BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI
1
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
- Jumlah KK miskin
- Jumlah jamban
- Luas genangan
- % wilayah terbangun
- Jumlah SPAL
Sedangkan Data Primer meliputi :
- Persepsi SKPD
- Studi EHRA
Proses penilaian, penetapan dan pemetaan terdiri dari beberapa tahap. Pada
tahap awal, proses penilaian, penetapan, dan pemetaan area berisiko dan penetapan
kawasan dilakukan sebagaimana disajikan dalam gambar dibawah ini menggunakan data
sekunder tahun 2010 (lihat Tabel 5.1) sebagai criteria, sumber dan pembobotan.
2
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Dalam menilai pilihan, kinerja setiap kelurahan atas kriteria diberi skor dan
pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota
Tarakan sebagaimana terlihat pada Tabel 5.2 Area Beresiko Kota Tarakan.
3
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
4
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Dalam menilai pilihan, kinerja setiap kelurahan atas kriteria diberi skor dan
pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh anggota Pokja SANITASI Kota
Tarakan sebagaimana terlihat pada Tabel 5.2 Area Beresiko Kota Tarakan dan Peta .
Peta Area Beresiko Berdasarkan Data EHRA.
5
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Skor Skor
Kecamatan / Skor Skor hasil
berdasarkan berdasarkan Skor
berdasarkan kunjungan
Kelurahan persepsi data
data EHRA
ygdisepakati
lapangan
SKPD sekunder
Hasil penilaian terhadap area berisiko untuk Kota Tarakan telah ditetapkan oleh
Kelompok Kerja (Pokja) SANITASI Kota Tarakan setelah membandingkan skor penilaian
terhadap data sekunder, persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) (Peta . Peta Area
Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD),dan hasil data EHRA (Peta . Peta Area Beresiko
Berdasarkan Data EHRA) yang menjadi anggota Pokja SANITASI. Maka hasil kesepakatan
yang telah dilakukan yaitu dengan melakukan pembobotan yaitu untuk persepsi SKPD
sebesar 20%, data sekunder 20% dan data EHRA 60% maka di dapat sebagaimana terlihat
pada Tabel . (Peta . Peta Area Beresiko Berdasarkan Skor Yang Disepakati), menetapkan
kelurahan yang mempunyai resiko sangat tinggi. Kelurahan-kelurahan tersebut
adalah:......................................... Sedangkan untuk kelurahan yang mempunyai resiko tinggi
sebanyak ………….. kelurahan adalah sebagai berikut: ……………………
6
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
KLASIFIKASI KELURAHAN
Peri- Rural
Kecamatan / Urban Seleksi dan Urutan Final
Urban
Kelurahan Pengem Future
Kepadatan
Kepadatan orang/ ha bangan Developm Lokasi
Penduduk
BWK ent
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
5.2 Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas.
• Pembentukan Tim
(berbagai kedinasan)
• Menetapkan kriteria PMJK
• Menyusun daftar
program/proyek/layanan
yang sesuai kriteria PMJK
• Menetapkan kriteria untuk
keperluan kunjungan
lapangan
• Pilih
program/proyek/layanan
untuk kunjungan lapangan
• Kunjungan lapangan:
melakukan observasi
diskusi dengan tokoh
masyarakat, perempuan
dan laki-laki serta
mendokumentasikanya
• Lakukan penilaian
terhadap kualitas dan hasil,
biaya
• Menyepakati skala yang
dibuat
• Memasukannya ke dalam
Buku Putih
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
3R dan CGH
a. Kegiatan CGH sudah mendapat apresiasi yang positif dari warga kota namun
untuk program 3R masih merupakan program percontohan di beberapa RT Kota
Tarakan.
b. Dana yang masih terbatas menjadi kendala untuk mewujudkan program 3R
kepada seluruh warga Tarakan.
c. Kegiatan 3R dan CGH masih kurang mendapatkan dukungan dari perusahan-
perusahaan yang beroperasi di Tarakan sehingga kesannya program ini milik
pemkot dan warga saja.
Adiwiyata
a. Kegiatan Adiwiyata masih merupakan “pilot project” di beberapa sekolah terpilih
dari tingkat SD dan SLTA. Dalam pelaksanaannya yang di sekolah-sekolah masih
banyak yang perlu diperbaiki untuk memenuhi indikator Adiwiyata yang ditetapkan
oleh Jakarta.
b. Tidak semua guru yang memahami dan membantu menjalankan kegiatan ini.
Hanya guru dan siswa yang ditugasi untuk memegang tugas ini yang melakukan
tugas-tugas di sekolah-sekolah.
c. Belum ada proses transfer pengetahuan dan keahlian mengelola Adiwiyata ke
sekolah-sekolah lain.
d. Para guru, siswa dan orang tua/wali murid banyak yang belum memahami apa itu
Adiwiyata. Contoh kecil misalnya apa arti sebenarnya Adiwiyata itu? Mungkin
masih banyak yang belum tahu. Apa hubungan Adiwiyita dengan kota beriman,
pendidikan lingkungan, UKS, dst.
Pendidikan Lingkungan
a. Kurikulum pendidikan lingkungan sudah lama diterapkan di sekolah-sekolah
Tarakan, namun demikian belum atau hampir tidak pernah melakukan updating
kurikulum dan teknis pelaksanaannya. Akibatnya pendidikan lingkungan seperti
jalan di tempat. Padahal informasi dan pengetahuan termasuk lingkungan sudah
banyak yang berubah dan berkembang.
b. Dengan semakin berkembangnya IPTEK dan berubah lingkungan saat ini,
ternyata tidak dibarengi dengan usaha-usaha peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan metodologi pengajaran siswa tentang lingkungan.
c. Pendidikan linngkungan yang penting untuk publik ternyata kurang tersosialisi
kepada public sehingga publik kurang memahami mengapa pendidikan lingkungan
menjadi kurikulum muatan lokal.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
PHBS
a. Masih lemahnya peran pemerintah untuk memberdayakan laki-laki dan
perempuan terutama laki-laki untuk meningkatkan PHBS, kenyataannya lebih-
banyak laki-laki yang kurang peduli terhadap PHBS dibanding perempuan.
b. Dalam melakukan penyadaran tentang PHBS masih terkendala oleh kurangnya
tenaga promotor kesehatan dan alat-alat peraga kesehatan. Sehingga kampanye
PHBS untuk penyadaran masyarakat masih dirasakan berjalan cukup lambat.
c. Di lapangan ditemukan bahwa pihak perusahaan juga mempunyai program
serupa. Tapi pada kenyataannya jarang terjalin kerjasama untuk menjalankan
program serupa tersebut. Perusahaan dan pemerintah terlihat menjalankan
programnya masing-masing, akibatnya terlalu banyak waktu yang digunakan oleh
warga untuk mengikuti kegiatan yang sama atau hampir sama.
3R dan CGH
a. Gunakan upaya yang kuat oleh pemerintah dan didukung oleh modal swadaya
masyarakat untuk menjalankan program 3R dan CGH.
b. Program 3R hendaknya dijadikan program bagi warga, dimana selama ini masih
menjadi kegiatan percontohan di beberapa kelurahan. Dukungan yang kuat dari
masyarakat untuk mengembangkan program 3R menjadi modal utama
menjalankan program ini.
c. Harus diupayakan semaksimal mungkin agar lebih banyak perusahaan yang aktif
mendukung 3R dan CGH.
Adiwiyata
a. Program Adiwiyata yang jadi “pilot project” dari beberapa sekolah mulai SD
hingga SLTA sudah mendapat penghargaan dan rencananya akan dibentuk tim
terpadu Adiwiyata. Dengan potensi ini sudah saatnya Adiwiyata harus
mengembangkan sayap ke sekolah-sekolah lainnya. Bila perlu dapat menjangkau
sekitar 250-an sekolah yang ada di Tarakan.
b. Dengan akan dibentuknya tim terpadu Adiwiyata maka pelaksanaan program
Adiwiyata terkoordinasi dan semua sekolah di Tarakan sudah mulai berpredikat
Adiwiyata.
c. Dengan adanya beberapa sekolah yang berprestasi di bidang Adiwiyata harus ada
proses transfer pengetahun dan keahlian ke-adiwiyata-an kepada sekolah-sekolah
lain.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Pendidikan lingkungan
a. Kontinuitas dukungan LSM dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran siswa
tentang pentingnya kualitas lingkungan perlu diapresiasi secara kongkret oleh
Pemkot.
b. Libatkan LSM/masyakat untuk melakukan updating kurikulum pendidikan
lingkungan termasuk metode dan teknis penyampaian kurikulum lingkungan
kepada siswa. Misal saja menghubungkan kegiatan pramuka dengan pendidikan
lingkungan.
c. Sekolah-sekolah yang berprestasi dalam bidang mengelola lingkungan harus
disosialisasikan kepada publik. Ini secara tidak langsung memberi pembelajaran
publik tentang pentingnya kualitas lingkungan.
PHBS
a. Perlunya melibatkan laki-laki dan perempuan untuk sebagai upaya mensukseskan
program PHBS semaksimal mungkin karena hasil survey menunjukkan dalam
Rumah Tangga ditemukan bahwa suami dan istri sama-sama aktif dalam yang
dalam kegiatan kebersihan keluarga dan lingkungan sekitarnya (48% dari 100
responden rumah tangga).
b. Perlu adanya tambahan tenaga promoter kesehatan dan penambahan alat peraga
kesehatan untuk menjalankan program PHBS yang digalakkan oleh pemkot.
b. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkot dan
peluang-peluang kerjasama dengan media massa
c. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan
isu sosial lainnya
d. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi.
Adapun hasil dari studi ini adalah :
1. Sebagai salah satu bahan menyusun strategi kampanye kepedulian sanitasi
2. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi
3. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa
mendatang
4. Terinformasinya program pembangunan sanitasi kota, ISSDP dan pokja sanitasi kota
kepada nara sumber yang diwawancarai
Hasil survey dari responden yang berbasis media, perusahaan swasta dan instansi
pemerintah daerah di Tarakan yakni sebagai berikut:
A. Informasi Umum Tentang Responden
Informasi umum responden meliputi: Institusi, usia dan tingkat pendidikan
1. Institusi Responden
Responden merupakan perwakilan dari institusi target dalam survey ini, yaitu: Media (TV,
Koran dan Radio), Perusahaan Swasta yang dipilih secara random dan Instansi di
Pemerintah Kota yang relevan dengan pembangunan sanitasi.
Grafik. 5.1 Institusi Responden
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
2. Usia Responden
Responden adalah para eksekutif dari media, perusahaan swasta dan birokrat yang
semuanya masih dalam kategori usia produktif. Mayoritas responden berusia 25 – 55
tahun
Grafik.5.2 Usia Responden
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan responden mayoritas adalah S1. Sebagian kecil ada yang lulusan SLTA,
Diploma dan 2 orang lulusan S2.
Grafik.5.3 Tingkat Pendidikan
Metode yang paling sering dilakukan oleh dinas/ badan adalah Sosialisasi dan paling
sedikit adalah melalui media seminar.
Berikut adalah gambaran Pemasaran Sosial yang dilakukan oleh beberapa SKPD yang
terkait dengan pengembangan sanitasi di Kota Tarakan.
Grafik 5.4. Pemasaran Sosial
Catatan;
Kampanye luar ruang termasuk didalamnya adalah penyuluhan-penyuluhan ke sekolah-sekolah
5. Media apa saja yang digunakan? (media massa, luar ruang, alternatif)
Media yang favorit digunakan adalah surat kabar, dengan pertimbangan efektifitas
jangkauan dan biaya yang relatif murah. Penggunaan media lainnya adalah TV, Radio
dan Internet.
Grafik.5.7 Media Yang Digunakan
6. Kalau media massa lokal yang digunakan, media massa mana saja yang diajak
kerjasama? Bagaimana bentuk kerja samanya?
Pada umumnya responden menjawab: media yang memiliki jangkauan luas. Untuk Koran
lokal adalah Tribun Kaltim dan Radar Tarakan. Sebagian responden juga menjawab;
penggunaan radio spot lebih tepat dengan system 2 arah yaitu tanya jawab.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
.
2. Siapa segmentasi utama target audience yang dituju?
Segmen utama dari mayoritas media ini adalah pada eksekutif. Yang dimaksud para
eksekutif muda disini adalah usia muda produktif, terpelajar dan para pengambil
keputusan disemua lini/bidang.
Dari grafik dibawah, kategori lainnya menduduki segmen kedua terbesar yaitu sejumlah
25%. Yang termasuk dalam segmen ini menurut penilaian responden adalah: aparat
penegak hukum, all audience dan masyarakat umum.
Grafik. 5.9 Segmen Utama
.
3. Target audience yang ingin dicapai untuk media elektronik? Atau jumlah distribusi (oplah)
untuk media cetak? Atau jumlah pendengar/penonton/rating?
Untuk Media Elektronik (Radio dan TV);
- Target jumlah penonton 7.000 - 50.000 penonton
- Target jumlah pendengar 1.000 orang – 1 juta orang
- Oplah 8.000 – 60.000 exp/hari
- Seluruh eksekutif muda – pengambil keputusan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
6. Adakah ketersediaan halaman/ durasi untuk informasi kesehatan/ sanitasi? Bila ada
mengapa ada durasi tersebut? Dan bila tidak ada mengapa tidak dimunculkan?
- Tarakan Bersih; merupakan program inisiatif Tarakan TV. Memberikan informasi
kesehatan dan sanitasi kepada masyarakat. Telah disiarkan selama 10 episode
dengan durasi 10-15 menit per episode.
- Program Talkshow “Jumpa Pagi” : merupakan program inisiatif dari Tv, disiarkan
selama 1 jam dalam setiap Hari Senin Pagi.
- Green n Clean: program dari Radar Tarakan untuk kegiatan kebersihan di Kota
Tarakan, setiap hari di halaman belakang.
7. Darimana biasanya mendapatkan sumber informasi tentang kesehatan atau sanitasi?
- DKPP
- BPLH
- Rumah Sakit
- Klinik Kesehatan
- DPRD Kota
- Ahli Kesehatan Lokal
- Internet, Perpustakaan, Koran, majalah
- Pemerintah
- Universitas Borneo
- Masyarakat
- Pantauan langsung ke Lapangan
- PDAM
- Wartawan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
16. Peluang kerjasama seperti apa yang bisa dikembangkan untuk dapat meningkatkan
kebutuhan layanan sanitasi yang layak bagi pemerintah daerah dan masyarakat?
- Iklan layanan masyarakat, talkshow atau live report
- Penyuluhan dan himbauan kepada masyarakat lebih bresifat proaktif yakni dengan
melakukan roadshow
- Program edukasi dengan metode penyuluhan, praktek dan roadshow
- Kerjasama promosi dengan media
- Tulisan kontinyu di media
- Menciptakan isu uo to date tentang lingkungan
- Informasi dan publikasi
- Workshop tentang sanitasi dengan melibatkan kelompok masyarakat, NGO, dan
pihak swasta
- Sosialisasi dari Pemerintah dan NGO
- Memperbanyak poster
- Hotline Media
E. Kesimpulan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Pada umumnya media elektronik dan media cetak di Kota Tarakan merespon secara
positif upaya untuk mengkampanyekan isu pembangunan sanitasi melalui media dengan
kolaborasi program pemerintah kota dan perusahaan swasta.
Pada tataran SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tarakan yang selama ini banyak
bersentuhan secara langsung pada isu pembangunan sanitasi, terlihat adanya kebutuhan
akan peningkatan sumberdaya manusia yang akan disiapkan mendesain sebuah program
kampanye dan kemampuan menjaring dukungan dan menggalang sinergi dari berbagai pihak
untuk mendukung misi pembangunan sanitasi yang diemban oleh badan/ instansi pemerintah
kota sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Pada tataran pihak swasta program yang diajukan menyesuaikan dengan visi dan misi
perusahaan dan sepertinya program CSR (Corporate Social Responsibility) bisa menjadi
pertimbangan untuk meminta dukungan dalam kesuksesan program Sanitasi di Kota
Tarakan.
Aspek Bisnis
10) Informasi apa saja yang harus dimiliki untuk memulai usaha ini?
- Sumber limbah/sampah/barang bekas daur ulang
- Jenisnya
- Volumenya
11) Apakah ada aturan khusus yang diberlakukan oleh pemda setempat untuk menjalanka bisnis ini?
Peraturan Daerah No. tahun 2008
12) Hal-hal apa saja yang diharapkan dapat ditangani oleh Pemda setempat agar penanganan sampah
bisa lebih baik dan kegiatan usahanya lebih lancar.
- Teknologi terpadu tepat guna
- Melibatkan pihak swasta
1) Apakah saja hambatan regulasi atau birokrasi yang dihadapi ketika memulai usaha
- Kurangnya sosialisasi regulasi tentang bisnis ini.
- Birokrasi dan biaya perizinan tidak transparan
- Lamanya waktu proses perizinan yang akan di terbitkan.
2) Apakah ada penerapan regulasi pada saat sudah beroperasi?
Sudah ada penerapan regulasi
3) Adakah hambatan lain terhadap kelancaran operasi yang sebenarnya bisa dihilangkan?
Ada,
- Melakukan sosialisasi regulasi tentang bisnis ini
- Birokrasi dan biaya perizinan bisa transparan
- Lamanya waktu proses perizinan yang akan diterbitkan.
Pemasangan Iklan
masih mempunyai nilai manfaat untuk dapat didaur ulang kemudian oleh pemulung dipilah-
pilah berdasarkan bahan dan jenisnya dan dikelompokkkan selanjutnya dalam jumlah
tertentu akan dibawa ke pengepul dan dilakukan perlakuan lebih lanjut seperti pembersihan,
pengelompokkan lebih kecil, pengepakan bahkan dilakukan proses lanjutan seperti
pencacahan (seperti jenis plastik) dan dilakukan pengiriman ke industri pengolahan daur
ulang.
Berdasarkan Survei yang dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 terhadap
para pemulung dan pengepul barang bekas di Tarakan terdapat tiga katagori Status Sosial :
Pemulung, Pengepul (Bandar Kecil) dan Bandar Besar. Gambaran mengenai Karakteristik
dari masing masing-masing status katagori tersebut dapat dilihat pada tabel ...... Dari tabel
tersebut terlihat bahwa struktur yang ada mengikuti bentuk piramida. Ini berarti pemulung
merupakan komunitas terbesar di Tarakan diikuti oleh pengepul dan pada posisi puncak
adalah Bandar besar.
Tabel 5.5. Status Sosial, Karakteristik dan Populasi masing-masing Strata di Tarakan
LAPISAN (STATUS) KARAKTERISTIK POPULASI
SOSIAL
BANDAR BESAR Memiliki modal usaha berkisar lebih dari Rp 100 15- 20 orang
juta
Kapasitas penampungan/pembelian dari
pemulung/pengepul lebih dari 5 ton perhari
Memiliki tenaga tetap lebih dari 10 orang
Memiliki gudang penyimpanan barang lebih dari
500 meter persegi.
Memiliki lapak penampungan yang luas
Memiliki kendaraan operasional berupa Truk atau
Pick Up lebih dari satu buah
Umumnya menentukan nilai harga beli barang
bekas dari pengepul
PENGEPUL (BANDAR Memiliki modal usaha berkisar lebih dari Rp 10 – 35 - 40 orang
KECIL) 100 Juta
Kapasitas penampungan/pembelian dari
pemulung/pengepul lebih dari 100 – 1000 Kg
perhari
Memiliki tenaga tetap lebih dari 2 orang
Memiliki gudang penyimpanan barang kurang dari
500 meter persegi.
Memiliki lapak penampungan yang tidak terlalu luas
Memiliki kendaraan operasional berupa Pick Up
rata-rata satu buah dan kendaraan roda dua
Sebahagian mempunyai anak buah pemulung yang
bekerja untuk pengepul diatas 5 orang yang
segalakeperluan ditanggung pengepul.
Sebagian kecil melakukan pengiriman langsung ke
pabrik daur ulang dan sebgain besar menjualnya
kembali ke Bandar
PEMULUNG Berdasarkan area kerjanya pemulung ada yang 200 -300 orang
menetap di sekitarTPA/TPS dan ada yang secara
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
Bidang Usaha
Pengusaha pengumpul barang bekas yang ada di Kota Tarakan sebagian besar
merupakan pengusaha informal tanpa adanya status badan hukum yang jelas dengan modal
pribadi meskipun ada sebagian kecil merupakan modal bersama. Para pengusaha ini
tersebar di seluruh wilayah Tarakan dan sebagian besar terkonsentrasi pada wilayah Timur
Kota Tarakan. Seperti di ketahui di wilayah tersebut tingkat kepadatan penduduk masih
rendah dan TPA berada di wilayah itu.
Keberadaan para pengumpul barang bekas ini pada umumnya mereka memulai
usaha setelah tahun 2000 saat krisis ekonomi terjadi dimana banyak terjadi pengangguran
dan pilihan pekerjaan selanjutnya adalah diawali menjadi pemulung barang-barang bekas
dan dengan kerja keras mereka meningkat menjadi seorang pengepul maupun bandar
barang bekas.
Kegiatan Pemulung dan pengumpul barang bekas yang ada di Tarakan melakukan
aktivitasnya hampir semuanya berada di wilayah Tarakan, namun ada beberapa pengepul
besar yang melakukan aktivitas pengumpulanbarang bekas sampai kewilayah Bulungan.
Pada umumnya mereka menampung hampir semua barang bekas yang dapat didaur ulang
seperti plastik, kertas/kardus, logam (termasuk kaleng, seng dsb) dan karet (ban, spatu,
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
sandal dsb), sebagian yang lain mempunyai spesialisasi tersendiri seperti khusus kertas
saja, besi saja, plastik saja, drum plastik/besi, ban mobil/motor, botol bekas (minuman,
kecap, saus, miras dll). Dan biasanya mereka yang khusus mengumpulkan baang tertentu
tersebut lebih detil melakukan pemilahan sesuai dengan kebutuhan pabrik atau
konsumennya.
Dari survei yang dilakukan bulan Agustus – September 2011 kepada 40 orang
pengusaha pengumpul barang bekas di Tarakan
Selain kendaraan peralatan lain yang wajib dimiliki adalah timbangan barang paling
kecil dengan kapasitas 200 – 500 Kg, kemudian pada pengepul besar memiliki alat
pengepres kertas atau besi yang digunakan untuk mempermudah proses pengemasan.
Disamping itu pula fasilitas lahan penumpukan barang pada ruang terbuka maupun berupa
gudang dengan luas bervariasi antara 200 -500 meter persegi meskipun ada beberapa
pengusaha yang memiliki gudang penumpukan lebih besar lagi.
Barang-barang yang dikumpulkan dari pemulung oleh pengepul dan selanjutnya ke
bandar barang bekas secara periodik dilakukan pengiriman ke pabrik pengolah daur ulang
dengan menggunakan kontainer maupun truck. Tujuan pengiriman pengusaha asal Tarakan
dari survei yang dilakukan baik itu berupa biji plastik, kertas maupun logam semuanya
menuju pelabuhan Surabaya untuk selanjutnya di kirim kembali ke pabrik pengolah di Kota
Mojokerto, Sidoarjo maupun ke Gresik bergantung kepada lokasi pabrik berada dan
perhitungan harga beli masing-masing pabrik.
Untuk pengusaha pembuat kotak/piring telur seluruh produk yang dihasilkan sekitar
8000 lembar perharinya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan peternak ayam petelur
maupu pedagang telur yang ada di Kota Tarakan dan sekitarnya.
Volume Produk
Tabel 5.8. Volume Produk Bulanan dan Rata-rata Harian dan Penjualan
( Survei terhadap 60 responden )
Volume produk yang Volume Volume Harga Beli Harga Jual
No Jenis dikumpulkan selama Rata-rata harian Rata-rata (Rata-rata) (Rata-rata)
satu bulan ( Kg ) (Kg) bandar (Kg) Rp Rp
1 PLASTIK
Botol PET 58.480 1.949,33 1.329 1.200 2.000
Gelas PP 52.740 1.758 1.199 2.700 3.500
Plastik Keras 52.410 1.747 1.191 2.200 3.200
163.630 5.454,33 3.719
2 KERTAS
Kertas Putih 34.750 1.158,33 869 1.000 1.500
Kertas Warna 35.340 1.178 884 1.000 1.500
Kardus 63.480 2.116 1.587 9.000 2.500
133.570 4.452,33 3.340
3 LOGAM
Besi 184.005 6.133,5 3,680 2.100 2.500
Tembaga 1.616 53,87 32 4.5000 50.000
Alumunium 6.912 230,40 138 10.000 12.000
Kuningan 923 30,77 18 27.000 32.000
193.456 6.448,53 3.868
JUMLAH 490.456 16.355,2 10.927
oleh para pemulung setiap harinya dari sekitar 350 ton sampah yang dihasilkan Kota
Tarakan sebanyak 5% terdiri dari sampah Plastik, sampah kertas dan logam. Ini belum
termasuk jenis sampah lain yang dilakukan oleh para pengusaha pengepul untuk jenis
barang-bekas tertentu seperti karet (ban sepeda motor/mobil), Drum bekas, kaleng maupun
seng bekas, sepatu/sandal bekas dan jenis barang lainnya.
Namun pada beberapa Pengepul atau Bandar yang bermodal besar yang mempunyai
karyawan yang bertugas sebagai pemulung tidak langsung mengikuti rantai tersebut.
Pengepul ini mulai dari proses pencarian barang bekas oleh pekerjanya, pemilahan, sampai
pada proses pengemasan dan pengiriman langsung ditangani sendiri oleh pengepul
sehingga rantai produksi /tataniaga telah dipangkas.
PABRIK DAUR
PEMULUNG PENGEPUL BANDAR ULANG
Aspek Bisnis
Dari hasil yang dilakukan terhadap para pengepul dan bandar barang bekas, bidang
usaha pengumpulan barang bekas yang telah mereka lakukan ini nampaknya merupakan
bidang usaha yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Bisnis yang mereka lakukan
menjadi bisnis utama tanpa ada usaha sampingan atau usaha lainnya untuk menopang
kehidupannya, namun ada beberapa orang yang memanfaatkan keahlian yang dimiliki atau
aset usaha yang dimiliki untuk melakukan kerja sambilan. Ada beberapa pengusaha yang
memiliki keahlian mengelas membuka bengkel las dengan memanfaatkan bei-besi hasil
pemulungan yang masih baik dan bisa dimanfaatkan untuk membuat barang-barang tertentu.
Demikian pula pengusaha yang mempunyai kendaran berupa Pick Up pengangkut barang
juga diwaktu tidak digunakan untuk mengangkut barang hasil pemulungan disewakan
kepada orang lain yang membutuhkan jasa angkutan barang.
menyewa atau membeli lahan penampungan juga digunakan untuk membangun gudang dan
kendaraan operasional seperti Pick Up dan Truck untuk kegiatan usahanya.
Untuk memulai usahanya para pengusaha yang melakukan produksi dari bahan
barang bekas untuk didaur ulang jauh lebih besar lagi membutuhkan modal awalnya, dari
beberapa pengusaha mereka mengeluarkan dana lebih dari Rp 1,5 milyar. Seperti usaha
pencacahan plastik bekas menjadi biji plastik dan pengusaha pembuat piring / kotak telur
modal awal tersebut digunakan untuk membangun bangunan pabrik, membeli mesin-mesin
pengolah, membeli bahan baku dan menggaji karyawan yang berjumlah diatas 20 orang
serta keperluan operasional lainnya.
Para pekerja yang bekerja pada pengusaha pengepul dan bandar umumnya tidak
mendapatkan pelatihan secara khusus, karena memang keahlian yang dibutuhkan untuk
bidang usaha ini tidak diperlukan secara khusus. Kegiatan memilah, menimbang dan
mengangkut barang keterampilannya diajarkan secara langsung oleh pemilik usahanya
kepada para pekerjanya. Sedangkan untuk pekerja pada usaha produksi pengolah bahan
bekas seperti pencacah biji plastik dan pembuat piring telur beberpa pekerja memang
diberikan pelatihan secara khusus untuk mengoperasikan mesin pengolahnya di pabrik
pembuat mesinnya, setelah itu mereka kembali dan mengajarkan dan melatih pekerja lain
yang ada di pabrik pengolah.
pengepul memberikan tingkat harga yang relatif sama bergantung pada tingkat perhitungan
keuntungan pengepul kepada para pemulung yang menjual barangnya kepada para
pengepul maupun bandar.
Kerjasama yang terjadi antara pemulung dan pengepul dan bandar umumnya dalam ikatan
jual beli yang dilakukan tanpa ada ikatan apapun artinya para pemulung atau pengepul
bebas melakukan transaksi penjualan kepada pengepul atau bandar yang diinginkan,
tergantung pada kesepakatan harga yang ditawarkan. Namun pada beberapa pengepul
maupun bandar yang mempekerjakan pemulung sebagai anak buahnya sehingga semua
hasil perolehan dari memulung harus disetor kepada pengepul maupun bandar dengan
harga yang sudah ditentukan pengepul maupun bandar. Demikian pula dengan pemulung
yang mempunyai keterikatan dengan pengepul maupun bandar berupa pinjaman atau utang
maka penjualan barang hasil memulung juga diserahkan kepada bandar yang bersangkutan.
Pola kerjasama yang dilakukan antar sesama pengepul maupun bandar banyak dilakukan
berupa pertukaran informasi harga ditingkat bandar maupun informasi harga ditingat pabrik
daur ulang untuk mendapatkan informasi harga terbaik diantara beberapa bandar maupun
pabrik. Disamping itu kerjasama juga dilakukan dalam pengiriman barang ke pabrik pengolah
daur ulang. Biasanya dilakukan oleh pengepul atau bandar secara bersama untuk menekan
harga jasa ekspedisi maupun untuk memenuhi kebutuhan barang tertentu yang diminta oleh
pabrik.
Demikian pula Bandar sering bekerja sama dengan pengepul maupun sesama bandar dalam
bentuk pemberian modal untuk pembelian barang dari pengepul kecil maupun dari
perusahaan atau industri yang pailit atau menjual limbah industrinya.
Dari hasil wawancara dengan para pengusaha pengepul maupun bandar barang bekas
ternyata untuk memulai usaha ini sebagian besar tidak mempunyai hambatan dalam
memulai usahanya terutama dalam regulasi maupun birokrasi yang diterapkan oleh
pemerintah Kota Tarakan. Sebagian besar para pengusaha ini tidak berbadan hukum dalam
status usahanya sehingga pada saat mendirikan tidak ada persyaratan khusus yang diminta
oleh pemerintah kota. Namun dalam perkembangannya setelah usaha mereka berjalan dan
ingin mengembangkan usahanya dengan menambah modal usaha melalui jasa perbankan,
maka mereka mencoba untuk melakukan pendekatan ternyata banyak ditemukan kendala
dalam pengurusannya. Berikut beberapa identifikasi yang ditemui oleh para pengusaha dari
aspek perizinan dan dalam pengembangan usahanya.
NO HAMBATAN
Banyaknya birokrasi yang harus dilewati Membuat keengganan untuk mengurus
Sebagian besar lahan yang digunakan adalah lahan sewa/kontrak sehingga
kesulitan dalam pengurusan SITU/SIUP dan IMB
2 PENGEMBANGAN USAHA
Kesulitan mengakses modal dari Bank karena ketiadaan dokumen perizinan
usaha
Sistem pengelolaan administrasi yang buruk
Keterbatasan lahan penumpukan dan gudang
Bertambahnya jumlah pengepul
Harga barang yang tidak stabil ditingkat bandar
Adanya perdagangan bebas menyebabkan masuknya barang-barang dari Cina
yang lebih murah dan lebih baik menyaingi barang dari dalam negeri
Banyaknya pungutan-pungutan tidak resmi oleh aparat
Kurangnya perhatian dari pemerintah kota terhadap perkembangan usaha
pemulung, pengepul dan bandar di Tarakan
Adanya kecurigaan yang berlebihan dari masyarakat tentang aktivitas pemulung
di permukiman
Adanya aktivitas pemulung dari luar Tarakan yang melakukan aktivitas pencarian
barang bekas di wilayah Tarakan
Sumber : Wawancara Survei Agustus – September 2011
Bagi pengusaha dengan modal besar dan umumnya telah berbentuk badan
hukum, hambatan perizinan umumnya tidak terlalu menjadi hal penting, karena sejak
pertama kali memulai usahanya mereka telah melalui prosedur untuk mendapatkan
izin. Selain itu biasanya lahan yang mereka tempati untuk penumpukan barang dan
lokasi gudang penampungan adalah milik pengusaha sehingga dalam pengurusan
izin-izin yang dipersyaratkan lebih mudah. Hambatan yang dikeluhkan oleh bandar
besar ini lebih kepada permodalan dan fluktuasi harga barang bekas tersebut di
tingkat produsen atau pabrik daur ulang.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan para pengusaha sebagian besar
mereka mengeluhkan kurangnya perhatian bahkan tidak adanya perhatian dari pemerintah
kota terhadap usaha yang mereka jalankan. Sementara ini masyarakat menganggap dan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
memperlakukan pemulung sebagai waga kelas dua dengan memandang pemulung sedang
mencari barang bekas dengan penuh kecurigaan. Disamping itu pula memulung bukan
dianggap sebagai sebuah pekerjaan sehingga kebutuhan untuk mendapatkan identitas diri
berupa KTP maupun Kartu Keluarga kadang sulit untuk diperoleh.
Tabel 5.10 Peran Para pihak yang dibutuhkan oleh Pemulung dan Pengusaha Pengepul
Barang Bekas
NO Peran yang Diharapkan dari Parapihak
1 Pemerintah Kota
Memberikan kejelasan informasi yang benar tentang prosedur berusaha di Tarakan terkait
dengan kegiatan pengumpulan barang bekas.
Kemudahan birokrasi dalam melakukan pengurusan perizinan
Adanya fasilitasi peemerintah kota untuk mempermudah akses pinjaman dana melalui
lembaga keuangan/perbankan
Adanya fasilitasi dari pemerintah kota untuk mewadahi aspirasi para pemulung dan pengusaha
pengepul dan barandar barang bekas di Tarakan, sekaligus sebagai media pembinaan bagi
para pemulung, pengepul dan bandar barang bekas.
Adanya pengakuan terhadap profesi sebagai pemulung bagi warga masyarakat yang memilih
memulung sebagai profesi.
Untuk lebih meningkatkan keberhasilan program pengurangan sampah yang sampai ke TPA
melalui kegiatan pemilahan sampah di sumber sampah pemerintah kota khususnya instansi
terkait dengan kebesihan kota melibatkan pemulung dalam perencanaan programnya.
2 Masyarakat
Memperlakukan pemulung sama dengan profesi halal lainnya dengan tidak menganggap
pemulung sebagai pelaku kejahatan.
Melakukan pemilahan dan menempatkan barang bekas yang dapat didaur ulang pada tempat
tertentu untuk memudahkan pengambilan dengan tidak menhamburkan dengan jenis sampah
organik dan an organik lainnya.
Melakukan pola kerjasama dengan kelompok-kelompok di masyarakat seperti dengan
kelompok PKK, RT, kompleks perumahan dengan sistem pembelian barang bekas yang dapat
didaur ulang melalui sistem Bank Sampah.
3 Sesama Pemulung dan Pengusaha Pengepul dan Bandar
Adanya organisasi yang mewadahi para pemulung, pengepul dan bandar barang bekas
sebagai wadah untuk bertukar informasi, jaminan kesehatan, pendidikan, posisi tawar dan
pembinaan terhadap anggotanya.
Membuat kode etik bagi para pemulung dalam menjalankan profesinya serta aturan main
lainnya didalam organisasi yang terbentuk.
Terbentuknya “KOPERASI PEMULUNG” yang memfasilitasi kebutuhan modal dan kebutuhan
lainnya.
Sumber : Wawancara Survei Agustus – September 2011 (diolah)
Dari survei yang dilakukan serta wawancara terhadap para pemulung maupun
pengusaha pengepul barang bekas keberadaan mereka saat ini belum ada yang mewadahi
profesi mereka sehingga sangat sulit untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang
kondisi pemulung dan pengusaha pengepulnya. Disamping itu tidak ada satu pun instancia
pemerintah yang bertanggung jawab dan secara rutin melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap kegiatan pemulung ini.
tumpukan sampah dan memperpanjang umur TPA serta mengembalikan sampah menjadi
sumberdaya (return to resource). Aktifitas pemulung menjadi aktifitas turunan dari
perlapakan, pencucian plastik, pencacahan plastik, daur ulang, bandar/pabrik terus
berkembang menjadi suatu kekuatan bisnis yang sangat besar, belum lagi kedepannya
sektor perlapakan Bering, kaleng, logam, kertas dan jenis lainnya yang belum
termanfaatkan. Dengan kontribusi yang sangat nyata tersebut sudah sewajarnya apabila
pemerintah kota maupun pemerintah pusat memberikan dukungan usaha, maupun fasilitas
yang memadai baik dari segi kesehatan, permukiman dan lingkungan serta pendidikan bagi
anak-anak peulung serta perbaikancitra dan martabat sebagai Marusia yang mempunyai
derajat dan martabat bagi manusia.
Komposting
Dikelola Swasta/Industri
PT. Tarakan Environmental Service (TES)
Dikelola di perusahaan PT. TES di Jalan Gunung Selatan dengan luas lahan 96 m2,
luas bangunan 84m2 dan jumlah sampah terolah 4.05 m3/hari.
Dikelola Masyarakat
Komposting di Kelurahan Karangrejo
Dikelola oleh BKM Indah, berupa Depo Pengolahan di skala RT/Komunal di
Kelurahan Karangrejo dengan jumlah sampah terolah 0.175 m3/hari.
3. Lingkup Kegiatan dan Area Daur Ulang dan Pengelolaan Lingkungan, dengan wilayah
Kerja: kerja meliputi Kelurahan Karangrejo.
Sampah Anorganik
Karena jumlah yang dihasilkan bukan dalam jumlah yang
besar, biasanya ibu-ibu hanya membuat saja untuk pameran
atau keperluan anak-anak sekolah. Jika ada pesanan massal
baru dikerjakan secara kolektif.
Dari beberapa responden yang dikunjungi, berikut ini salah satu hasil wawancaranya:
Aspek Bisnis
Sendiri , perputaran
4) Apakah ada hambatan regulasi atau birokrasi yang dihadapi ketika memulai bisnis?
-
5) Apakah para personel cukup memahami peraturan teknis dan standar kualitas pelayanan?
--
6) Apakah ada pelatihan khusus yang diberikan kepada para personel? Bila ada, pelatihan apa?
--
7) Ada berapa perusahaan/ individu yang juga memiliki usaha sejenis di kota ini? Sebutkan beberapa
nama perusahaan dan alamatnya (bila responden mengetahui)
8) Bila ada perusahaan / individu lain yang juga memiliki usaha sejenis di kota ini, apakah terjadi
persaingan atau sinergi? Adakah asosiasi/ organisasi sesama pengusaha sejenis?
9) Dengan pihak mana saja hubungan harus dijalin untuk memulai usaha ini?
- Bank (tetapi tidak ada kepercayaan)
10) Informasi apa saja yang harus dimiliki untuk memulai usaha ini?
- Bantuan modal
11) Apakah ada aturan khusus yang diberlakukan oleh pemda setempat untuk menjalanka bisnis ini?
12) Hal-hal apa saja yang diharapkan dapat ditangani oleh Pemda setempat agar penanganan sampah
bisa lebih baik dan kegiatan usahanya lebih lancar.
- Perlu adanya bantuan modal
- Kemudahan proses pengajuan pinjaman modal
- Adanya pembinaan dari instansi terkait
1) Apakah saja hambatan regulasi atau birokrasi yang dihadapi ketika memulai usaha
-
2) Apakah ada penerapan regulasi pada saat sudah beroperasi?
3) Adakah hambatan lain terhadap kelancaran operasi yang sebenarnya bisa dihilangkan?
1) Apa saja yang menjadi lingkup usaha pekerjaan penanganan limbah cair domestik?
Sedot tinja saja.
2) Bagaimana menentukan tarif layanan jasa? Berapa?
Berdasarkam jarak lokasi, dalam kota Rp. 350.000,- s/d Rp. 400.000,- dan luar kota
Rp. 700.000,-
3) Berapa banyak order rata-rata perhari yang ditangani?
Tidak menentu
4) Apa saja daftar inventaris peralatan utama (alat-alat yang langsung digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan: mobil, tangki tinja dan lain-lain)?
Mobil, Vakum
5) Berapakah rata-rata umumnya perolehan total pendapatan perbulan ?
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI
20 – 25 rate.
6) Apakah pendapatan operasional bisa menutupi seluruh biaya depresiasi, biaya
operaasional dan pemeliharaan serta menghasilkan keuntungan? Ada
7) Berapa keuntungan rata-rata per bulan? Rp. 4.000.000,-
8) Dimanakah tempat pembuangan limbah tinja ? di Aki Babu
9) Adakah pihak yang memanfaatkan pembuangan limbah tinja ?
Dimanfaatkan sendiri untuk pupuk.
10) Adakah usaha lain terkait penanganan limbah cair domestik?
Ada rencana untuk pemanfaatan limbah sebagai pupuk.
11) Apa yang akan/telah dilakukan dalam usaha lain tersebut, apakah ada kendala-kendala?
Sudah melakukan kerja sama dengan pihak swasta tetapi terkendala dengan dana.