Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GOUT ARTHRITIS

MASYARAKAT MELAYU
1 2 3
Eni Angriani , Ari Pristiana Dewi , Riri Novayelinda
Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: eniangriani07@gmail.com

Abstract

This research aimed to find out the factors associated with the incidence of gout arthritis in Malay society based on
community health centre Rumbai Pesisir Pekanbaru. Cross sectional design. The sample of this research consist of 93
respondents by using cluster sampling technique. The instrument of this research are questionnaire, food recall
questionnaire and digital uric acid level. The result obtained that the majority of sample are female respondents
(62,4%), age 51-60 years (50,5%), junior high school graduated (40,9%), story of diaseases (76,3%), obesity
experience (45,2%), high purine intake (59,1%), insidence gout arthritis in Malay society (74,2%). The chi square
analysis showed that there has been a significant relationship between the disease story of the respondent, obesity, and
purin intake to incidence gout arthritis in Malay society as story of diseases (p value = 0,000), obesity (p value =
0,000), purine intake (p value = 0,000). Based on the results of this research, expect to community health centre
provides a prevention program to prevent gout arthritis by giving counseling about the factors associated with
incidence gout arthritis in Malay society, especially to Malay society.

Keywords: Gout arthritis, Malay society

PENDAHULUAN kacang, rendang salai, dan pokek daging,


Masyarakat Melayu merupakan salah satu dikombinasikan dengan rasa asin, asam, dan
suku bangsa yang tersebar luas di Indonesia. pedas (Lembaga adat Melayu Riau, 2010).
Sebagian besar masyarakat Melayu menempati Adnan (2017) menyatakan bahwa masyarakat
wilayah Provinsi Riau. Masyarakat Melayu Melayu Riau sangat menyukai jenis-jenis
adalah mereka yang berbahasa Melayu, makanan tersebut, dan makan belum nikmat
beradat istiadat Melayu, beragama Islam, jika tidak dilengkapi dengan jenis makanan
bersuku asli Melayu yang sesuai dengan tersebut. Akibatnya masyarakat Melayu
karakter Melayu, dan menempati wilayah mengalami berbagai macam penyakit seperti
Provinsi Riau (lembaga adat Melayu Riau, gout arthritis, hipertensi, diabetes melitus, dan
2010). Berdasarkan data Kantor Regional XII obesitas (Noorsyarzielah, 2013).
Badan Kepegawaian Negara Provinsi Riau Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
(KANREG XII, 2015), prevalensi masyarakat Sulaiman (1999), menunjukkan bahwa
Melayu di Provinsi Riau sebanyak 37,74% sebanyak 60% masyarakat Melayu mengalami
dari total penduduk Provinsi Riau. Hingga saat obesitas, terjadi kenaikan tekanan darah
ini mayoritas penduduk Riau merupakan suku sistolik dan diastolik pada masyarakat Melayu
Melayu. dengan hasil p value = 0,03 (p < α). Penyakit
Masyarakat Melayu berbeda dengan hipertensi, gout arthritis, diabetes melitus, dan
masyarakat luas pada umumnya, perbedaan ini obesitas ini saling berkaitan satu dengan yang
terjadi pada kebiasaan konsumsi masyarakat lainnya. Penyebab dari penyakit ini adalah
Melayu. Masyarakat Melayu gemar akibat dari konsumsi yang tidak baik. Cara
mengkonsumsi jenis makanan yang berlemak, konsumsi purin masyarakat Melayu lebih
bersantan, berminyak, asin, dan tinggi purin rentan mengalami gout arthritis
(Adnan, 2017; lembaga adat Provinsi Riau, (Noorsyarzielah, 2013). Gout arthritis atau
2015). Jenis makanan ini sesuai dengan lebih dikenal dengan penyakit asam urat
masakan khas Melayu Riau. Adapun jenis- adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
jenis masakan khas masyarakat Melayu seperti undersekresi kristal monosodium urat didalam
tumis belacan, pais ikan asin kembung, tauco darah, akibatnya terjadi penimbunan atau
udang, pindang ikan laut, rendang kerang, deposit kristal MSU pada jaringan yang akan
palai udang, gulai siput, abon ikan, putu menyebabkan gout arthritis (Lingga, 2012).

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 683


Kadar asam urat normal pada wanita Jenis makanan ini sesuai dengan jenis
berkisar 2,4-5,7 mg/dl, sedangkan pada laki- makanan khas masyarakat Melayu (lembaga
laki berkisar 3,4-7,0 mg/dl, dan pada anak- adat Melayu Riau, 2010). Budaya dan
anak 2,8-4,0 mg/dl. Berdasarkan data World kebiasaan konsumsi suatu suku bangsa juga
Health Organization (WHO, 2017), prevalensi berpengaruh terhadap suatu penyakit tertentu.
gout arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Gout Lingga (2012) menyatakan bahwa suku bangsa
arthritis sering terjadi di negara maju seperti tertentu memiliki kebiasaan konsumsi purin
Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. yang dialami oleh populasi luas. Akibatnya
Peningkatan kejadian gout arthritis tidak suku bangsa tersebut akan lebih cendrung
hanya terjadi di negara maju saja. Namun, mengalami gout arthritis.
peningkatan juga terjadi di negara Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
berkembang, salah satunya di Negara Puspitasari, Khomsan dan Anwar (2017),
Indonesia (Kumar & Lenert, 2016). Prevalensi menunjukkan bahwa Suku Serawai sebanyak
gout arthritis di Indonesia semakin mengalami 55,8% menderita gout arthritis sedangkan
peningkatan. Pada tahun 2013 kejadian gout Suku Jawa sebanyak 40,4% menderita gout
arthritis sebesar 11,9% (Kemenkes RI, 2013). arthritis dengan hasil p value = 0,031 (p < α),
Namun, mengalami peningkatan pada terdapat perbedaan kadar asam urat antara
tahun 2016 gout arthritis menduduki urutan Suku Serawai dengan Suka Jawa. Soegih dan
kedua setelah hipertensi. Dinas Kesehatan Wiramihard (2009) mengemukakan bahwa
Provinsi Riau (2015) melaporkan prevalensi setiap peningkatan satu kg berat badan akan
gout arthritis berdasarkan gambaran penyakit meningkatkan terjadinya gout arthritis sebesar
penduduk yang berkunjung ke Puskesmas 9-13%. Resiko tersebut semakin meningkat
yaitu sebesar 3,74%. Dinas Kesehatan Kota jika terjadi penumpukan lemak di bagian
Pekanbaru (2017) melaporkan bahwa kejadian perut. Maka akan memicu terjadinya obesitas
gout arthritis termasuk sepuluh jenis penyakit dan gout arthritis. Namun, kejadian gout
terbesar di Puskesmas yaitu sebanyak 8,339 arthritis akan bertambah berat apabila diiringi
jiwa. Berdasarkan data Puskesmas Rumbai dengan penyakit penyerta, diantaranya
Pesisir Kota Pekanbaru (2017), prevalensi gout hipertensi dan diabetes melitus (Lingga, 2012).
arthritis sebanyak 105 orang dan sebanyak 46 Penyakit penyerta adalah penyakit yang
orang pada tahun (2018) pada bulan Januari- menyertai suatu penyakit tertentu, salah satu
April. Jadi total kejadian gout arthritis hingga penyakit yang dapat memperberat gout
saat ini sebanyak 151 orang. arthritis adalah hipertensi dan diabetes
Peningkatan kejadian gout arthritis mellitus (Lingga, 2012). Pada keadaan
disebabkan oleh berbagai faktor resiko seperti hipertensi asam urat akan merangsang sistem
faktor asupan purin, obesitas, dan penyakit renin agiotensin, sehingga terjadi peningkatan
penyerta diantaranya hipertensi dan diabetes tekanan darah dan menyebabkan penebalan
melitus. Asupan purin adalah mengkonsumsi dinding arteri ginjal pada pembuluh arteriol
makanan yang mengandung purin. Asupan afferen. Akibatnya akan mengalami ganguan
purin dapat mempengaruhi terjadinya gout ekresi asam urat oleh urin dari ginjal
arthritis dan akan bertambah berat apabila (Misnadiarly, 2007). Sedangkan pada keadaan
disertai dengan pola konsumsi yang tidak diabetes melitus terjadinya peningkatan
seimbang. Pola konsumsi masyarakat Melayu konsisten dari sindrom resistensi insulin,
sangat berhubungan erat dengan kejadian gout sehingga secara bersamaan akan memicu
arthritis. Adapun jenis-jenis makanan dengan peningkatan kadar asam urat di dalam darah
kandungan purin tinggi seperti jeroan, daging (Soeroso & Algristian, 2011). Akibat dari
sapi, ikan sarden, daging bebek, ikan laut, peningkatan MSU, sehingga penderita dapat
kerang, daging ayam, udang, kacang- mengalami gangguan pergerakan dalam
kacangan, tempe, jamur, tapai, tahu; juga pada melakukan aktivitas. Apabila benjolan tersebut
beberapa sayuran seperti melinjo, kacang- pecah akan mengeluarkan massa berupa kapur.
kacangan, daun singkong, kangkung, kembang Asam urat mengkristal dalam bentuk benjolan-
benjolan kecil atau topus (Dewi & Asnita,
kol, dan bayam (Dewi dan Asnita, 2016).
2016; Bilotta, 2012).

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 684


Peneliti melakukan studi pendahuluan di METODOLOGI PENELITIAN
wilayah kerja Puskesmas Rumbai Pesisir Kota Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
Pekanbaru pada tanggal 26-30 Maret 2018, kerja Puskesmas Rumbai Pesisir, Kota
melalui wawancara kepada 10 orang Pekanbaru yang dimulai dari bulan Februari
masyarakat yang bersuku Melayu. Peneliti sampai bulan Juli 2018. Penelitian ini
memberikan pertanyaan terkait jenis makanan, termasuk pada penelitian descriptive
asupan purin masyarakat dalam 3 hari terakhir, correlation yaitu bertujuan untuk menelaah
efek yang dirasakan setelah mengkonsumsi dan membuat deskripsi, gambaran, faktual,
makanan tersebut, mengukur berat badan dan dan aktual, mengenai sifat-sifat dan hubungan
tinggi badan untuk menentukan obesitas atau antara fenomenan yang akan diteliti. Penelitian
tidak obesitas, dan menanyakan terkait riwayat ini dilakukan untuk melihat hubungan antara
penyakit penyerta seperti hipertensi dan variabel dengan pendekatan cross sectional
diabetes melitus. (Notoatmodjo, 2012; Setiadi, 2013).
Peneliti mengambil tempat penelitian di Populasi pada penelitian ini adalah
wilayah kerja Puskesmas Rumbai Pesisir karna masyarakat Melayu yang berada di wilayah
berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas kerja Puskesmas Rumbai Pesisir Kota
Kesehatan Kota Pekanbaru (2017), prevalensi Pekanbaru. Pengambilan sampel pada
gout arthritis tertinggi kedua di Kota penelitian ini menggunakan teknik probability
Pekanbaru berada di Puskesmas Rumbai sampling dengan menggunakan cluster
Pesisir. Berdasarkan data yang diperoleh dari sampling berdasarkan RW yang ada di
Puskesmas Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan
Rumbai Pesisir. Pada penelitian ini diambil 4
kejadian gout arthritis pada tahun (2017)
RW dari 13 RW yang ada di Kelurahan
sebesar 105 orang dan pada tahun (2018)
Meranti Pandak. Pengambilan RW
priode Januari-April sebanyak 46 orang. Jadi
berdasarkan banyaknya masyarakat Melayu
total kejadian gout arthritis di Puskesmas
yang berada di RW tersebut, sehingga
Rumbai Pesisir sebanyak 151 orang.
didapatlah RW 06, RW 07, RW 08, dan RW
Hasil wawancara menunjukkan bahwa
09. Jumlah sampel dari masing-masing RW
sebanyak 5 dari 10 responden (50%) menderita diambil secara proporsional.
gout arthritis. Sebanyak 7 dari 10 responden Kriteria inklusi yaitu masyarakat yang
(70%) mengkonsumsi jenis makanan yang berdomisili diwilayah kerja Puskesmas
mengandung tinggi purin seperti jeroan, Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru, responden
udang, ikan, tahu, tempe, kacang-kacanagan, bersuku Melayu, berusia diatas 40 tahun,
bayam, daun singkong, dan kangkung. responden bersedia menjadi responden
Sebanyak 7 dari 10 responden (70%) penelitian, dan tidak buta huruf. Kriteria
merupakan asupan purin tinggi dan sebanyak 3 eksklusi yaitu responden yang mengalami
dari 10 responden (30%) merupakan asupan gangguan psikologis. Sampel pada penelitian
purin rendah. Lebih lanjut, hasil studi ini berjumlah 93 responden.
pendahuluan menyatakan bahwa sebanyak 4 Alat pengumpul data yang digunakan
dari 10 responden (40%) mengalami obesitas. adalah lembar kuesioner, meteran dan
Sebanyak 5 dari 10 responden (50%) timbangan, lembar wawancara tabel food
mengalami hipertensi dan sebanyak 4 dari 10 recall, dan alat mengecek kadar asam urat
responden (40%) mengalami diabetes melitus. digital. Analisa data yang digunakan yaitu
Penelitian ini bertujuan untuk analisa univariat dan bivariat. Analisa
mengidentifikasi dan menganalisis faktor- univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
faktor yang berhubungan dengan kejadian gout mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
arthritis masyarakat Melayu. penelitian dalam bentuk distribusi dan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi frekuensi. Analisa bivariat digunakan untuk
sumber informasi dalam pengembangan ilmu mengetahui hubungan independen (asupan
pengetahuan terutama tentang faktor-faktor purin, riwayat penyakit penyerta, dan obesitas)
yang berhubungan dengan kejadian gout dengan variabel dependen (kejadian gout
arthritis masyarakat Melayu. arthritis masyarakat Melayu) dengan uji

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 685


statistik Chi Square. Hopotesis penelitian ini Tabel 2
adalah, apabila ρ < α (α = 0,05) berarti Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
terdapat hubungan yang signifikan, dan Riwayat Penyakit Penyerta, Obesitas, Asupan
apabila ρ > α (α = 0,05) berarti tidak terdapat Purin, dan Kejadian Gout Arthritis
hubungan yang signifikan. Masyarakat Melayu (n=93)
No Variabel Independen Jumlan (n) Persentase (%)
HASIL PENELITIAN Penelitian
1. Riwayat penyakit
Analisa univariat dalam penelitian ini penyerta 71 76,3
memaparkan distribusi frekuensi dan - Ada 22 23,7
- Tidak
persentase tentang karakteristik responden 2. Obesitas
yang meliputi jenis kelamin, umur, - Ada 42 45,2
- Tidak 51 54,8
pendidikan, riwayat penyakit penyerta,
obesitas, asupan purin, dan kejadian gout 3. Asupan purin
arthritis masyarakat Melayu dari 93 responden - Tinggi 55 59,1
- Rendah 38 40,9
berdasarkan lembaran kuesioner, lembar
wawancara tabel food recall, dan pengukuran. 4. Kejadian gout
arthritis
Hasil univariat yang diperoleh pada penelitian -Terjadi 69 74,2
ini adalah sebagai berikut: Tidak terjadi 24 25,8

Tabel 1
Berdasarkan hasil analisa pada tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
dapat diketahui bahwa mayoritas responden
(n=93) memiliki riwayat penyakit penyerta (hipertensi
No Karakterisktik Jumlah (n) Persentase (%) dan diabetes melitus) sebanyak 76,3% (71
Responden
1 Jenis Kelamin
orang). Responden terbanyak mengalami
- Laki-laki 35 37,6 obesitas sebanyak 45,2% (42 orang).
- Perempuan 58 62,4
Berdasarkan asupan purin responden
2 Umur terbanyak berada pada asupan tinggi purin
- Usia (40-50) 31 33,3 sebanyak 59,1% (55 orang). Selanjudnya
- Usia (51-60) 47 50,5
- Usia (>60) 15 16,1 mayoritas responden mengalami gout arthritis
sebanyak 74,2% (69 orang).
3 Pendidikan
- Tidak tamat 4 4,3 Analisa bivariat pada penelitian ini
SD menyajikan faktor-faktor yang berhubungan
- SD 24 25,8
- SMP 38 40,9 dengan kejadian gout arthritis masyarakat
- SMA 24 25,8 Melayu diantaranya faktor riwayat penyakit
- D3/S1 3 3,2
penyerta, obesitas, dan asupan purin. Hasil
analisa bivariat yang diperoleh pada penelitian
Berdasarkan hasil analisa pada tabel 1 ini adalah sebagai berikut:
dapat diketahui bahwa mayoritas responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 62,4% Tabel 3
(58 orang), berjenis kelamin laki-laki sebanyak Hubungan Riwayat Penyakit Penyerta dengan
37,6% (35 orang). Usia responden terbanyak Kejadian Gout Arthritis Masyarakat Melayu
berada pada rentang usia (51-60 tahun) (n=93)
sebanyak 50,5% (47 orang), dan usia Variabel Kejadian gout arthritis Total OR P
responden paling sedikit berada pada usia (> masyarakat Melayu (95% Value
60 tahun) sebanyak 16,1% (15 orang). Riwayat Terjadi Tidak CI)
penyakit Terjadi
Pendidikan responden terbanyak berada pada penyerta
pendidikan SMP sebanyak 40,9% (38 orang), Ya 61 10 71
dan pendidikan responden paling sedikit (65,6%) (10,8%) (76,3%)
Tidak 8 14 22 10,6 0,000
adalah D3/S1 sebanyak 3,2% (3 orang). (8,6%) (15,1%) (23,7%) 75
Sedangkan jenjang pendidikan SD sebanyak Total 69 24 93 3,56
(74,2%) (25,8%) (100%) 7-
25,8% (24 orang), dan jenjang pendidikan 31,9
SMA sebanyak 25,8% (24 orang). 48

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 686


Tabel 3 menunjukkan bahwa responden Tabel 5 menunjukkan bahwa responden
yang memiliki riwayat penyakit penyerta yang memiliki asupan purin tinggi dan
(hipertensi dan diabetes melitus) mengalami mengalami gout arthritis sebanyak 58,1% (54
gout arthritis sebanyak 65,6% (61 orang). orang). Hasil uji statistik Chi-Square
Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai didapatkan nilai p value 0,000 yang berarti
p value 0,000 yang berarti (ρ=0,000 < α=0,05). (ρ=0,000 < α=0,05). Terdapat hubungan yang
Terdapat hubungan yang signifikan antara signifikan antara asupan purin dengan kejadian
riwayat penyakit penyerta dengan kejadian gout arthritis masyarakat Melayu.
gout arthritis masyarakat Melayu. Berdasarkan hasil analisis nilai OR = 82,800
Berdasarkan hasil analisis nilai OR = 10,675 artinya responden yang memiliki asupan purin
artinya responden yang memiliki riwayat tinggi memiliki resiko 82 kali lebih tinggi
penyakit penyertamemiliki resiko 10 kali lebih untuk mengalami gout arthritis.
tinggi un tuk mengalami gout arthritis.
PEMBAHASAN
Tabel 4 a. Jenis Kelamin
Hubungan Obesitas dengan Kejadian Gout Pada penelitian ini diketahui bahwa
Arthritis Masyarakat Melayu (n=93) dari 93 responden masyarakat Melayu yang
diteliti, responden terbanyak adalah
Variabel Kejadian gout arthritis Total OR P
masyarakat Melayu (95% Value perempuan sebesar 62,4% (58 orang).
Obesitas Terjadi Tidak CI) Lebih lanjut, dilihat dari responden yang
Terjadi
Ya 39 3 42
mengalami gout arthritis pada perempuan
(41,9%) (3,2%) (45,2 sebesar 45,2% (42 orang) dan pada laki-laki
%) 9,100 0,000
2,480-
sebesar 29,0% (27 orang). Jenis kelamin
Tidak 30 21 51
(32,3%) (22,6%) (54,8 33,390 juga mempengaruhi terjadinya gout
%) arthritis. Pada wanita post-menopause
Total 69 24 93
(74,2%) (25,8%) (100 memiliki resiko gout artritis lebih tinggi
0%) dibandingkan dengan laki-laki, hal ini
disebabkan karena penurunan hormon
Tabel 4 menunjukkan bahwa estrogen.
responden yang memiliki gout arthritis dan Hormon estrogen befungsi sebagai
mengalami obesitas sebanyak 41,9% (39 ekresi asam urat melalui urin (Ariani,
orang). Hasil uji statistik didapatkan ada 2016). Hal ini sesuai dengan hasil
hubungan yang signifikan antara obesitas penelitian yang telah dilakukan yang mana
dengan kejadian gout arthritis masyarakat kejadian gout arthritis lebih banyak dialami
Melayu dengan nilai p value 0,000 (ρ=0,000 < oleh perempuan sebanyak 45,2% (42 orang)
α=0,05). Berdasarkan hasil analisis nilai OR = ini dikarnakan mayoritas umur responden
9,100 artinya responden yang mengalami pada penelitian ini adalah >50 tahun.
obesitas memiliki resiko 9 kali lebih tinggi Perempuan akan mengalami monopause
untuk mengalami gout arthritis. pada umur >50 tahun (Suparni & Astutik,
2016).
Tabel 5 b. Umur
Hubungan Asupan Purin dengan Kejadian Berdasarkan hasil penelitian dari 93
Gout Arthritis Masyarakat Melayu (n=93) responden menunjukkan bahwa sebanyak
50,5% (47 orang) berada pada rentang usia
Variabel Kejadian gout Total OR P
arthritis (95% Value 51-60 tahun dan sebanyak 16,1% (15
masyarakat CI) orang) berada pada rentang usia >60 tahun.
Melayu
Asupan Terjadi Tidak Berdasarkan hasil penelitian dapat
purin Terjadi disimpulkan bahwa sebagian besar umur
Tinggi 54 1 55
(58,1%) (1,1%) (59,1%) 82,800 0,000 yang mengalami gout arthritis berada pada
Rendah 15 23 38 10,321- umur >51 tahun. Usia > 50 tahun akan
(16,1%) (24,7%) (40,9%) 664,255
Total 69 24 93 memasuki masa monopause, pada masa ini
(74,2%) (25,8%) (100%) akan mengalami berbagai penurunun fungsi
tubuh (Suparni & Astutik, 2016). Hal ini

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 687


disebabkan karna terjadinya proses dinding arteri di ginjal. Penebalan dinding
degeneratif yang menyebabkan penurunan pada ginjal terjadi di pembuluh arteriol
fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan afferen. Akibatnya terjadi arteriosklerosis
menghambat ekresi asam urat, sehingga yang memicu terjadinya hipertensi.
terjadi deposit atau timbunan asam urat Peningkatan asam urat juga dapat
pada persendian (Lingga, 2012). meningkatkan C-Reactive Protein (CRP).
c. Pendidikan CRP merupakan pencetus terjadinya
Berdasarkan hasil penelitian terhadap inflamasi, sehingga akan mepermudah
93 responden masyarakat Melayu terjadinya penyakit kardiovaskular.
menunjukkan bahwa sebanyak 40,9% (38 Akibatnya akan menyebabkan hipertensi
orang) berpendidikan sekolah menengah (Misnadiarly, 2007).
pertama (SMP). Penelitian ini sejalan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dengan penelitian Fadlilah dan Sucipto Mustafiza (2010), menunjukkan bahwa
(2018), menunjukkan bahwa dari 17 terdapat hubungan yang bermakna antara
responden (21,8%) berpendidikan SMP kadar asam urat dengan hipertensi dengan
mayoritas kadar asam urat tinggi sebanyak nilai p value = 0,000 (p < α). Responden
14 responden (17,9%). Hasil p value = dengan gout arthritis memiliki resiko 16
0,002 (p < α), artinya terdapat hubungan kali lebih besar menderita hipertensi
yang signifikan antara pendidikan dengan dibandingkan dengan responden yang tidak
kadar asam urat. menderita gout arthritis. Terdapat korelasi
Tingkat pendidikan seseorang akan positif antara tekanan darah sistolik dan
berpengaruh dengan gaya hidup, prilaku, diastolik dengan kadar asam urat.
dan sikap dalam melakukan perawatan Keadaan diabetes melitus kadar gula
kesehatan, mengatasi masalah kesehatan, yang tinggi akan menghambat ekresi asam
dan memilih tindakan yang tepat untuk urat melalui urin. Kelebihan glukosa pada
mengatasi masalah kesehatannya. Semakin darah akan menyebabkan kelelahan
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin sehingga metabolisme tubuh tidak
tinggi juga kesadaran dan kepeduliannya sempurna, akibatnya akan memperburuk
terhadap kesehatan, misalnya mencari proses penyembuhan gout arthritis
pengobatan dan perawatan terkait masalah (Soeroso & Algristian, 2011). Hal ini sesuai
kesehatan yang dialami (Nursalam & dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Efendi, 2008). Sulistyowati dan Sakniningsih (2017),
d. Riwayat Penyakit Penyerta, Obesitas, menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Asupan Purin, dan Kejadian Gout yang signifikan antara kadar asam urat
Arthritis Masyarakat Melayu dengan kadar glukosa darah pada wanita
Berdasarkan hasil penelitian terhadap prediabetes dengan hasil p value = 0,008.
93 responden masyarakat Melayu Berdasarkan hasil penelitian terhadap
menunjukkan bahwa sebanyak 76,3% (71 93 responden masyarakat Melayu
orang) memiliki riwayat penyakit penyerta menunjukkan bahwa sebanyak 45,2% (42
seperti hipertensi dan diabetes melitus. orang) mengalami obesitas. Dapat dilihat
Responden yang mengalami riwayat dari kejadian gout arthritis sebanyak 41,9%
penyakit penyerta dan gout arthritis (39 orang) mengalami obesitas, sedangkan
sebanyak 65,6% (61 orang). Kejadian gout yang mengalami obesitas dan tidak
arthritis lebih banyak terjadi pada mengalami gout arthritis 3,2% (3 orang).
responden yang memiliki riwayat penyakit Sehingga kejadian gout arthritis banyak
penyerta. dialami oleh responden yang mengalami
Riwayat penyakit penyerta adalah obesitas. Hal ini ada hubungannya dengan
riwayat penyakit yang dapat menyertai jenis makanan yang dikonsumsi oleh
suatu penyakit tertentu (Bilotta, 2012). masyarakat Melayu.
Kejadian gout arthritis dapat diperberat Penelitian ini sejalan dengan hasil
dengan penyakit hipertensi dan diabetes penelitian yang dilakukan oleh Tjahjono
melitus (Lingga, 2012). peningkatan dan Astuti (2014), menunjukkan bahwa
tekanan darah dan menyebabkan penebalan sebanyak 10,0% (4 orang) mengalami
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 688
kenaikan asam urat dengan nilai p value = gout arthritis masyarakat Melayu sebanyak
0,053 (p < α), jadi dapat disimpulkan 65,6% (61 orang). Berdasarkan hasil
bahwa terdapat hubungan obesitas dengan analisis nilai OR = 10,675 artinya
kejadian gout arthritis. Obesitas atau responden yang memiliki riwayat penyakit
kelebihan berat badan merupakan salah satu penyerta memiliki resiko 10 kali lebih
bentuk malnutrisi dan kelainan tinggi untuk mengalami gout arthritis.
metabolisme. Obesitas merupakan ciri dari Riwayat penyakit penyerta adalah
populasi penderita gout arthritis (Bilotta, riwayat penyakit yang dapat menyertai
2012). suatu penyakit tertentu (Bilotta, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Kejadian gout arthritis dapat diperberat
93 responden masyarakat Melayu dengan penyakit hipertensi dan diabetes
menunjukkan sebanyak 59,1% (55 orang) melitus (Lingga, 2012). Keadaan diabetes
memiliki asupan purin tinggi dan 40,9% (38 melitus akan terjadinya resistensi insulin,
orang) lainnya memiliki asupan purin Akibatnya glukosa akan menumpuk di
rendah. Sedangkan dapat dilihat dari aliran darah dan menganggu sirkulasi darah.
kejadian gout arthritis sebanyak 58,1% (54 Akibat akan memperburuk sirkulasi darah
orang) memiliki asupan purin tinggi dan yang akan membuat ginjal bekerja lebih
mengalami gout arthritis. Penelitian ini lambat dan tidak efisien ketika melepaskan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
limbah atau asam urat ke urin. Sehingga
oleh Tjahjono dan Astuti (2014),
menunjukkan bahwa mayoritas responden ginjal kesulitan untuk mengeluarkan
sebanyak 70,0% (28 orang) memiliki kelebihan asam urat dari tubuh, maka akan
asupan tinggi purin. Hasil uji statistik terjadi penumpukan MSU pada persendian.
didapatkan p value = 0,003 (p < α), jadi Penumpukan inilah yang menyebabkan
dapat disimpulkan bahwa terdapat bengkak, nyeri, dan tampak kemerahan
hubungan antara asupan purin dengan pada persendian (Sja’bani, 2017; Herliana,
kenaikan kadar asam urat. 2013).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap b. Hubungan antara Obesitas dengan
93 responden masyarakat Melayu Kejadian Gout Arthritis Masyarakat
menunjukkan bahwa mayoritas responden Melayu
mengalami gout arthritis sebanyak 74,2% Hasil penelitian didapatkan ada
(69 orang). Untuk mengetahui terjadinya hubungan obesitas dengan kejadian gout
gout arthritis pada masyarakat Melayu arthritis masyarakat Melayu sebanyak
yang dilakukan pemeriksaan fisik dan 41,9% (39 orang) dengan nilai ρ value
pemeriksaan kadar asam urat (digital) 0,000 (ρ=0,000 < α=0,05). Berdasarkan
responden. Asupan purin setiap orang pasti hasil analisis nilai OR = 9,100 artinya
berbeda-beda. Budaya dan kebiasaan responden yang mengalami obesitas
konsumsi suatu suku bangsa juga memiliki resiko 9 kali lebih tinggi untuk
berpengaruh terhadap suatu penyakit
mengalami gout arthritis. Menurut Soegih
tertentu. Lingga (2012) menyatakan bahwa
suku bangsa tertentu memiliki kebiasaan dan Wiramihard (2009), setiap peningkatan
konsumsi purin lebih tinggi dibandingkan satu kg berat badan akan meningkatkan
dengan rata-rata yang dialami oleh populasi terjadinya gout arthritis sebesar 9-13%.
luas. Akibatnya suku bangsa tersebut akan Resiko tersebut semakin meningkat jika
lebih cendrung mengalami gout arthritis, terjadi penumpukan lemak di bagian perut.
salah satunya masyarakat Melayu, Sumber lemak dibagian perut berasal dari
masyarakat Melayu banyak mengalami gout makanan yang dikonsumsi seperti jeroan,
arthritis (Adnan, 2017) daging, udang, kerang, lemak, minyak,
a. Hubungan antara Riwayat Penyakit santan dan kerang (Lingga, 2012) serta
Penyerta dengan Kejadian Gout Arthritis dengan cara pengolahan seperti digoreng,
Masyarakat Melayu rendang, dan gulai santan, akan membuat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kandungan lemak semakin tinggi. Maka
nilai ρ value = 0,000 (p < α) artinya akan memicu terjadinya obesitas dan gout
terdapat hubungan yang signifikan antara arthritis (Adnan, 2017). Hal ini sesuai
riwayat penyakit penyerta dengan kejadian dengan penelitian yang dilakukan oleh

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 689


Fitriyah, Juanita, dan Mudayan (2011), Budaya dan kebiasaan konsumsi suatu
menunjukkan bahwa sebanyak 18 orang suku bangsa juga berpengaruh terhadap
(32,1%) dari total responden mengalami suatu penyakit tertentu. Lingga (2012)
obesitas, dan 25 orang (44,6%) dari menyatakan bahwa suku bangsa tertentu
keseluruhan responden memiliki kadar memiliki kebiasaan konsumsi purin lebih
asam urat tinggi, dengan hasil p value = tinggi dibandingkan dengan rata-rata yang
0,001 (p < α). Terdapat hubungan antara dialami oleh populasi luas. Akibatnya suku
bangsa tersebut akan lebih cendrung
obesitas dengan kadar asam urat darah.
mengalami gout arthritis. Tidak terkecuali
c. Hubungan antara Asupan Purin dengan pada masyarakat Melayu yang gemar
Kejadian Gout Arthritis Masyarakat mengkonsumsi makanan tinggi purin serta
Melayu makanan yang berminyak, berlemak, dan
Hasil uji statistik didapatkan ada bersantan pekat. Jenis makanan ini sesuai
hubungan asupan purin dengan kejadian dengan jeni-jenis makanan khas masyarakat
gout arthritis masyarakat Melayu dengan Melayu (lembaga adat Melayu Riau, 2010).
nilah p value = 0,000 (ρ=0,000 < α=0,05). Hal ini juga yang menjadi penyebab
Berdasarkan hasil analisis nilai OR = tingginya kejadian gout arthritis
82,800 artinya responden yang memilik masyarakat Melayu Rumbai Pesisir Kota
asupan tinggi purin memiliki resiko 82 kali Pekanbaru sebanyak sebanyak 58,1% (54
lebih tinggi untuk mengalami gout arthritis. orang) dengan asupan tinggi purin. Dapat
disimpulkan bahwa kebiasaan dan pola
Asupan purin yang terlalu banyak konsumsi suka bangsa juga berpengaruh
dapat menyebabkan kesulitan ginjal untuk terhadap suatu penyakit tertentu.
mengeluarkan kelebihan zat asam urat dari
tubuh, sehingga terjadi penumpukan MSU SIMPULAN
pada persendian. Penumpukan MSU inilah Hasil penelitian yang dilakukan di
yang menyebabkan bengkak, nyeri, dan wilayah kerja Puskesmas Rumbai Pesisir Kota
tampak kemerahan pada daerah persendian Pekanbaru. Berdasarkan hasil analisa univariat
(Herliana, 2013). Adapun golongan dan menunjukan bahwa mayoritas responden
jenis makanan tersebut seperti jeroan (hati, berjenis kelamin perempuan sebanyak
ginjal, otak, jantung, paru), daging sapi, (62,4%), usia terbanyak berada pada rentang
udang, kerang, dan sarden. Jenis makanan usia 51-60 tahun (50,5%), pendidikan
ini merupakan golongan A yang memiliki terbanyak SMP (40,9%), mayoritas reponden
kandungan purin sangat tinggi (150-1000 memiliki riwayat penyakit penyerta (hipertensi
mg purin/100g). Golongan B yang memiliki dan diabetes melitus) sebanyak (76,3%).
kandungan purin tinggi (50-100 mg Responden terbanyak yang mengalami
purin/100g), adapun jenis makananya obesitas sebanyak (45,2%), asupan purin
seperti kacang-kacangan, tahu, tempe, responden terbanyak berada pada asupan
kembang kol, jamur, bayam, daun tinggi purin sebanyak 59,1% (55 orang), dan
singkong, dan kangkung (Helmi, 2012; mayoritas responden mengala
Dewi & Asnita, 2016).
Berdasarka hasil analisa mi gout arthritis
Hal ini juga sesuai dengan hasil
sebanyak 74,2% (69 orang). bivariat
penelitian yang dilakukan oleh Lestari,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Maryanto dan Paundrianagari (2012),
signifikan antara riwayat penyakit penyerta,
menunjukkan bahwa responden yang
obesitas, dan asupan purin dengan kejadian
mengkonsi purin tinggi berjumlah 52,1%,
gout arthritis masyarakat Melayu seperti
kategori cukup sebanyak 32,1% dan dalam
riwayat penyakit penyerta (p value=0,000),
kategori kurang sebanyak 15,5%. Sebanyak
obesitas (p value=0,000), dan asupan purin (p
39,4% responden memiliki kadar asam urat
value=0,000).
normal dan 60,6% responden memiliki
kadar asam urat tinggi, hasil p value =
SARAN
0,001 (p < α). Ada hubungan konsumsi Diharapkan penelitian ini bisa menjadi
makanan sumber purin dengan kadar asam referensi bidang ilmu keperawatan untuk
urat. mengembangkan keilmuan terkait dengan

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 690


kejadian gout arthritis masyarakat Melayu. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2015). Profil
Diharapkan kepada Puskesmas untuk kesehatan provinsi riau 2015.
memberikan perhatian khusus dan membuat Pekanbaru: Dinas Kesehatan Provinsi
program perencanaan untuk mencegah Riau
terjadinya penyakit gout arthritis dan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2017).
meningkatkan pengetahuan dengan pemberian Profil kesehatan Kota Pekanbaru 2017.
penyuluhan kepada masyarakat khususnya Pekanbaru: Dinas Kesehatan Kota
masyarakat Melayu terkait faktor resiko yang pekanbaru.
menyebabkan asam urat dengan program Fadlilah, S & Sucipto, A. (2018). Analisa
posbindu. Kader posbindu diharapkan dapat faktor-faktor yang berhubungan dengan
memberikan informasi dan motivasi kepada kadar asam urat pada masyarakat
masyarakat untuk meminimalkan kejadian Dusun Demangan Wedo Martani,
gout arthritis. Ngemplak, Sleman. Yogjakarta:
Diharapkan bagi masyarakat khususnya Keperawatan Respati Yogjakarta.
masyarakat Melayu agar menjaga pola hidup Diperoleh tanggal 4 Juli 2018 dari
dan dapat mengikuti kegiatan posbindu rutin http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.
sebagai pelayanan kesehatan yang php/JKRY/article/view/167/pdf
memberikan konseling (penyuluhan) dan Helmi, Z. N. (2012). Buku Ajar Gangguan
pemeriksaan kesehatan sehingga dapat Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
diketahui secara dini apabila terjadi masalah Medika.
kesehatan, sehingga akan meminimkan Herliana, E. (2013). Penyakit asam urat
terjadinya gout arthritis. kandas berkat herbal. Jakarta: Fmedia.
Diperoleh tanggal 6 juni 2018 dari
UCAPAN TERIMAKASIH https://books.google.co.id/books?id
Terima kasih atas bimbingan dan dukungan Kantor Regional XII Badan Kepegawaian
dari berbagai pihak yang telah membantu Negara Provinsi Riau. (2015).
dalam penyelesaian skripsi ini. Kelembagaan inovasi dan tingkat
pelayanan. Pekanbaru: Kanreg BKN
1
Eni Angriani: Mahasiswa Fakultas Riau.
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Kemenkes RI. (2016). Pedoman
2
Ari Pristiana Dewi: Dosen Departemen penyelengaraan program indonesia
Keperawatan Komunitas Fakultas sehat dengan pendekatan keluarga.
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Jakarta: Kementrian Kesehataan
3
Riri Novayelinda: Dosen Departemen Republik Indonesia.
Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan Kemenkes RI. (2017). Profil kesehatan
Universitas Riau, Indonesia indonesia tahun 2016. Jakarta:
Kementrian Kesehataan Republik
DAFTAR PUSTAKA Indonesia.
Adnan, F. (2017). Menjelajahi kuliner Kumar, B & Linert, P. (2016). Gout and
tradisional Riau, Jakarta Timur: Badan African American reducing dispaties.
Pengembagan dan Pembinaan Bahasa Amerika: Clevaland Clinic Jurnl of
Kementrian Pendidikan dan Medicine.
Kebudayaan Masakan Indonesia. Lembaga Adat Riau. (2010). Masakan Khas
Melayu Riau. Bidang Pemberdayaan
Ariani, S. (2016). Stop gagal ginjal.
Perempuan Dewan Pimpinan Harian.
Yogyakarta: Istana Media.
Lestari, E., Maryanto, S., & Paundrianagari,
Bilotta, k. A. J. (2012). Kapita selekta
M, D. (2013). Hubungan konsumsi
penyakit: dengan implikasi
makanan sumber purin dengan kadar
keperawatan,ed 2. Jakarta: EGC
asam urat pada wanita usia45-59 tahun
Dewi, A. P & Asnita, L. (2016). Buku Ajar
di desa Sanggrahan Kecamatan
Perawatan Lansia Penderita Nyeri
Kranggan Kabupaten Temanggung,
Sendi Dalam Keluarga dan
Temanggung: Program Studi Gizi
Masyarakat. Riau: Ur Press
STIKes Ngudi Waluyo.

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 691


Lingga, L. (2012). Bebas penyakit asam urat Sja’bani. (2017). Dahsyatnya gerakan shalat
tanpa obat. Jakarta: PT. Agro Media pemaparan kesehatan fisik dan hati.
Pusaka. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Misnadiarly. (2007). Asam urat, Diperoleh tanggal 26 Juli 2018 dari
hiperurisemia, arthritis gout. Jakarta:
Pustaka Obor Populer. Diperoleh https://books.google.co.id/books?id
tanggal 30 Maret 2018 dari Soegih, R. S & Wiramihard, K. K. (2009).
https://books.google.co.id/books?id Obesitas permasalahan dan terapi
Mustafisa, P. V. (2010). Hubungan antara praktis. Jakarta: CV. Sagung Seto.
hiperurisemia dengan hipertensi. Soeroso, J & Algristian, H. (2011). Asam urat.
Surakarta: Fakultas Kedokteran Jakarta: Niaga Swadaya. Diperoleh
Universitas 11 Matet Surakarta. tanggal 20 Maret 2018 dari
Noorsyarzielah. (2013). Kesadaran terhadap https://books.google.co.id/books?id
amalan pemakan seimbang dalam Sulaiman. (1999). Faktor resiko penyakit asam
kalangan pelajar politeknik Melayu.
Malaysia: Fakultas Pendidikan urat di kalangan orang Melayu di
Teknikal dan Vokasional Universitas rumah pangsa Sri Pahang Kuala
Tun Husesen On Malaysia Lumbur. Malaysia: Master Sains
Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Universitas Putra Malaysia. Diperoleng
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka tanggal 24 Mei 2018 dari
Cipta http://psasir.upm.edu.my/11200/1/FPS
Nursalam & Efendi, F. (2008). Pendidikan K_M_1999_4_A.pdf
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Suparni, I. E & Astutik, R. Y. (2016).
Medika. Diperoleh tanggal 20 Juni Monopause masalah dan
2018 dari
https://books.google.co.id/books?id penangananya. Yogjakarta: Deep
Puskesmas Rumbai Pesisir Kota pekanbaru. Publish. Diperoleh tanggal 6 Juli 2018
(2017). Profil kesehatan Rumbai dari
Pesisir 2017. Pekanbaru: Puskesmas https://books.google.co.id/books?id
Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Tjahjono, H. D & Astuti, S. T. W. (2014).
Puspita, K., Khomsan, A., & Anwar, F. Faktor-faktor yang mempengaruhi
(2017). Kadar asam urat suku Serawai kadar asam urat (gout) pada laki-laki
dan suku Jawa di Kabupaten dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo
Kepahiang. Bogor: Bagian Gizi baru. Surabaya.
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
IPB. World Health Organization (WHO). (2017).
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan WHO methods and data sources global
Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha burden of diasese estimates 2000-2015.
Ilmu

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 692

Anda mungkin juga menyukai