Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bidan sebagai seseorang yang bertanggung jawab memberikan asuhan secara


menyeluruh kepada wanita, mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan untuk ibu dan keluarga. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung
jawab dan akuntabel. Bidan sebagai mitra wanita berkewajiban untuk memberikan dukungan,
asuhan, dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas. Bidan dituntut untuk
dapat memimpim persalinan secara mandiri dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Bidan
merupakan ujung tombak pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015 dalam


menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas
utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Dari target MDGs 102 per 100.000
Kelahiran Hidup (KH), pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000
menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per 1000 KH, pada tahun
yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per 1000 menjadi 24 per 1000 KH.

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang
dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat seumur hidup dan kematian. Misalnya sebagai akibat
hipotermia pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan
hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak (Sarwono, 2007).

Hipoglikemi adalah kelainan pada bayi yang merupakan dampak dari komplikasi yang
dialami ibu pada masa kehamilan yang menyebabkan sel otak pada bayi tidak mampu hidup.
Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk mencegah hal yan tidak diinginkan
pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Maka dari itu perlu diperhtikan pula riwayat ibu saat
kehamilan serta pada kehamilan yang lalu.

Hipoglikemia dapat bersifat sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena


kurangnya depot glikogen dihati atau menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino. Pada
hipoksia, pembentukan energy dari glukosa menurun dengan akibat kerusakan neuron.
Hipoglikemi dapat terjadi pada bayi dari ibu penderita diabetes mellitus, pada
BBLR, dismaturitas dan bayi dengan penyakit umum yang berat seperti sepsis, meningitis, dan
sebagainya.

Pada tingkat tertentu hipoglikemi pada neonatus dapat menyebabkan kematian. Peran
bidan sangatlah penting untuk mendeteksi dini dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat
agar tidak terjadi kematian sehingga MDGs dapat dicapai dengan baik. Untuk itu penulis
membuat makalah ini agar dapat dijadikan salah satu referensi untuk para bidan.

1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah “ Bagaimanakah asuhan kebidanan yang tepat
pada neonatus dengan hipoglikemi ? ”.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hipoglikemia

Saat lahir, bayi harus melakukan transisi dari yang tadinya mendapat suplay nutrisi dari
plasenta menjadi pemberian makanan per oral. Pada awal kelahiran, Energi tambahan yang
diperlukan neonatus jam-jam pertama diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga
kadar gula darah mencapai 120 mg/100 mg.

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal
rendah. Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah
kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya
hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak
mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa
darah yang menurun.

Hipoglikemia merupakan konsentrasi glukosa dalam darah berkurangnya secara


abnormal yang dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit kepala apabila kronik dan
berat, dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat (Kamus Kedokteran Dorland : 2000).
Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang dari 40
-45mg/dl (Sudarti dkk: 2010). Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-
rata bayi seusia dan berat badan aterm (2500 gr atau lebih) < 30mg/dl dalam 72 jam pertama, dan
< 40mg/dl pada hari berikutnya.

Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat terjadi
berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu diabetes dan mengalami
Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera dingin. Selama masa menggigil simpanan
glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen.
Simpanan glikogen menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan.

Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai
kelompok umur anak :

Glokuse Darah
Kelompok Umur
<mg/dl Plasma/serum
Bayi/anak

Neonatus <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml

* BBLR <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml

* BCB <30 mg/100 ml <35 mg/100 ml

0 – 3 hr <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml

3 hr

Hipoglikemia pada neonates :

1. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal
2. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL
3. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai
kemungkinan adanya hipoglikemia
4. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius

1. Etiologi Hipoglikemia

Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang
menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.

1. Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan

Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme


menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme
menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan penggunaan
glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai
hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai
nesidioblastosis.

Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”). Kelainan
ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat
sangat tinggi

Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase. Kelainan ini
mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada
glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali
berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik,
termasuk hipertiroidism

1. Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa


1. Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik)

Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat


pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan
adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan sampai
6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab
Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya
glukoneogenesis

2. Kelainan pada produksi glukosa hepar

Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada
pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang
menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat
kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan

3. Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.

Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan
energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang
sangat penting adalah diagnosis dini

1. Patofisiologi Hipoglikemia

Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus
maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi.

Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan syaraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian
hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa
merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan
hari-hari pertama pasca lahir.

Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.

1. Tanda dan Gejala Hipoglikemia

Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu
diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko:

1. Tremor
2. Sianosis
3. Apatis
4. Kejang
5. Apnea intermitten
6. Tangisan lemah/melengking
7. Letargi
8. Kesulitan minum
9. Gerakan mata berputar/nistagmus
10. Keringat dingin
11. Pucat
12. Hipotermi
13. Refleks hisap kurang
14. Muntah

Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu setelah lahir.
Berikut ini merupakan gejala klinis yang dimulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau
tremor, serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang
melemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat gerakan putar
mata. Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung.
Sering berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut dapat disebabkan oleh
bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang setelah pemberian glukosa yang
adekuat, perlu dipikirkan penyebab lain.

1. Diagnosis Hipoglikemia

Presentasi klinis hipoglikemia mencerminkan penurunan ketersediaan glukosa untuk


SSP serta stimulasi adrenergik disebabkan oleh tingkat darah menurun atau rendah gula. Selama
hari pertama atau kedua kehidupan, gejala bervariasi dari asimtomatik ke SSP dan gangguan
cardiopulmonary. Kelompok berisiko tinggi yang membutuhkan skrining untuk hipoglikemia
pada satu jam pertama kehidupan meliputi:

1. Bayi yang baru lahir yang beratnya lebih dari 4 kg atau kurang dari 2 kg
2. Besar usia kehamilan (LGA) bayi yang berada di atas persentil ke-90, kecil untuk usia
kehamilan (SGA) bayi di bawah persentil ke-10, dan bayi dengan pembatasan
pertumbuhan intrauterin
3. Bayi yang lahir dari ibu tergantung insulin (1:1000 wanita hamil) atau ibu dengan
diabetes gestasional (terjadi pada 2% dari wanita hamil)
4. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
5. Bayi yang baru lahir diduga sepsis atau lahir dari seorang ibu yang diduga menderita
korioamnionitis
6. Bayi yang baru lahir dengan gejala sugestif hipoglikemia, termasuk jitteriness, tachypnea,
hypotonia, makan yang buruk, apnea, ketidakstabilan temperatur, kejang, dan kelesuan
7. Selain itu, pertimbangkan skrining hipoglikemia pada bayi dengan hipoksia yang
signifikan, gangguan perinatal, nilai Apgar 5 menit kurang dari 5, terisolasi hepatomegali
(mungkin glikogen-penyimpanan penyakit), mikrosefali, cacat garis tengah anterior,
gigantisme, Makroglosia atau hemihypertrophy (mungkin Beckwith-Wiedemann
Syndrome), atau kemungkinan kesalahan metabolisme bawaan atau ibunya ada di
terbutalin, beta blocker, atau agen hipoglikemik oral
8. Terjadinya hiperinsulinemia adalah dari lahir sampai usia 18 bulan. Konsentrasi insulin
yang tidak tepat meningkat pada saat hipoglikemia didokumentasikan. Hiperinsulinisme
neonatal Transient terjadi pada bayi makrosomia dari ibu diabetes (yang telah berkurang
sekresi glukagon dan siapa produksi glukosa endogen secara signifikan dihambat). Secara
klinis, bayi ini makrosomia dan memiliki tuntutan yang semakin meningkat untuk makan,
lesu intermiten, jitteriness, dan kejang jujur.

1. Penatalaksanaan Hipoglikemi

Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis:

1. Pada saat lahir


2. 30 menit setelah lahir
3. Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan
kadar glukosa normal tercapai

Kejadian hipoglikemia dapat dicegah dengan:

1. Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia


2. Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting
3. Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum dengan menggunakan
sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
4. Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh
dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL
5. Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa
dipantau

Untuk penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat dilakukan dengan:

1. Monitor

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama :

 Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam


 Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali
pemeriksaan
 Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
 Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia
selesai

1. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :


o Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
o Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui intravena selama 5 menit
dan diulang sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).

Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila


dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/
10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.

Atau cara lain dengan GIR.

Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan
vena sentral.

1. Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.

Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate

Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari

Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam

1. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
2. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas

Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :

 Infus D10 diteruskan


 Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
 ASI diberikan bila bayi dapat minum

1. Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan


o Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
o ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan
o Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
2. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala:
o ASI teruskan
o Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
o Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :

1. Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi


2. Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
3. Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal

1. Kadar glukosa normal


o IV teruskan
o Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
o Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
o Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali
pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
2. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
o Konsultasi endokrin
o Terapi: kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2
mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
o Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain: somatostatin, glukagon,
diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)
3. Hipoglikemia refraktori

Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan adanya hiperinsulinisme. Keadaan ini dapat
diperbaiki dengan:

 Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam


 Glukagon 200 ug IV (segera atau infus berkesinambungan 10 ug/kg/jam)
 Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pankreas

Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk memastikan
bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai. Ketika pemberian makan telah dapat
ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) sudah normal maka infus
dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau
lebih untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia

1. Prognosis Hipoglikemia

Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan
kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama,
adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi,
diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat

1. Hipoglikemia neonatus

Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan:

1. Hipoglikemia transisional

Prognosisnya baik dan tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia
perinatal. Tidak ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas bayi.
Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20 mg/100 ml.

1. Hipoglikemia sekunder

Mortalitas neonatus pada kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya. Bayi
yang menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya, tetapi
lebih banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya.
1. Hipoglikemia transien

Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi tersebut
seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK
sendiri, demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan ganggguan mental,
perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada hubungannya dengan hipoglikemia.

Pada penelitian prospektif dengan menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang
diamati sampai umur 7 tahun ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi tidak
ada cacat nerologik yang berat.

1. Hipoglikemia berat (berulang)

Kelompok ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai masalah
tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya.

 Defisiensi hormon multipel (hipopituitarisme bawaan)

Sering kali disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari pertama,
nampaknya akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang dilaporkan 2/3
meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5 antara umur 2 bulan sampai 17
tahun). Beberapa di antaranya yang hidup menunjukkan gejala retardasi.

Prognosis terhadap perkembangannya tergantung dari adanya defisiensi hormon-


hormon lainnya dan berhasilnya pengobatan substitusi.

 Kelebihan hormon (hiperinsulinisme)

Pada sindroma Beckwith Wiedemann, retardasi mental kemungkinan disebabkan


oleh H yang tidak diobati, meskipun dengan pengobatan adekuat prognosis masih meragukan,
sebab adanya anomali multipel yang menyertainya.

 Infant giants (Foetopathia Diabetica) :

Biasanya memperlihatkan hipoglikemia berat dan tidak ada respon terhadap


pengobatan medikamentosadan memerlukan pankreatektomi total. Mereka yang hidupo biasanya
memperlihatkan retardasi perkembangan yang sedang atau berat.

 Adenma sel beta :

Pada penderita yang diamati, bayi-bayi yang hidup menunjukkan perawakan yang
relatif pendek tetapi ada yang menderita diabetes dan beberapa diantaranya memperlihatkan
gangguan neurologik sedang atau berat, gangguan mental dan sering kali dengan kejang-kejang.
Maka, penting diagnosis dini dan tindakan bedah yang segera.

 Gangguan metabolisme hidrat arang:


Prognosis tergantung darimana masing-masing penyebabnya, misalnya
hipoglikemia bisa fatal pada hari pertama, untuk glycogen strorage disease.

 Gangguan metabolisme asam amino yang disertai hipoglikemia,

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Frekuensi hipoglikemia pada bayi/anak
belum diketahui pasti. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme
kontrol pada metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan
keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.

Hipoglikemia simtomatik pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan.
Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan
bayi dari ibu DM. Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat
menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari
berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian
pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat.

1. Saran

Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang
pengertian, etiologi, manifestasi klinik, penanganan dan pragnosis dari hipoglikemia terhadap
bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA

M Sacharin, Rosa. 1986. Prinsip Keperawatan Pediatrik., Jakarta: EGC.

Markun. AH.1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Masjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Nelson Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 1. Jakarta : EGC

Saifudin, Abdul Bari, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardj
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………..
i

DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………..
ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar
Belakang……………………………………………………………………………………
.1
2. Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian
Hipoglikemia………………………………………………………………………… 3
2. Etiologi
Hipoglikemia……………………………………………………………………………. 4
3. Patofisologi
Hipoglikemia………………………………………………………………………. 6
4. Tanda dan Gejala
Hipoglikemia………………………………………………………………. 8
5. Diagnosis ………………………………………………………………………… 10
6. Penatalaksanaan ……………………………………………………………….. 12
7. Prognosis …………………………………………………………………………. 13

BAB III PENUTUP

1. ………………………………………………………………………………………….. 14
2. ………………………………………………………………………………………………
……. 14

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………….. 15

Anda mungkin juga menyukai