Anda di halaman 1dari 0

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA AREAL HUTAN KONSESI PT.

MANOKWARI MANDIRI LESTARI (MML)


KABUPATEN TELUK BINTUNI






SKRIPSI







HANS ARNOLD KAPISA

























JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2011


ABSTRAK

Hans Arnold Kapisa. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal Hutan Konsesi PT. Manokwari
Mandiri Lestari (MML) Kabupaten Teluk Bintuni. Dibimbing oleh Agustinus Kilmaskossu dan
Simon Sutarno.

Keanekaragaman jenis burung di suatu daerah dapat menggambarkan apakah daerah tersebut
bersama ekosistem yang terkandung di dalamnya masih tetap utuh atau sudah terganggu. Penelitian
tentang keanekaragaman jenis burung telah dilakukan di areal hutan konsesi PT.MML Kabupaten
Teluk Bintuni untuk mengetahui nilai keanekaragaman serta status persebaran burung di kawasan
konsesi tersebut bersama berbagai aspek pendukung berupa habitat sebagai penyedia pakan dan
tempat hidup. Adapun pemilihan beberapa areal sebagai sampel keberadaan hutan dan
keanekaragaman jenis burung yang terdapat di areal tersebut maka dipilih dua lokasi yaitu RKT
2010 mewakili habitat hutan primer dan areal bekas tebangan 2005 dan 2002 mewakili habitat hutan
sekunder. Pada areal hutan tersebut terdapat 154 jenis burung dari 42 famili. Indeks keanekaragaman
tertinggi terdapat pada areal bekas tebangan 2005 dan 2002 yang mewakili habitat hutan sekunder
yaitu 3,92 dan 3,86 sedangkan terendah pada areal RKT 2010 yang mewakili habitat hutan primer
yaitu 3,78. Berdasarkan uji-t nilai keanekaragaman jenis pada masing-masing lokasi tidak berbeda
nyata (TBN) atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan sehingga menandakan ekosistem dan
kearagaman hayati di daerah tersebut masih mendukung populasi dan penyebaran burung dengan
cukup baik. Dari 154 jenis tersebut 84 jenis yang dilindungi dan terdaftar dalam protokol IUCN,
CITES dan UU Republik Indonesia yang di dalamnya terdapat 35 jenis burung endemik.

Kata Kunci : Keanekaragaman Jenis Burung, PT. MML Kabupaten Teluk Bintuni.































KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA AREAL HUTAN KONSESI PT.
MANOKWARI MANDIRI LESTARI (MML)
KABUPATEN TELUK BINTUNI





HANS ARNOLD KAPISA





Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dari
Universitas Negeri Papua Manokwari













JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2011









KATA PENGANTAR


Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala Kasih dan
Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan Judul
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA AREAL HUTAN KONSESI PT.
MANOKWARI MANDIRI LESTARI (MML) KABUPATEN TELUK BINTUNI dapat
dilaksanakan dengan baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Agustinus Kilmaskossu, M.Si dan Simon Sutarno,
S.Hut, M.Si selaku pembimbing yang senantiasa bersedia meluangkan waktu memberikan saran dan
masukan dalam penyelesaian penulisan Skripsi. Ucapan terima kasih kepada Bapak Jan H. Nunaki,
S.Pd.,M.Si dan Ibu Aksamina Yohanita S.Pd.,M.Si selaku dosen penelaah dan penguji dalam proses
seminar sampai ujian komprehensif. Ucapan Terima kasih kepada Bapak Neville Kemp selaku
koordinator Tim HCVF Teluk Bintuni sekaligus sebagai pengenal jenis burung yang telah
membimbing dan memberi motivasi kepada penulis selama penelitian di lapangan. Ucapan terima
kasih kepada Direktur dan seluruh staf PT. Manokwari Mandiri Lestari (MML) Kabupaten Teluk
Bintuni, serta staf dosen UNIPA (Pak Kelyopas Krey, Ibu Acha, Pak Charly dan Kak Vicktor) serta
teman-teman tim survei (Kak Verry, Mas Lilik, Pak Abidin, Ken dan Hendrik) yang telah bersama
penulis melakukan penelitian bersama dengan Tim HCVF. Ucapan terima kasih kepada sahabat-
sahabat BIOVASI-05 (Nurul Abidin, Yairus, Stenly, Erick, Obeth, Ricky, Ken, Novi, Anya, Atin,
Ema, Lala, Chrisna, Hermin, Dina, Upe, Gita dan Martha) atas kebersamaan dan kekompakkan serta
dukungan selama ini dan khususnya buat Ekarista tersayang, terimakasih atas doa, motivasi, kasih
sayang dan pengorbanan yang selama ini mengiringi perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pdt. Julius Rumatora S.Th dan Ibu Nia selaku orang
tua rohani yang telah membina penulis selama menempuh perkuliahan. Dan juga kepada Ibu
M.V.Shita Prativi dan Bapak Semuel Baware atas sarana, biaya dan motivasi selama perkuliahan.
Akhirnya, karya ini penulis persembahkan kepada keluarga terkasih (Bapak Yulianus Kapisa,
Mama Mina Dimara dan Mama Fransina Bisay, adik Jemmy, Jhony, Verra, dik Santri, dik Madinah,
Kak Andrean Wospakrik, Bapak Jakobus Kapisa (alm) dan Om Sonny Kafiar atas doa dan dukungan
kepada penulis selama menempuh studi di UNIPA. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga diperlukan saran dari berbagai pihak yang dapat memperkaya isi tulisan ini.
Semoga karya ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi ilmiah bagi pembaca.
Manokwari, 31 Januari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Biak pada tanggal 18 November 1987 dari pasangan keluarga Bapak
Ferry Julius Kapisa (alm) dan Ibu Fransina Bisai, sebagai anak pertama dari empat bersaudara.
Kemudian penulis diasuh dan dibesarkan oleh pasangan keluarga Bapak Yulianus Kapisa dan Ibu
Mina Dimara.
Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Numfor Barat
dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya pada tahun yang sama melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) penulis terdaftar dan melanjutkan pendidikan pada Program Studi Biologi
Konservasi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Papua Manokwari. Selama mengikuti
perkuliahan penulis banyak terlibat aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa di Jurusan Biologi
maupun di lingkup Universitas seperti PMK dan LPMI yang berkaitan dengan pengembangan
kerohanian Kristen. Di Jurusan Biologi penulis pernah menjabat sebagai anggota kerohanian Kristen
pada kepengurusan HMJ biologi periode 2006/2007, sedangkan organisasi di PMK penulis pernah
menjabat sebagai kordinator bidang pembinaan pada masa kepengurusan 2006/2007. Penulis pernah
di utus oleh LPMI mewakili Universitas Negeri Papua Manokwari dalam rangka pertemuan
mahasiswa sedunia (Campus Mission 2007) di Seoul Korea Selatan dan juga pernah menjabat
sebagai ketua Tim Kerja Jaringan Pelayanan Antar Kampus (TKJPAK) periode 2008/2009. Selama
perkuliahan penulis pernah menjabat sebagai asisten mata kuliah biologi dasar tahun ajaran
2010/2011. Penulis mendapat beasiswa Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) selama mengikuti
perkuliahan di Universitas Negeri Papua Manokwari.












DAFTAR ISI


Halaman

ABSTRAK ................................................................................................... ............i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ............ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ............iii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... ............v
DAFTAR ISI ............................................................................................... ............vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ............viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ............xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ............x

I PENDAHULUAN ..................................................................................... ...........1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ ...........1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................... ...........2
1.3 Tujuan dan Manfaat .......................................................................... ...........3

II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... ...........4
2.1 Pengertian Inventarisasi .................................................................... ...........4
2.2 Keanekaragaman Jenis Burung ......................................................... ...........4
2.3 Pola Sebaran Burung ......................................................................... ...........4
2.4 Burung Sebagai Indikator Keanekaragaman Hayati ......................... ...........5
2.5 Habitat ............................................................................................... ...........5
2.6 Status Konservasi .............................................................................. ...........6
2.7 Kategori dan Status Perlindungan................................................................6

III METODE PENELITIAN ........................................................................ ...........8
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ ...........8
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. ...........8
3.3 Metode Penelitian .............................................................................. ...........8
3.4 Variabel Pengamatan......................................................................... ...........8
3.5 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... ...........8
3.5.1 Persiapan Awal .......................................................................... ...........8
3.5.2 Teknik Pengambilan Contoh (Sampling) .................................. ...........9
3.5.3 Pengumpulan Data dan Identifikasi ........................................... ...........9
3.6 Analisis Data ................................................................................ ...........10

IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. ...........12
4.1 Hasil .................................................................................................. ...........12
4.1.1 Lokasi dan Tipe Habitat Burung ............................................... ...........12
4.1.2 Komposisi Jenis Burung ............................................................ ...........13
4.1.3 Keanekaragaman Jenis Burung pada Areal Hutan Konsesi PT.
MML ......................................................................................... ...........14




4.2 Pembahasan ....................................................................................... ...........16
4.2.1 Lokasi dan Tipe Habitat Burung ............................................... ...........16
4.2.2 Komposisi Jenis Burung ............................................................ ...........17
4.2.3 Keanekaragaman Jenis Burung pada Areal
Hutan Konsesi PT. MML .......................................................... .......... 18
4.2.4 Status Konservasi dan Status Persebaran Burung
di Areal Hutan Konsesi PT. MML ............................................ ...........19

V PENUTUP ................................................................................................ ..........20
5.1 Kesimpulan........................................................................................ ..........20
5.2 Saran .................................................................................................. ..........20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ..........21

LAMPIRAN ................................................................................................. ..........23
































DAFTAR TABEL


Halaman

4.1 Nilai Keanekaragaman Jenis Burung pada Tipe Habitat
di Areal Hutan Konsesi PT. MML......................................................................14

4.2 Hasil Perhitungan t-test Keanekaragaman Jenis
Burung di Setiap Habitat....................................................................................15



































DAFTAR GAMBAR


Halaman


3.1. Contoh Garis Transek dan Titik Pengamatan......................................................10

4.1. Vegetasi Hutan Primer pada Areal RKT 2010....................................................11

4.2. Vegetasi Hutan Sekunder pada Areal Bekas Tebangan..............12

4.3. Perbandingan Jumlah Jenis Antar Habitat..13

4.4. Kurva Penambahan Jenis Burung...14






























DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian di Areal Hutan Konsesi
PT. MML Kabupaten Teluk Bintuni..................................................................23

2. Data Jenis-Jenis Burung pada Areal Hutan Konsesi
PT. MML Kabupaten Teluk Bintuni.................................................................24

3. Sebaran t (t- test) ..............................................................................................28

4. Indeks Keanekaragaman Jenis burung
Di Areal RKT 2010 PT.MML..........................................................................29

5. Indeks Keanekaragaman Jenis burung
Di Areal Bekas Tebangan 2005 PT.MML........................................................32

6. Indeks Keanekaragaman Jenis burung
Di Areal Bekas Tebangan 2002 PT.MML........................................................35

7. Status Konservasi Dan Status Persebaran
Burung Areal Hutan Konsesi PT.MML...........................................................38


























I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Papua merupakan Provinsi di bagian timur Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan luas wilayah 421.981 km
2
memiliki tutupan hutan yang sangat luas sehingga membuat
kawasan ini menjadi salah satu daerah yang turut menentukan status Indonesia sebagai negara yang
kaya akan keanekaragaman hayati. Hutan Papua merupakan sumberdaya alam yang mampu
menyediakan kebutuhan dasar bagi manusia dan margasatwa yang hidup dan berinteraksi dengan
lingkungan dalam suatu ekositem. Hubungan antara manusia, margasatwa dan lingkungan begitu
erat sehingga hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi yang dapat memberikan manfaat
produksi, perlindungan serta manfaat-manfaat lainnya secara lestari (Arianto Yudi, 2006).
PT. Manokwari Mandiri Lestari (MML) merupakan perusahaan swasta nasional dengan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang telah mendapatkan kepercayaan untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan sumberdaya hutan dan beroperasi di Kabupaten Teluk Bintuni pada
areal hutan Sungai Muturi dan Sungai Jakati. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi
Papua No.48 Tahun 2002 tentang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) oleh PT.
Manokwari Mandiri Lestari dengan luas wilayah operasi 83.240 ha (PT.MML, 2007)
Pembagian areal hutan berdasarkan kegunaannya oleh PT. MML bertujuan untuk
menunjang aspek kelestarian produksi, ekologi dan sosial. Maka dari total luas areal kerja PT. MML
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu areal Rencana Kerja Tahun 2010 (RKT 2010) dan areal bekas
tebangan serta beberapa areal lainnya sesuai kebutuhan pengelolaan. Rencana Kerja Tahun 2010
(RKT 2010) adalah areal blok tebangan yang direncanakan dan direalisasikakan dalam satu tahun
berjalan dengan luas 1600 ha, sedangkan areal bekas tebangan adalah blok tebangan yang telah
dipanen hasil kayunya sejak tahun 2002-2005. Areal bekas tebangan 2002 merupakan areal hutan
yang sebelumnya telah dipanen hasil kayunya oleh PT. Hendrison dan telah habis masa kerjanya
sehingga dilanjutkan oleh PT. MML. Luas areal bekas tebangan tahun (2002-2005) adalah 33.977 ha
yang saat ini dalam proses pemulihan kembali (PT.MML, 2007). Berdasarkan pembagian dan
pemanfaatan areal kerja tersebut dapat berdampak terhadap kekayaan keanekaragaman hayati yang
terdapat di daerah tersebut.
Salah satu kekayaan keanekaragaman hayati di Provinsi Papua adalah kelompok burung yang
memanfaatkan hutan Papua sebagai tempat hidup dan berkembang biak. Burung di Papua lebih dari
700 jenis dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu: 578 jenis burung berbiak di darat dan di
air tawar, 40 jenis burung laut, 56 jenis burung migran dari utara khatulistiwa, 34 jenis burung
migran dan pengembara dari Australia dan Selandia Baru (Beehler et al., 2001).
Berdasarkan hasil survei flora-fauna oleh LNG Tangguh (2003), burung di Kabupaten Teluk
Bintuni terdapat 95 jenis yang terdiri dari 75 jenis burung menetap dan 20 jenis burung migran.
Berdasarkan informasi tersebut dan berkaitan dengan IUPHHK yang semakin meluas di Kabupaten
Teluk Bintuni maka perlu dilakukan suatu penelitian.
1.2 Perumusan Masalah
Kawasan hutan dan keanekaragaman hayati di Kabupaten Teluk Bintuni merupakan salah
satu kekayaan alam yang perlu dilestarikan karena merupakan komponen dari berbagai komunitas
yang mendukung daerah tersebut. Jenis-jenis burung di suatu daearah dapat dijadikan sebagai salah
satu indikator keberadaan alam, karena burung merupakan satwa yang sangat peka terhadap
lingkungannya (Sujadnika et al.,1995).
Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) yang dijalankan oleh PT. MML di
Kabupaten Teluk Bintuni telah beroperasi sejak tahun 2005 memanfaatkan kayu merbau (Intsia spp)
sebagai hasil kayu komersil dan areal Hutan Produksi Konversi (HPK) yang akan terus dikonversi
seluas 27.440 ha. Semakin meningkatnya kegiatan eksploitasi di areal Rencana Kerja Tahunan
(RKT) setiap tahun dan pembukaan jalan loging dapat mengakibatkan pohon yang bukan sasaran
akan turut rusak dan pada akhirnya akan mematikan pohon muda dan menghambat generasi hutan,
sehingga dikhawatirkan jenis-jenis burung pengguna habitat pada areal hutan tersebut akan
bermigrasi ke daerah yang lebih jauh dan bahkan dapat terancam punah bila jenis tumbuhan yang
menjadi pakannya terganggu. Bila keadaan ini terus dibiarkan, maka dapat terjadi kepunahan bagi
jenis-jenis burung endemik yang menghuni daerah hutan tersebut. Oleh sebab itu perlu diadakan
suatu inventarisasi secara ilmiah yang dapat dijadikan acuan pelestarian dan dapat dijadikan
rekomendasi kepada pengusaha hutan di Kabupaten Teluk Bintuni.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung keanekaragaman jenis burung pada areal
Rencana Kerja Tahun 2010 (RKT 2010) dan aeal bekas tebangan PT. MML Kabupaten Teluk
Bintuni. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi pemerintah daerah, perusahaan
pemegang IUPHHK, dan masyarakat di Kabupaten Teluk Bintuni serta sebagai acuan bagi
penelitian selanjutnya di bidang konservasi.






II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Inventarisasi
Inventarisasi merupakan suatu kegiatan mencatat semua hewan yang terdapat pada suatu
lokasi mengenai spesies, penyebaran dan keadaan habitat. Inventarisasi juga merupakan pekerjaan
pendahuluan sebelum sensus dilakukan, agar mempermudah jalannya sensus. Sensus merupakan
kegiatan pengelolaan hewan yang bertujuan untuk menghitung semua hewan yang terdapat disuatu
wilayah pada suatu waktu tertentu atau suatu interval waktu pada wilayah tertentu (Alikodra, 2002).
Informasi tentang keadaan hewan diperoleh dengan cara melakukan inventarisasi dan sensus.
Ada beberapa metode yang berkembang dan dimanfaatkan untuk melakukan inventarisasi dan
sensus. Setiap metode dirancang sesuai dengan tujuan, kondisi, spesies, dan lingkungannya. Satu
disain inventarisasi ataupun sensus hanya berlaku untuk satu tujuan dalam satu lingkungan atau
habitat tertentu (Alikodra, 2002).
2.2 Keanekaragaman Jenis Burung
Keanekaragaman jenis burung dapat digambarkan sebagai kekayaan atau jumlah jenis burung
yang ditemukan pada suatu kawasan, dimana secara morfologi dan biologi berbeda antara jenis yang
satu dengan jenis lain. Dalam ekologi umumnya keanekaragaman hayati mengarah pada komposisi
dari suatu profil habitat yang mendukung derajat kelimpahan satwa liar dengan tipe habitatnya.
Keanekaragaman jenis burung mengandung beragam manfaat dan memerankan berbagai fungsi,
sehingga pelestariannya menjadi sangat penting baik ditinjau dari sudut ekonomi, sosial dan budaya
(Alikodra, 1990).
2.3 Pola Sebaran Burung
Pergerakan adalah strategi dari individu ataupun populasi untuk menyesuaikan dan
memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup dan berkembang biak secara normal.
Pergerakan berfungsi untuk mencari pakan, sumber air, untuk berkembang biak ataupun untuk
menghindarkan diri dari pemangsaan dan gangguan lainnya (Alikodra,1990).
Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari keberadaan
penyebarannya dapat secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal dapat diamati dari tipe
habitat yang dihuni burung, sedangkan secara vertikal dari stratifikasi profil hutan yang
dimanfaatkan oleh burung. Keberadaan jenis-jenis burung dapat dibedakan menurut perbedaan
strata, yaitu strata semak, strata pohon dan strata tajuk. Setiap strata mempunyai kemampuan untuk
mendukung kehidupan jenis-jenis burung.
2.4 Burung Sebagai Indikator Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman jenis burung di suatu daerah dapat mencerminkan keutuhan ekosistem dan
keanekaragaman hayati di dalamnya. Burung sebagai indikator keanekaragaman hayati berfungsi
untuk mengidentifikasi daerah-daerah kaya keanekaragaman hayati, sangat penting dilakukan di
dalam menyusun strategi pelestarian keanekaragaman hayati untuk mencegah terus berlanjutnya
kerusakan dan menjamin ketersediaan sumberdaya (manusia, dana dan waktu) diarahkan dengan
cepat (Sujadnika et al., 1995).
Tekanan terhadap spesies dan habitat alami akan terus berlanjut bila tidak segera dilakukan
studi ilmiah dan inventarisasi. Informasi akurat dari kegiatan-kegiatan tersebut dibutuhkan sebagai
panduan dasar dalam penyusunan skala prioritas yang layak dijadikan acuan dalam rencana
pelestarian keanekaragaman hayati. Hasil berupa rencana pelestarian akan selalu diperbaiki dan
diperbaharui sejalan dengan diperolehnya informasi terbaru (Sujadnika et al., 1995).
2.5 Habitat
Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies atau
komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme hidup di
dalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan
populasi suatu organisme. Kapasitas untuk mendukung organisme disebut daya dukung habitat
(Irwanto, 2006).
Satwa di alam bebas banyak ditemukan pada habitat yang memiliki sumber daya yang
diperlukan, sebaliknya jarang atau tidak ditemukan pada lingkungan yang kurang menguntungkan.
Kehadiran atau keberadaan satwa dapat diartikan sebagai keberadaan suatu individu atau kelompok
individu pada habitat yang ditempatinya. Hal ini juga terjadi pada burung, keberadaan atau
penyebaran burung erat hubungannya dengan ketersediaan makanan dan tempat untuk hidup.
Dalam mempertahankan hidup, burung membutuhkan pakan, air dan tempat berlindung dari
pemangsa, beristirahat, bersarang serta untuk memelihara anak. Seluruh kebutuhan tersebut
diperoleh dari lingkungannya. Jika dilihat dari komposisinya di alam, satwa (burung) terdiri dari 3
komponen utama yang satu sama lain saling berkaitan, komponen-komponen tersebut antara lain:
1. Komponen biotik meliputi vegetasi, satwa liar dan mikro organisme.
2. Komponen fisik meliputi air, tanah, iklim, dan topografi.
3. Komponen kimia meliputi seluruh unsur kimia yang terkandung dalam komponen biotik maupun
fisik.
Lingkungan yang memiliki kondisi fisik ekstrim, aktivitas biologi relatif kurang berkembang.
Sedangkan di lingkungan yang kondisi fisiknya sesuai maka akan terjadi interaksi dalam ekosistem
dan habitat secara efektif akan membatasi pertumbuhan populasi burung. Suatu habitat yang
digemari oleh suatu jenis burung belum tentu sesuai untuk kehidupan jenis burung lainnya karena
pada dasarnya setiap jenis burung memiliki potensi habitat yang berbeda-beda (Sujadnika et al.,
1995).
2.6 Status Konservasi
Jenis-jenis burung di Papua mungkin sangat rentan terhadap ancaman perburuan atau
pengembangan habitatnya di masa depan. Berdasarkan hasil monitoring sebagian satwa yang
diperdagangkan maupun dipelihara adalah satwa (burung) yang dilindungi oleh undang-undang
seperti cendrawasih kuning Paradisea minor, kakatua jambul kuning Cacatua galerita dan kasuari
Casuarius casuarius (Tewu, 2008). Kondisi tersebut membuat status keterancaman burung semakin
tinggi. Salah satu Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan
satwa liar, menegaskan agar spesies burung di Papua dapat terlindungi karena Papua memiliki
jumlah penduduk sedikit dan sebagian besar vegetasi aslinya masih utuh dan sampai saat ini
pembangunan terus berlanjut sehingga pembukaan lahan semakin luas. Pembangunan dalam
berbagai bentuk mengancam sumber daya alam di kawasan ini (Beehler et al.,2001).
2.7 Kategori dan Status Perlindungan
Sebagai negara kepulauan, batasan geografis merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam penyebaran jenis-jenis burung di Indonesia. Andrew (1992) telah mengidentifikasi tujuh
daerah sebaran burung utama Indonesia antara lain: Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku,
Nusa Tenggara dan Papua. Wilayah fauna ini tidak ada hubungannya dengan pembagian wilayah
Indonesia secara administratif. Khusus untuk wilayah Papua mengacu pada Papua wilayah
Indonesia, tidak termasuk Papua New Guinea dan hanya meliputi kepulauan Aru, kepulauan di
pantai barat Papua, termasuk Kofiau dan Gebe serta kepulauan di teluk Cenderawasih.

Adapun tiga kategori status perlidungan yang berlaku di wilayah Indonesia menurut
Sukmantoro et al., (2007) yaitu:
1. Status Keterancaman Menurut IUCN
Kategori status keterancaman mengacu pada Redlist IUCN 2007 yang meliputi CR =
Critically Endangered (sangat terancam punah); EN = Endangered (terancam punah); VU =
Vulnerable (terancam); NT = Near Threatened (mendekati terancam); NE = Not Evaluated (belum
dievaluasi); DD = Data Dificient (data kurang), sementara untuk kategori EX = Extinct (punah), EW
= Extinct in the Wild (punah di dalam) dan LC = Least Concern (tidak dicantumkan dalam daftar).
2. Status Peraturan Perdagangan Internasional menurut CITES
CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora)
mengelompokkan kategori-kategori jenis dalam 3 Appendix ( Lampiran) yaitu Lampiran I (semua
jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan. Perdagangan hanya diijinkan
dalam kondisi tertentu misalnya untuk riset ilmiah). Lampiran II (jenis yang statusnya belum
terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksploitasi berlebihan). Lampiran III (seluruh jenis
yang juga dimasukkan dalam peraturan perdagangan dan negara lain berupaya mengontrol dalam
perdagangan tersebut agar terhindar dari eksploitasi yang tidak berkelanjutan).
3. Status Perlindungan dalam Hukum Negara Republik Indonesia
Status perlindungan spesies menurut tata aturan di Indonesia mengacu pada UU No. 5/1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. PP No. 7/1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan PP No. 8/1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan
dan Satwa Liar.






















III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini berlangsung selama satu bulan yaitu pada bulan Desember 2010 bertempat di
areal hutan konsesi IUPHHK PT. Manokwari Mandiri Lestari (MML) Kabupaten Teluk Bintuni
(Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1).
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah teropong binokuler, Geographis Position
System (GPS) Map 60 Csx, kamera digital, buku panduan burung-burung di Papua menurut Beehler
et al. (2001), lembar data dan alat tulis menulis, sedangkan bahan digunakan adalah pita.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik
observasi lapang. Observasi lapang dilakukan secara langsung dengan melihat dan mencatat setiap
perjumpaan jenis burung pada setiap lokasi pengamatan. Lokasi pengamatan pertama pada areal
RKT 2010 dan lokasi pengamatan kedua pada areal bekas tebangan 2002-2005
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati antara lain :
1. Keanekaragaman jenis burung pada areal RKT 2010 dan areal bekas tebangan
2. Tipe habitat burung dan keadaan lokasi penelitian
3. Status konservasi dan status persebaran
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Persiapan awal
Melakukan survei awal untuk penentuan transek pengamatan serta mengumpulkan informasi
mengenai kondisi hutan dan aktivitas burung di lokasi pengamatan.

3.5.2 Teknik Pengambilan Contoh (Sampling)
Pengambilan contoh dan pengumpulan data dibuat 3 transek pengamatan pada masing-
masing lokasi, yaitu 1 transek pada areal Rencana Kerja Tahun 2010 (RKT 2010) seluas 1600 ha dan
2 transek pada areal bekas tebangan seluas 2100 ha. Metode yang digunakan untuk mendata jenis-
jenis burung di lokasi penelitian adalah metode garis transek dimana jarak antara setiap titik
pengamatan adalah 200 m dengan waktu pengamatan selama 20 menit. Contoh garis transek dan
titik pengamatan pada masing-masing lokasi dapat ditampilkan pada Gambar 3.1.


Titik pengamatan Garis Transek


0 m 200 m 400m 600m 800m 1000m 1200m 1400m 1600m 1800m









Gambar 3.1. Contoh garis transek dan titik pengamatan
3.5.3 Pengumpulan Data dan Identifikasi
Pengumpulan data dilakukan selama tiga hari pada masing-masing lokasi melalui
pengamatan pagi dan sore disesuaikan dengan perilaku harian burung secara umum dalam
beraktivitas yaitu pagi hari pukul 05.30-10.00 dan sore hari pukul 14.00-17.00 sehingga pengamatan
dan pengumpulan data dilakukan dua kali dalam satu hari. Pengumpulan data dan identifikasi jenis-
jenis burung dilakukan melalui pengamatan secara langsung (burung saat bertengger) maupun saat
terbang melintasi titik pengamatan (opportunistik) dengan bantuan teropong binokuler dan
identifikasi melalui suara. Untuk pengamatan secara langsung, jenis-jenis burung yang terlihat
diidentifikasi dengan menggunakan buku Burung-Burung di Kawasan Papua karangan Beehler et
al. (2001) sedangkan identifikasi melalui suara digunakan jasa pengenal jenis burung (Neville
Kamp).
Data diperoleh dimasukkan dalam lembar data dan ditampilkan dalam tabel. Tipe habitat
disesuaikan dengan lokasi penelitian, sedangkan status konservasi dan status persebaran
diklasifikasikan berdasarkan urutan Daftar Burung Indonesia. Tipe habitat tersebut terwakili pada
setiap transek pengamatan yang ditentukan. Keadaan geografis dan tipe habitat diamati saat berada
pada lokasi pengamatan.
3.6 Analisis Data
Data diperoleh dianalisis secara deskriptif kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan
gambar. Untuk menghitung keanekaragaman jenis burung pada masing-masing lokasi digunakan
Shannon-Wiener Diversity Indeks menurut Bibby et al., (2000) dengan rumus:
H

= -
Pi
. ln.
Pi


Keterangan :
H

: Shannon- Wiener Diversity Indeks
ln : Logaritma dasar
Pi : ni/N
ni : Jumlah jenis ke-i
N : Jumlah seluruh jenis

Untuk membandingkan keanekaragaman jenis burung antara tiga areal hutan yang mewakili
tiga tipe habitat digunakan t-test (Magurran, 1988),











Keterangan:
Var , = Variance H pada tipe habitat 1 dan 2
= Indeks keanekaragaman tipe habitat 1 dan 2

t = Nilai t-hitung
Df = Derajat bebas (degree of freedom)
N
1
, N
2
= Jumlah individu tipe habitat 1 dan 2
S = Jumlah jenis

Untuk melihat perbedaan signifikan antara tipe habitat maka nilai thitung akan
dibandingkan dengan nilai t-tabel (Lampiran 3). Jika nilai t-hitung > t-tabel maka perbedaan
signifikan (Beda Nyata), tetapi jika t-hitung < t-tabel maka perbedaan tidak signifikan (Tidak Beda
Nyata).





IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

4.1.1 Lokasi dan Tipe Habitat Burung
Penelitian ini dilakukan di areal hutan konsesi IUPHHK PT. Manokwari Mandiri Lestari
(MML) pada beberapa lokasi yang dipilih sebagai sampel pengamatan yaitu areal RKT 2010 dan
areal bekas tebangan yakni areal bekas tebangan tahun 2005 dan areal bekas tebangan tahun 2002.
Jenis-jenis burung yang ditemukan pada areal RKT 2010 dan areal bekas tebangan tersebar pada dua
tipe habitat. Dua tipe habitat tersebut mewakili tiga tipe hutan berdasarkan pembagian areal kerja
oleh PT. MML yaitu: hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer pada areal RKT 2010
mewakili tipe ekosistem hutan dataran tinggi sedangkan hutan sekunder pada areal bekas tebangan
2002-2005 mewakili hutan dataran rendah dan hutan rawa.
a. Hutan Primer
Hutan primer yang mewakili tipe ekosistem hutan dataran tinggi pada areal RKT 2010 saat
ini dalam proses produksi dengan luas 1600 ha dan terletak pada S 01
o
56 21,3 E 133
o
56 41,3
dengan ketingian 58-700 m dpl. Vegetasi di areal RKT 2010 didominasi oleh pohon-pohon berbagai
kelas diameter dan tinggi, serta memiliki tutupan tajuk yang rapat. (Gambar 4.1).









a. Pohon b. Tutupan tajuk
Gambar 4.1 Vegetasi hutan primer di areal RKT 2010
b. Hutan Sekunder
Areal bekas tebangan adalah areal hutan yang telah dieksploitasi sejak tahun 2002-
2005 dan saat ini telah menjadi hutan sekunder yang terletak pada 02 17 46,3 BT-134 02 3,1
LS dengan ketinggian 0-90 m dpl. Tipe hutan sekunder pada areal bekas tebangan tersebut
merupakan hutan dataran rendah dan hutan rawa dengan luas 2100 ha. Areal bekas tebangan
memiliki vegetasi yang bervariasi mulai dari semai, pancang, tiang dan pohon. Daerah hutan rawa
merupakan lahan yang sering terdapat genangan air secara musiman yang didominasi oleh jenis
paku-pakuan seperti Acrostichum speciosum, Asplenium nidus dan Diplazium bantamense. Daerah
hutan dataran rendah dan rawa memiliki tutupan tajuk yang jarang karena merupakan daerah bekas
tebangan yang saat ini dalam proses pemulihan. (Gambar 4.2)










a. Hutan dataran rendah b.Hutan rawa
Gambar 4.2. Vegetasi hutan sekunder pada areal bekas tebangan

4.1.2 Komposisi Jenis Burung
Hasil yang diperoleh selama pengamatan, tercatat sebanyak 154 jenis dari 42 famili. Masing-
masing famili dari 154 jenis tersebut antara lain: Casuariidae, Ardeidae, Threskiorithidae,
Accipitridae, Anatidae, Megapodiidae, Recurvirostridae, Scolopacidae, Laridae, Columbidae,
Psittacidae, Cuculidae, Tytonidae, Strigidae, Podargidae, Caprimulgidae, Hemiprocnidae, Apodidae,
Alcedinidae, Meropidae, Coraciidae, Bucerotidae, Pittidae, Campephagidae, Orthonychidae,
Maluridae, Achanthizidae, Monarchidae, Rhipiduridae, Petroicidae, Pachycephalidae, Climacteridae,
Dicaeidae, Nectariniidae, Meliphagidae, Sturnidae, Oriolidae, Dicruridae, Cracticidae,
Ptilonorhynchidae, Paradisaeidae dan Corvidae. Areal hutan konsesi PT. MML sangat kaya akan
jenis-jenis burung dari famili Columbidae, Psittacidae, Meliphagidae dan Paradisaeidae. Data jenis-
jenis burung pada areal hutan konsesi PT. MML dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.1.3 Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal Hutan Konsesi PT. MML
Dari penelitian ini berhasil didata sebanyak 154 jenis burung dari 42 famili. Gambar 4.3.
menunjukkan perbandingan jumlah jenis burung yang ditemukan pada masing-masing habitat
selama pengamatan.
Kurva Penambahan Jenis
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Titik Pengamatan
Jumlah
Jenis
RKT 2010 Eks.2005 Eks.2002
Perbandingan Jumlah Jenis antar Habitat
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Titik Pengamatan
J
e
n
i
s
RKT 2010 Eks.2005 Eks.2002










Pengamatan yang dilakukan selama 13 hari disetiap titik pengamatan pada masing-masing
habitat, penemuan jenis burung terus meningkat. Gambar 4.4. menunjukkan tingkat penambahan
jenis burung yang ditemukan sejak dimulai sampai berakhirnya pengamatan.











Gambar 4.4. Kurva penambahan jenis burung

Kehadiran jenis-jenis burung pada setiap habitat di areal RKT 2010, areal bekas tebangan
2005 dan bekas tebangan 2002 memiliki tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan aktivitas harian
dan kebutuhan memperoleh makanan. Tiap habitat memiliki karakter berbeda sehingga ikut
menentukan keragaman jenis burung. Nilai indeks keanekaragaman jenis burung pada areal RKT
2010, areal bekas tebangan 2005 dan areal bekas tebangan 2002 ditampilkan pada Tabel 4.1





Gambar 4.3..Perbandingan Jumlah Jenis antar Habitat
Tabel 4.1. Nilai indeks keanekaragaman jenis burung pada tipe habitat di areal hutan konsesi PT.
MML
Habitat/Tipe Hutan H
Jumlah Jenis
Burung
RKT 2010 3,78 75
Bekas Tebangan 2005 3,92 83
Bekas Tebangan 2002 3,86 85

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa nilai keanekaragaman
jenis (H) masing-masing tipe habitat hampir mirip. Hasil perhitungan H tertinggi terdapat di tipe
habitat hutan sekunder pada areal bekas tebangan 2005 dan 2002. Keanekaragaman jenis (H)
terendah adalah hutan primer. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antar setiap
tipe habitat maka dilanjutkan dengan uji t (t-test). Hasil perhitungan t-test dapat dilihat pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan t-test Keanekaragaman Jenis Burung di Setiap Habitat
Perbandingan Habitat df (P=0.05) t-hitung t-tabel Keterangan
RKT 2010-Eks.2005 1216.939 -2.5959 1.96 TBN
RKT 2010-Eks.2002 1298.965 -1.6480 1.96 TBN
Eks.2005-Eks.2002 1511.820 1.0313 1.96 TBN
Keterangan: TBN: Tidak Beda Nyata (t hitung < t tabel),
Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa perbandingan antara ketiga habitat tidak berbeda nyata
(TBN). Indeks keanekaragaman jenis burung pada areal hutan konsesi PT. MML dan pada masing-
masing tipe habitat selengkapnya pada Lampiran 4, 5, dan 6.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Lokasi dan Tipe Habitat Burung
Lokasi penelitian pada areal hutan konsesi PT. MML pada tiga lokasi hutan yang mewakili
tipe habitat burung. RKT 2010 yang merupakan habitat hutan primer mewakili ekosistem hutan
dataran tinggi dan didominasi oleh jenis-jenis pohon sepeti Pometia pinnata (Sapindaceae), Rhus
taitensis (Anacardiaceae), Adina sp. (Rubiaceae), Pimelodendron amboinicum (Euphorbiaceae) dan
Duabanga moluccana. Sedangkan pada areal bekas tebangan 2005 dan 2002 yang merupakan
habitat hutan sekunder mewakili ekosistem hutan dataran rendah yang tersusun dari vegetasi hutan
rawa yang didominasi oleh jenis paku-pakuan seperti Acrostichum speciosum, Asplenium nidus dan
Diplazium bantamense..
Menurut Heatubun (2010), hasil inventarisasi jenis pohon pada tiga lokasi di areal hutan PT.
MML, terdapat 57 jenis dari 184 jenis pohon yang masuk dalam kriteria jenis pohon komersil,
dimana 6 jenis termasuk dalam kelas kayu mewah yaitu Dracontomelon dao, D. minor,
Koordersiodendron pinnatum, Prumnopitys amarus, Nagaeia wallichiana dan Vitex cofasus; 2 jenis
masuk dalam kelas meranti-merantian yaitu Hopea sp. dan Vatica rassack; 49 masuk dalam kelas
rimba campuran termasuk matoa dan merbau, serta 127 jenis masuk kelas kayu kurang dikenal.
Namun saat ini, manajemen PT. MML hanya menetapkan satu jenis pohon (kayu) komersil yang
menjadi jenis utama untuk dipanen (eksploitasi), yaitu jenis kayu merbau atau kayu besi. Namun
berdasarkan hasil identifikasi terdapat dua jenis merbau di areal PT. MML yaitu Intsia bijuga dan I.
palembanica yang kedua-duanya dipanen oleh perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut dapat
diduga bahwa kondisi hutan pada ketiga lokasi tersebut masih mendukung keberadaan jenis-jenis
burung yang beraktivitas disetiap habitat karena walaupun aktivitas penebangan yang dilakukan oleh
PT. MML selama ini namun kegiatan pelestarian di areal RKT 2010 masih diperhatikan.

4.2.2 Komposisi Jenis Burung

Jenis-jenis burung yang terdapat di areal hutan konsesi PT. MML merupakan jenis burung
dataran rendah (lowland) yang tersebar di seluruh kawasan hutan dataran rendah di daerah kepala
burung pulau Papua Indonesia (vogelkop) di dalamnya tersedia hutan yang menyediakan
sumberdaya alam bagi kelangsungan hidup dan berkembang biak bagi keanekaragaman jenis burung
yang ada. Burung di Papua lebih dari 700 jenis dan 578 di antarnya adalah jenis berbiak di darat dan
air tawar dan termasuk yang berada di daerah kepala burung Papua dengan mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Beehler. et al. (2001). Jenis-jenis burung yang terdapat di areal hutan PT. MML
mulai beraktivitas dari jam 06.30-10.00 (pagi) dan beraktivitas lagi pada jam 14.00-17.30 (sore). Hal
tersebut merupakan perilaku harian setiap jenis burung yang beraktivitas pada siang hari (diurnal)
dan adapun jenis-jenis burung yang mulai beraktivitas pada malam hari (nokturnal) mulai
beraktivitas pada jam 19.00-01.00 (malam).
Jenis-jenis burung dari famili Columbidae, Psittacidae, Meliphagidae dan Paradisaeidae,
merupakan jenis burung yang paling sering ditemukan di hutan primer maupun hutan sekunder
karena menggunakan habitat tersebut sebagai tempat beristirahat, berlindung, bermain dan ada pula
yang bersarang. Menurut Alikodra (1990) jika di suatu habitat terdapat jenis makanan yang disukai
maka habitat tersebut akan sering dikunjungi oleh jenis-jenis burung tertentu. Produksi makanan
sangat tergantung pada keadaan iklim dan lingkungannya, jika kondisi iklimnya mendukung
produktivitas habitatnya maka persediaan makanan menjadi berlimpah yang akan diikuti dengan
kegiatan perkembangbiakannya. Keberadaan dan keanekaragaman jenis burung di areal hutan
konsesi PT. MML sebenarnya dapat langsung diprediksi berdasarkan tipe ekosistem hutan, karena
menyangkut kemampuan beradaptasi masing-masing jenis burung terhadap hutan yang dihuni,
maupun kondisi fisik lingkungan lainnya. Kondisi areal hutan di PT. MML hampir diseluruh tipe
ekosistem hutannya ditumbuhi oleh jenis tumbuhan berbiji. Sehingga dapat dipastikan bahwa hutan
dataran rendah akan memiliki keberadaan dan jumlah jenis burung yang lebih besar di bandingkan
dengan tipe ekosistem hutan yang lain kecuali ada aktivitas pengelolaan atau tekanan serta
kerusakan lingkungan. Sebaliknya jenis-jenis burung tertentu hanya akan dijumpai pada tipe hutan
tertentu, sebagai contoh jenis Great Egret Ardea alba dari famili Ardeidae dan Sacred Ibis
Threskiornis molucca dari famili Threskiorithidae hanya ditemukan pada hutan dataran rendah dan
hutan rawa sedangkan pada hutan primer yang meruapakan tipe ekosistem hutan kaki bukit tidak
ditemukan jenis-jenis tersebut.

4.2.3 Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal Hutan Konsesi PT. MML
Keanekaragaman jenis merupakan suatu karateristik tingkatan komunitas berdasarkan
organisasi biologisnya yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Suatu
komunitas disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis sama atau hampir sama. Sebaliknya
jika komunitas disusun oleh sangat sedikit jenis dan jika hanya sedikit saja jenis yang dominan,
maka keanekaragaman jenisnya rendah (Sugianto, 1994).
Analisis keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di areal hutan konsesi PT.
MML dengan menggunakan Shanon-Wiener Diversity Index (H) pada Tabel 4.1 secara kuantitatif
menunjukkan keanekaragaman jenis burung di areal hutan konsesi PT. MML dapat di kategorikan
tinggi dan mengindikasikan bahwa lingkungan pada areal hutan konsesi tersebut masih dapat
mendukung keberlangsungan hidup jenis-jenis burung secara alami. Perbandingan keanekaragaman
jenis burung antara tiga areal hutan yang mewakili tiga tipe habitat antara areal RKT 2010, areal
bekas tebangan 2005 dan 2002 mengggunakan t-test disimpulkan bahwa ketiga habitat tersebut tidak
meliliki perbedaan yang signifikan (TBN), karena kondisi hutan secara ekologi tidak memilki
tingkat kerusakan yang parah. Berdasarkan kurva penambahan jenis pada (Gambar 4.3)
memperlihatkan bahwa jumlah jenis burung yang ditemukan disetiap habitat dan titik pengamatan
mengalami peningkatan hingga hari terakhir masih ditemukan jenis baru dan kurva penambahan
jenis belum stasioner. Sehingga dapat diduga bahwa jika hari dan waktu pengamatan ditambah maka
jenis yang akan ditemukan semakin bertambah. Walaupun areal bekas tebangan 2005 dan areal
bekas tebangan 2002 merupakan hutan sekunder yang hasil kayunya telah dieksploitasi sebelumnya
(telah terganggu) namun tingkat keanekaragaman jenis burung lebih tinggi dibanding areal RKT
2010 yang merupakan hutan primer. Tingginya aktivitas burung pada areal bekas tebangan 2005 dan
2002 karena diduga adanya aktivitas penebangan oleh PT. MML sehingga membuka kanopi hutan
dan menciptakan relung sekunder yang ditempati tumbuhan pioneer sehingga dapat menyediakan
makanan bagi jenis-jenis burung yang menyukai daerah lebih terbuka sehingga jenis-jenis burung
dapat menempati ekosistem tersebut bersama dengan jenis burung yang masih bertahan di areal
hutan yang tidak terganggu oleh penebangan kayu.
Penemuan jenis burung yang dapat dijadikan indikator keberadaan hutan di areal PT. MML
yaitu burung Cenderawasih kuning Paradisea minor , maleo Talegalla sp., Kasuari Casuarius
casuarius dan C.unappendiculatus lebih sedikit di areal hutan bekas tebangan 2005 dan 2002, yang
dapat mengindikasikan adanya tingkat gangguan oleh perusahaan. Jika dibandingkan dengan areal
hutan primer pada RKT 2010 burung Cenderawasih kuning Paradisea minor, maleo Talegalla sp.,
Kasuari Casuarius casuarius dan C.unappendiculatus kehadirannya lebih tinggi. Demikian dengan
kelompok burung lain di semua tipe habitat yang dikunjungi selama penelitian, kebanyakan jenis
dari yang diduga berhasil ditemukan. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan hutan masih baik
dalam proses perbaikan dari eksploitasi yang telah terjadi termasuk areal bekas tebangan 2005 dan
bekas tebangan 2002.

4.2.4 Status Konservasi Dan Status Persebaran Burung Di Areal Hutan Konsesi PT. MML
Kabupaten Teluk Bintuni
Hutan merupakan tipe habitat utama dari keanekaragaman jenis burung yang tersebar di
Indonesia. Sekitar 98% dari seluruh jenis burung di Indonesia menggunakan hutan sebagai tempat
hidupnya (Sujadnika, 1995). Burung merupakan kekayaan alam yang bernilai cukup tinggi, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari burung meliputi segi ekonomis yaitu
dapat dijadikan sebagai objek ekowisata burung. Secara tidak langsung juga bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan terutama yang berkaitan dengan upaya perlindungan terhadap kehidupan berbagai jenis
burung. Untuk menjamin kelestarian komunitas hayati diperlukan tindakan pengelolaan yang dapat
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam berbagai sektor dan instansi terkait untuk
melindungi komunitas tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian pada areal hutan di Kabupaten teluk Bintuni yang di kelola oleh
PT. MML terdapat 154 jenis burung yang tersebar di setiap tipe habitat yang mendukung
kelangsungan hidup setiap jenisnya. Dari 154 jenis burung, 55 jenis dilindungi oleh UU No.5/1999,
32 jenis tergolong dalam kategori CITES, 4 jenis tergolong dalan kategori IUCN dan terdapat 35
jenis merupakan jenis burung endemik. Data status konservasi dan status persebaran selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 7. Data hasil penelitian BP (2002) serta beberapa referensi
pendukungnya, di kawasan hutan Teluk Bintuni khususnya daerah sungai Saengga dan sungai
Manggosa terdapat 140 jenis burung diatranya 14 jenis burung endemik, 14 jenis termasuk dalam
kategori CITES dan IUCN. Jika di bandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada areal
hutan PT. MML (2010), keanekaragaman jenis burung di daerah tersebut lebih tinggi dari penelitian
yang dilakukan sebelumnya oleh BP pada tahun 2002. Hal ini disebabkan oleh perubahan stuktur
ekologi hutan yang berkaitan dengan proses-proses perindustrian di sekitar kawasan hutan yang
menyebabkan kebanyakan jenis burung melakukan migrasi ke daerah yang lebih sedikit tingkat
gangguannya.



























V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jenis burung yang dijumpai pada arael hutan konsesi PT. MML berjumlah 154 jenis dari 42
famili yang tersebar pada dua tipe habitat yaitu hutan primer pada areal RKT 2010 dan habitat hutan
sekunder pada areal bekas tebangan 2005 dan 2002. Indeks keanekaragaman jenis burung H pada
tipe habitat hutan primer yautu 3,78 sedangkan pada habitat hutan sekunder yang mewakili hutan
dataran rendah dan rawa yaitu 3,92 pada areal bekas tebangan 2005 dan 3,86 pada arel bekas
tebangan 2002. Perbandingan jumlah jenis burung antar tipe habitat yang mewakili tiga tipe hutan
tersebut berdasarkan uji-t, tidak berbeda nyata (TBN) atau tidak ada perbedaan yang signifikan
antara ketiga tipe hutan pada areal hutan konsesi PT. MML

5.2 Saran
1. Kurva penambahan jenis burung belum mengalami stasioner oleh sebab itu perlu dilakukan
penelitian lanjutan mengenai keanekaragaman jenis burung pada daerah hutan yang dikelola
oleh perusahaan-perusahaan lain di Kabupaten Teluk Bintuni sehingga informasi mengenai
keberadaan jenis-jenis burung di daerah tersebut dapat terus diketahui.

2. Perlu dilakukan penelitian ekologi lanjutan dan sejarah kehidupan alam (natural history) di areal
PT. MML untuk memahami gejala kemunduran regenerasi hutan dan implikasinya terhadap
kelestarian jenis burung serta habitat pendukungnya.


















DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Andrew, P. 1992 The Birds of Indonesia: A Checklist (Peters Sequence). Kukila Checklist no 1.
Indonesia Ornithological Society, Jakarta
Alikodra H.S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Fakultas Kehutanan IPB.Bogor.
Arianto Yudi, 2006. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan 2006. DEPHUT. Jakarta.
Beehler, B.M., Pratt., T.K., Zimmerman, A.D. 2001. Burung - Burung Di Kawasan Papua.
PUSLIT Biologi LIPI. Bogor.
Bibby, C., M. Jones dan S. Marsden, 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan Survei Burung.
Bird Life International-Indonesia Program. Bogor.
Brilliant Petrolium (BP), 2002. Cagar Alam Mutiara Hijau Teluk Bintuni. Dephut Papua Barat.
Heatubun.C.D, Simbiak V.I, 2010. Struktur, Komposisi dan Keanekaragaman Flora di Areal
Konsesi PT.MML Bintuni, Papua Barat. Lapoaran Hasil Survei HCVF Teluk Bintuni
Provinsi Papua (Tidak diterbitkan).
Irwanto, 2006. Perencanaan Perbaikan Satwa Liar Burung Pasca Bencana Alam Gunung
Meletus.
http:/ www. Geocities.com/irwantoforester/habitat_burung. doc.(10 Maret 2010).
Magurran, A. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. University Press Cambridge.
PT. MML, 2007. Persetujuan Revisi Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Dalam Hutan Alam Kabupaten Teluk Bintuni. Provinsi Papua Barat
Sujadnika., M. J. Crosby., P. Jepson., T. R. Soehartono dan A. Mardiastuti, 1995.
Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah
Burung Endemik (DEB). PHDA/Bird Life International-Indonesia Programme Jakarta.
Sukmantoro, W., Irham M., Novarino W., Hasudungan F., Kemp N dan Muchtar M. 2007. Daftar
Burung Indonesia No.2. Indonesian Ornithologists Union. Bogor.

Tangguh LNG, 2003. Flora and Fauna Survey of Papua Province Indonesia. http://www.
Avifauna bintuni_indo.com. (Jumat, 24 September 2010. Pukul 16.00 WIT)
Tewu. F., 2008. Ekowisata Di Kepala Burung Papua. http://www.explore-indo.com/alam/213-
ekowisata-di-kepala-burung-pulau-papua-pesona-alam-dan-misteri-melegenda-di-arfak.pdf.
(Selasa, 2 September 2010. Pukul 14.15 WIT).





















LAMPIRAN







Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Areal Hutan Konsesi PT. MML Kabupaten Teluk Bintuni

Areal Kerja PT. MML
Skala 1: 100.000
U
























Sumber Peta : PT. MML, 2007. Modifikasi Kapisa, 2010

11




























Lampiran 2. Data Jenis-Jenis Burung Pada Areal Hutan Konsesi PT. MML Kabupaten
Teluk Bintuni

Famili
Nama
Latin Inggris Indonesia
Casuariidae
Casuarius casuarius Southern Cassowary Kasuari gelambir ganda
Casuarius
unappendiculatus Northern Cassowary Kasuari gelambir tunggal
Ardeidae
Ardea alba Great Egret Cangak besar
Egretta garzetta Little Egret Kuntul kecil
Butorides striata Striated Heron Kokokan laut
Nycticorax caledonicus Rufous Night-Heron Kawokmalam merah
Zonerodius heliosylus Forest Bittern Bambangan rimba
Threskiorithidae
Plegadis falcinellus Glossy Ibis Ibis rokoroko
Threskiornis molucca Australian White Ibis Ibis Australia
Platalea regia Royal Spoonbill Ibis sendok-raja
Accipitridae
Aviceda subcristata Pasific Baza Baza pasifik
Henicopernis longicauda Long-tailed Honey Buzzard Elang ekor panjang
Haliastur indus Brahminy Kite Elang bondol
Accipiter poliocephalus Grey-headed Goshawk Elangalap pucat-sosonokan
Harpyopsis novaeguineae New Guinea Harpy Eagle Rajawali Papua
Aquila gurneyi Gurney's Eagle Rajawali kuskus
Anatidae
Tadorna radjah White-headed Shelduck Umukia raja
Megapodiidae Talegalla fuscirostris Black-billed Scrub-turkey Maleo paruh hitam
Reecurvirostridae Himantopus leucocephalus White-headed Stilt Gagangbayan belang
Scolopacidae
Numerius phaeopus Whimbrel Gajahan penggala
Tringa stagnatilis Marsh Sandpiper Trinil rawa
Tringa nebularia Common Greenshank Trinil kaki hijau
Actitis hypoleucos Common Sandpiper Trinil pantai
Laridae
Childonias hybridus Whiskered Tern Dara laut kumis
Gelochelidon nilotica Gull-billed Tern Dara laut tiram
Columbidae
Ptilinopus magnificus Wompoo Fruit-Dove Walik wompu
Ptilinopus perlatus Pink-spotted Fruit-Dove Walik mutiara
Ptilinopus ornatus Ornate Fruit-Dove Walik buma
Ptilinopus aurantiifrons Orange-fronted Fruit-Dove Walik dahi jingga
Ptilinopus superbus Superb Fruit-Dove Walik raja
Ptilinopus pulchellus Beautiful Fruit-Dove Walik elok
Ptilinopus viridis Claret-breasted Fruit-Dove Walik dada lembayung
Ptilinopus iozonus Orange-bellied Fruit-Dove Walik perut jingga
Ducula rufigaster Purple-tailed Imperial Pigeon Pergam ekor ungu
Ducula pinon Pinon Imperial Pigeon Pergam pinon
Ducula zoeae Zoe Imperial Pigeon Pergam zoe
Macropygia amboinensis Brown Cuckoo-Dove Uncal ambon
Macropygia nigrirostris Black-billed Cuckoo-Dove Uncal paruh hitam
Reinwardtoena reinwardtii Great Cuckoo-Dove Uncal besar
25
Chalcophaps stephani Stephan's Ground-Dove Delimukan timur
Gallicolumba rufigula Cinnamon Ground-Dove Delimukan pomo
Otidiphaps nobilis Pheasant Pigeon Delimukan dewata
Goura cristata Western Crowned Pigeon Mambruk ubiaat
Psittacidae
Chalcopsitta scintillata Streaked Lory Nuri aru
Pseudos fuscata Dusky Lory Nuri kelam
Trichoglossus haemotodus Rainbow Lorikeet Perkici pelangi
Lorius lory Black-capped Lory Kasturi-kepala hitam
Charmosyna rubronotata Red-fronted Lorikeet Perkici-kepala hitam
Charmosyna placentis Red-flanked Lorikeet Perkici dagu merah
Probosciger aterrimus Palm Cockatoo Kakatua raja
Cacatua galerita Sulphur-crested Cockatoo Kakatua koki
Micropsitta keiensis Yellow-capped Pygmy-Parrot Nuri kate-topi kuning
Opopsitta gulielmiterti Orange-breasted Fig-Parrot Nuriara dada jingga
Opopsitta diophthalma Double-eyed Fig Parrot Nuriara mata-ganda
Psittaculirostris
desmarestii Large Fig-Parrot Nuri Aru-besar
Geoffroyus geoffroyi Red-cheeked Parrot Nuri Pipi-merah
Geoffroyus simplex Blue-collared Parrot Nuri Kalung-biru
Eclectus roratus Eclectus Parrot Nuri Bayan
Psittrichas fulgidas Vulturine Parrot Nuri Kabare
Alisterus amboinensis Moluccan King-Parrot Nuri raja-ambon
Cuculidae
Cacomantis variolosus Brush Cuckoo Wiwik rimba
Cacomantis castaneiventris Chestnut-breasted Cuckoo Wiwik-dada coklat
Microdymanis parva Dwarf Koel Tuwur kerdil
Eudynamis cyanocephala Australian Koel Tuwur australia
Centropus menbeki Greater Black Coucal Bubut pini
Tytonidae Tyto tenebricosa Sooty Owl Serak hitam
Strigidae
Ninox rufa Rufous Boobook Pungguk merah
Podargidae Podargus papuensis Papuan Frogmouth Paruh kodok papua
Caprimulgidae
Eurostopodus papuensis Papuan Nightjar Taktarau papua
Caprimulgus macrurus Large-tailed Nightjar Cabak maling
Hemiprocnidae Hemiprocne mystacea Moustached Tree-swift Tepekong kumis
Apodidae
Collocalia vanikorensis Uniform Swiftlet Walet polos
Collocalia esculenta Glossy Swiftlet Walet sapi
Mearnsia novaeguineae Papuan Spine-tailed Swift Kapinis jarum papua
Alcedinidae
Alcedo azurea Azure Kingfisher Raja udang-biru langit
Ceyx lepidus Dwarf Kingfisher Raja udang-merah kecil
Dacelo gaudichaud Rufous-bellied Kookaburra Kukabura perut merah
Melidora macrorrhina Hook-billed Kingfisher Raja udang-paruh kait
Halcyon torotoro Yellow-billed Kingfisher Cekakak torotoro
Halcyon sancta Sacred Kingfisher Cekakak australia
Halcyon chloris Collared Kingfisher Cekakak sungai
Tanysiptera galatea Common Paradise-Kingfisher Cekakak pita biasa
26
Meropidae
Merops ornatus Rainbow Bee-eater Kirikkirik australia
Coraciidae Eurystomus orientalis Dollarbird Tiong lampu biasa
Bucerotidae
Rhyticeros plicatus Blyth's Hornbill Julang papua
Pittidae
Pitta erythrogaster Blue-breasted Pitta Paok mopo
Pitta sordida Hooded Pitta Paok hijau
Campephagidae
Coracina papuensis White-bellied Cuckoo-shrike Kepudang sungu kartula
Coracina boyeri Boyer's Cuckoo-shrike
Kepudang sungu-
kelekcoklat
Coracina incerta Black-shoulder Cicadabird
Kepudang sungu-bahu
hitam
Coracina schisticeps Grey-headed Cuckoo-shrike Kepudang sungu desin
Coracina fimbriata Lesser Cuckoo-shrike Kepudang sungu kecil
Campochaera sloetii Golden Cuckoo-shrike Kepudang sungu emas
Lalage atrovirens Black-browed Triller Kapasan alis hitam
Orhtonycidae
Cinclosoma ajax Painted Quail-thrush Anis puyuh ajax
Ptilorrhoa caerulescens Blue Jewel-Babbler Tepus permata biru
Maluridae
Malurus cyanocephalus Emporer Fairy-Wren Cikrak peri kaisar
Acanthizidae
Crateroscelis murina Rusty Mouse-warbler Tepus tikus merah
Sericornis virgatus Perplexing Scrub-wren Sericornis beragam
Gerygone chrysogaster Yellow-bellied Gerygone Remetuk perut emas
Gerygone chloronotus Green-backed Gerygone Remetuk tunggir hijau
Gerygone palpebrosa Fairy Gerygone Remetuk bidadari
Monarchidae
Monarcha guttulus Spot-winged Monarch Kehicap tutul
Monarcha manadensis
Hooded / White-bellied
Monarch Kehicap bertopi
Monarcha chrysomela Golden Monarch Kehicap emas
Arses telescopthalmus Frilled Monarch Kehicap biku-biku
Myiagra alecto Shining Flycatcher Sikatan kilap
Maechaerirhynchus
flaviventer Yellow-bellied Boatbill Cucuk pisau-dada kuning
Peltops blainvillii Cliking Shieldbill Peltops hutan
Rhipiduridae
Rhipidura leucophrys Willie Wagtail Kipasan kebun
Rhipidura rufiventris Northern Fantail Kipasan dada lurik
Rhipidura hyperythra Chestnut-bellied Fantail Kipasan perut coklat
Rhipidura threnothorax Sooty Thicket-Fantail Kipasan semak bayan
Rhipidura maculipectus Black Thicket-Fantail Kipasan semak hitam
Rhipidura rufidorsa Rufous-backed Fantail Kipasan tunggir merah
Petroicidae
Microeca flavovirescens Olive Flyrobin Sikatan zaitun
Poecilodryas hypoleuca Black-chinned Robin Robin belang
Poecilodryas brachyura Black-sided Robin Robin dagu hitam
Pachycephalidae
Pachycephala simplex Grey Whistler Kancilan kelabu
Colluricincla megarhyncha Little Shrike-thrush Anis bentet kecil
Pitohui kirhocephalus Variable Pitohui Pitohui belang
Pitohui ferrugineus Rusty Pitohui Pitohui karat
Pitohui cristatus Crested Pitohui Pitohui jambul
Climacteridae Melanocharis nigra Black Berrypecker Burung buah-hitam
27
Decaeidae
Dicaeum pectorale Papuan Flowerpecker Cabai papua
Nectariniidae
Leptocoma sericea Black Sunbird Burung madu hitam
Cinnyris jugularis Yellow-bellied Sunbird Burung madu sriganti
Meliphagidae
Melilestes megarhynchus Long-billed Honeyeater Isap madu-paruh panjang
Toxorhamphus
novaeguineae Yellow-bellied Longbill
Cucuk panjang-perut
kuning
Meliphaga aruensis Puff-backed Meliphaga Meliphaga aru
Meliphaga analoga Mimic Meliphaga Meliphaga mimic
Xanthotis chrysotis Tawny-breasted Honeyeater Isap madu-dada coklat
Xanthotis polygramma Spotted Honeyeater Isap madu tutul
Lichenostomus versicolor Varied Honeyeater Isap madu kepodang
Pycnopygius ixoides Plain Honeyeater Isap madu polos
Philemon meyeri Meyer's friarbird Cikukua kerdil
Philemon buceroides Helmeted Friarbird Cikukua tanduk
Sturnidae
Aplonis cantoroides Singing Starling Perling kicau
Aplonis metallica Metallic Starling Perling ungu
Mino dumontii Yellow-face Myna Mino muka-kuning
Oriolidae Oriolus szalayi Brown Oriole Kepudang coklat
Dicruridae Dicrurus bractaetus Papuan Drongo Srigunting lencana
Cracticidae
Cracticus cassicus Hooded Butcherbird Jagal papua
Cracticus quoyi Black Butcherbird Jagal hitam
Ptilonorhynchidae
Ailuroedus buccoides White-eared Catbird
Burung kucing kuping
putih
Paradisaeidae
Manucodia ater Glossy-mantled Manucode Manucodia kilap
Manucodia keraudrenii Trumpet Manucode Manucodia trompet
Ptiloris magnificus Magnificent Riflebird Toowa cemerlang
Seleucidis melanoleuca
Twelve-wired Bird of
Paradise Cendrawasih mati-kawat
Cicinnurus regius King Bird of Paradise Cendrawasih raja
Cicinnurus magnificus Magnificent Bird of Paradise Cendrawasih belah-rotan
Paradisaea minor Lesser Bird of Paradise Cendrawasih kecil
Corvidae
Corvus tristis Grey Crow Gagak kelabu
Corvus orru Torresian crow Gagak orru


Lampiran 3. Tabel Sebaran t (t-tabel)

Sumber: Magurran, 1988

Lampiran 4. Indeks Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal RKT 2010 PT. MML

No
Nama Titik Pengamatan
Total pi ln pi pi ln pi Latin Inggris 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Casuarius casuarius Southern Cassowary 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
2 Casuarius unappendiculatus Northern Cassowary 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
3 Talegalla fuscirostris Black-billed Scrub-turkey 2 3 1 1 5 3 15 0.0256 -3.6636 -0.0939
4 Ptilinopus magnificus Wompoo Fruit-Dove 4 1 2 1 4 12 0.0205 -3.8867 -0.0797
5 Ptilinopus perlatus Pink-spotted Fruit-Dove 1 3 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
6 Ptilinopus superbus Superb Fruit-Dove 5 1 3 3 12 0.0205 -3.8867 -0.0797
7 Ptilinopus pulchellus Beautiful Fruit-Dove 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
8 Ptilinopus iozonus Orange-bellied Fruit-Dove 1 12 15 1 1 30 0.0513 -2.9704 -0.1523
9 Ducula rufigaster Purple-tailed Imperial Pigeon 2 1 3 0.0051 -5.2730 -0.0270
10 Ducula pinon Pinon Imperial Pigeon 5 2 3 6 16 0.0274 -3.5990 -0.0984
11 Ducula zoeae Zoe Imperial Pigeon 4 1 1 4 1 11 0.0188 -3.9737 -0.0747
12 Macropygia amboinensis Brown Cuckoo-Dove 2 1 1 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
13 Reinwardtoena reinwardtii Great Cuckoo-Dove 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
14 Chalcophaps stephani Stephan's Ground-Dove 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
15 Otidiphaps nobilis Pheasant Pigeon 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
16 Goura cristata Western Crowned Pigeon 2 1 2 5 0.0085 -4.7622 -0.0407
17 Chalcopsitta scintillata Black Lory 1 1 2 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
18 Lorius lory Black-capped Lory 2 2 4 2 2 4 16 0.0274 -3.5990 -0.0984
19 Charmosyna placentis Red-flanked Lorikeet 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
20 Probosciger aterrimus Palm Cockatoo 1 1 2 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
21 Cacatua galerita Sulphur-crested Cockatoo 2 1 2 1 1 7 0.0120 -4.4257 -0.0530
22 Micrositta keiensis Yellow-capped Pygmy-Parrot 2 2 0.0034 -5.6785 -0.0194
23 Psittaculirostris desmarestii Large Fig-Parrot 1 1 2 0.0034 -5.6785 -0.0194
24 Geoffroyus geoffroyi Red-cheeked Parrot 5 2 3 5 8 3 26 0.0444 -3.1135 -0.1384
30
25 Alisterus amboinensis Moluccan King-Parrot 1 2 2 1 6 0.0103 -4.5799 -0.0470
26 Cacomantis variolosus Brush Cuckoo 2 4 6 2 14 0.0239 -3.7326 -0.0893
27 Cacomantis castaneiventris Chestnut-breasted Cuckoo 2 2 0.0034 -5.6785 -0.0194
28 Collocalia esculenta Glossy Swiftlet 3 3 2 1 1 10 0.0171 -4.0690 -0.0696
29 Alcedo azurea Azure Kingfisher 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
30 Dacelo gaudichaud Rufous-bellied Kookaburra 1 1 1 2 2 6 0.0103 -4.5799 -0.0470
31 Halcyon torotoro Yellow-billed Kingfisher 2 1 1 1 1 6 0.0103 -4.5799 -0.0470
32 Tanysiptera galatea Common Paradise-Kingfisher 2 1 2 2 2 3 12 0.0205 -3.8867 -0.0797
33 Eurystomus orientalis Dollarbird 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
34 Rhyticeros plicatus Blyth's Hornbill 2 4 2 6 2 8 1 25 0.0427 -3.1527 -0.1347
35 Coracina papuensis White-bellied Cuckoo-shrike 1 1 3 5 0.0085 -4.7622 -0.0407
36 Coracina incerta Black-shoulder Cicadabird 1 1 1 3 0.0051 -5.2730 -0.0270
37 Coracina schisticeps Grey-headed Cuckoo-shrike 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
38 Coracina melaena Black Cuckoo-shrike 2 4 6 0.0103 -4.5799 -0.0470
39 Campochaera sloetii Golden Cuckoo-shrike 1 2 1 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
40 Cinclosoma ajax Painted Quail-thrush 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
41 Ptilorrhoa caerulescens Blue Jewel-Babbler 1 1 1 3 0.0051 -5.2730 -0.0270
42 Crateroscelis murina Rusty Mouse-warbler 2 1 1 2 2 8 0.0137 -4.2922 -0.0587
43 Sericornis virgatus Perplexing Scrub-wren 3 4 1 2 5 1 16 0.0274 -3.5990 -0.0984
44 Gerygone chrysogaster Yellow-bellied Gerygone 1 1 2 1 5 0.0085 -4.7622 -0.0407
45 Gerygone chloronotus Green-backed Gerygone 2 1 3 0.0051 -5.2730 -0.0270
46 Monarcha guttula Spot-winged Monarch 2 1 3 0.0051 -5.2730 -0.0270
47 Monarcha manadensis Hooded / White-bellied Monarch 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
48 Arses telescopthalmus Frilled Monarch 1 2 2 4 9 0.0154 -4.1744 -0.0642
49 Maechaerirhynchus flaviventer Yellow-bellied Boatbill 1 1 1 1 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
50 Rhipidura rufiventris Northern Fantail 2 2 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
51 Rhipidura hyperythra Chestnut-bellied Fantail 1 2 2 5 0.0085 -4.7622 -0.0407
52 Rhipidura threnothorax Sooty Thicket-Fantail 1 1 2 2 1 1 4 12 0.0205 -3.8867 -0.0797
31
53 Rhipidura rufidorsa Rufous-backed Fantail 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
54 Microeca flavovirescens Olive Flycatcher 2 1 1 1 5 0.0085 -4.7622 -0.0407
55 Poecilodryas hypoleuca Black-chinned Robin 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
56 Poecilodryas brachyura Black-sided Robin 2 2 2 1 7 0.0120 -4.4257 -0.0530
57 Pachycephala simplex Grey Whistler 2 1 3 0.0051 -5.2730 -0.0270
58 Pitohui kirhocephalus Variable Pitohui 10 5 13 4 1 3 6 7 11 5 65 0.1111 -2.1972 -0.2441
59 Pitohui ferrugineus Rusty Pitohui 8 2 4 6 2 3 25 0.0427 -3.1527 -0.1347
60 Pitohui cristatus Crested Pitohui 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
61 Melilestes megarhynchus Long-billed Honeyeater 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
62 Toxorhamphus novaeguineae Yellow-bellied Longbill 2 1 3 0.0051 -5.2730 -0.0270
63 Meliphaga aruensis Puff-backed Meliphaga 1 1 1 7 3 1 3 17 0.0291 -3.5384 -0.1028
64 Xanthotis chrysotis Tawny-breasted Honeyeater 2 2 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
65 Pycnopygius ixoides Plain Honeyeater 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
66 Philemon buceroides Helmeted Friarbird 1 1 0.0017 -6.3716 -0.0109
67 Mino dumontii Yellow-face Myna 1 1 2 0.0034 -5.6785 -0.0194
68 Oriolus szalayi Brown Oriole 1 1 2 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
69 Dicrurus bractaetus Papuan Drongo 2 1 2 5 0.0085 -4.7622 -0.0407
70 Cracticus cassicus Hooded Butcherbird 1 2 1 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
71 Cracticus quoyi Black Butcherbird 2 1 3 0.0051 -5.2730 -0.0270
72 Ailuroedus buccoides White-eared Catbird 1 1 1 1 4 0.0068 -4.9853 -0.0341
73 Ptiloris magnificus Magnificent Riflebird 4 6 1 9 1 1 1 23 0.0393 -3.2361 -0.1272
74 Cicinnurus regia King Bird of Paradise 2 2 4 2 10 0.0171 -4.0690 -0.0696
75 Cicinnurus magnificus Magnificent Bird of Paradise 3 1 2 6 0.0103 -4.5799 -0.0470
76 Paradisaea minor Lesser Bird of Paradise 4 2 6 3 4 2 3 2 2 5 33 0.0564 -2.8751 -0.1622
Total 585 1 -373.3037 -3.7808
H' =pi ln pi 3,7808



32





Lampiran 5. Indeks Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal Bekas Tebangan 2005 PT. MML
No
Nama Titik Pengamatan
Total pi ln pi pi ln pi Latin Inggris 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Casuarius casuarius Southern Cassowary 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
2 Talegalla fuscirostris Black-billed Scrub-turkey 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
3 Ptilinopus magnificus Wompoo Fruit-Dove 2 1 4 2 9 0.0132 -4.3249 -0.0572
4 Ptilinopus perlatus Pink-spotted Fruit-Dove 1 1 1 1 1 5 0.0074 -4.9127 -0.0361
5 Ptilinopus ornatus Ornate Fruit-Dove 3 1 1 1 6 0.0088 -4.7303 -0.0417
6 Ptilinopus superbus Superb Fruit-Dove 2 5 6 2 15 0.0221 -3.8140 -0.0841
7 Ptilinopus iozonus Orange-bellied Fruit-Dove 2 7 4 6 9 1 4 1 1 10 45 0.0662 -2.7154 -0.1797
8 Ducula rufigaster Purple-tailed Imperial Pigeon 1 2 1 4 0.0059 -5.1358 -0.0302
9 Ducula pinon Pinon Imperial Pigeon 6 3 2 4 9 4 2 3 33 0.0485 -3.0256 -0.1468
10 Ducula zoeae Zoe Imperial Pigeon 2 1 4 1 2 1 1 1 13 0.0191 -3.9571 -0.0757
11 Macropygia amboinensis Brown Cuckoo-Dove 1 3 2 1 2 2 11 0.0162 -4.1242 -0.0667
12 Macropygia nigrirostris Black-billed Cuckoo-Dove 2 1 1 4 0.0059 -5.1358 -0.0302
13 Reinwardtoena reinwardtii Great Cuckoo-Dove 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
14 Chalcophaps stephani Stephan's Ground-Dove 2 1 3 0.0044 -5.4235 -0.0239
15 Otidiphaps nobilis Pheasant Pigeon 1 1 1 3 0.0044 -5.4235 -0.0239
16 Goura cristata Western Crowned Pigeon 1 1 1 1 4 0.0059 -5.1358 -0.0302
17 Trichoglossus haemotodus Rainbow Lorikeet 2 4 2 8 0.0118 -4.4427 -0.0523
18 Lorius lory Black-capped Lory 5 3 2 4 1 15 0.0221 -3.8140 -0.0841
19 Charmosyna placentis Red-flanked Lorikeet 1 4 2 1 5 13 0.0191 -3.9571 -0.0757
20 Probosciger aterrimus Palm Cockatoo 3 1 1 5 0.0074 -4.9127 -0.0361
21 Cacatua galerita Sulphur-crested Cockatoo 2 2 3 7 1 4 19 0.0279 -3.5777 -0.1000
22 Micrositta keiensis Yellow-capped Pygmy-Parrot 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
23 Opopsitta diophthalma Double-eyed Fig Parrot 3 4 2 5 14 0.0206 -3.8830 -0.0799
24 Psittaculirostris desmarestii Large Fig-Parrot 2 1 1 1 5 0.0074 -4.9127 -0.0361
25 Geoffroyus geoffroyi Red-cheeked Parrot 4 2 4 3 6 3 22 0.0324 -3.4311 -0.1110
26 Eclectus roratus Eclectus Parrot 1 3 2 6 0.0088 -4.7303 -0.0417
27 Alisterus amboinensis Moluccan King-Parrot 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
28 Cacomantis variolosus Brush Cuckoo 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
33
29 Microdymanis parva Dwarf Koel 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
30 Centropus menbeki Greater Black Coucal 1 1 2 4 0.0059 -5.1358 -0.0302
31 Alcedo azurea Azure Kingfisher 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
32 Dacelo gaudichaud Rufous-bellied Kookaburra 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
33 Halcyon torotoro Yellow-billed Kingfisher 5 3 5 4 17 0.0250 -3.6889 -0.0922
34 Tanysiptera galatea Common Paradise-Kingfisher 2 2 2 6 0.0088 -4.7303 -0.0417
35 Merops ornatus Rainbow Bee-eater 5 3 8 0.0118 -4.4427 -0.0523
36 Eurystomus orientalis Dollarbird 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
37 Rhyticeros plicatus Blyth's Hornbill 4 2 5 3 2 3 4 23 0.0338 -3.3866 -0.1145
38 Pitta erythrogaster Blue-breasted Pitta 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
39 Pitta sordida Hooded Pitta 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
40 Coracina papuensis White-bellied Cuckoo-shrike 1 2 3 2 3 11 0.0162 -4.1242 -0.0667
41 Coracina boyeri Boyer's Cuckoo-shrike 1 1 1 3 0.0044 -5.4235 -0.0239
42 Coracina schisticeps Grey-headed Cuckoo-shrike 2 4 3 9 0.0132 -4.3249 -0.0572
43 Coracina melaena Black Cuckoo-shrike 1 3 4 0.0059 -5.1358 -0.0302
44 Campochaera sloetii Golden Cuckoo-shrike 3 2 1 5 11 0.0162 -4.1242 -0.0667
45 Lalage atrovirens Black-browed Triller 2 2 4 1 9 0.0132 -4.3249 -0.0572
46 Ptilorrhoa caerulescens Blue Jewel-Babbler 2 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
47 Crateroscelis murina Rusty Mouse-warbler 2 4 2 1 1 10 0.0147 -4.2195 -0.0621
48 Sericornis virgatus Perplexing Scrub-wren 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
49 Gerygone chloronotus Green-backed Gerygone 1 3 3 1 8 0.0118 -4.4427 -0.0523
50 Gerygone palpebrosa Fairy Gerygone 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
51 Monarcha guttula Spot-winged Monarch 1 3 1 1 6 0.0088 -4.7303 -0.0417
52 Arses telescopthalmus Frilled Monarch 1 2 1 4 0.0059 -5.1358 -0.0302
53 Myiagra alecto Shining Flycatcher 2 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
54 Maechaerirhynchus flaviventer Yellow-bellied Boatbill 2 1 3 0.0044 -5.4235 -0.0239
55 Rhipidura rufiventris Northern Fantail 1 2 1 2 6 0.0088 -4.7303 -0.0417
56 Rhipidura threnothorax Sooty Thicket-Fantail 1 1 2 1 1 3 9 0.0132 -4.3249 -0.0572
57 Rhipidura maculipectus Black Thicket-Fantail 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
58 Rhipidura rufidorsa Rufous-backed Fantail 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
59 Microeca flavovirescens Olive Flycatcher 2 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
34
60 Poecilodryas hypoleuca Black-chinned Robin 2 2 2 6 0.0088 -4.7303 -0.0417
61 Poecilodryas brachyura Black-sided Robin 1 1 3 5 0.0074 -4.9127 -0.0361
62 Pitohui kirhocephalus Variable Pitohui 6 6 8 4 3 5 4 12 2 5 55 0.0809 -2.5148 -0.2034
63 Pitohui ferrugineus Rusty Pitohui 2 1 3 6 0.0088 -4.7303 -0.0417
64 Melanocharis nigra Black Berrypecker 1 1 8 2 12 0.0176 -4.0372 -0.0712
65 Leptocoma sericea Black Sunbird 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
66 Melilestes megarhynchus Long-billed Honeyeater 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
67 Toxorhamphus novaeguineae Yellow-bellied Longbill 1 1 1 1 4 0.0059 -5.1358 -0.0302
68 Meliphaga aruensis Puff-backed Meliphaga 1 1 1 3 0.0044 -5.4235 -0.0239
69 Meliphaga analog Mimic Meliphaga 2 3 1 1 7 0.0103 -4.5762 -0.0471
70 Xanthotis polygramma Spotted Honeyeater 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
71 Philemon buceroides Helmeted Friarbird 4 2 1 1 5 5 18 0.0265 -3.6317 -0.0961
72 Mino dumontii Yellow-face Myna 4 1 1 4 2 1 13 0.0191 -3.9571 -0.0757
73 Oriolus szalayi Brown Oriole 2 5 3 1 1 12 0.0176 -4.0372 -0.0712
74 Dicrurus bractaetus Papuan Drongo 1 1 2 0.0029 -5.8289 -0.0171
75 Cracticus cassicus Hooded Butcherbird 2 1 1 2 2 8 0.0118 -4.4427 -0.0523
76 Cracticus quoyi Black Butcherbird 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
77 Manucodia atra Glossy-mantled Manucode 1 1 0.0015 -6.5221 -0.0096
78 Manucodia keraudrenii Trumpet Manucode 1 1 1 3 0.0044 -5.4235 -0.0239
79 Ptiloris magnificus Magnificent Riflebird 5 2 3 5 6 4 27 0.0397 -3.2263 -0.1281
80 Cicinnurus regia King Bird of Paradise 2 1 3 0.0044 -5.4235 -0.0239
81 Cicinnurus magnificus Magnificent Bird of Paradise 1 1 2 4 0.0059 -5.1358 -0.0302
82 Paradisaea minor Lesser Bird of Paradise 4 7 2 8 2 7 5 2 37 0.0544 -2.9112 -0.1584
83 Corvus tristis Grey Crow 1 1 2 1 1 6 0.0088 -4.7303 -0.0417
Total
680 1 -410.3898 -3.9208

H' =pi ln pi

3.9208




35

Lampiran 6. Indeks Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal Bekas Tebangan 2002 PT. MML
No
Nama Titik Pengamatan
Total pi ln pi pi ln pi Latin Inggris 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Casuarius casuarius Southern Cassowary 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
2 Casuarius unappendiculatus Northern Cassowary 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
3 Accipiter poliocephalus Grey-headed Goshawk 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
4 Harpyopsis novaeguineae New Guinea Harpy Eagle 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
5 Talegalla fuscirostris Black-billed Scrub-turkey 1 1 2 1 3 8 0.0093 -4.6752 -0.0436
6 Ptilinopus magnificus Wompoo Fruit-Dove 2 3 1 1 7 0.0082 -4.8087 -0.0392
7 Ptilinopus perlatus Pink-spotted Fruit-Dove 1 2 1 2 2 1 9 0.0105 -4.5574 -0.0478
8 Ptilinopus aurantiifrons Orange-fronted Fruit-Dove 1 2 2 5 0.0058 -5.1452 -0.0300
9 Ptilinopus superbus Superb Fruit-Dove 2 1 1 6 2 11 0.0128 -4.3567 -0.0559
10 Ptilinopus pulchellus Beautiful Fruit-Dove 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
11 Ptilinopus iozonus Orange-bellied Fruit-Dove 14 2 1 11 2 3 8 4 9 54 0.0629 -2.7656 -0.1741
12 Ducula rufigaster Purple-tailed Imperial Pigeon 3 2 5 0.0058 -5.1452 -0.0300
13 Ducula pinon Pinon Imperial Pigeon 7 5 3 7 1 2 6 9 8 48 0.0559 -2.8834 -0.1613
14 Ducula zoeae Zoe Imperial Pigeon 3 3 5 1 12 0.0140 -4.2697 -0.0597
15 Macropygia amboinensis Brown Cuckoo-Dove 1 1 1 3 6 0.0070 -4.9628 -0.0347
16 Chalcophaps stephani Stephan's Ground-Dove 1 1 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
17 Goura cristata Western Crowned Pigeon 2 1 3 0.0035 -5.6560 -0.0198
18 Chalcopsitta scintillata Black Lory 3 3 4 2 2 14 0.0163 -4.1155 -0.0672
19 Trichoglossus haemotodus Rainbow Lorikeet 1 1 3 2 3 10 0.0117 -4.4520 -0.0519
20 Charmosyna rubronotata Red-fronted Lorikeet 2 1 3 6 0.0070 -4.9628 -0.0347
21 Charmosyna placentis Red-flanked Lorikeet 1 1 1 3 0.0035 -5.6560 -0.0198
22 Probosciger aterrimus Palm Cockatoo 2 2 2 1 7 0.0082 -4.8087 -0.0392
23 Cacatua galerita Sulphur-crested Cockatoo 4 6 3 5 7 5 30 0.0350 -3.3534 -0.1173
24 Micrositta keiensis Yellow-capped Pygmy-Parrot 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
25 Opopsitta gulielmiterti Orange-breasted Fig-Parrot 2 1 1 1 5 0.0058 -5.1452 -0.0300
26 Psittaculirostris desmarestii Large Fig-Parrot 4 6 3 4 17 0.0198 -3.9214 -0.0777
27 Geoffroyus geoffroyi Red-cheeked Parrot 11 9 3 2 7 6 8 14 77 0.0897 -2.4108 -0.2164
28 Eclectus roratus Eclectus Parrot 1 1 3 4 9 0.0105 -4.5574 -0.0478
29 Alisterus amboinensis Moluccan King-Parrot 1 5 4 4 14 0.0163 -4.1155 -0.0672
30 Cacomantis variolosus Brush Cuckoo 4 2 2 8 0.0093 -4.6752 -0.0436
31 Microdymanis parva Dwarf Koel 5 3 8 0.0093 -4.6752 -0.0436
32 Centropus menbeki Greater Black Coucal 1 1 1 3 0.0035 -5.6560 -0.0198
33 Hemiprocne mystacea Moustached Tree-swift 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
34 Ceyx lepidus Dwarf Kingfisher 2 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
35 Halcyon torotoro Yellow-billed Kingfisher 5 3 4 6 18 0.0210 -3.8642 -0.0811
36 Halcyon sancta Sacred Kingfisher 1 1 4 6 0.0070 -4.9628 -0.0347
37 Tanysiptera galatea Common Paradise-Kingfisher 2 1 3 6 0.0070 -4.9628 -0.0347
38 Eurystomus orientalis Dollarbird 1 2 2 1 7 0.0082 -4.8087 -0.0392
39 Rhyticeros plicatus Blyth's Hornbill 3 2 8 9 4 7 9 6 48 0.0559 -2.8834 -0.1613
40 Pitta erythrogaster Blue-breasted Pitta 1 1 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
41 Coracina papuensis White-bellied Cuckoo-shrike 2 2 1 1 6 0.0070 -4.9628 -0.0347
42 Coracina boyeri Boyer's Cuckoo-shrike 1 1 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
43 Coracina schisticeps Grey-headed Cuckoo-shrike 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
44 Coracina melaena Black Cuckoo-shrike 1 1 2 2 3 9 0.0105 -4.5574 -0.0478
45 Lalage atrovirens Black-browed Triller 1 3 2 1 7 0.0082 -4.8087 -0.0392
46 Malurus cyanocephalus Emporer Fairy-Wren 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
47 Crateroscelis murina Rusty Mouse-warbler 2 2 1 2 3 10 0.0117 -4.4520 -0.0519
48 Gerygone chrysogaster Yellow-bellied Gerygone 1 1 2 4 0.0047 -5.3683 -0.0250
49 Gerygone chloronotus Green-backed Gerygone 4 2 4 3 13 0.0152 -4.1897 -0.0635
50 Monarcha guttula Spot-winged Monarch 1 1 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
51 Monarcha chrysomela Golden Monarch 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
52 Arses telescopthalmus Frilled Monarch 1 2 1 1 2 7 0.0082 -4.8087 -0.0392
53 Myiagra alecto Shining Flycatcher 1 4 1 1 7 0.0082 -4.8087 -0.0392
54 Maechaerirhynchus flaviventer Yellow-bellied Boatbill 2 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
55 Peltops blainvillii Lowland Peltops 2 1 1 2 6 0.0070 -4.9628 -0.0347
56 Rhipidura rufiventris Northern Fantail 1 1 1 4 7 0.0082 -4.8087 -0.0392
57 Rhipidura threnothorax Sooty Thicket-Fantail 6 2 2 1 11 0.0128 -4.3567 -0.0559
58 Rhipidura maculipectus Black Thicket-Fantail 2 1 2 2 7 0.0082 -4.8087 -0.0392
59 Microeca flavovirescens Olive Flycatcher 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
60 Poecilodryas hypoleuca Black-chinned Robin 2 1 1 2 1 1 5 13 0.0152 -4.1897 -0.0635
61 Poecilodryas brachyura Black-sided Robin 2 6 1 1 4 4 18 0.0210 -3.8642 -0.0811
62 Pitohui kirhocephalus Variable Pitohui 15 3 8 7 5 6 2 3 7 11 67 0.0781 -2.5499 -0.1991
63 Pitohui ferrugineus Rusty Pitohui 3 2 4 9 0.0105 -4.5574 -0.0478
64 Dicaeum pectorale Papuan Flowerpecker 4 6 3 13 0.0152 -4.1897 -0.0635
65 Leptocoma sericea Black Sunbird 2 2 4 0.0047 -5.3683 -0.0250
66 Toxorhamphus novaeguineae Yellow-bellied Longbill 2 1 3 4 10 0.0117 -4.4520 -0.0519
67 Meliphaga aruensis Puff-backed Meliphaga 2 2 4 0.0047 -5.3683 -0.0250
68 Meliphaga analog Mimic Meliphaga 2 4 1 3 3 13 0.0152 -4.1897 -0.0635
69 Xanthotis chrysotis Tawny-breasted Honeyeater 1 2 1 4 0.0047 -5.3683 -0.0250
70 Xanthotis polygramma Spotted Honeyeater 1 1 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
71 Philemon meyeri Meyer's friarbird 1 2 3 6 0.0070 -4.9628 -0.0347
72 Philemon buceroides Helmeted Friarbird 2 2 4 3 11 0.0128 -4.3567 -0.0559
73 Aplonis cantoroides Singing Starling 4 2 2 2 3 13 0.0152 -4.1897 -0.0635
74 Mino dumontii Yellow-face Myna 2 2 1 1 2 4 2 14 0.0163 -4.1155 -0.0672
75 Oriolus szalayi Brown Oriole 1 1 1 4 2 1 5 15 0.0175 -4.0466 -0.0707
76 Dicrurus bractaetus Papuan Drongo 2 3 1 6 0.0070 -4.9628 -0.0347
77 Cracticus cassicus Hooded Butcherbird 2 3 2 7 0.0082 -4.8087 -0.0392
78 Cracticus quoyi Black Butcherbird 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
79 Ailuroedus buccoides White-eared Catbird 2 1 3 0.0035 -5.6560 -0.0198
80 Manucodia atra Glossy-mantled Manucode 1 1 0.0012 -6.7546 -0.0079
81 Manucodia keraudrenii Trumpet Manucode 1 1 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
82 Ptiloris magnificus Magnificent Riflebird 4 1 1 2 3 11 0.0128 -4.3567 -0.0559
83 Seleucidis melanoleuca Twelve-wired Bird of Paradise 1 1 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
84 Cicinnurus regia King Bird of Paradise 1 1 2 0.0023 -6.0615 -0.0141
85 Paradisaea minor Lesser Bird of Paradise 2 5 4 6 4 5 26 0.0303 -3.4965 -0.1060
Total
858 1 -427.5801 -3.8691
H' =pi ln pi

3,8691



Lampiran 7. Status Konservasi dan Staus Persebaran Jenis Burung Pada Areal Hutan
Konsesi PT. MML

No
Nama Status konsevasi
Satus
Persebaran
Ilmiah Inggris IUCN CITES UU
1 Casuarius casuarius Southern Cassowary
VU AB EP
2 Casuarius unappendiculatus Northern Cassowary
VU AB
3 Ardea alba Great Egret
AB
4 Egretta garzetta Little Egret
AB
5 Nycticorax caledonicus Rufous Night-Heron
AB
6 Zonerodius heliosylus Forest Bittern
NT
7 Plegadis falcinellus Glossy Ibis
AB
8 Threskiornis molucca Sacred Ibis
B
9 Aviceda subcristata Crested Hawk
II AB
10 Henicopernis longicauda Long-tailed Buzzard
II AB
11 Haliastur indus Brahminy Kite
II AB
12 Accipiter poliocephalus Grey-headed Goshawk
II AB
13 Harpyopsis novaeguineae New Guinea Harpy Eagle
II AB
14 Aquila gurneyi Gurney's Eagle
II AB
15 Talegalla fuscirostris Black-billed Scrub-turkey
AB
16 Himantopus leucocephalus White-headed Stilt
AB
17 Numerius phaeopus Whimbrel
AB
18 Childonias hybridus Whiskered Tern
AB
19 Gelochelidon nilotica Gull-billed Tern
AB
20 Ptilinopus magnificus Wompoo Fruit-Dove
EP
21 Macropygia nigrirostris Black-billed Cuckoo-Dove
EP
22 Goura cristata Western Crowned Pigeon
EP
23 Chalcopsitta scintillata Black Lory
II
24 Pseudos fuscata Dusky Lory
II
25 Trichoglossus haemotodus Rainbow Lorikeet
II
26 Lorius lory Black-capped Lory
II A EP
27 Charmosyna rubronotata Red-fronted Lorikeet
II
28 Charmosyna placentis Red-flanked Lorikeet
II EP
29 Probosciger aterrimus Palm Cockatoo
I AB EP
30 Cacatua galerita Sulphur-crested Cockatoo
II AB EP
31 Micrositta keiensis Yellow-capped Pygmy-Parrot
II
32 Opopsitta gulielmiterti Orange-breasted Fig-Parrot
II
33 Opopsitta diophthalma Double-eyed Fig Parrot
II EP
34 Psittaculirostris desmarestii Flame Headed Fig Parrot
II
35 Geoffroyus geoffroyi Red-cheeked Parrot
II
36 Geoffroyus simplex Blue-collared Parrot
II
37 Eclectus roratus Eclectus Parrot
II AB
38 Psittrichas fulgidus Vulturine Parrot
VU II AB EP
39 Alisterus amboinensis Moluccan King-Parrot
II
40 Cacomantis castaneiventris Chestnut-breasted Cuckoo
EP
39
41 Tyto tenebricosa Sooty Owl
II EP
42 Ninox rufa Rufous Boobook
II EP
43 Podargus papuensis Papuan Frogmouth
EP
44 Eurostopodus papuensis Papuan Nightjar
EP
45 Alcedo azurea Azure Kingfisher
AB
46 Ceyx lepidus Dwarf Kingfisher
AB
47 Dacelo gaudichaud Rufous-bellied Kookaburra
AB
48 Melidora macrorrhina Hook-billed Kingfisher
AB
49 Halcyon torotoro Yellow-billed Kingfisher
B EP
50 Halcyon sancta Sacred Kingfisher
AB
51 Halcyon chloris Collared Kingfisher
AB
52 Tanysiptera galatea Common Paradise-Kingfisher
AB
53 Rhyticeros plicatus Blyth's Hornbill
AB EP
54 Pitta erythrogaster Blue-breasted Pitta
AB
55 Pitta sordida Hooded Pitta
AB
56 Gerygone chloronotus Green-backed Gerygone
EP
57 Gerygone palpebrosa Fairy Gerygone
EP
58 Monarcha chrysomela Golden Monarch
EP
59 Arses telescopthalmus Frilled Monarch
EP
60 Maechaerirhynchus flaviventer Yellow-bellied Boatbill
EP
61 Colluricincla megarhyncha Little Shrike-thrush
B EP
62 Leptocoma sericea Black Sunbird
AB
63 Cinnyris jugularis Yellow-bellied Sunbird
AB
64 Melilestes megarhynchus Long-billed Honeyeater
AB
65 Toxorhamphus novaeguineae Yellow-bellied Longbill
AB
66 Meliphaga aruensis Puff-backed Meliphaga
AB
67 Meliphaga analog Mimic Meliphaga
B
68 Xanthotis chrysotis Tawny-breasted Honeyeater
B EP
69 Xanthotis polygramma Spotted Honeyeater
B
70 Lichenostomus versicolor Varied Honeyeater
B
71 Pycnopygius ixoides Plain Honeyeater
AB
72 Philemon meyeri Meyer's friarbird
AB
73 Philemon buceroides Helmeted Friarbird
AB EP
74 Aplonis cantoroides Singing Starling
EP
75 Mino dumontii Yellow-face Myna
EP
76 Cracticus quoyi Black Butcherbird
EP
77 Ailuroedus buccoides White-eared Catbird
AB
78 Manucodia atra Glossy-mantled Manucode
II ABC EP
79 Manucodia keraudrenii Trumpet Manucode
II ABC EP
80 Ptiloris magnificus Magnificent Riflebird
II ABC EP
81 Seleucidis melanoleuca Twelve-wired Bird of Paradise
II ABC EP
82 Cicinnurus regia King Bird of Paradise
II ABC EP
83 Cicinnurus magnificus Magnificent Bird of Paradise
II ABC EP
84 Paradisaea minor Lesser Bird of Paradise
II ABC EP

40
Keterangan :

Status Keterancaman Menurut IUCN :
VU = Vulnerable (Terancam )
NT = Near Threatened (Mendekati Terancam)

Status Peraturan Perdagangan Internasional Menurut CITES :
Appendix I = Jenis yang terancam punah dan berdampak bila diperdagangkan.
Appendix II= Jenis yang statusnya belum terancam punah tetapi akan
terancam punah apabila dieksploitasi berlebihan.

Status Perlindungan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia :
A = UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
B = PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
C = PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Liar.

Status Persebaran :
EP = Endemik Papua

(Sukmantoro. et al.,2007. Daftar Burung Indonesia No.2)

Anda mungkin juga menyukai