Anda di halaman 1dari 52

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIKLAT PISK II

PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN


DAN
RUMAH KHUSUS

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,


Permukiman dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Makassar, 21 Februari 2018
I . REGULASI PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN

JENIS REGULASI NOMOR TENTANG


Nomor 28 Tahun 2002 Bangunan Gedung

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Perumahan dan Kawasan Permukiman

Nomor 20 Tahun 2011 Rumah Susun

Nomor 4 Tahun 1988 Rumah Susun


Peraturan Pemerintah
Nomor 88 Tahun 2014 Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

Nomor 60 Tahun 1992 Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun

Peraturan Menteri Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat


Nomor 05 Tahun 2007
Pekerjaan Umum Tinggi

Nomor 45 Tahun 2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Nomor 14 Tahun 2007 Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa

Petunjuk Pelaksanaan Perhitungan Tarif Sewa Rumah Susun


Nomor 18 Tahun 2007
Peraturan Menteri Sederhana yang Dibiayai APBN dan APBD
Perumahan Rakyat
Perubahan atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 21
Nomor 9 Tahun 2013 Tahun 2011 tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun
Sewa

Permen PUPR Nomor 20 tahun 2017 Penyediaan Rumah Khusus


II. Target dan Realisasi Penyediaan Perumahan 2015 - 2018
2.1. Pencapaian RPJMN
2.2. Postur Anggaran Ditjen Penyediaan Perumahan Tahun 2018
III. Penyelenggaraan Rumah Susun dan Rumah Khusus
3.1. Tipologi Rusun
3.2. Persyaratan Pembangunan Bantuan Penyediaan Rusun
3.3. Penyediaan Rumah Khusus (rusus)
3.4. Persyaratan Bantuan Penyediaan Rumah Khusus (Rusus)
3.5. Padat Karya Penyediaan Rumah Khusus (Rusus)
IV. Permasalahan Rinci & Usulan Solusi (Perencanaan Hingga Proyek Selesai)

PERMASALAHAN USULAN SOLUSI


1. Tahap Penetapan Lokasi:
- Lahan tidak “clear & clean” - Persetujuan pemindahan lokasi/ tapak oleh Deputi;
- Lokasi Tapak (oleh pengusul) berpindah-pindah; - Jika lokasi tidak siap  alokasi dipindahkan kepada
- Masalah sosial (masyarakat terganggu, jalan calon lain sesuai urutan prioritas
rusak, dsb) - Jika ada pertimbangan lain, pengusul wajib siapkan
pendanaan;
2. Tahap Pengadaan Barang & Jasa.
Pengadaan Jasa Konsultan: - Tegakkan aturan dengan tegas;
- Konsultan tidak mampu menyediakan tenaga - Perlu aanwijzing di lapangan (Tidak hanya di kantor)
dengan jumlah & kualifikasi yang disyaratkan; - Pidanakan pemalsuan dokumen;
- Dokumen pendukung tidak bisa - Urusan administrasi diFINALkan pada tahap
dipertanggungjawabkan keasliannya pengadaan, JANGAN SAMBIL BERJALAN

Pengadaan Jasa Pelaksana (kontraktor): - Lakukan aanwijzing di lapangan (Tidak hanya di kantor)
- Kerjasama dengan precaster tidak “clear” dalam - PPK periksa perjanjian kerjasama (yang clear dan
pembagian tanggung jawab, pembagian tegas) dengan precaster, sebelum masuk lelang;
pekerjaan dan finansial; - Jika ada indikasi masalah dalam pengadaan
- Pada lokasi sempit perlu kesiapan peralatan peralatan dan delivery material  sesuaikan waktu
dan pelaksanaan;
delivery material, untuk antisipasi - Kekurang sempurnaan dokumen pelelangan
keterlambatan; di”clear”kan & diformalkan saat aanwijzing (jangan
- Pelaksana kurang teliti mendeteksi dokumen ada anggapan dapat dilengkapi kemudian dan
pelelangan, sehingga permasalahan timbul pada jangan dibiasakan banyak CCO).
saat pelaksanaan
PERMASALAHAN USULAN SOLUSI
3. Tahap Pelaksanaan.
Masalah Konsultan Perencana:
- Tidak mampu melaksanakan penyesuaian - Tegakkan aturan, pergantian personil sesuai KAK;
pekerjaan (dengan lokasi/ tapak) padahal sudah - Jika konsultan tidak mampu menyediakan tenaga,
ada desain prototype; pemberi tugas dapat memaksa mensupplai tenaga
- Tidak mampu mengkomunikasikan desain atas biaya konsultan;
prototype dengan pengguna dan terlalu permisif - Potong pembayaran jika tidak mampu mendeliver
terhadap permintaan pengguna, sehingga sesuai KAK;
desain
tidak mudah dilaksanakan;
- Tidak mampu memberikan pertanggungjawaban
perencanaan sesuai yang disyaratkan, bahkan
bertendensi melakukan pemalsuan;
- Tidak mendeliver penyelidikan tanah sesuai
spesifikasi.
Pada tahun 2009 penyelidikan tanah diserahkan
kepada kontraktor  INI MENYALAHI ATURAN,
karena prinsip pengadaan (bangunan) bukan
dengan sistem “Desain & construct”.
- Dokumen perencanaan tidak matang
 kontraktor bingung  banyak CCO
- Jika tidak mampu mendeliver personil sesuai
Masalah Konsultan Pengawas:
kualifikasi & KAK, ikuti pelatihan lebih dahulu;
- Tidak mampu deliver tenaga sesuai KAK
- Jika tidak mampu menyediakan tenaga, pemberi
 Pelaksanaan tergantung profesionalisme
tugas menyediakan atas biaya konsultan.
kontraktor
PERMASALAHAN USULAN SOLUSI
Permasalahan Pelaksana:
- Lokasi/ tapak tidak “clear & clean”; - Pindahkan lokasi, sesuai urutan prioritas;
- Masalah teknis: - Jalan masuk tidak memadai; - Masalah teknis & sosial perlu masuk sebagai
- Transportasi peralatan & kriteria
material perencanaan (perencana harusnya melakukan
- Tidak melakukan PCM survey lapangan);
- Material tidak tersedia; - Lakukan pre”construction meeting” sebagai langkah
- Tidak melakukan test bahan terakhir evaluasi perencanaan sebelum
- Masalah sosial: - Komplain masyarakat dilaksanakan, untuk mengeliminir/ antisipasi CCO;
- Premanisme (pungli dll) - Kontraktor memeriksa bahan bangunan (sampling)
- Pemaksaan supplai tenaga - Kontraktor tidak mengakomodir tenaga kerja
kerja pelaksana struktur yang tidak terlatih;
lokal yang tidak profesional;  Sangat Berbahaya & kualitas pekerjaan buruk;
- Kontraktor tidak profesional memaksa mengambil - Jika terdapat masalah teknis maupun pendanaan
pekerjaan “spesialis” dan mengabaikan perintah yang tidak bisa diselesaikan Kontraktor, Satker
supervisi; perlu tegas, kontrol ketat pendanaan dan jika perlu
- Masalah cashflow kontraktor; pengambilan alihan pekerjaan;

- Kontraktor yang terkena penalti “cut off”, kembali - Kontraktor terkena “cut off” tidak diperkenankan ikut
ikut tender, dan menang lagi untuk proyek yang tender  black list (2 tahun)
sama (yang sudah dikerjakan oleh ybs);
V . PRINSIP PERENCANAAN DAN DESAIN RUMAH SUSUN

1. Desain Integratif : Modul Typikal, Struktur


ekonomis, sistem ME yang optimal
(memperkecil resiko bocor).
2. Tersedia Fasilitas umum dan penunjang.
3. Sirkulasi udara alami yang baik didalam
unit hunian
4. Cahaya didalam ruangan cukup
5. Terdapat Ruang untuk berinteraksi sosial.
5.1. Contoh Site Plan Rusun Ponpes
5.2. TYPOLOGI RUSUN MAHASISWA

Bangunan rumah susun tipologi MAHASISWA 24/3 Lantai direncanakan dengan


fungsi sebagai unit hunian bagi Mahasiswa, yang terdiri dari :
3 (tiga) lantai unit hunian
1 (satu) lantai atap
Fungsi dari masing – masing lantai berfungsi sebagai berikut :
 Lantai 1 terdiri dari lobby, unit hunian sebanyak 11 unit (2 diantaranya adalah unit
hunian disabilitas), 1 unit ruang bersama dan 1 unit ruang pengelola serta ruang
jemur
 Lantai 2 & 3 berfungsi sebagai unit hunian dan ruang jemur dengan jumlah unit
sebanyak 13 unit setiap.
 Total unit hunian adalah 37 unit
 Lantai Atap berfungsi sebagai perletakan tanki atas.

Ketinggian Floor to Floor : Luas per lantai Bangunan :


Lantai Atap : + 9.800 mm Lantai 1 : 487,68 m2
Lantai 3 : + 6.600 mm Lantai 2 : 487,68 m2
Lantai 2 : + 3.400 mm Lantai 3 : 487,68 m2 +
Lantai 1 : + 0.000 mm Jumlah Total : 1.463,08 m2
DENAH LANTAI SATU
5.3. TIPOLOGI RUSUN PEKERJA LAJANG, 5 LANTAI, t 24

Bangunan rumah direncanakan dengan fungsi sebagai unit hunian bagi


pekerja/mahasiswa, yang terdiri dari :
5 (tiga) lantai unit hunian
1 (satu) lantai atap
Fungsi dari masing – masing lantai berfungsi sebagai berikut :
 Lantai 1 berfungsi sebagai lobby, unit hunian, ruang bersama.
 Lantai 2 - 5 berfungsi sebagai unit hunian.
 Lantai Atap berfungsi sebagai perletakan tanki atas , tempat cuci dan ruang jemur.

Ketinggian Floor to Floor : Luas per lantai Bangunan :


Lantai dak : + 16.200 mm Lantai 1 : 816 sq.m
Lantai 5 : + 13.000 mm Lantai 2 : 816 sq.m
Lantai 4 : + 9.800 mm Lantai 3 : 816 sq.m
Lantai 3 : + 6.600 mm Lantai 4 : 816 sq.m
Lantai 2 : + 3.400 mm Lantai 5 : 816 sq.m
Lantai 1 : + 0.000 mm Lantai dak : 19 sq.m +
Jumlah Total : 4.099 sq.m
5.3.1. DATA UMUM TIPOLOGI RUSUN PEKERJA (T 24, 5 Lantai)

LANTAI PROGRAM RUANG


HUNIAN DIFABLE 2 UNIT
1. DASAR ( luas = 816 m2 ) -
- HUNIAN 14 unit
- WARNET
- LOBBY DAN SELASAR
- TANGGA 3 BUAH
- R. SERBAGUNA
- R. PENGELOLA
- GUDANG

- HUNIAN 22 Unit perl antai terdiri :


Kamar Mandi
2. LANTAI TYPICAL Dapur
( lt. 2 sd. lt. 5 ), luas @ 816 m2 - Ruang Bersama
- Selasar
- Tangga 3 Buah
- Janitor
- Gudang

3. LANTAI ROOF TANK - Roof Tank

Luas = 19 m2

4. LUAS TOTAL 4.099 m2


5.3.2. Penempatan Sarana Dalam Site Plan

Site Plan , terdiri dari :


- 1 Unit Bangunan Rusun
- GWT kap 120 m3 dan Rumah Pompa
- 2 Unit STP kap. 2 x 15 m3
- Sumur Resapan 4 x 6 m
5.4. TIPOLOGI RUSUN PEKERJA KELUARGA T.36 dan 5 LANTAI PEKERJA

Bangunan rumah direncanakan dengan fungsi sebagai unit hunian bagi pekerja, yang
terdiri dari :
5 (tiga) lantai unit hunian
1 (satu) lantai atap
Fungsi dari masing – masing lantai berfungsi sebagai berikut :
 Lantai 1 berfungsi sebagai lobby, unit hunian, ruang bersama.
 Lantai 2 - 5 berfungsi sebagai unit hunian.
 Lantai Atap berfungsi sebagai perletakan tanki atas , tempat cuci dan ruang jemur.

Ketinggian Floor to Floor : Luas per lantai Bangunan :


Lantai dak : + 16.200 mm Lantai 1 : 780 sq.m
Lantai 5 : + 13.000 mm Lantai 2 : 780 sq.m
Lantai 4 : + 9.800 mm Lantai 3 : 780 sq.m
Lantai 3 : + 6.600 mm Lantai 4 : 780 sq.m
Lantai 2 : + 3.400 mm Lantai 5 : 780 sq.m
Lantai 1 : + 0.000 mm Lantai dak : 18 sq.m +
Jumlah Total : 3.923 sq.m
5.4.1. RUSUN PEKERJA KELUARGA, T.36 – 5 LANTAI

LANTAI PROGRAM RUANG

1. DASAR - Lobby Utama


- Hunian Difable ( 2 Unit )
- Ruang bersama
- Kamar mandi/WC komunal,
- Ruang Duka
- Kantor Pengelola
- Kantor RT/RW
- Kios
- Musholla
- Mini Market

- Setiap Lantai 16 Unit Hunian


2. LANTAI TYPICAL - Fasilitas setiap Hunian :
( lt. 2 sd lt. 5 ) - 2 Kamar Tidur
- R. Tamu
- Kamar Mandi / WC
- Dapur
- Tempat Jemur
- Ruang Bersama
5.4.2. Penempatan Sarana Dalam Site Plan

Site Plan , terdiri dari :


- 1 Unit Bangunan Rusun
- GWT kap 120 m3 dan Rumah Pompa
- 2 Unit STP kap. 2 x 15 m3
- Sumur Resapan 4 x 6 m
5.5. LATIHAN

1. Hitung berapa luas tanah minimal yang dibutuhkan untuk keempat


tipologi rumah susun dan berapa ukuran panjang x lebar lahan, jika
diketahui KDB 40 %.
2. Hitung berapa besar KLB untuk keempat tipologi tersebut.
VI . BIAYA PEMBANGUNAN

6.1. Komponen Biaya Pembangunan

BIAYA KONSTRUKSI FISIK

BIAYA MANAJEMEN KONSTRUKSI

BIAYA PERENCANAAN TEKNIS


KONSTRUKSI

BIAYA PENGAWASAN KONSTRUKSI

BIAYA PENGELOLAAN KEGIATAN

25
6.1.1. Biaya Konstruksi Fisik

1. Biaya konstruksi fisik maksimum untuk pekerjaan standar, dihitung dari hasil
perkalian total luas bangunan gedung negara dengan standar harga
satuan per-m² tertinggi yang berlaku

2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum ada pedoman harga satuannya (non


standar), dihitung dengan rincian kebutuhan nyata dan dikonsultasikan
dengan Instansi Teknis setempat

3. Biaya konstruksi fisik di dalamnya termasuk biaya untuk:


• pelaksanaan pekerjaan di lapangan (material, tenaga, dan ala)
• jasa dan overhead;
• Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
• pajak dan iuran daerah lainnya; dan
• biaya asuransi selama pelaksanaan konstruksi.
• Pembayaran biaya konstruksi fisik dapat dilakukan secara bulanan atau
tahapan tertentu yang didasarkan pada prestasi/kemajuan pekerjaan fisik di
lapangan

26
6.1.2. Standar Harga Bangunan Tertinggi

HSB
G
Ditetapkan oleh Bupati/ Walikota
GEDUNG
NEGARA
Dibedakan sesuai klasifikasi BG

RUMAH NEGARA
Dibedakan untuk Bangunan Bertingkat dan
Tidak Bertingkat
PAGAR
Bangunan ditentukan per m²
Pagar ditentukan per m²

HSBG: Harga Standar Bangunan Gedung Tinggi 27


6.1.3. Klasifikasi Bangunan Gedung

• BG Kantor yang sudah ada disain prototipe-nya/


SEDERHANA s.d. 2 lantai/ luas s.d. 500 m²
• Rumah Dinas Tipe C,D, dan E
• Pelayanan kesehatan: Puskesmas
• Pendidikan: lanjutan dan dasar s.d. 2 lantai
• Hunian/Rumah Sederhana

TIDAK •

BG Kantor belum ada prototipe-nya/ di atas 2 lantai/ >500 m2
Rumah Dinas Tipe A & B, atau C,D,&E bertingkat
SEDERHANA • Rumah Sakit Klas A & B
• Universitas/Akademi
• Rusunawa/Rusunami

• Istana Negara/Wisma Negara


KHUSUS • Instalasi Nuklir, Instalasi Hankam
• Laboratorium, Terminal, Stadion OR, Rumah Tahanan, Gudang
Benda Berbahaya
• Bangunan Monumental, Gedung Perwakilan RI
28
6.1.4. Koefisien Pembiayaan Pembangunan

KOEFISIEN/FAKTOR PENGALI UNTUK JUMLAH LANTAI


JUMLAH LANTAI BANGUNAN HARGA SATUAN PER M² TERTINGGI

Bangunan 2 Lantai 1,090 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 3 Lantai 1,120 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 4 Lantai 1,135 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 5 Lantai 1,162 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 6 Lantai 1,197 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 7 Lantai 1,236 standar harga gedung bertingkat

Bangunan 8 Lantai 1,265 standar harga gedung bertingkat

29
6.1.5. Komponen harga Bangunan Gedung

ARSITEKTUR dan FINISHING


HARGA
STANDAR STRUKTUR dan UTILITAS

PENYIAPAN dan PEMATANGAN LAHAN

MASTERPLAN dan RTBL

AMDAL

PENINGKATAN ARS dan STRUKTUR

HARGA PEK. KHUSUS KELENGKAPAN BANG

NON-STANDAR PENYAMBUNGAN (AIR, LISTRIK,TELP.dll)

ASURANSI

PENGELOLAAN PROYEK (REMOTE


AREA)

PERIJINAN KHUSUS

PEK. LAIN-LAIN
30
6.1.6. Pembiayaan Pekerjaan Standar

PROSENTASE KOMPONEN PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA


KOMPONEN GEDUNG NEGARA RUMAH NEGARA
Pondasi 5% - 10% 3% - 7%

Struktur 25% - 35% 20% -25%

Lantai 5% - 10% 10% - 15%


Dinding 7% - 10% 10% - 15%
Plafond 6% - 8% 8% - 10%
Atap 8% - 10% 10% - 15%
Utilitas 5% - 8% 8% - 10%
Finishing 10% - 15% 15% - 20%

31
6.1.7. Pembiayaan Pekerjaan Non Standar

1. Dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar, dengan
terlebih dahulu berkonsultasi kepada instansi Teknis Setempat

2. Besarnya biaya perencanaan, manajemen konstruksi/pengawasan, dihitung berdasarkan billing-


rate

3. Total nilai biaya pekerjaan non-standar maksimum sebesar 150% dari total biaya pekerjaan
standar, dan dapat berpedoman pada Permen PU 45/2007
JENIS PEKERJAAN BIAYA
Alat Pengkondisian Udara 10-20% dari X
Elevator/escalator 8-12% dari X
Tata suara (Sound System) 3-6% dari X
Telepon dan PABX 3-6% dari X
Instalasi IT (Informasi dan Teknologi) 6-11% dari X
Elektrikal 7-12% dari X
Sistem Proteksi Kebakaran 7-12% dari X
Penangkal petir khusus 2-5% dari X
Instalasi Pengolahan Air Limbah 2-4% dari X
Interior (termasuk Furniture) 15-25% dari X
Gas Pembakaran 1-2% dari X
Gas Medis 2-4% dari X
Pencegahan Bahaya Rayap 1-3% dari X
Pondasi dalam 7-12% dari X
Fasilitas penyandang cacat 3-8% dari X
Ket:
Sarana/prasarana lingkungan 3-8% dari X
X = total biaya konstruksi Fisik pekerjan standar
Basement (per m2) 120% dari Y Y = standar harga satuan tertinggi per m²
Peningkatan mutu 15-30% dari Z Z = total biaya komponen perkerjaan yang ditingkatkan mutunya
32
6.2. LATIHAN

1. Hitunglah perkiraan biaya STANDAR pembangunan rumah susun 5 lantai ,


dengan asumsi biaya pembangunan Rp. 5,4 juta/ m2.
2. Hitung perkiraan biaya NON STANDAR pembangunan rumah susun
sebagaimana angka 1, jika dipergunakan pondasi dalam dan terdapat
fasilitas penyandang cacat, sarana dan prasarana lingkungan serta instalasi
pengolah air limbah.
VII . PENYELENGGARAAN RUMAH KHUSUS
RUMAH KHUSUS
PENGERTIAN RUMAH KHUSUS
Rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. (Permenpera No 20 / 2017)

PENERIMA MANFAAT BANTUAN RUMAH KHUSUS (Permenpera No 20/


2017)
1. Masyarakat di wilayah Perbatasan Negara
2. Prajurit dan/atau Petugas Negara (CQIESM)
3. Masyarakat Nelayan
4. Masyarakat yang terkena program pembangunan pemerintah
5. Korban Bencana
6. Masyarakat yang bertempat tinggal di pulau terluar, terpencil atau pedalaman
7. Masyarakat dalam wilayah pengolah sumberdaya alam
8. Masyarakat dalam kawasan cagar budaya
9. Masyarakat yang memerlukan penanganan khusus

PENGUSUL/PEMOHON BANTUAN
Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan Pemerintah Daerah
BENTUK RUMAH KHUSUS
Rumah tapak berbentuk tunggal, Kopel atau Deret
7.1. SYARAT BANTUAN RUMAH KHUSUS
A. Persyaratan administrasi:
1. Menyampaikan surat permohonan bantuan kepada koordinator
Penerima Bantuan (Pemda, KKP, BNPP, Kemenhan, Polri) yang
selanjutnya akan diteruskan kepada Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.

2. Surat Permohonan dilampiri Proposal yang berisikan :


a)Gambaran umum penerima manfaat, lokasi, tanah, dan
sebagainya;
b)kebutuhan rumah, rencana/sudah dibangun oleh Penerima
Bantuan, dan usulan bantuan;
c)Surat dukungan dari Pemeritah Propinsi, Kabupaten/Kota;
d)Surat pernyataan dan kesanggupan dari Penerima Bantuan
SYARAT BANTUAN RUMAH KHUSUS
B. Persyaratan Teknis:

1. Lokasi :
a. Lokasi sesuai dengan RTRW/RDTRK
b.Kemampuan daya dukung dan daya tampung
c.Lokasi tidak rawan bencana
d.Tersedianya infrastruktur (jalan akses, air minum, listrik)

2. Tanah :
a. luas minimal 1 (satu) Ha atau 50 unit rumah mengelompok
satu hamparan;
b. jelas status hukum kepemilikan hak atas tanah (dengan bukti
legalitas/sertifikat)
d. Kondisi tanah dan Lokasi siap bangun
7.2. Surat Pernyataan dan kesanggupan dari Calon
Penerima Bantuan Rumah Khusus berisi, antara lain:

1. Pernyataan bersedia menyediakan tanah siap bangun


2. Pernyataan bahwa telah ada calon penerima bantuan
Rumah Khusus
3. Kesanggupan :
a. tidak akan merubah lokasi pembangunan yang telah
disepakati,
b. membantu proses terbitnya perijinan (IMB),
c. tidak akan merubah desain yang sudah ditetapkan,
d. segera memanfaatkan dan menyerahkan Rumah Khusus
kepada Penerima Manfaat
e. bersedia menerima dan mengelola Rumah Khusus
7.3. BENTUK DUKUNGAN DARI PEMERINTAH DAERAH, ANTARA LAIN

PEMERINTAH PROVINSI :
1.Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan;
2.Memberikan Bantuan Teknis dan pemantauan pelaksanaan
pembangunan;
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA:
1.Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan;
2.Memberikan Bantuan Teknis, pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan pembangunan;
3.Menyediakan dana sharing APBD untuk pendampingan
pembangun Rumah Khusus
4.Memberikan kemudahan perizinan dan keringanan retribusi
dalam penerbitan IMB;
5.Memberikan jaminan ketersediaan daya listrik dan air minum
yang memadai.
7.4. PROSEDUR BANTUAN RUSUS

3.
PENETAPAN
2. LOKASI
VERIFIKASI
ADMINISTRASI
dan TEKNIS

1.
USULAN
4.
PEMBANGUNAN
a. Lelang
b. konstruksi
c. wasdal

5.
6. SERAH TERIMA
ADMINISTRATIF
PEMANFAATAN ASET
a. (Ps.
(Ps. 11-15
11-15 Permen
Permen 21/2011)
21/2011)
(status hak atas tanah, IMB)

TEKNIS (Ps. 16 Permen 21/2011)


b. (tata bangunan dan keandalan
bangunan)
EKOLOGIS
c. (keserasian dan keseimbangan fungsi
lingkungan)
4
7.5. MEKANISME BANTUAN PEMBANGUNAN RUMAH KHUSUS
PERMOHONAN KEMENTERIAN PELAKSANA
BANTUAN RUMAH KHUSUS DAERAH KONSTRUKSI
PU - PERA

BERKAS PERMOHONAN BERISIKAN DARI MENTERI PU - PERA WASDAL PELAKSANAAN


:
KONSTRUKSI
1.SURAT PERMOHONAN
2.PROPOSAL SURAT REKOMENDASI DITJEN PENYEDIAAN PERUMAHAN
3.SURAT DUKUNGAN DARI INSTANSI TERKAIT 2
BUPATI/WALIKOTA/GUBERNUR
4. SURAT PERNYATAAN TAHAN
CLEAN DAN CLEAR, SIAP
VERIFIKASI
BANGUN
5. SERTIFIKAT LAHAN
TIDAK LENGKAP KELENG- LENGKAP
KAPAN
PERSYARATAN TEKNIS : ADM
1.SESUAI DENGAN TATA RUANG
2.LOKASI BUKAN RAWAN
BENCANA LENGKAP VERIFIKASI
3.LENGKAP DENGAN LAPANGAN
INFRASTRUKTUR
4.KONDISI LAHAN SIAP BANGUN
APRIL-OKTOBER
USULAN
USULAN PENETAPAN
PENETAPAN
LOKASI
LOKASI DARI
DARI DITJEN
DITJEN
PENYEDIAAN PROSES PEMBANGUNAN :
PENYEDIAAN PERUMAHAN
PERUMAHAN
PERBAIKAN USULAN 1.PELELANGAN
2.PELAKSANAAN KONSTRUKSI
BANTUAN RUMAH KHUSUS
PENETAPAN
PENETAPAN LOKASI
LOKASI
OLEH
OLEH MENTERI
MENTERI
PU
PU -- PERA
DESEMBER PERA
RUMAH KHUSUS
PELAKSANA
TERBANGUN
PEMANFAATAN OLEH PEMOHON PELAKSANA PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN
OLEH
OLEH SATKER
SATKER
BANTUAN RUMAH KHUSUS

PENGELOLAAN/SERAH TERIMA ASET


VIII. TIPOLOGI RUMAH KHUSUS

TIPE RUMAH TUNGGAL

TAMPAK DEPAN DENAH RENCANA


TIPE RUMAH
PANGGUNG

TAMPAK DEPAN TAMPAK BELAKANG TAMPAK SAMPING KIRI

TAMPAK SAMPING KANAN


TIPE RUMAH SETENGAH TEMBOK

TAMPAK DEPAN DENAH RENCANA


IX. PERSYARATAN DAN PROSEDUR PERIZINAN
9.1. Persyaratan dan Prosedur Umum Perizinan di DKI Jakarta
9.2. Persyaratan Umum Perizinan di DKI Jakarta

1. Surat Bukti Kepemilikan Tanah


2. Ketetapan Rencana Kota (KRK) dan Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB) yang berisi :
a. Peruntukan Lokasi
b. Garis Sepadan Jalan (GSJ)
c. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
d. KDB/KLB
e. Ketinggian Bangunan
f. Syarat Fasiltas Bangunan (Parkir, Gol Usaha Skala Kecil)
g. dan lain lain
3. Gambar Rancangan dan Perencanaan Bangunan (Arsitektur, Struktur, Instalasi a.
bangunan)
4. Perhitungan konstruksi bangunan dan instalasi bangunan
5. SIPPT
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
a. Sarana Penyandang Cacat
b. Sumur Resapan
c. GUSK (Golongan Usaha Skala Kecil), dimana 20 % luas lantai efektif pertokoan
diberikan kepada GUSK.
d. AMDAL atau UKL/UPL
9.3. Persyaratan Permohonan IMB di DKI Jakarta
1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (1 lembar ) ;
2) Fotokopi surat – surat tanah (1 set), dapat berupa salah satu dari surat sebagai berikut :
a) Sertifikat tanah ;
b) Surat Keputusan Pemberian Hak Penggunaan Atas Tanah oleh pejabat yang berwenang dari instansi
pemerintah yang menguasai tanah tersebut ;
c) Surat kavling dari Pemerintah Daerah c.q. Walikotamadya atau instansi lain yang ditunjuk Gubernur ;
d) Fatwa tanah atau rekomendasi dari Kanwil BPN Propinsi DKI Jakarta atau Kantor Pertanahan
setempat;
e) Surat Keputusan Walikotamadya untuk penampungan sementara ;
f) Surat Persetujuan / Penunjukan Gubernur untuk bangunbangunan bersifat sementara di atas taman,
prasarana atau di atas air ;
g) Rekomendasi dari Kantor Pertanahan dengan peta bukti pembebasan tanah ;
h) Surat Pernyataan dari Instansi Pemerintah atau Pemimpin Proyek Tim Pembebasan Tanah, khusus
untuk tanah milik Pemerintah.
3) Surat tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c. angka 2) pasal ini, harus dilampirkan
surat pernyataan bahwa tanah yang dikuasai dan atau dimiliki tidak dalam sengketa dari Pemohon
serta untuk kegiatan pemagaran, pernyataan tersebut harus diketahui oleh Lurah ;
4) Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) dari Gubernur, bagi yang disyaratkan (diatas 5.000
m2);
5) Keterangan dan Peta Rencana Kota dari Dinas / Suku Dinas Tata Kota sebanyak minimal 4 lembar ;
6) Gambar rancangan Arsitektur minimal 4 set dan fotokopi surat izin bekerja Perencana Arsitektur (1
lembar) ;
7) Perhitungan, gambar rencana struktur dan laporan hasil penyelidikan tanah sebanyak minimal 3 set
serta fotokopi surat izin bekerja Perencana Struktur, bagi yang disyaratkan (1 lembar) ;
8) Perhitungan, gambar instalasi dan perlengkapannya sebanyak minimal 3 set serta fotokopi surat izin
bekerja Perencana Instalasi dan Perlengkapannya, bagi yang disyaratkan (1 lembar);
9.4. Prosedur Permohonan IMB di DKI Jakarta
X. METODA PELAKSANAAN
10.1. Metoda Konvensional dan Pracetak
10.2. Urutan Pekerjaan Dengan Metoda Konvensional
10.3. Contoh Komponen Pracetak Dalam Pembangunan Rusus

Komponen Pracetak Rangka Bangunan Komponen Pracetak Dinding Bangunan


(RISHA)
10.4. Contoh Komponen Pracetak Dalam Pembangunan Rusun
Sistem T Cap

Sistem
WIKA Prescast
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai