. Niat Tak Cukup Lagi
Karya: Dyah Puspasari
Gambutku, gambutku...
lebih dari separuh negeri keberadaanmu,
saat ini kering, kering dan kering,
sekali tersulut api, maka akan terbakar secepat angin.
Bogor, 14-03-2015
****
87
59. Jerebu Di Pangkal Jalan
Karya: Feizal Karim
Sejak kemarin…
memanglah kita gelisah
tiap saat hutan kita dirambah
tentulah kita ikut susah
tanah ulayah punah ranah
kayu dan sialang habis ditebang
sawah dan ladang jadi kerontang
88
Hari ini…
kita tambah gelisah
susah, gusar, bingung, prihatin
tak tahu kemana kan mengadu…
tapi enggan kembali ke pangkal jalan
tak faham akan kearifan
abai pada pedoman
degil menanti asa
dalam bebal
dan hampa
Memang…
kita telah berubah
narsis tak kenal krisis
suka menolak yang bijak
lalu menjejas yang cerdas
gila dengan tongkat sehasta
bengal dengan keris sejengkal
memasang slogan sepanjang jalan
mencari sayang muka dijajang-jajang
menutup lemah tanpa marwah
seingsut pun tak mau surut
89
Astaghfirullah…..
sungguh kita tersesat jauh
lupa pada Sang Maha Pencipta
ritual ibadah untuk didedah-dedah
mengumbah serakah dengan sedekah
akhlak mulia tidak lagi tampak
hasil sejumput disebut-sebut
yang lemah tak terjamah
laku secuil dijadikan fi’il
dusta tak lagi nista
aib tak perlu raib
Naudzubillah…
beraninya kita durhaka
apa tak ingat pada zuriyat?
tak gelisah pada sumpah serapah?
apakah kita menunggu azab Allah?
90
60. Kemarin Dia Ada Disini
By: Irsyadul Halim
91
61. Senja Di Kota Ku
Karya: Istiqomah Marfu’ah
Saat ini...
Cukup kau pandangi indahnya senja ini sobat...
Jangan sedikitpun berpaling...
Karna sebentar lagi senja itu tertutup kabut
Kabut asap yang datang dari entah berantah
Atau sebentar lagi mendung gelap teramat pekat
92
Sekali waktu...
Langkahkan kakimu kekota ku
Tak kan kalah dengan jakarta...
Siapkan saja perahu karet mu
Kita susuri jejak hujan yang tak lagi diterima bumi
Atau kita susuri jejak sungai
Dengan ikan-ikan mengapung tak layak konsumsi
93
62. Hari yang Remang
Karya: Sandi Febra
94
63. Setitik Asa Kami Anak Pulau
Karya: Syahrudin
95
64. Negeri Jerebu
Karya: Tarsono Renggo
96
Padahal Riau Adalah Negeri Yang Kaya Raya
Kekayaan Alamnya Diatas dan Dibawah Bumi
Namun Akibat Pengelolaan yang belum Amanah dan Taat
Aturan Riau kini terancam Bangkrut Riau terancam
ditinggalkan
Riau terancam jadi cemoohan
Dengan Julukan Baru Negeri Jerebu Negeri Bencana Asap
Mari Bersama Selamatkan !!!
(Pondok Hati, Tarsono Bina Cinta Alam Kabupaten Siak)
97
65. Semoga
Karya: Tri Handoko Seto
Sampai kapan
Kukira langit akan menawan
Andai hadir rombongan awan
Ini kelabu
Sampai jengah mungkin paru-paru
Apa selalu
Hadir untuk menutup biru
Bermain laku tak sengaja
Mana tahu memang itu petanya
Bagi sebagian mereka
Semoga bukan pertiwi murka
Lain sisi
Yang berakal
Yang berhati
Sambil mengernyit dahi
Ramai mereka pasang aksi
98
66. Elaeis Guineensis
Karya: Tri Handoko Seto
99
67. Pesawatku
Karya : Tri Handoko Seto
100
Suara Mahasiswa
Aidil Fitra
Ana Neveria Zuhri
Anggia Azizah
Anggrek Puspita Hati
Arnes Vici Zefitra
Baiturrahmah
Budi Suroso
Citra Helen Patras Purba
Daman Huri
Dian Ratu Pritama
Ibnu Sigit
Ika Fikriawan
Iska Lestari
Korinta
Maya Rahma Yuniarti
Meiza Dina Fitria
Mela Fitri
Mesalia Kriska
Nasri
Noni Aulia
Nur Esti Permatasari
Rizki Ramdani
Rince Adrianti
Reffy Alfianti
Syelli Rinfa
101
102
68. Hutanku yang Hangus
Karya: Aidil Fitra
****
103
69. Jangan Paksa Aku Seperti Lilin
Karya: Ana Neveria Zuhri
104
Kini, asap yang disebabkan kebakaranku adalah wujud sikap
melawanku…
Aku akan berhenti mengemisikan senyawa karbon ditubuhku..
Asal kalian mengubur keserakahan itu… kembali
bermutualisme bersamaku…
Sayangi aku, lindungi aku, maka aku akan melindungi kalian
dengan caraku…
Karna aku keunikkan itu, aku.. gambut…
105
70. Gambut Tropisku, Identitas
Indonesiaku
Karya: Ana Neveria Zuhri
****
106
71. Derai Jeritan Bumi
Karya: Anggia Azizah
107
72. Daun Kecil yang Gugur
Karya: Anggia Azizah
Sepi…
Masih menyelimutinya dalam gulita
Menunggu mentari yang tak kunjung menyapa
Daun kecil yang terus menanti tak kunjung henti
Ah Cahaya…
Aku harus berbuat apa untuk daun kecil itu
Biarkan saja dia berada dalam prahara
Sampai ia menemukan penolongnya
108
73. Lagu Sang Ilalang
Karya: Anggia Azizah
109
74. Secercah Kerinduan Alam
Karya: Anggrek Puspita Hati
110
75. Kabut Asap
Karya: Arnes Vici Zefitra
Asap, bukankah itu air mata dari pohon, ranting, dan daun-
daun yang terbakar?
Tangisan hamparan hijau yang dipaksa membara
Rintihan sambil menatap marah pada keserakahan manusia
Ratapan atas manusia yang tak pernah puas
Apa yang dapat menghentikan aliran air mata itu?
Siapa yang dapat meredakan tangis itu?
Apa yang dapat mendiamkan tangisan itu?
Kapan ratapan itu akan berhenti?
Tak ada, ntah kapan
Padahal kabut itu mengganggu aliran nafas
Padahal kabut itu mengacaukan keteraturan alam
Kabut itu merebut kenyamanan
merenggut hak-hak kehidupan.
****
111
76. Apa yang Ditunggu?
Karya: Baiturrahmah
112
77. Membara Membawa Duka
Karya: Budi Suroso
Hadirmu...
Datang dari percikan api
Membara disetiap jengkal
Hutan dan lahan gambut
Mengirim jerebumu
Menyelusuri negeri ini
menyerang apa saja
yang kau temui
Dalam sekejap mata
Menjadi tak berpenghuni
Mengurung diri didalam
kotak-kotak dipelosok negeri
Takut akan perihnya
Membuat sesak didalam dada
Yang tak kan pergi
Ingin ku berharap...
Hari itu tak kan terjadi
Berharap akan datangnya
Udara pagi yang segar
Tuk mengusir duka yang ku miliki
113
78. Bebaskan Aku Dari Jerebu
Karya: Citra Helen Patras Purba
114
79. Ketika Alam Menangis
Karya: Daman Huri
****
115
80. Hidupkan Kembali
Karya: Dian Ratu Pritama
Lagi-lagi terjadi..
Provinsi kaya itu serasa mati
Tertutup kabut putih
Akibat ulah manusia tak punya hati
Tidakkah kau dengar
Jeritan menyayat hati
Dari setiap kebakaran hutan yang terjadi
Sudah berapa banyak kau hancurkan
Sudah berapa banyak kau musnahkan
Sumber kehidupan itu
Paru-paru menyejukkan itu
Semua hilang ..
Hancur dalam lalapan api
Hutan hijau itu telah mati
T’lah kau bakar dengan keji
****
116
81. Tanpa Judul
Karya: Ibnu Sigit
117
82. Bakar!
Karya: Ika Fikriawan
Bakar!
Hingga semua menjadi gersang
Bakar!
Hingga semua terlihat terang
Bakar!
Agar kau puas!
Dapatkan yang kau inginkan
Hutan kau hanguskan
Polusi kau sebarkan
Tak peduli kau akan keadaan
Apa sebenarnya yang kau mau
Hangus satu bakar seribu
Tak henti kau menggangu
Bahkan petinggi negeri tak jadi pedulimu
****
118
83. Pernahkah Terfikir?
Karya: Iska Lestari
119
daging hewan yang telah kau bunuh
Mungkinkah mereka melihat dan merasakan betapa
indahnya alam yang ada sebelum kau rusaki dengan
tanganmu
****
120
84. Sang Penjaga Pesisir
Karya: Iska Lestari
****
121
85. Tanah Surga Tinggal Cerita
Karya: Korinta
****
122
86. Puisi Untukmu Tuan
Karya: Maya Rahma Yuniarti
123
87. Kota Asap
Karya: Meiza Dina Fitria
124
88. Hijau Yang Tak Terlihat Lagi
Oleh: Mela Fitri
****
125
89. Ketenanganku Terusik Kembali
Oleh: Mela Fitri
126
Sepertinya pemerintah tak sanggup
Setiap hari kami menanti tetesan air dari langit biru
Kami berharap ini segera berakhir
Berharap ketenangan kembali dan tak terusik lagi
127
90. Tentang Sebuah Tanya
Oleh: Mesalia Kriska
****
128
91.Sosok Sisa Mangrove Kami
Karya: Nasri
129
92. Semesta Sekarat
Karya: Noni Aulia
Semua mengeluh
Semua gelisah
Tariklah napas
Rasakan
Nikmat
Bumi sekarat!
Bumi tidak baik-baik saja!
Udara tak lagi sama!
Hutan terserang kanker!
Masih saja rakus!
Hutang pada anak cucumu
Bayar di akhirat!
****
130
93. Riauku Berjerebu
Karya: Nur Esti Permatasari
****
131
94. Hamparan
Karya: Rahma Yunidar Syahputri
132
Angkat wajah mu lalu bangunkan nyenyak keacuhanmu
Hamparan itu butuh belaian mesra responmu
Sekarang, apalagi yang harus kukatakan
kaupun tahu menahu apa maksud perkataanku
ini luapan emosi akan kerinduan
merindukan ilham dari aras ketinggian yang tak mampu ku
raih
sebab tanyaku tak kau jawab
****
133
95. Bukit Batu Laut
Karya: Reffy Alfianti
134
ini janjiku dan janji mereka
untuk menjaga persinggahanmu menjadi desa yang tetap
indah
Buat sekarang, nanti dan selamanya...
135
96. Hutan yang Tinggal Cerita
Karya: Rince Adrianti
****
136
97. Kota Diatas Awan
Karya: Rizki Ramdani
Aku tau,
Mungkin aku hanya seorang yang lemah
Tapi aku bukan manusia yang mudah pasrah
Karna ku tau
Sang pencipta tidak akan pernah lengah
Melihat musibah menimpa hambanya yang tak bersalah
****
137
98. Negeri Dengan Sejuta Rahasia
Karya: Siti Aisyah Nur Anjani
138
Tidak hanya sampai disitu
Mereka mengubah lahan saudara-saudaraku menjadi
pencetak uang
Tapi hanya untuk kebahagiaaan mereka saja…
Lalu bagaimana nasib saudara-saudaraku?
Kemana harus mencari sesuap nasi?
Apa uang segalanya bagi mereka?
Apa alam tak berarti buat mereka?
139
99. Puisi Alam
Karya: Siti Aisyah Nur Anjani
Disetiap langkahmu
Tersimpan harapan yang besar
Semua itu tergambar dari sorot matamu yang membara
Penuh cita-cita
Demi alammu yang semakin mengkhawatirkan
Di dunia imajinasimu…
Aku berkhayal bahwa duniamu juga duniaku
Hingga aku menyadari
Ternyata benar duniamu adalah duniaku
Alammu adalah alamku
Maka dengan penuh keyakinan
Aku mengatakan harapanmu adalah harapanku
Dan aku calon penerusmu
Untuk mewujudkan cita-citamu
****
140
100. Kita Yang Meronta
Karya: Syelli Rinfa
Hai Saudara…
Pernah kau dengar akan gulai ikan salai?
Wah…
Jangan kau tanya, lamak rasanya
Tapi, pernah kau dengar manusia salai?
Bah…
Jangan kau tanya, sesak rasanya
Bagaimana aku tau?
Karena aku telah merasakannya, aku disalai
Tuhan telah menciptakan alam semesta ini
Dengan kesempurnaanNya, semuanya ada
Benar katamu! Aku setuju!
Kita harus memanfaatkannya
Tapi… Tapi… Tapi…
Lucu sekali! Kita yang lemah ini menjadi sombong
Lupa menjaganya, dengan serakah merusaknya
Kini kita sibuk meronta menyalahkan sesama
Ketika uangmu tak mampu membeli udara yang menyegarkan
nyawa
Boleh kau ambil hutan itu wahai pengusaha
Tapi rawatlah agar tetap terjaga
Kau kaya! Namun banjir dan asap merajalela
Untuk apa?
****
141