Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat,
taufik, karunia, inayah serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan paper
tentang Planimeter. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr.
Ir. H. Iskandar Muda P., M.T. selaku dosen mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang
telah memberikan tugas paper yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa
Pendidikan Teknik Bangunan ini. Saya juga mengucapkan terima kasih atas
dukungan dari teman-teman, baik dalam bentuk moril maupun materil.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa dalam penyajian makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, khususnya
kepada Bapak dosen pengampu serta teman-teman sekalian guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Terima kasih. Wassalam.

Bandung, 7 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Pengertian Planimeter ............................................................................... 4
BAB III METODOLOGI ..................................................................................... 5
3.1 Lokasi ....................................................................................................... 5
3.2 Waktu ....................................................................................................... 5
3.3 Metode ...................................................................................................... 5
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................................... 5
3.4.1 Populasi ............................................................................................. 5
3.4.2 Sampel ............................................................................................... 5
3.4.3 Teknik Sampling ............................................................................... 6
3.5 Data Primer dan Data Sekunder ............................................................... 6
3.6 Instrumen .................................................................................................. 6
3.7 Teknik Analisis ......................................................................................... 6
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 7
4.1 Pengertian Planimeter ............................................................................... 7
4.2 Metode Planimeter ................................................................................... 9
4.2.1 Pengukuran Jarak Langsung ............................................................. 9
4.2.2 Pengukuran Sudut ........................................................................... 10
4.2.3 Pengukuran Jarak Optis................................................................... 12
4.2.4 Poligon Tertutup ............................................................................. 13
4.2.5 Pengukuran Azimuth....................................................................... 13
4.3 Langkah Pengukuran dan Pembuatan Peta dalam Metode Planimeter .. 14
4.3.1 Langkah Pengukuran Planimeter .................................................... 14
4.3.2 Perhitungan Luas dengan Planimeter .............................................. 15

ii
4.3.3 Pembuatan Peta Metode Planimetris ............................................... 16
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ..................... 17
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
5.2 Implikasi ................................................................................................. 17
5.3 Rekomendasi .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Planimeter Manual………………………………………………… 7


Gambar 2. Planimeter Digital .............................................................................. 7
Gambar 3. Bagian-bagian Planimeter ................................................................ 8
Gambar 4. Planimeter digerakkan Searah Jarum Jam .................................... 9
Gambar 5. Poligon Tertutup .............................................................................. 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luas wilayah pada peta dapat kita hitung dengan menggunakan metode balok
dan grid (kotak). Kedua metode tersebut pada prinsipnya sama, yaitu
memperkirakan luas peta dengan membuat kotak atau balok yang kemudian
dihitung luasnya berdasarkan perbandingan skala. Hasil perhitungan kedua metode
tersebut tidak mutlak benar, hal ini karena ada wilayah pada peta yang menjadi
hilang atau bertambah. Sebagai contoh pada metode kotak jika wilayah pada peta
yang terpotong kotak bujur sangkar daerah yang ada kurang dari separuh maka
daerah itu dihilangkan (dihitung 0 ), sedangkan jika daerahnya tergambar separuh
atau lebih maka akan dihitung 1. Perhitungan dengan cara tersebut dapat
menyebabkan luas peta bisa menjadi lebih sempit atau justru lebih luas dari luas
sebenarnya. Untuk meminimalisasi kesalahan perhitungan pada metode grid dan
balok yang bersifat manual, maka luas pada peta dapat kita ukur dengan
menggunakan alat bantu pengukur luas peta yang biasa disebut planimeter.

Planimeter merupakan salah satu metode pembuatan peta. Metode ini digunakan
untuk memetakan wilayah yang luasnya haya beberapa ratus sampai beberapa
meter. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman lebih dalam pemetaan planimeter
sehingga dapat memberikan informasi secara visualisasi dua dimensi mengenai
keadaan dan posisi suatu bangunan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa


permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Planimeter?
2. Apa metode yang terdapat dalam Planimeter?
3. Bagaimana langkah pengukuran dan pembuatan peta dalam Planimeter?

1
2

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan paper ini adalah :

1. Mengetahui pengertian Planimeter.


2. Mengetahui metode yang terdapat dalam Planimeter.
3. Memahami langkah pengukuran dan pembuatan peta melalui metode
Planimetris.

1.4 Manfaat Penulisan

Paper ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis artinya makalah ini berguna sebagai
pengembangan konsep pengetahuan mengenai perhitungan peta metode
Planimeter. Secara praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Penulis, sebagai sumber penambah pengetahuan dan konsep keilmuan ilmu


ukur tanah mengenai perhitungan peta dengan metode Planimeter.
2. Pembaca, sebagai media pengetahuan informasi tentang metode perhitungan
Planimeter baik secara teoritis maupun praktis.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah dalam penyusunan resume


itu, maka perlu ditentukan sistematika penulisan yang baik. Sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan mendeskripsikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan, yang berkaitan
dengan Planimeter.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Dalam bab ini diuraikan tinjauan teori yang mendeskripsikan pengertian dan
prinsip dasar dari permasalahan yang akan dibahas, yaitu Planimeter.
3

BAB III METODOLOGI


Bab ini berisi uraian tentang lokasi, waktu, metode, populasi, sampel, teknik
sampling, data primer dan data sekunder, instrumen, dan teknik analisis.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan semua yang berkaitan dengan Planimeter secara umum
dilengkapi dengan gambar yang menambah infomasi serta contoh untuk para
pembaca.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI


Bab ini berisi uraian tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran- saran yang perlu
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil makalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Planimeter

Planimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung luas dengan cara
mekanis. Planimeter ada dua macam, yaitu planimeter manual dan planimeter
digital.

Alat planimeter terdiri dari dari dua tangkai (batang) yang dihubungkan oleh
sendi yang memungkinkan kedua tangkai tersebut bergerak bebas pada meja
gambar. Tangkai yang pertama disebut tangkai jarum tetap atau tangkai batang
(kutub), di bagian ujung lain dari tangkai tetap terdapat jarum pelacak tetap yang
disebut dengan kutub planimeter. Tangkai yang kedua disebut tangkai pelacak.
Pada ujung-ujung tangkai pelacak terdapat sebuah roda (roda ukur) dan jarum
pelacak untuk menelusuri batas daerah yang diukur. Roda ukur dapat berputar
bersamaan dengan gerakan dari jarum pelacak.Banyaknya putaran dapat dibaca
pada piringan berskala yang dihubungkan dengan roda ukur.

4
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Indonesia.
3.2 Waktu
Pembuatan makalah ini dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2019 sampai
dengan tanggal 8 Desember 2019.

3.3 Metode

Metode yang digunakan dalam tugas ini adalah Metode Kualitatif. Metode
Kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data secara meriset
yang sifatnya deskriptif, menggunakan analisis, mengacu pada data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan pendukung, serta menghasilkan suatu
teori.

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.4.1 Populasi
Populasi adalah suatu kesatuan individua tau subjek pada wilayah
dan waktu dengan kualitas tertentu yang akan diamati atau teliti. Populasi
pada makalah ini adalah buku paket “Teknik Survei dan Pemetaan Jilid II”
yang ditulis oleh Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamiijaya, M.T. diterbitkan
oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan
Nasional.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan subjek penelitian
sebagai “wakil” dari para anggota populasi. Sampel pada tugas adalah
materi tentang Planimeter.

5
6

3.4.3 Teknik Sampling


Teknik sampling pada tugas ini adalah Teknik Purposif dan
Deskriptif. Teknik Purposif Sampling adalah salah satu teknik sampling
non-random sampling dimana peneliti atau penulis menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan peneliti sehingga diharapkan dapat menjawab
permasalahan.

3.5 Data Primer dan Data Sekunder

Data yang digunakan bersumber dari buku “Teknik Survei dan Pemetaan Jilid
II” pada Bab 11 yang berjudul Perhitungan Luas. Sedangkan data sekunder yang
digunakan untuk mendukung data primer bersumber dari buku bacaan lain, artikel
dan jurnal di internet.

3.6 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam makalah ini adalah instrument dokumen
resmi karena instrument dokumen resmi adalah instrumen yang dikeluarkan oleh
suatu Lembaga secara resmi, misalnya informasi penting, nilai raport, arsip
sejarah, dan buku.

3.7 Teknik Analisis


Teknik analisis yang digunakan dalam makalah ini adalah teknik analisis
deskriptif karena dibaca dari sumber buku “Teknik Survei dan Pemetaan Jilid II”
pada Bab 11 yang membahas tentang Perhitungan Luas serta dari artikel dan
jurnal di internet.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Planimeter

Planimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung luas dengan cara
mekanis. Ada beberapa jenis planimeters, tetapi semua beroperasi dengan cara yang
sama. Cara tepat di mana mereka dibangun bervariasi, dengan jenis utama
planimeter mekanis yang planimeters "kapak" polar, linear dan Prytz atau. Swiss
matematika Jakob Amsler-Laffon membangun planimeter modern pertama pada
1854, konsep yang telah dirintis oleh Johann Martin Hermann pada tahun 1814.
Banyak perkembangan diikuti planimeter Amsler terkenal, termasuk versi
elektronik.
Planimeter terdiri dari sebuah hubungan dengan pointer pada salah satu
ujungnya, digunakan untuk melacak sekitar batas dari bentuk. Ujung lain dari
hubungan yang tetap adalah untuk sebuah planimeter kutub dan dibatasi garis untuk
planimeter linier. Tracing di sekeliling permukaan menginduksi gerakan di bagian
lain dari instrumen dan pembacaan ini digunakan untuk membangun daerah dari
bentuk.

Gambar 1. Planimeter Manual

Gambar 2. Planimeter Digital

7
8

Planimeter manual ini terdiri dari dari dua tangkai (batang) yang dihubungkan
oleh sendi yang memungkinkan kedua tangkai tersebut bergerak bebas pada meja
gambar. Tangkai yang pertama disebut tangkai jarum tetap atau tangkai batang
(kutub), dibagian ujung lain dari tangkai tetap terdapat jarum pelacak tetap yang
disebut dengan kutub planimeter. Tangkai yang kedua disebut tangkai pelacak.

Pada ujung-ujung tangkai pelacak terdapat sebuah roda (roda ukur) dan jarum
pelacak untuk menelusuri batas daerah yang diukur. Roda ukur dapat berputar
bersamaan dengan gerakan dari jarum pelacak.Banyaknya putaran dapat dibaca
pada piringan berskala yang dihubungkan dengan roda ukur.

Gambar 3. Bagian-bagian Planimeter

Keterangan :

1. Batang kutub
2. Batang pelacak
3. Kutub planimeter (tetap)
4. Sendi (engsel)
5. Jarum pelacak
6. Roda ukur berskala
7. Piringan berskala
8. Klem (untuk mengatur panjang batang pelacak)
9. Skala Nonius
9

4.2 Metode Planimeter

Gambar 4. Planimeter digerakkan Searah Jarum Jam

Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan kerangka peta (titik - titik


poligon).
 Luas daerah yang akan dipetakan.
 Keadaan topografi yang akan dipetakan.
 Banyaknya detil yang ada di daerah yang akan dipetakan.
 Batas daerah yang akan dipetakan.

Metode yang terdapat pada pemetaan planimetris adalah :


4.2.1 Pengukuran Jarak Langsung

Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan


cara membentangkan pita ukur sepanjang garis yang akan diukur dengan
alat utama berupa pita ukur. Apabila jarak tidak dapat diukur dengan sekali
bentangan pita ukur, maka perlu dilakukan pelurusan. Pelurusan dilakukan
dengan cara membuat penggalan-penggalan pada jarak yang akan diukur.

Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, yakni pengukuran pergi dan


pengukuran pulang. Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan di medan
mendatar dan medan miring. Pengukuran pada medan mendatar dilakukan
10

dengan pelurusan terlebih dahulu. Kemudian mengukur langsung dengan


menggunakan pita ukur. Sedangkan pada medan miring perlu
dilakukan beberapa tahapan tambahan.

Yang pertama adalah melakukan pelurusan seperti pada medan


mendatar. Kemudian melakukan pengukuran jarak dengan bantuan unting-
unting. Di sini pita ukur ditarik sehingga mendatar dan batas penggal jarak
yang diukur di tanah diperoleh dengan bantuan unting-unting yang
digantung dengan benang dari pita ukur yang direntangkan. Namun, sering
kali terdapat penghalang pada jarak yang akan diukur. Pengukuran pada
jarak terhalang dapat dilakukan dengan beberapa macam cara sebagai
berikut :
a. Dengan perbandingan sisi segitiga siku-siku
b. Dengan mengukur titik tengah tali busur
c. Dengan bantuan cermin penyiku atau prisma penyiku.

4.2.2 Pengukuran Sudut

Salah satu alat yang didesain untuk mengukur sudut, dalam bidang
geodesi dan pengukuran tanah dikenal dengan nama teodolit. Teodolit
memiliki tiga bagian, bagian atas (teropong, lingkaran vertical sumbu
mendatar, klem teropong dan penggerak halus, aldehide vertikal dan nivo,
nivo teropong), bagian tengah (kaki penyangga, aldehide horizontal,
piringan horizontal, klem dan penggerak halus aldehide horizontal, klem
dan penggerak halus nimbus, nivo tabung, mikroskop pembacaan lingkaran
horizontal), dan bagian bawah (tribranch, nivo kotak, skrup penyetel ABC,
plat dasar).

Prosedur penggunaan teodolit diawali dengan pendirian teodolit di atas


statif dan melakukan sentering dan mengatur sumbu I agar vertikal. Yang
dimaksud sentering adalah bahwa sumbu I (sumbu vertikal) teodolit segaris
dengan garis gaya berat yang melalui titik tempat berdiri alat. Sentering
dilakukan dengan medirikan teodolit sehingga ujung unting-unting berada
tepat di atas titik (patok). Sedangkan pengaturan sumbu I vertikal dilakukan
11

dengan cara mengatur posisi nivo kotak dan nivo tabung.

Pengaturan Nivo Kotak :


a. Putar teodolit pada sumbu I hingga nivo tabung sejajar dengan
skrup penyetel A dan B. Seimbangkan gelembung nivo dengan memutar
skrup penyetel A dan B.
b. Putar teodolit pada sumbu I 1800. Apabila gelembung bergeser, maka
seimbangkan gelembung dengan skrup A dan atau B. Pengaturan Nivo
Tabung a.
c. Putar teodolit pada sumbu I ±900. Apabila gelembung bergeser, maka
seimbangkan dengan skrup C
d. Putar teodolit pada sumbu I ke segala arah, apabila gelembung bergeser,
ulangi pengaturan tersebut. Apabila gelembung tidak bergeser, maka
sumbu I telah vertikal.
e. Setelah dilakukan pengaturan sumbu I vertikal, kemudian teropong
diarahkan pada titik yang yang akan dibidik.
f. Pada saat melakukan pembidikan, posisi garis bidik diarahkan pada
benang yang digunakan untuk menggantungkan unting-unting. Posisi
suatu target diketahui dengan skala yang terbaca pada bacaan piringan
teodolit.

Pengukuran sudut dapat dilakukan dengan cara repetisi atau reiterasi.


12

4.2.3 Pengukuran Jarak Optis

Pengukuran jarak optis merupakan pengukuran jarak secara tidak


langsung, karena dalam pelaksanaannya digunakan alat bantu berupa
teropong pada alat ukur teodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dapat
dilakukan karena pada teropong teodolit dilengkapi dengan garis bidik
(benang silang) dan benang stadia yang diarsir pada diafragma. Garis bidik
adalah garis khayal yang menghubungkan titik benang silang dengan sumbu
optis lensa obyektif teropong. Benang stadia terdiri dari tiga macam, yakni
benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Posisi suatu target diketahui
dengan membaca bacaan piringan vertikal teodolit dan angka pada rambu
ukur yang ditunjukkan dengan benang stadia yang dilihat dari teropong
teodolit.

Rumus :
D = a (ba - bb) cos2h
Keterangan : D = jarak detil
a = konstanta = 100
ba = benang atas
bb = benang bawah
h = bacaan vertical
13

4.2.4 Poligon Tertutup

Gambar 5. Poligon Tertutup

Poligon dapat diartikan sebagai suatu rangkaian dari titik-titik


secara berurutan sebagai kerangka pemetaan. Posisi atau koordinat titik-
titik poligon tersebut diperoleh dengan mengukur sudut dan jarak antar titik-
titik poligon, serta azimuth salah satu sisinya.

Adapun rumus penentuan koordinat poligon adalah :


x2 = x1 + d12sinα12
y2 = y1 + d12cosα12

4.2.5 Pengukuran Azimuth

Beda tinggi arah utara yang ditunjukkan oleh magnetis dan utara
geografis disebut dengan deklinasi magnet atau salah tunjuk jarum. Besar
sudut deklinasi magnet tidak sama dari satu tempat ke tempat lain, makin
mendekat kutub makin besar, serta dari waktu ke waktu tidak sama pula.

Salah tunjuk jarum magnet di suatu tempat selain dikarenakan deklinasi


juga bisa disebabkan karena adanya atraksi local yaitu adanya gangguan
medan magnet setempat, akibat adanya benda- benda yang terbuat dari besi
baja, bangunan-bangunan gedung dan lain-lain serta kemungkinan adanya
kesalahan dari kontruksi alat itu sendiri seperti halnya jarum magnet tidak
sejajar sumbu datar (kesalahan kolimasi).
14

Sehingga alat-alat yang menggunakan pembacaan dengan kompas,


sebaiknya bila akan digunakan untuk pengukuran di suatu tempat perlu
diukur deklinasi magnet di tempat tersebut dengan cara membandingkan
suatu arah yang diukur dengan pengamatan matahari. Selisih arah yang
didapat merupakan besaran koreksi yang harus diberikan terhadap data hasil
ukuran arah dengan kompas untuk mendapatkan arah yang benar.

4.3 Langkah Pengukuran dan Pembuatan Peta dalam Metode Planimeter

4.3.1 Langkah Pengukuran Planimeter

Langkah-langkah mempersiapkan alat planimeter sebelum digunakan untuk


menghitung luas :
1. Letakan Peta yang akan digunakan di atas meja, dan usahakan agar tidak
bisa berpindah posisi.
2. Mengeluarkan alat dari box alat.
3. Mengatur panjang batang pelacak.
4. Mencari posisi untuk kutub planimeter. Posisi kutub diusahakan agar
batang pelacak dapat menjangkau seluruh garis batas dengan sudut antara
batang pelacak dengan batang kutuk lebih kecil dari 180⁰.

5. Setelah kutub terpasang, gerakkan mengelilingi area batas untuk


mengetahui ada tidaknya hambatan dari gerak roda.

Langkah menghitung luas:

1. Lihat titik merah pada lensa alat, kemudian tepatkan titik tersebut pada
garis/ batas wilayah yang akan dicari luasannya.
2. Tempatkan jarum pelacak mulai dari titik awal (misal x0 ), yang telah
ditentukan, kemudian putar roda ukur maju (searah jarum jam) atau
mundur (berlawanan arah jarum jam) melalui x1 sampai kembali ketitik
awal (x0).

Pada titik start awal sebelum mulai menyusuri garis batas, dilakukan
15

pembacaan terlebih dahulu pada titik start. Nilai didapat dari piringan
berskala dan skala nonius. Tahap ini juga dilakukan pada titik akhir (x1).

Syarat dari pengukuran luas dengan planimeter yang baik adalah selisih
antara bacaan di x0 dan x1 tidak lebih dari 20

Dengan konversi tertentu, maka luas akan dapat dihitung. Ketelitian


hasil sangat bergantung pada besar atau kecilnya skala peta. Semakin besar
skala petanya, akan semakin teliti hasil luasannya.

4.3.2 Perhitungan Luas dengan Planimeter

Untuk mendapatkan luasan suatu daerah permukaan bumi dipeta maka


diadakan pengukuran dengan metode planimetri dari titik awal x0 sampai
dengan titik akhir x1 dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

La = luas area yang dicari (km2)

Lx = luas daerah dalam peta diperoleh dari perhitungan menggunakan


planimeter

Ly = luas kalibrasi dalam peta à diperoleh dari perhitungan


menggunakan planimeter
Lb = luas kotak kalibrasi
p = panjang (cm)
l = lebar (cm)
16

4.3.3 Pembuatan Peta Metode Planimetris

Peta planimetris sampai saat ini dibuat dengan melakukan pengukuran


secara langsung di lapangan. Maksud dari pengukuran yang dilakukan pada
pembuatan peta ini adalah mengumpulkan data-data lapangan yang berupa
panjangan dari penggal-penggal garis pembentuk/penentu posisi dari objek-
objek yang diukur.

Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan peta planimetris ini


yang sudah saya susun secara sistematis yakni :

1. Melakukan pengamatan lokasi yang dipetakan


2. Melakukan koreksi alat
3. Membuat sketsa sederhana lokasi yang dipetakan.
4. Mengukur jarak antar titik kontrol,azimuth disalah satu titik kontrol, dan
sudut di masing - masing titik kontrol
5. Menggambar kerangka polygon menggunakan data pengukuran jarak
antar titik kontrol,azimuth disalah satu titik kontrol, dan sudut di masing
- masing titik kontrol
6. Melakukan pengukuran detil
7. Penggambaran detil (plotting)
8. Penggambaran secara keseluruhan dilengkapi dengan atribut peta.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai


berikut :

1. Planimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung luas dengan
cara mekanis. Planimeter ada dua macam, yaitu planimeter manual dan
planimeter digital.
2. Metode pengukuran planimeter terdiri dari pengukuran jarak langsung,
pengukuran sudut (cara repetisi dan cara reiterasi), pengukuran jarak optis,
poligon tertutup, dan pengukuran azimuth.
3. Peta planimetris sampai saat ini dibuat dengan melakukan pengukuran secara
langsung di lapangan. Maksud dari pengukuran yang dilakukan pada
pembuatan peta ini adalah mengumpulkan data-data lapangan yang berupa
panjangan dari penggal-penggal garis pembentuk/penentu posisi dari objek-
objek yang diukur.

5.2 Implikasi

Hasil dari paper ini digunakan sebagai bahan literasi bagi mahasiswa yang
sedang belajar pengukuran peta dengan Planimeter dalam survei dan pemetaan.
Dengan selesainya makalah ini diharapkan dapat menambah pemahaman sekaligus
pengetahuan tentang Planimeter.

5.3 Rekomendasi

Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut :

 Hendaknya dalam melakukan pengukuran, ketelitian harus


diutamakan, terutama dalam hal membaca skala ukuran, baik jarak
maupun sudut. Kemudian proses penggambaran harus
menggunakan tingkat kecermatan yang tinggi, sehingga tidak terjadi
kesalahan.

17
18

 Pencatatan dan penghitungan data juga harus dilakukan dengan


kesabaran dan ketelitian yang tinggi agar didapatkan hasil yang
tepat. Serta kerja tim dan konsep kerja sangat dibutuhkan untuk
melakukan pengukuran.
 Penulis menyarankan agar mencari sumber-sumber lain, supaya
lebih luas dan lebih banyak pemahaman yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Andi “Menghitung Luas Wilayah Pada Peta”


http://andimanwno.wordpress.com/ [Dikutip 7 Desember 2019]

Muhajir, Rahmat “Planimeter”


https://belajargeomatika.wordpress.com/2010/12/28/planimeter/ [Dikutip 7
Desember 2019]

Yusuf, Kuswondo Dedi “Menghitung Luas Dengan Planimeter”


http://geoexpose.blogspot.com/ [Dikutip 7 Desember 2019]

Permana, Rahayu Jati “Makalah Planimeter”


https://www.scribd.com/doc/224440909/MAKALAH-PLANIMETER
[Dikutip 7 Desember 2019]

19

Anda mungkin juga menyukai