Anda di halaman 1dari 31

PEMERINTAH KOTA TARAKAN

KELOMPOK KERJA SANITASI

BAB IV

RENCANA PROGRAM
PENGEMBANGAN SANITASI
YANG SEDANG BERJALAN

195
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

BAB IV
RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI
YANG SEDANG BERJALAN

4.1. VISI DAN MISI SANITASI KOTA

4.1.1 Visi

Visi Sanitasi Kota Tarakan dapat dirumuskan sebagai berikut : Melaksanakan Pembangunan Sanitasi
Kota Pulau yang Sehat dan Berkelanjutan
4.1.2. Misi

1. Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Air Baku.


2. Meningkatkan Kinerja Kelembagaan Pokja Sanitasi.
3. Mewujudkan Kepastian Hukum yang Mendukung Pembangunan dan Pengelolaan Sanitasi
melalui Perda.
4. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan dan Pendanaan untuk Pembangunan dan Pengelolaan
Sanitasi.
5. Meningkatnya PHBS bagi masyarakat Kota Tarakan.

4.2. STRATEGI PENANGANAN SANITASI KOTA

Strategi penanganan sanitasi yang sedang dan akan dijalankan hingga berakhirnya masa RPJM Kota
Tarakan berpatokan program kerja yaitu :
1. Pengembangan sistem dan kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah
2. Pengembangan Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Embung dan Sumber Air Lainnya
3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kelurahan
4. Pengembangan Lingkungan Sehat Perumahan
5. Pembangunan Sarana Penyehatan Lingkungan
6. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
4.2.1. Strategi Penanganan Limbah Cair
Guna menunjang pelayanan air limbah di Kota Tarakan dilakukan upaya-upaya pengembangan
dengan rencana kegiatan sebagai berikut:
- Pengembangan & optimalisasi instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ) terpusat

196
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
- Pengembangan jaringan pipa air limbah sistem terpusat
- Penambahan jumlah sambungan rumah
- Pembangunan sanitasi komunal bagi masyarakat yang kurang mampu
- Pengembangan sanitasi berbasis masyarakat
- Sistem pemantauan lingkungan
- Pelaksanaan studi-studi pendukung
- Pemantapan kelembagaan pengelolaan IPAL terpusat
- Pembangunan sanitasi setempat secara individu
- Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pembiayaan bersama pemerintah pusat
pemerintah provinsi dan pemerintah Kota Tarakan.
4.2.2. Strategi Penanganan Limbah Padat (Persampahan)
1. Program pengelolaan persampahan bertujuan:
a. mewujudkan keindahan,
b. kebersihan dan kesehatan lingkungan dilaksanakan dengan 3R
2. Kegiatan operasional adalah pelayanan yang dimulai pengumpulan sampah dari masyarakat ke TPS
dilakukan oleh masyarakat.
3. Peningkatan kesadaran dengan penyuluhan serta peningkatan retribusi kebersihan.
4. Penanganan persampahan Kota Tarakan melalui pengelolaan sampah terpadu :
a. Pengaturan pengelolaan sampah dengan fungsi, tugas dan tanggung jawab yang jelas.
b. Teknik operasional sampah dilakukan secara terpadu melalui pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir sampah.
c. Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan kawasan.
d. Perlakuan hukum untuk menunjang keberhasilan dalam pengelolaan sampah.
5. Penanganan sistem pembuangan akhir sampah yang tidak mencemari lingkungan sekitarnya dengan
upaya efisiensi lahan dan pemanfaatan sisa sampah agar lebih berguna dengan metode yang tepat
guna:
a. Pengolahan sampah yang dapat mereduksi timbulan sampah sebesar 30% serta pemanfaatan
sisa sampah untuk memperbaiki struktur serta kinerja tanah pada lahan-lahan pertanian dan
perkebunan yang kurang subur serta kegiatan penghijauan.
b. Penetapan lokasi dan kebutuhan lahan pembuangan akhir sampah sesuai dengan kriteria dan
dilakukan proteksi terhadap lechate (air sampah) dan gas dengan metode yang tepat.
c. Pembatasan untuk pengembangan kawasan budidaya dan atau permukiman baru pada kawasan
Rawan Pencemaran TPA.

197
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

4.2.3. Stategi Penanganan Drainase Lingkungan


4.2.3.1. Pengaturan Sistem Tata Air Kota Tarakan
a. Mengembangkan Das Sebagai Daerah Tangkapan Air Hujan Dan Rawa-Rawa Serta Pesisir
Laut
 Konservasi kawasan sungai di perbukitan (hulu sungai) dari masing-masing DAS Sungai
melalui pengamanan sekitar DAS.
 Penataan / Penanganan kawasan dataran sungai (hilir sungai) dari masing-masing DAS
Sungai dan memeksimalkan fungsi rawa terhadap ekologi daratan, melalui normalisasi
penampang sungai dan penyediaan fasilitas drainase, untuk mengatasi banjir dan
mengatasi ekologi rawa-rawa daratan.
 Penataan / Penanganan terhadap Kawasan Pesisir sungai (Outlet Sungai) melalui
konservasi kawasan pesisir dan penyediaan fasilitas bangunan pesisir pantai, untuk
pengendalian pasang surut dan ekologi pantai.
b. Meningkatkan Kondisi Hutan Lindung Sebagai Daerah Resapan Air
 Konservasi hutan lindung dengan meningkatkan fungsi hutan lindung
 Pencegahan penebangan / perambahan hutan lindung
 Mengendalikan ekplorasi tambang dikawasan hutan lindung
 Penataan potensi sistem Tata Air
 Penataan kawasan hunian sebagai daerah resapan dengan pengaturan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB)
4.2.3.2. Pengaturan Sistem Drainase Kota Tarakan
a. Pengendalian Terhadap Bahaya Banjir
 Penataan/Penanganan Sistem Drainase berdasarkan fungsi dari nomenklatur.
 Mengendalikan sedimentasi yang cukup tinggi dengan membuat Check Dam di beberapa
wilayah aliran sungai.
 Penataan / Penanganan Sistem Drainase.
 Pengembangan daerah kawasan pemukiman, meliputi membuat sistem resapan.
 Mengendalikan sistem aliran buangan air hujan / banjir.
b. Pengaturan Sistem Drainase Di Perumahan Dan Permukiman
 Penataan / Penanganan Sistem Drainase di areal perumahan dan pemukiman.
 Pengembangan sistem penghijauan kota daerah kawasan pemukiman, juga meliputi
membuat sistem Resapan Daerah Perumahan.
 Mengendalikan sistem limbah air buangan (limbah Rumah tangga) dengan air hujan/ banjir.
 Mengendalikan pengembangan pemukiman dan perumahan yang cukup tinggi di beberapa
wilayah aliran hulu sungai dan bantaran sungai.

198
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

c. Pengembangan Daerah Aliran Sungai Sebagai Daerah Tangkapan Air Hujan


 Konservasi kawasan perbukitan sungai (Hulu Sungai) dari Masing-Masing DAS Sungai
melalui pengamanan sekitar DAS.
 Penataan/Penanganan kawasan dataran sungai (Hilir Sungai) dari Masing - Masing DAS
Sungai melalui normalisasi penampang sungai dan penyedian fasilitas drainase untuk
mengatasi Banjir.
 Penataan/Penanganan terhadap Kawasan Pesisir sungai (Outlet Sungai) melalui
konservasi kawasan pesisir dan penyediaan fasilitas bangunan pesisir pantai, untuk
pengendalian pasang surut.

4.2.4 Strategi Penanganan Air Bersih


4.2.4.1 Melindungi Sumber Air Baku Terhadap Aspek Kuantitas, Kualitas Dan Kontinuitas

a. Konservasi kawasan perbukitan dan hutan lindung, berfungsi untuk menyangga dan resapan air
hujan di masing-masing DAS Sungai sebagai potensi air baku keperluan air bersih
b. Penataan / Penanganan daerah kawasan resapan air di kawasan Hilir Sungai melalui penghijauan
dan pembuatan sumur resapan dikawasan hunian dan permukiman, berfungsi pula untuk
mengendalian banjir dan penurunan muka air tanah.
c. Penataan / Pengaturan / perlindungan sumber-sumber air baku permukaan dan sumber air baku
tanah dalam melalui penataan wilayah tata air kawasan terhadap pencemaran lingkungan
d. Memperluas kawasan perkotaan yang limbah domestiknya dikelola dan diolah secara terpusat
e. memperbaiki mutu air baku dari sumber-sumber air yang ada
f. mengembangkan sumber air baku baru baik sumber permukaan maupun dalam tanah
g. Menjalin kerjasama antardaerah dalam memenuhi kebutuhan air baku

4.2.4.2. Meningkatkan Sistem Pelayanan Air Bersih

a. Meningkatkan sistem pengolahan air bersih (IPA) di masing-masing kawasan yang mempunyai
potensi air baku untuk sumber air bersih

b. Meningkatkan penggunaan sistim pengolahan air yang efisien dan efektif dalam penggunaan
sumber daya

c. Memperbaiki dan mengembangkan sistim pendistribusian air yang menunjang kuantitas, kualitas
dan kontinuitas SPAM

d. Meningkatkan keterjangkauan masyarakat berpenghasilan rendah dan kawasan pinggiran kota


dalam memperoleh pelayanan air bersih

199
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
e. Meningkatkan keterpaduan pengembangan SPAM dengan infrastruktur perkotaan lainnya

f. Mendorong peran serta swasta dalam pengembangan SPAM

4.2.4.3. Menurunkan tingkat kehilangan air untuk efisiensi sumber daya dan peningkatan pelayanan
a. Meningkatkan efisiensi penggunaan air dalam proses pengolahan air
b. Pengendalian pasokan air dengan pemasangan meter induk dan pengatur tekanan / aliran pada
zona distribusi tertentu
c. Meningkatkan manajemen pengelolaan infrastruktur distribusi air
d. Penggantian jaringan pipa distribusi yang rawan kebocoran
e. Meningkatkan keandalan pembacaan meter air pelanggan
f. Pengembangan sistem informasi penyediaan air minum perkotaan

4.3. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR


Limbah perkotaan berasal pada dua kegiatan pokok, yaitu limbah yang bersumber dari
kegiatan industri dan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (limbah domestik).
Penyelesaian permasalahan pengelolaan limbah rumah tangga di Kota hanya dapat diatasi dengan
peningkatan kesadaran masyarakat tentang pembuangan air limbah rumah tangga yang benar. Di
sinilah letak peran Pemerintah Kota, dimana pemerintah berkewajiban untuk menjadi fasilitator baik
dalam proses sosialisasi demi meningkatkan kesadaran masyarakat maupun bertindak aktif dalam
pembangunan MCK umum dan IPAL/septictank komunal untuk wilayah yang sangat memerlukan.
Proses sosialisasi harus terus dilakukan terutama kepada masyarakat yang masih belum memiliki
pengetahuan atau kesadaran yang cukup mengenai permasalahan air limbah rumah tangga.
Analisis diperlukan untuk mencari akar permasalahan berdasarkan kondisi yang ada saat ini dari
berbagai aspek teknis maupun non teknis, serta berbagai kendala yang dihadapi dalam rangka mencapai
sasaran yang diinginkan. Analisis permasalahan dapat dilakukan dengan gap analisis yaitu suatu metoda
yang membandingkan antara kebutuhan dan pengelolaan yang tersedia. Pertumbukan keutuhan penanganan
air limbah sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Dari gap analisis di bawah terlihat jika dalam lima tahun
kedepan tidak ada peningkatan prasaranan penanganan air limbah maka akan terjadi kesenjangan antara
kebutuhan dan penanganan. Gap analisis dibawah ini mengasumsikan pertumbuhan penduduk 0,90% (data
BPS 2002-2006), tiap jiwa menghasilkan lumpur tinja 0,003 m3/jiwa/tahun dan penanganan air limbah 80%
per tahun.

200
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Masalah air limbah yang dihadapi dapat dianalisis dari lima aspek berikut ini.
 ASPEK TEKNIS, meningkatkan cakupan pelayanan pengelolaan air limbah baik on-site maupun
off-site, didaerah perkotaan dan pedesaan, serta peningkatan kualitas pengelolaan sesuai dengan
ketentuan teknis dan memperhatikan lingkungan. Peningkatan akses ini dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut:
 Meningkatkan cakupan pelayanan air limbah yang dikelola oleh BUMD dan dinas.
 Meningkatkan cakupan pelayanan cakupan air limbah yang dikelola secara langsung oleh
masyarakat.
 Meningkatkan kinerja BUMD dan penyelenggara lainnya dalam pengelolaan air limbah.
 ASPEK PENDANAAN, peningkatan kapasitas pembiayaan untuk pembangunan prasarana dan
sarana air limbah baik sistem on-site maupun off-site serta menjamin pelayanan dengan
pemulihan biaya pengelolaan. Dari aspek pendanaan, pemerintah daerah dapat melakukan hal-hal
berikut:
 Mendorong peningkatan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan.
 mendorong peningkatan prioritas pendanaan pemerintah daerah dalam pengembangan
sistem pengelolaan air limbah.
 Meningkatkan pembiayaan melalui kemitraan pemerintah dan swasta.
 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan air limbah.
 ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA. Tinjauan aspek ini adalah peningkatan
kualitas pelayanan dan peningkatan kemitraan dengan swasta dan masyarakat. Aspek ini perlu
dipertimbangkan karena adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Peran
serta masyarakat dapat ditingkatkan dengan cara-cara sebagai berikut:
 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya perilaku hidup bersih dan sehat.
 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembagunan dan pengelolaan air limbah.
 Meningkatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan
pengelolaan air limbah.
 ASPEK KELEMBAGAN. Tinjauan dari aspek kelembagaan adalah peningkatan kinerja institusi
pengelolaan air limbah serta pemisahan fungsi regulator dan operator. Peningkatan kinerja institusi
pengelolaan air limbah serta pemisahan fungsi regulator dan operatordapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

201
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
 Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar kegiatan dan antar wilayah dalam
pembangunan air limbah.
 Menyediakan fasilitas peningkatan menajemen pembagunan air limbah didaerah.
 Menyediakan fasilitas peningkatan pengelolaan air limbah melalui pelatihan dan
pendidikan SDM yang kompeten.
 ASPEK PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN. Aspek ini mempelajari perkuatan dan
penerapan hukum dan pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku untuk penanganan dan
pengelolaan air limbah. Perkuatan, penerapan hukum dan pengelolaan air limbah dapat dilakukan
melalui:
 Revisi peraturan perundang-undangan yang melakukan pengaturan terhadap BUMD
yang bergerak dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah.
 Peningkatan forum nasional peningkatan pengelolaan air limbah dalam mendorong
pelaksanaan pengaturan yang lebih baik.
 Meningkatkan tersedianya NSPM dalam pengembangan sistem pembuangan air limbah.
4.3.1. Sistem Terpusat (Offsite System)
Permasalahan sistem pelayanan air limbah yang ada saat ini di Kota Tarakan adalah akibat masih
kurangnya jumlahsarana dan prasarana air limbah yaitu : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT),
disamping itu masih kurangnya kendaraan truk tinja dan septic tank komunal untuk menunjang operasional
IPAL. Kondisi seperti ini apabila dibiarkan terus menerus maka akan berakibat terhadap timbulnya
penyebaran penyakit yang penyebarannya melalui media air limbah akibat kondisi sanitasi buruk, seperti
diare. Untuk meningkatkan sistem pelayanan air limbah tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan optimalisasi/rehabilitasi sistem pelayanan air limbah yaitu dengan melakukan pembangunan IPLT
dan jaringannya serta penambahan jumlah truk tinja.
Rencana program peningkatan pengelolaan limbah cair sistem terpusat meliputi :
1) Program Perluasan Cakupan Pelayanan Air Limbah;
2) Program Peningkatan Sistem Pengolahan Lumpur Tinja;
3) Program Pengembangan Jaringan Air Limbah;
4) Program Pengembangan Instalasi Pengolahan Tinja.
4.3.2. Sistem Sanimas
Sistem sanitasi yang berbasis masyarakat (Sanimas) di Kota Tarakan dalam operasionalisasinya,
sistem ini menemui beberapa kendala, yaitu masalah perawatan dalam pengelolaannya dikarenakan
minimnya dana yang didapat dari swadaya masyarakat dan belum optimalnya pemanfaatan hasil biogas
dikarenakan konstruksi pendukung yang ada dinilai kurang layak sehingga perlu dilakukan rehabilitasi,
dengan harapan hasil dari biogas dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

202
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Rencana program peningkatan sistem Sanimas meliputi :
1. Program Pengembangan Sistem Sanimas
2. Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Instalasi Pengolahan Tinja;
4.3.3. Sistem Setempat (Onsite System)
Pembuangan air limbah dengan menggunakan Sistem Komunal akan dikembangkan di kawasan
dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan lahan yang cukup.
4.3.4. Rekomendasi
Berikut ini adalah rekomendasi yang diberikan dalam bentuk matrik tentang Kebijakan, Strategi dan
Rencana Tindak dalam Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah:
Tabel 4. 1
Matriks Kebijakan, Strategi dan Rencana Tindak
No Kebijakan Strategi Rencana Tindak
1 Peningkatan  Peningkatan pelayanan dan  Meningkatkan kapasitas
akses kualitas sistem air pengolahan melaui pembangunan
pelayanan air limbah untuk mencapai IPAL paket
limbah baik standard pelayanan minimal  Meningkatkan pelayanan Air
melalui sistem on di perkotaan limbah melalui sistem terpusat
site maupun  Pengembangan pelayanan (sewerage)
sistem off site sistem air limbah terpusat di  Melakukan pembinaan teknis
diperkotaan dan perkotaan secara dalam peningkatan peran
Pedesaan bertahap berdasarkan pemerintah propinsi, kota/kab
tanggap kebutuhan (demand dalam pegembangan prasarana
responsive) dan sarana air limbah
 Meningkatkan  Memprioritaskan pembangunan
cakupanpelayanan air prasarana dan sarana air limbah
limbah yang dikelola oleh untuk masyarakat berpenghasilan
BUMD dan dinas rendah di perkotaan
 Prioritas pembangunan  Melakukan optimalisasi, rehabilitasi
pada masyarakat daerah dan ekstensifikasi PS Air Limbah
miskin dan rawan penyakit (IPAL &IPLT)
terkait air  Melaksanakan pembinaan dan
 Mendorong kerjasama bimbingan teknis dalam
antar kota/kabupaten dalam peningkatan kerja PS air limbah
upaya melindungi  Menyelenggarakan pembinaan &

203
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
No Kebijakan Strategi Rencana Tindak
badan air dari pencemaran bimbingan teknis dalam
air limbah permukiman peningkatan PS air limbah untuk
daerah tertentu: daerah endemi,
daerah bencana, daerah terpencil
pulau-pulau kecil dan kawasan
perbatasan
 Mendorong pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat
guna dalam bidang pegelolaan air
limbah
2 Peningkatan  Mendorong peningkatan  Mendorong peningkatan
Pembiayaan alternative sumber pembiayaan pengelolaan air limbah
pembangunan PS pembiayaan yang murah  Mendorong peningkatan dan
Air Limbah dan berkelanjutan fasilitasi kerjasama Pemerintah dan
Permukiman  Mendorong peningkatan swasta (KPS) dalam
prioritas pendanaan penyelenggaraan air limbah
pemerintah daerah dalam
pengembangan sistem
pengelolaan air limbah
 Meningkatkan pembiayaan
melalui kemitraan
pemerintah dan swasta
 Penyelenggaraan PS air
limbah berbasis
masyarakat (Community
Based Development)
3 Meningkatkan  Meningkatkan kesadaran  Menyelenggarakan sosialisasi dan
peran serta masyarakat terhadap kampanye dalam pendidikan
Masyarakat dalam perlunya perilaku hidup lingkungan dan kepedulian lingkungan
penyelenggaraan bersih dan sehat.  Mendorong pembangunan PS Air
Pengembangan  Meningkatkan partisipasi Limbah berbasis masyarakat
sistem masyarakat dalam  Menyelenggrakan deseminasi dan
Pengelolaan air pembangunan dan pengelolaan sosialisasi norma, standard, pedoman
Limbah air limbah dan manual bidang air limbah
 Meningkatkan peran  Memberikan Bantuan teknis
serta badan usaha swasta dan pembangunan air limbah berbasis
koperasi dalam pembangunan masyarakat
dan pengelolaan air limbah

204
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
No Kebijakan Strategi Rencana Tindak
4 Penguatan  meningkatkan koordinasi dan  Memberikan Bantuan teknis
Kelembagaan kerjasama antar penyelenggaraan kelembagaan PS air
kegiatan dan antar limbah
wilayah dalam  Fasilitasi dan memberikan bantuan
pembangunan air limbah teknis dalam pembentukan badan
 Fasilitasi peningkatan pengelola air limbah
manajemen pembangunan air  Meningkatkan koordinasi dengan
limbah di daerah sector lain
 Fasilitasi peningkatan  Mendorong peningkatan kemauan
pengelolaan air limbah politik pemerintah dalam penanganan
melalui pelatihan dan air limbah
pendidikan SDM yang  Melaksanakan peningkatan
kompeten pengawasan kualitas air limbah
pemukiman
 Menyelenggarakan peningkatan
kapasitas kelembagaan dan SDM
(sumber daya manusia)
5 Pengembangan  Revisi peraturan perundang-  Melakukan Pengembangan perangkat
Perangkat undangan yang melakukan hukum antara lain : PP, Permen,
Peraturan dan pengaturan terhadap BUMD standard, pedoman dan manual (SPM)
Perundang- yang bergerak dalam dalam penyelenggaraan sistem air
Undangan pembangunan dan pengelolaan limbah pemukiman
air limabh  Fasilitasi (Bantuan Teknis)
 Peningkatan forum nasional penyusunan Perda dalam
pengelolaan air limbah dalam penyelenggraan sistem Air Limbah
mendorong pelaksanaan Permukiman
pengaturan yang lebih
baik
 Meningkatkan tersedianya
NSPM dalam pengembangan
sistem pembuangan air
limbah

Berikut ini adalah rekomendasi yang diberikan dalam bentuk matrik tentang Kebijakan, Strategi dan
Rencana Tindak dalam Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah:
Tabel 4.2
Matrik Kebijakan, Strategi Dan Rencana Tindak
No Kebijakan Strategi Rencana Tindak
1 Peningkatan akses a. Peningkatan pelayanan dan  Meningkatkan kapasitas pengolahan melaui
pelayanan air limbah kualitas sistem air limbah untuk pembangunan IPAL paket
baik melalui sistem on mencapai standard pelayanan  Meningkatkan pelayanan Air limbah melalui
site maupun sistem off minimal di perkotaan sistem terpusat (sewerage)
site diperkotaan b. Pengembangan pelayanan  Melakukan pembinaan teknis dalam
sistem air limbah terpusat di peningkatan peran pemerintah propinsi, kota
perkotaan secara bertahap dalam pegembangan prasarana dan sarana
berdasarkan tanggap kebutuhan air limbah
(demand responsive  Memprioritaskan pembangunan prasarana
c. Meningkatkan cakupan dan sarana air limbah untuk masyarakat
pelayanan air limbah yang berpenghasilan rendah di perkotaan
dikelola oleh BUMD dan dinas  Melakukan optimalisasi, rehabilitasi dan
d. Prioritas pembangunan pada ekstensifikasi PS Air Limbah (IPAL &IPLT)
masyarakat daerah miskin dan  Melaksanakan pembinaan dan bimbingan
rawan penyakit terkait air teknis dalam peningkatan kerja PS air limbah
e. Mendorong kerjasama antar kota  Menyelenggarakan pembinaan & bimbingan
dalam upaya melindungi badan teknis dalam peningkatan PS air limbah untuk

205
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
No Kebijakan Strategi Rencana Tindak
air dari pencemaran air limbah daerah tertentu :daerah endemik, daerah
permukiman bencana, daerah terpencil pulau-pulau kecil
dan kawasan perbatasan
 Mendorong pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna dalam
bidang pegelolaan air limbah
2 Peningkatan a. Mendorong peningkatan  Mendorong peningkatan pembiayaan
Pembiayaan alternative sumber pembiayaan pengelolaan air limbah
pembangunan PS Air yang murah dan berkelanjutan  Mendorong peningkatan dan fasilitasi
Limbah Permukiman b. Mendorong peningkatan kerjasama Pemerintah dan swasta (KPS)
prioritas pendanaan pemerintah dalam penyelenggaraan air limbah
daerah dalam pengembangan
sistem pengelolaan air limbah
c. Meningkatkan pembiayaan
melalui kemitraan pemerintah
dan swasta
d. Penyelenggaraan PS air limbah
berbasis masyarakat (Community
Based Development)
3 Meningkatkan peran a. Meningkatkan kesadaran  Menyelenggarakan sosialisasi dan kampanye
serta Masyarakat masyarakat terhadap perlunya dalam pendidikan lingkungan dan kepedulian
dalam perilaku hidup bersih dan sehat. lingkungan
penyelenggaraan b. Meningkatkan partisipasi ma-  Mendorong pembangunan PS Air Limbah
Pengembangan sistem syarakat dalam pembangunan berbasis masyarakat
Pengelolaan air limbah dan pengelolaan air limbah  Menyelenggrakan deseminasi dan sosialisasi
c. Meningkatkan peran serta norma, standard, pedoman dan manual
badan usaha swasta dan bidang air limbah
koperasi dalam pembangunan  Memberikan Bantuan teknis pembangunan
dan pengelolaan air limbah air limbah berbasis masyarakat

4 Penguatan a. meningkatkan koordinasi dan  Memberikan Bantuan teknis


kelembagaan kerjasama antar kegiatan dan penyelenggaraan kelembagaan PS air limbah
antar wilayah dalam  Fasilitasi dan memberikan bantuan teknis
pembangunan air limbah dalam pembentukan badan pengelola air
b. Fasilitasi peningkatan limbah
manajemen pembangunan air  Meningkatkan koordinasi dengan sector lain
limbah di daerah  Mendorong peningkatan kemauan politik
c. Fasilitasi peningkatan pemerintah dalam penanganan air limbah
pengelolaan air limbah melalui  Melaksanakan peningkatan pengawasan
pelatihan dan pendidikan SDM kualitas air limbah pemukiman
yang kompeten  Menyelenggarakan peningkatan kapasitas
kelembagaan dan SDM (sumber daya
manusia)
5 Pengembangan a. Revisi peraturan perundang-  Melakukan pengembangan perangkat hukum
Perangkat Peraturan undangan yang melakukan antara lain : PP, Permen, standard, pedoman
dan Perundang- pengaturan terhadap BUMD dan manual (SPM) dalam penyelenggaraan
undangan yang bergerak dalam sistem air limbah pemukiman
pembangunan dan pengelolaan  Fasilitasi (Bantuan Teknis) penyusunan
air limabh Perda dalam penyelenggraan sistem Air
b. Peningkatan forum nasional Limbah Permukiman
pengelolaan air limbah dalam
mendorong pelaksanaan
pengaturan yang lebih baik
c. Meningkatkan tersedianya
NSPM dalam pengembangan

206
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
No Kebijakan Strategi Rencana Tindak
sistem pembuangan air limbah

4.3.5. Sistem Prasarana yang Diusulkan

Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan


Dari hasil analisis masalah keciptakaryaan yang dilakukan, usulan dan prioritas program untuk dipakai
dalam pencapaian RPIJM khususnya air limbah adalah Program MCK terapung di daerah pesisir pantai.
Tabel 4. 2
Sistem Prasarana dan Sarana Air Limbah yang diusulkan
Aspek Pengelolaan Air Kondisi Saat ini Kondisi Akhir PIJM
No. Keterangan
Limbah TA. 2009 TA.2008

A. Kelembagaan:
Optimal dengan
- Bentuk institusi Sudah ada, belum struktur organisasi Berbentuk UPT
optimal yang ada khusus PAL
- Dasar hukum
pembentukan institusi
Memadai dari
- SDM Memadai dari segi segi jumlah dan
Kurang memadai jumlah kualitas
B. Teknis Operasional:
1 Sanitasi Sistem On-Site:
1.a. Pembangunan baru:
- MCK
Konstruksi ST
- Jamban keluarga dan Septik
banyak yang belum Konstruksi ST dan
Tank/cubluk
memadai bid. Resapan benar
- Septik tank komunal
- Sistem sanitasi berbasis
masyarakat
Belum optimal,
- Truk tinja permintaan sedot Jumlah sesuai Jumlah sesuai
masih rendah kebutuhan kebutuhan
- IPLT IPLT belum ada - IPLT belum ada
Rehabilitasi dan
1.b.
Peningkatan Kapasitas:
- Truk Tinja
Operasi dan
1.c.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
- Truk Tinja
masih kurang
2 Sanitasi Sistem Off-Site: Belum ada Belum ada
C. Pembiayaan:
- Sumber dan sistem
pembiayaan:

207
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Aspek Pengelolaan Air Kondisi Saat ini Kondisi Akhir PIJM
No. Keterangan
Limbah TA. 2009 TA.2008
- Alokasi APBD
- Tarif Retribusi
- Mekanisme penarikan
Retribusi
- Realisasi penerimaan
Retribusi
D. Peraturan/Perundangan:
- Kelayakan pakai
- Penerapan sanksi
Peran serta Masyarakat
E.
dan Swasta:
- Keterlibatan swasta
- Partisipasi masyarakat Program Sanimas Program Sanimas
Sumber : analisis 2009

4.4. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH (LIMBAH PADAT)

Rencana peningkatan pengelolaan Sampah (limbah padat) yang sedang dan akan dilaksanakan
Kota Tarakan hingga berakhirnya Renstra SKPD terkait pengelolaan sampah dapat dilihat dari analisa
kebutuhan yang ada tercantum dalam RIPJM Kota Tarakan adalah sebagai berikut.

4.4.1 Analisis Permasalahan

Analisis diperlukan untuk mencari akar permasalahan berdasarkan kondisi yang ada saat ini dari
berbagai aspek teknis maupun non teknis, serta berbagai kendala yang dihadapi dalam rangka mencapai
sasaran yang diinginkan. Analisis permasalahan dapat dilakukan dengan gap analisis yaitu suatu metoda
yang membandingkan antara kebutuhan dan pengelolaan yang tersedia sehingga dapat direncanakan
kapasitas penyediaan pengelolaan persampahan lima tahun ke depan. Dari gap analisis di bawah terlihat gap
timbulan sampah dan kapasitas pengolahan yang tersedia tiap tahun cukup besar sehingga perlu segera
merencanakan program pengembangan pengelolaan sampah 5 (lima) tahun ke depan. Gap analisis di bawah
mengasumsikan pertumbuhan kebutuhan sampah sejalan dengan proyeksi pertumbuhan penduduk (0,90%).
Timbulan sampah awal 2,75 lt/orang/hari dan meningkat 2,83% setiap tahunnya.

Tabel 4.4
Gap Analisis Pengelolaan Persampahan Kota Tarakan Tahun 2008-2013
Tahun
Uraian Satuan
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Penduduk Orang 583,770 603,551 624,003 645,147 667,008 689,610
Timbulan Sampah lt/org/hari 2.75 3.44 4.3 5.37 6.71 8.39
Total Timbulan Sampah ton/hari 406.3 507.8 634.8 793.5 919.9 931.4
Kapasitas Pengelolaan Sampah ton/hari 250 250 250 250 250 250

208
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Sumber : Hasil Analisis

4.4.2 Alternatif Pemecahan Permasalahan


Analisis kebutuhan pengelolaan sampah ideal disajikan dalam tabel berikut ini. Dalam analisis
tersebut proyeksi kebutuhan sampah sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 0,90%. Pengelolaan sampah hasil reduce, reuse, recycle, dan composting
dari tahun 2008 diasumsikan 10% meningkat tiap tahun sebesar 2,5% hingga tahun 2013 mencapai 20%.
Namun demikian pemenuhan kebutuhan ideal penanganan sampah di bawah ini sulit tercapai karena
terbatasnya anggaran pembiayaan yang ada.

Tabel 4.5
Analisis Kebutuhan Pengelolaan Persampahan
Tahun
Uraian Satuan
2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Penduduk Orang 603,551 624,003 645,147 667,008 689,610
Timbulan Sampah lt/org/hari 2.75 2.75 2.75 2.75 2.75
Total Timbulan Sampah m3/hari 1,660 1,716 1,774 1,834 1,896
Pengolahan Sampah (3R)
Reduce (10% s/d 20%) m3/hari 166 215 266 321 379
Reuse (10% s/d 20%) m3/hari 166 215 266 321 379
Recycle (10%s/d 20%) m3/hari 166 215 266 321 379
Composting (10% s/d 20%) m3/hari 166 215 266 321 379
Sisa Timbulan Sampah 996 858 710 550 379
Pengumpulan
Gerobak Sampah (1 m3) Unit 166 143 118 92 63
TPS
Bak TPS (4m3) Unit 162 139 115 89 62
Container (5 m3) Unit 129 112 92 72 49
Transfer Depo (12m3) Unit 54 46 38 30 21
Pengangkutan
Pick Up (2m3) Unit 50 43 35 28 19
Dump Truck (8m3) Unit 12 11 9 7 5
Armroll (5m3) Unit 20 17 14 11 8
TPA
Lahan (ha) 25.1 25.1 25.1 25.1 25.1
Kebutuhan SDM Orang 82 71 59 45 31
Sumber : Hasil Analisis

4.4.3 Rekomendasi
Perlu penambahan personal mulai pengumpul, pengangkut sampah, serta penambahan TPS, agar
pelayanan dapat optimal dan membangkitkan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Pelatihan ketrampilan
dalam pemanfaatan ulang sampah, merupakan keharusan dalam jangka panjang. Sarana angkutan sampah
perlu ditambah baik untuk angkutan rumah ke rumah, ke TPS ataupun ke TPA, berupa gerobak “pick up”,

209
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
“dump truck”, “arm roll truck”. Dalam pengelolaan TPA diperlukan instalasi air lindi dan pengolahannya, dan
alat berat baik untuk meratakan maupun pemadatan. Pelatihan keterampilan dan penyediaan tempat
pemisahan sampah ditiap keluarga merupakan hal yang harus dipikirkan dalam membentuk masyarakat
peduli sampah.

4.4.4 Sistem Prasarana yang Diusulkan


1. Usulan Dan Prioritas Program
Secara garis besar dapat diusulkan kegiatan yang menyangkut :
a. Perluasan pengembangan TPA dan pembangunan TPA baru
b. Penambahan alat kebersihan
c. Peningkatan sarana dan prasarana kebersihan (pembangunan TPS, penambahan truk angkutan
sampah dan penambahan alat berat TPA)
d. Peningkatan pelayanan
e. Pengelolaan TPA
f. Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah kawasan
Keenam usulan tersebut dapat dirinci menjadi aktifitas yang mendukung tercapainya orientasi bersih
lingkungan serta fokus dalam pemanfaatan sampah sehingga memiliki nilai ekonomis dalam satu
program.

4.5. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN DRAINASE LINGKUNGAN

Rencana peningkatan pengelolaan drainase yang sedang dan akan dilaksanakan Kota Tarakan
hingga berakhirnya Renstra SKPD terkait pengelolaan drainase dapat dilihat dari analisa kebutuhan yang ada
tercantum dalam RIPJM Kota Tarakan adalah sebagai berikut.
4.5.1 Analisis Kebutuhan
Analisis diperlukan untuk mencari akar permasalahan berdasarkan kondisi yang ada saat ini dari
berbagai aspek teknis maupun non teknis, serta berbagai kendala yang dihadapi dalam rangka mencapai
sasaran yang diinginkan. Analisis permasalahan dapat dilakukan dengan gap analisis yaitu suatu metoda
yang membandingkan antara kebutuhan dan pengelolaan yang tersedia sehingga dapat direncanakan
kapasitas penyediaan pengelolaan drainase lima tahun ke depan.
Tah
Uraian Satuan un
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Beban Genangan m3/jam 35.475 37.249 40.973 47.119 56.543 70.679
Kapasitas Layanan Tersedia m3/tahun 18.951 19.898 21.888 25.171 30.205 37.757

210
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

4.5.2 Rekomendasi
Rekomendasi didasarkan pada komponen – komponen yang menjadi variabel dalam konsep
penataan sistem drainase. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan di dalam penataan sistem drainase
antara lain pola aliran, normalisasi sungai-sungai dan saluran-saluran drainase, mengembalikan fungsi
bantaran sungai, menerapkan garis sempadan sungai dan saluran, meningkatkan kapasitas dan pemanfaatan
situ, pemeliharaan sarana drainase, penanggulangan erosi lahan, dan penanggulangan banjir.
1. Pola Aliran
Pola aliran harus dibuat sedemikian rupa sehingga memenuhi Rencana Tata Ruang Wilayah, baik dalam
aneka ragam fasilitas yang direncanakan oleh tata ruang tersebut, maupun pentahapan pelaksanaan tata
ruang tersebut. Proporsi pembagian daerah alirannya lebih ditentukan oleh kondisi topografi daerahnya,
sedangkan penentuan arah alirannya ditentukan oleh lereng lahan yang dibuat drainasenya. Pola aliran
dan jenis pengalirnya didesain sedemikian rupa sehingga mendukung prinsip desain saluran yang
memerlukan pemeliharaan seminimum mungkin. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan pola
aliran adalah :
 Badan penerima air eksisting

Jaringan sungai yang ada dalam suatu wilayah perencanaan, merupakan titik akhir dari aliran air yang
ada.
 Sistem drainase yang ada
Dalam perencanaan pola aliran, sedapat mungkin tidak merusak pola alami/buatan yang sudah ada
sehingga pekerjaan yang dilaksanakan akan menjadi lebih ekonomis dan memungkinkan untuk
menjangkau seluruh saluran di daerah tersebut.
 Topografi daerah aliran
Pola aliran yang mengikuti kemiringan lahan akan mempermudah pengaliran air dan selain itu
pekerjaan akan menjadi lebih ekonomis dan mudah dalam pengoperasiannya.
 Jalur jalan yang ada
Jalur jalan yang ada sering dipergunakan dalam penentuan pola aliran sehingga pola aliran drainase
akan dibuat mengikuti jalur jalan yang ada.
 Batas administratif daerah aliran
Batas administratif diperlukan untuk menentukan kapasitas dari air yang melimpas kedalam saluran
dan menjadi beban bagi Instansi yang berwenang pada daerah administratif tersebut.
Pembenahan pola aliran untuk suatu daerah yang sudah lama berkembang terutama untuk daerah
yang terletak di zona aliran pantai adalah sebagai berikut:

211
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
 Jika daerahnya cukup tinggi di atas elevasi air pasang, maka penataan drainasenya bisa menggunakan
kanal-kanal yang bisa dialirkan ke sungai terdekat.
 Untuk daerah elevasinya lebih rendah dari air pasang maka harus dibuat polder yang dilengkapi
dengan danau penampungan dan instalasi pompa. Untuk menekan besarnya kapasitas pompa yang
dibutuhkan, sistem polder ini bisa dikombinasikan dengn pemakaian pintu-pintu klep.
2. Sudetan
Salah satu cara dalam hal pembenahan pola aliran adalah dibuatnya saluran sudetan dari satu
sungai yang mempunyai kapasitas aliran terbatas menuju sungai lain yang masih mampu menampung
debit banjir tambahan dari daerah aliran sungai (DAS) lain. Mengingat aspek teknis mengenai saluran
sudetan ini sangat luas maka dalam hal ini perlu dilakukan studi khusus. Konsep dasar perencanaan
saluran sudetan adalah :
 Sungai asal benar-benar mempunyai kapasitas aliran yang sangat terbatas dan rawan terhadap
luapan banjir.
 Sungai asal melewati daerah pusat-pusat kegiatan yang padat sehingga untuk usaha pelebaran
sungai harus menyelesaikan terlebih dahulu masalah pembebasan tanah.
 Elevasi sungai tujuan harus lebih rendah dari elevasi sungai asal agar air dapat disalurkan secara
gravitasi.
 Sungai tujuan harus mempunyai kapasitas lebih dan tidak melalui daerah yang mengharuskan
dilakukannya pengamanan tinggi.
3. Normalisasi Sungai - sungai dan Saluran Drainase
Kapasitas pengaliran sungai mengalami penurunan akibat sedimentasi, endapan sampah dan
berbagai bangunan yang berada di bantaran sungai serta akibat kegiatan manusia lainnya. Begitu juga
yang dialami oleh saluran-saluran yang ada, sehingga daerah yang seharusnya masih tergolong aman
banjir menjadi daerah yang rawan banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diadakan normalisasi
sungai-sungai dan saluran-saluran drainase. Normalisasi yang perlu dilakukan bergantung pada kondisi
masing-masing sungai/jalur drainase.
4. Mengembalikan Fungsi Bantaran Sungai
Keberadaan bantaran bagi sungai adalah sangat penting dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari sungai itu sendiri, karena bantaran berfungsi sebagai lahan cadangan sungai untuk
menampung debit banjir yang besar. Pada sebagian sungai kondisi dan batas bantaran ini tidak jelas,
sebaliknya ada yang mempunyai bantaran yang jelas dengan batas berupa tanggul alam dan bertanda
bebas aliran air yang jelas pula. Tentu saja tidak seluruh sungai mempunyai bantaran karena lahan
bantaran tersebut terbentuk secara alamiah dari sungai yang bersangkutan.

212
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Untuk mengembalikan fungsi bantaran ini perlu dirintis dengan mengadakan
pendataan/inventarisasi bantaran dengan batas-batasnya, diberi tanda dan memberikan penjelasan
kepada masyarakat akan batas dan manfaat bantaran sungai tersebut.
Selain itu untuk mengantisipasi perkembangan pembangunan yang pesat di masa mendatang,
pemerintah hendaknya konsisten terhadap pemanfaatan daerah bantaran sungai ini, sehingga bantaran
tetap berfungsi seperti yang dikehendaki.
5. Menetapkan Garis Sempadan Sungai dan Saluran.
Pemikiran untuk mengadakan perluasan masa mendatang dari sistem drainase yang dibangun
dengan bertahap ini, mengharuskan Pemerintah Daerah untuk mengadakan cadangan lahan dan
melakukan pengaturan lahan sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan lindung.
Hal ini akan mengarah diperkuatnya segi legalitas yang menyangkut pada pengadaan lahan,
seperti misalnya perundangan garis sempadan sungai atau saluran, yang ditentukan menurut besarnya
saluran atau sungai tersebut. Jika daerah aliran sungai tersebut memiliki kapasitas besar, maka lahan
sempadan yang harus dicadangkan di tepi kanan dan kiri juga lebih besar daripada sungai kecil. Dengan
demikian akan dapat dijamin adanya kemungkinan perluasan sistem saluran drainase di kemudian hari
bilamana debit bertambah seiring dengan pertambahan kawasan terbangun perkotaan. Besarnya
penetapan garis sempadan sungai dapat dilihat pada tabel berikut .
Tabel 4.7
Garis Sempadan Sungai
Lebar
No. Jenis Sempadan Keterangan
(m)

A PASANG SURUT

1. Situ / Danau 50
Dari batas muka air tertinggi.
2. Sungai besar pasang surut 100
Dari tepi sungai atau pasang tertinggi dan
berfungsi sebagai jalur hijau.
3. Sungai kecil pasang surut 50 Dari tepi sungai atau pasang tertinggi dan
berfungsi sebagai jalur hijau.

B NON PASANG SURUT


1 Sungai Bertanggul Dari sisi luar kaki tanggul
Di luar kawasan perkotaan 5
Di dalam kawasan perkotaan 3 Dari sisi luar kaki tanggul

2 Sungai Tidak Bertanggul


Di luar kawasan perkotaan
a. Sungai besar 100 Dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah tangkapan
yang bersangkutan, serta dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.

Dilakukan ruas per ruas dengan


b. Sungai kecil 50 mempertimbangkan luas daerah tangkapan

213
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Lebar
No. Jenis Sempadan Keterangan
(m)
yang bersangkutan, serta dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.

Di dalam kawasan perkotaan


a. Sungai dgn kedalaman < 3 m 10 Dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan.

b. Sungai dgn kedalaman 3 – 20 m 15 Dihitung dari tepi sungai pada waktu


ditetapkan.

5 c. Sungai dgn kedalaman > 20 m 30 Dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan.
Drainase Utama
Di luar kawasan perkotaan 10 Dihitung dari tepi sungai rencana
Di dalam kawasan perkotaan 10 Dihitung dari tepi sungai rencana
6

Drainase Sekunder
Di luar kawasan perkotaan 5 Dihitung dari tepi sungai rencana
Di dalam kawasan perkotaan 5 Dihitung dari tepi sungai rencana
7

Drainase Tersier
Di luar kawasan perkotaan 3 Dihitung dari tepi sungai rencana
Di dalam kawasan perkotaan 3 Dihitung dari tepi sungai rencana
Sumber : Masterplan Drainase Kota Tarakan

6. Pembuatan Tandon Air


Pembangunan tandon-tandon air buatan pada beberapa lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai
kawasan retensi air hujan. Dengan adanya tandon – tandon air, maka debit air yang mengalir ke badan
penerima air akhir (sungai) dapat dikurangi sebesar kapasitas embung atau tandon air tersebut.
7. Pemeliharaan Sarana Drainase
Sarana drainase yang terbangun akan berfungsi sebagaimana yang diharapkan jika disertai dengan upaya
pemeliharaan yang baik pula. Ada beberapa unsur yang diperlukan untuk menunjang suksesnya
pemeliharaan ini, antara lain :
 Tersedia badan/lembaga yang khusus menangani masalah tersebut
 Adanya peraturan yang mendukung
 Penyediaan dana yang memadai
 Melibatkan peran serta masyarakat
Secara konsepsi kegiatan pemeliharaan ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe, dimana pengelompokkan
ini dilakukan menurut maksud dan sasaran kegiatan pemeliharaan. Tipe pemeliharaan tersebut adalah :

214
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
 Pemeliharaan rutin : pemeliharaan dilakukan secara rutin dari waktu ke waktu dengan tujuan untuk
menjaga kondisi prasarana drainase agar tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sasaran
pemeliharaan rutin adalah kerusakan – kerusakan kecil, pembersihan sampah dan kegiatan
pemeliharaan lain yang tidak memerlukan biaya besar.
 Pemeliharaan Berkala : pemeliharaan dilakukan secara berkala dalam periode waktu (3 bulan, 6
bulan) tertentu dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi prasarana drainase agar kembali berfungsi
sebagaimana mestinya. Sasaran pemeliharaan berkala adalah kerusakan – kerusakan yang cukup
berat, dimana bila kerusakan tersebut tidak segera ditangani akan berkembang menjadi semakin besar
atau membahayakan dan dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar. Kegiatan pemeliharaan
berkala memerlukan penanganan teknis yang detail dan biaya yang lebih besar.
 Pemeliharaan Darurat : pemeliharaan darurat dilakukan untuk mengatasi kondisi – kondisi darurat
yang terjadi, yang memerlukan penanganan dengan segera. Sebagai contoh adalah tanggul yang jebol
pada saat musim hujan yang segera memerlukan penanganan yang bersifat darurat.
8. Penanggulangan Erosi Lahan
Banyak upaya yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalah erosi lahan ini di antaranya dapat
dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu upaya penanggulangn secara fisik dan upaya penanggulangan
secara non-fisik.
 Upaya Penanggulangan Secara Fisik
Kegiatan ini dapat dimulai dengan mengadakan inventarisasi jenis kerusakan lahan yang terjadi, dan
mengadakan data tentang jenis tanah yang ada pada kawasan perbukitan serta menetapkan standar
“Watershed management” yang akan ditetapkan sesuai dengan keadaan setiap lahan menurut kategori
yang homogen.
Metodologi yang dapat diterapkan misalnya pembuatan “terassering” atau pengendalian dengan check
dam, pada kawasan yang berlereng cukup terjal. Metoda penanaman rumput, perlu sampai ke
penanaman pohon biasanya sering digunakan untuk mengatasi erosi lahan, namun waktu yang
diperlukan akan cukup lama, sehingga diperlukan bangunan penangkap erosi untuk daerah-daerah
kritis sebelum program jangka panjang/penanaman pohon mulai berfungsi.
 Upaya Penanggulangan Secara Non Fisik
Upaya ini memerlukan waktu yang relatif lama, karena melibatkan penduduk yang berdiam di sekitar
lahan erosif. Upaya ini meliputi penyebarluasan informasi pembangunan yang berwawasan lingkungan,
antara lain menyangkut persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam pemberian izin bagi
pembangunan kawasan baik industri, pemukiman maupun wisata.

215
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
9. Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung
Dalam rangka pengelolaan kawasan lindung agar dapat dipertahankan baik dari segi keberadaan
maupun fungsinya, perlu diterapkan strategi berikut :
 Identifikasi dan pengukuhan status lindung seluruh kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32
Tahun 1990 dan penetapan batas kawasan untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan.
 Pencegahan kegiatan budidaya di atas kawasan lindung, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu
fungsi lindung.
 Pemantauan dan pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung di atas kawasan lindung
agar tidak menimbulkan gangguan terhadap fungsi lindung.
 Penertiban terhadap kegiatan budidaya yang telah berlangsung di atas kawasan lindung dan terbukti
telah menimbulkan gangguan fungsi lindung.
 Melakukan rehabiitasi terhadap kawasan lindung yang telah mengalami kerusakan untuk
mengembalikan fungsinya.
10. Pembuatan Sumur Resapan
Permasalahan lingkungan yang sering terjadi adalah terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan
pada musim kemarau. Selain itu, pada beberapa tempat terjadi pula penurunan permukaan air tanah. Hal
ini disebabkan adanya penurunan kemampuan tanah untuk meresapkan air sebagai akibat adanya
perubahan lingkungan yang merupakan dampak dari proses pembangunan.
Salah satu strategi atau cara pengendalian air yang baik untuk mengatasi banjir atau kekeringan adalah
dengan cara meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air hujan, yaitu dengan pembuatan sumur
resapan terutama pada kawasan pemukiman.
Pembuatan sumur resapan ini merupakan upaya untuk memperbesar resapan air hujan ke dalam tanah dan
memperkecil aliran permukaan (run off) sebagai penyebab banjir. Dengan demikian, semakin banyak air
yang mengalir ke dalam tanah berarti akan banyak tersimpan air tanah di bawah permukaan bumi. Air
tersebut dapat dimanfaatkan kembali melalui sumur-sumur atau mata air yang dapat dieksplorasi setiap
saat.
Dengan adanya sumur resapan maka jumlah aliran permukaan akan menurun sehingga terkumpulnya air
permukaan yang berlebihan di suatu tempat dapat dihindari. Dengan demikian, bahaya banjir dapat
dikurangi pula. Di sisi lain, menurunnya aliran permukaan juga akan menurunkan tingkat erosi tanah.
Dari uraian diatas, tampak bahwa sumur resapan memiliki beberapa fungsi yang positif bagi lingkungan.
Adapun fungsi dari sumur resapan, antara lain :
 Pengendali banjir
 Konservasi tanah
 Menekan laju erosi

216
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
 Dapat dimanfaatkan sebagai penambah estetika lingkungan apabila sumur resapan tersebut dipadukan
dengan pertamanan atau hutan kota
Melihat banyaknya manfaat dari sumur resapan bagi kelestarian lingkungan hidup maka pembuatan sumur
resapan perlu diterapkaan dalam kehidupan masyarakat, terutama di wilayah perkotaan. Upaya tersebut
akan berfungsi apabila seluruh masyarakat sadar dan mau menerapkannya, karena peran sumur resapan
tidak akan berarti apabila hanya beberapa penduduk saja yang menerapkannya.
11. Penataan Limbah Rumah Tangga
Pada prinsipnya, sistem pembuangan air limbah rumah tangga harus dipisahkan dengan sistem
pembuangan air hujan. Namun dalam kenyataannya, limbah rumah tangga selalu dibuang kedalam sistem
pembuangan air hujan, sehingga terjadi polusi/pencemaran pada air sungai. Untuk mengatasi masalah
tersebut diatas, maka idealnya pada setiap rumah tangga atau kawasan pemukiman harus memiliki sistem
penanganan air limbah sebelum air tersebut masuk kedalam saluran drainase. Dengan demikian, air limbah
yang masuk kedalam saluran drainase sudah relatif bersih.
Dari segi debit, volume air limbah tersebut relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan volume limpasan air
hujan. Namun mengingat pengaruh pencemaran air limbah terhadap kualitas air sungai sangat besar, maka
perlu dilakukan upaya pengolahan terhadap air limbah sebelum air tersebut masuk kedalam saluran
drainase. Kondisi tersebut diatas dapat berjalan apabila :
 Ada peraturan yang mengharuskan adanya sistem pengolahan air limbah rumah tangga
 Adanya fasilitasi/penyuluhan dari pemerintah mengenai sistem pengolahan air limbah
 Adanya kesadaran masyarakat mengenai arti kebersihan lingkungan hidup
12. Penataan Sistem Penyaluran Air Hujan
a. Umum
Penyaluran system air hujan merupakan faktor dominan bagi penataan system drainase di Wilayah
Studi. Faktor – faktor yang perlu diperhatikan dalam penataan system drainase Wilayah Studi adalah
mengenai sistem penyaluran air hujan yang ada, daerah pelayanan, topografi, geologi, dasar
perencanaan dan Rencana Tata Guna Lahan di masa yang akan datang.
Sistem yang direncanakan adalah sistem yang terpisah dari saluran pengumpul air buangan kota.
Dalam perencanaan sistem penyaluran air hujan digunakan beberapa parameter, dalam menentukan
arah jalur saluran drainase terdapat batasan – batasan sebagai berikut :
 Arah pengaliran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga diharapkan terjadi aliran secara
gravitasi.
 Pemanfaatan sungai atau anak sungai sebagai badan air penerima dari out fall yang
direncanakan.
 Menghindari banyak perlintasan saluran pada jalan, sehingga mengurangi penggunaan gorong –
gorong.

217
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
 Untuk saluran dengan dimensi lebar yang cukup besar seperti saluran induk, diusahakan tidak
terletak di sisi jalan karena akan memperbanyak jembatan persil rumah.
b. Rencana Jaringan Sistem Penyaluran Air Hujan
Rencana sistem jaringan drainase yang dikembangkan harus didasarkan pada keadaan topografi, letak
badan air penerima, serta RDTRK. Berdasarkan faktor tersebut di atas akan ditentukan sistem jaringan
drainase mulai dari saluran induk, sekunder dan seterusnya. Dengan diketahui luas daerah pelayanan,
terutama yang menjadi luas tangkapan suatu jalur sungai yang artinya luas daerah dimana aliran
permukaan akan ditampung oleh jalur sungai, maka akan dapat ditentukan debit pengaliran air hujan.
Sehingga dapat mentukan pembagian blok – blok pelayanan mana yang akan ditampung oleh suatu
sungai. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan meluapnya badan air penerima yang
disebabkan besar debit pengaliran air hujan yang diterima melebihi daya tampung.
c. Pembagian Daerah Pelayanan
Yang dimaksud daerah pelayanan adalah luas Wilayah Studi yang direncanakan akan diperhitungkan
dalam sistem penyaluran air hujan. Dengan diketahui daerah perencanaan maka dapat ditentukan
besar debit pengaliran. Daerah pelayanan ini akan dibagi menjadi beberapa blok pelayanan, dimana
setiap blok pelayanan akan dilayani oleh sebuah saluran. Dasar dari pembagian blok pelayanan ini
terutama pada keadaan letak dari badan air penerimanya dan setiap blok ditentukan koefisen
pengalirannya. Pembagian Blok daerah pengaliran ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut :
 Luas daerah dari blok pengaliran akan dibatasi, dengan pertimbangan agar air hujan dapat
tertampung pada saluran dengan dimensi tertentu yang tidak terlalu besar. Dimensi saluran
drainase kota yang terlalu besar akan terlalu sulit untuk direalisir karena terkait dengan masalah
lahan yang tersedia,
 Topografi daerah untuk menentukan arah aliran, dimana secara prinsip arah aliran harus mengikuti
arah kemiringan lahan yang ada,
 Jarak pengaliran dibatasi tidak terlalu jauh karena semakin jauh jarak pengaliran akan
memperlama waktu pengaliran, sehingga untuk kapasitas saluran yang sama akan memperbesar
nilai to (waktu konsentrasi) dan td (waktu pengaliran), dan artinya menambah waktu pengeringan.

4.5.3 Sistem Prasarana yang Diusulkan


Sistem drainse yang diusulkan berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi eksisting, indikasi – indikasi
permasalahan, serta aspek – aspek lain yang terakit secara langsung maupun tidak langsung dengan
pengelolaan system jaringan drainase adalah sebagai berikut :
 Jaringan system drainase harus terintegrasi dalam suatu pola pelayanan yang dimulai dari saluran
kuarter sebagai penerima dari suatu blok permukiman ke saluran tersier untuk kemudian diteruskan ke
saluran sekunder , saluran primer dan terakhir diterima oleh badan penerima air utama yaitu sungai.

218
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
 Rumusan kebutuhan kapasitas saluran drainase harus didasarkan pada perhitungan debit dari suatu
sistem pembagian blok pelayanan dari suatu sistem yang menginduk ke suatu sungai tertentu.
 Setiap sistem jaringan harus dibuatkan suatu skema jaringan, yang memuat Nama Sub DAS, Luas Sub
DAS, Hujan Rencana di Sub DAS, Kemiringan Alur Sungai, Panjang Alur Sungai.
1. Usulan dan Prioritas Program
Berdasarkan tinjauan terhadap sistem drainase (makro dan mikro) yang ada di wilayah studi, indikasi
permasalahan dalam semua aspek yang terkait dengan pengelolaan sistem, konsep penataan sistem
drainase, dan rumusan kebutuhan prasarana drainase seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan Program Tarakan Tanpa Genangan untuk komponen drainase yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
a. Pembinaan Pengelolaan Sistem Drainase
Pembinaan pengelolaan sistem drainase dengan target peningkatan NSPM sistem drainase dan
pengembangan perangkat pengaturan, serta peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi
dan SDM pengelola sistem drainase di kabupaten/kota. Pola pengelolaan dilaksanakan oleh Seksi
yang mengelola bidang drainase pada Dinas terkait dan bekerjasama dengan perguruan tinggi,
Diklat PU, para praktisi dan lembaga swasta. Penanganan program dilakukan melalui kegiatan –
kegiatan :
 Lokakarya untuk menyiapkan materi peraturan di bidang KDB, Kawasan Lindung, Garis
Sempadan Sungai dan Peil Banjir Kawasan.
 Pelatihan Penyusunan Program Pengelolaan Drainase
 Pelatihan Perencanaan Sistem Drainase
b. Pengembangan Program dan Perencanaan Pembangunan Sistem Drainase
Pengembangan program dan perencanaan pembangunan sistem drainase dengan target
tersusunnya dokumen Master Plan Sistem Drainase dan dokumen – dokumen derivatnya seperti :
dokumen studi kelayakan, dan dokumen perencanaan yang dapat dipakai sebagai acuan dalam
implementasi program di bidang drainase di setiap kabupaten/kota.
Pola pengelolaan dilaksanakan oleh Seksi yang mengelola bidang drainase pada Dinas terkait dan
bekerjasama dengan perguruan tinggi, para praktisi dan lembaga swasta. Penanganan program
dilakukan melalui kegiatan – kegiatan :
 Penyusunan Master Plan Drainase Kota Tarakan secara keseluruhan.
 Penyusunan Sofware Komputer untuk Mendukung Penyusunan Program Pengelolaan Drainase
 Studi Kelayakan Pembangunan Drainase Kota Tarakan secara keseluruhan.
 Studi Kelayakan Pembangunan Tandon Air/Embung
 Studi Kelayakan Pembangunan Sudetan
 Studi Kelayakan Pembangunan Polder

219
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
 Perencanaan Sistem Drainase Kota Tarakan secara keseluruhan.
c. Pemeliharaan dan Pembangunan Prasarana Drainase
Pemeliharaan dan pembangunan Prasarana sistem drainase dengan target antara lain:
 Peningkatan cakupan pelayanan sistem drainase dalam rangka meningkatkan kesehatan
lingkungan.
 Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam penampung/retensi serta prasarana
pendukung/pelengkapnya untuk meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi
kawasan permukiman dan kawasan strategis dari resiko genangan.
 Menjaga, mengembalikan dan meningkatkan fungsi prasarana dan drainase yang ada, serta
untuk menciptakan sistem jaringan drainase wilayah yang terpadu dengan kapasitas yang
cukup.
Pola pengelolaan dilaksanakan oleh Seksi yang mengelola bidang drainase pada Dinas terkait dan
bekerjasama dengan lembaga swasta. Penanganan program dilakukan melalui kegiatan – kegiatan :
 Pemeliharaan Rutin Saluran Drainase Tertutup
 Pemeliharaan Rutin Saluran Drainase Terbuka
 Rehabilitasi Saluran Drainase Tertutup
 Rehabilitasi Saluran Drainase Terbuka
 Pembangunan Baru Saluran Drainase Perkotaan
 Pembangunan Baru Saluran Drainase Wilayah Kabupaten/Kota
 Pembuatan Sistem Polder
 Pembangunan Sudetan prioritas kebutuhan.
d. Pengembangan Drainase Skala Kawasan Berbasis Masyarakat
Pembangunan drainase skala kawasan berbasis masyarakat dengan target peningkatan kesehatan
lingkungan dan menjaga kualitas air tanah melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam
menjaga serta memelihara parasarana drainase dan pembuatan sumur peresapan. Pola pengelolaan
dilaksanakan oleh Seksi yang mengelola bidang drainase pada Dinas terkait dan bekerjasama
dengan lembaga swasta dan masyarakat. Penanganan program dilakukan melalui kegiatan –
kegiatan :
 Penyuluhan Peran Masyarakat dalam Pemeliharaan Prasarana Drainase untuk Mendukung
Terciptanya Kesehatan Lingkungan
 Sosialiasi dan Fasilitasi Pembangunan Sumur Peresapan Air Hujan (SPAH) dan Prasarana
Peningkatan Inflitrasi.
e. Pengelolaan Sistem Drainase Terpadu Mendukung Konservasi Sumber Daya Air.
Pengelolaan sistem drainase terpadu mendukung konservasi sumber daya air dengan target
pengembangan sistem drainase skala kawasan secara terpadu untuk mendukung keseimbangan
tata air. Pola pengelolaan dilaksanakan oleh Seksi yang mengelola bidang drainase pada Dinas

220
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
terkait dan bekerjasama dengan lembaga swasta. Penanganan program dilakukan melalui kegiatan –
kegiatan :
 Pembuatan Sumur Peresapan Air Hujan (SPAH)
 Fasilitasi dan Pembuatan Green Drainage untuk Mengatasi Erosi Lahan.
 Pembangunan Tandon Air / Embung
2. Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Drainase
Pelaksanaan proyek atau pembangunan adalah kegiatan yang akan dilakukan setelah adanya
rekomendasi/program penanganan. Namun, mengingat seluruh program penanganan tersebut tidak
dapat dilaksanakan secara bersamaan karena adanya beberapa kendala, seperti ketersediaan dana,
ketersediaan lahan, dan berbagai faktor lainnya, maka program penanganan tersebut akan dibagi-bagi
dalam beberapa tahapan pelaksanaan. Prioritas Proyek pengelolaan drainase berikut :
4.6. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR BERSIH

Rencana peningkatan pengelolaan air bersih yang sedang dan akan dilaksanakan Kota Tarakan
hingga berakhirnya Renstra SKPD terkait pengelolaan air bersih dapat dilihat dari analisa kebutuhan yang ada
tercantum dalam RIPJM Kota Tarakan adalah sebagai berikut.
4.6.1 Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum
Analisis kebutuhan prasarana air minum digunakan untuk memprediksi kebutuhan air minum lima
tahun ke depan serta untuk mengetahui kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan pelayanaan. Gap
analisis di bawah ini mengasumsikan pertumbuhan penduduk 0,90%, dengan debit ketersediaan adalah debit
produksi PDAM sebesar 816 lt/det. Dari gap analisis berikut terlihat bahwa kebutuhan air minum yang
meningkat tiap tahun hingga tahun 2013 masih bisa dipenuhi oleh ketersediaan air minum dari PDAM
meskipun tiap tahun kapasitas ketersediaan menurun. Namun demikian hal tersebut perlu diantisipasi agar
kapasitas ketersediaan tetap terjaga untuk mengatasi backlog pemenuhan kebutuhan yang terjadi setelah
tahun 2013.
Grafik 4.4 GAP Analisis Kebutuhan Penyediaan Air Minum

221
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

4.6.2 Analisis Kondisi Pelayanan


Secara umum permasalahan yang ada di Kota Tarakan yang senantiasa membutuhkan sumber daya
yang cukup besar sehingga menyebabkan tingginya biaya operasional. Adapun permasalahan tersebut antara
lain :
 Terbatasnya sumber air baku
 Tersebarnya kawasan permukiman
 Kawasan permukiman yang berada di tempat tinggi dan jauh dari jaringan
 Angka kehilangan air yang cukup tinggi mencapai 30%
 Sistem produksi kurang maksimal
 Biaya listrik yang tinggi
 Tarif yang masih rendah
Perkembangan permukiman yang tumbuh pesat di Kota Tarakan menuntut akan kebutuhan air
bersih semakin bertambah, dengan demikian keberadaan PDAM sangat diharapkan oleh masyarakat. Namun
karena berbagai kendala dan permasalahan maka perusahaan belum dapat memberikan pelayanan yang
maksimal.

4.6.3 Analisis Kebutuhan Program


Program dan kebijakan yang dilakukan saat ini adalah baru sebatas untuk mempertahankan
ketersediaan sistim pelayanan air bersih yang sudah terbangun atau kelangsungan operasional sistim yang
ada dengan mengesampingkan tingkat keuntungan atau profit lebih dulu. Strategi dan Program untuk tetap
bisa melakukan kegiatan operasional adalah :
 Mempertahankan sistim pelayanan yang sudah ada dan meningkatkan kemampuannya

222
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
 Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya operasional dengan mengoptimalkan dan memanfaatkan
segala potensi yang ada
 Mencari bantuan dana kepada Pemerintah baik melalui APBD Provinsi atau APBD Daerah serta kebijakan
untuk sarana perkuatan sistem

4.6.4 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut ini.
1. Penataan / Pengaturan / perlindungan sumber-sumber air baku permukaan dan sumber air baku tanah
dalam melalui penataan wilayah tata air kawasan terhadap pencemaran lingkungan.
2. Membangun sistim air bersih untuk lokasi permukiman yang belum dilayani PDAM dengan sistim yang
memenuhi syarat teknis dan berbiaya operasi rendah
3. Memperbaiki sistem distribusi yang mempertimbangkan pengendalian tekanan dan penggunaan sumber
daya listrik serta dapat menurunkan kehilangan air
4. Melaksanakan program pengendalian kehilangan air untuk menurunkan angka kehilangan air
5. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan baik dalam hal pelayanan air bersih dengan
mempertimbangkan pembentukan zona air minum maupun pelayanan pengaduan dan pembayaran
rekening
6. Penataan sistem manajemen Pengelolaan air bersih
7. Menyesuaikan tarif dasar air terutama dengan inflasi setiap tahunnya sehingga bisa menutupi biaya
operasional untuk kelangsungan dan peningkatan operasional pelayanan

4.6.5 Sistem Prasarana yang Diusulkan


Program penyediaan air minum non perpipaan adalah dengan rincian sebagai berikut:
 Pembinaan terhadap sistim air bersih yang sudah ada
 Pembuatan sistim baru pada kawasan permukiman yang masih belum terjangkau jaringan air bersih
PDAM
 Membantu pemasangan jaringan pipa transmisi dan distribusi untuk kawasan yang sudah dapat terlayani
jaringan pipa distribusi PDAM

1. Usulan dan Prioritas Program


Program penyediaan air minum adalah dengan rincian sebagai berikut:
 Penyediaan dan pengendalian mutu air baku
 Perlindungan daerah tangkapan air dan pembuatan sumur resapan
 Optimalisasi IPA dan efisiensi sumber daya

223
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
 Pembenahan jaringan transmisi dan distribusi
 Pengendalian kehilangan air
 Perluasan cakupan pelayanan dan pembentukan zona air minum
 Kerjasama dalam penyediaan air baku dan air bersih

2. Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Pengelolaan Air Minum


Rincian usulan dan prioritas kegiatan/proyek investasi jangka menengah untuk lima tahun ke depan
(2009-2013) berikut rencana pembiayaan disajikan dalam tabel berikut.
4.7. RENCANA PENINGKATAN KAMPANYE PHBS

Kegiatan kampanye PHBS akan dilakukan disetiap wilayah di Kota Tarakan dengan rencana aktivitas
sebagai berikut:
Tabel. 4.11 Rencana Kampanye PHBS

Bentuk Kampanye PHBS Wilayah Prioritas Pelaksana


Pertemuan rutin kader PHBS. Seluruh Kelurahan PKK, Sanitarian
Memberikan pemahaman materi PHBS Puskesmas
dalam konteks Sanitasi (limbah, air
bersih, sampah, drainase)
Pembekalan PHBS bagi kader-kader Seluruh Kelurahan PKK, Sanitarian
Puskesmas
Seluruh Kelurahan PKK, Sanitarian
Puskesmas, LPM,
Sekolah-sekolah
Studi banding PHBS Tim Gabungan Pokja AMPL
(Pokja AMPL)
Pelatihan kader utk pelaksanaan Seluruh Kelurahan PKK, Sanitarian
survey PHBS Puskesmas, LPM,
Sekolah-sekolah
Lomba PHBS tingkat RT/Posyandu, Seluruh Kelurahan PKK, Sanitarian
antar sekolah (kebersihan lingkungan Puskesmas, LPM,
dan prilaku) Sekolah-sekolah

Mendorong lahirnya perda untuk Kawasan umum Pokja AMPL

224
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Bentuk Kampanye PHBS Wilayah Prioritas Pelaksana


kawasan dilarang merokok perkotaan

Poster-poster, buku panduan PHBS Seluruh Kelurahan Pokja AMPL, PKK,


Sanitarian
Puskesmas, Sekolah-
sekolah
Kerja bakti Seluruh Puskesmas, LPM
Lomba RT bersih (oleh Puskemasmas)
Pertemuan rutin (setiap Jumat minggu Kelurahan
pertama)
Kampanye PHBS (Pengaturan Seluruh
pembuangan sampah di laut) terhadap Kelurahan
Kapal-kapal Pelindo dan Mamuju
Pengkaderan PHBS rumah tangga (air Seluruh LPM dan Puskesmas
bersih dan jamban) Kelurahan

225

Anda mungkin juga menyukai