Anda di halaman 1dari 41

PEMERINTAH KOTA TARAKAN

KELOMPOK KERJA SANITASI

BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

5.1 Area berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya.

Pemetaan kelurahan beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi kelurahan,


berdasarkan resiko sanitasi.
Area beresiko dibagi atas 4 klasifikasi yaitu:
• Resiko Sangat Tinggi
• Resiko Tinggi
• Resiko Sedang
• Resiko Rendah
Area ‘beresiko sangat tinggi’ adalah kelurahan -kelurahan yang dianggap memiliki
resiko kesehatan lingkungan yang tinggi karena buruknya kondisi sanitasi. Berdasarkan
informasi yang tersedia, kelurahan memiliki potensi resiko terhadap kesehatan. Apabila tidak
segera dilakukan intervensi tertentu, akan memperbesar potensi terjadinya kasus kejadian
penyakit. Hal ini perlu dibedakan dengan ‘dampak’ yang dinyatakan dengan kasus kejadian
penyakit. Oleh karenanya, angka kejadian penyakit seharusnya tidak dijadikan sebagai salah
satu indikator untuk penentuan area berisiko tinggi, sebab hal ini akan mencampurkan antara
‘risiko’ dengan ‘dampak’.
Membandingkan informasi tentang ‘resiko’ dengan ‘dampak’ yang ada di suatu
kelurahan, hasilnya bisa memberikan tambahan informasi berguna tentang penyebab
timbulnya kasus penyakit di kelurahan tersebut.
Tujuan dari Pemetaan Area Berisiko adalah memetakan area area yang memiliki
tingkat resiko sanitasi dan klasifikasi area berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan
akan menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan prioritas program pembangunan
dan pengembangan sanitasi.

5.1.1 Proses Penentuan Area Berisiko

 Data Sekunder Pengumpulan Data


 Data Primer

 Indikator sebagai variabel Analisa data


 Skoring dan pembobotan
 Analisa frekuensi, mean
weighted, diskusi kelompok
 Alternatif skenario Penentuan Area Berisiko

1
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Sedangkan Data Sekunder meliputi :

- Populasi, luas area

- Jumlah KK miskin

- Cakupan pelayanan air minum

- Jumlah jamban

- Jumlah penderita penyakit

- Luas genangan

- Jumlah sampah yang terangkut

- % wilayah terbangun

- Jumlah SPAL
Sedangkan Data Primer meliputi :

- Persepsi SKPD

- Studi EHRA

1. Proses Penentuan Area Beresiko Berdasarkan Data Sekunder

Proses penilaian, penetapan dan pemetaan terdiri dari beberapa tahap. Pada
tahap awal, proses penilaian, penetapan, dan pemetaan area berisiko dan penetapan
kawasan dilakukan sebagaimana disajikan dalam gambar dibawah ini menggunakan data
sekunder tahun 2010 (lihat Tabel 5.1) sebagai criteria, sumber dan pembobotan.

Draft Area Beresiko Identifikasi Area Tipikal


 Menyepakati Indikator yang akan  Identifikasi area tipikal
digunakan  Menggambarkan dalam peta
 Menyepakati bobot masing-masing
indicator
 Menganalisis area beresiko
 Menggambarkan dalam peta

Draft jenis penanganan &


layanan sanitasi

Penyusunan Penilaian &


Pemetaan Awal Situasi
Sanitasi Kota

2
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Tabel 5.1 Kriteria, Sumber dan Pembobotan (data sekunder)

No Data Sumber Pembobotan

1 Kepadatan penduduk Badan Pusat Statistik 5%


2 Angka Kemiskinan Badan Pusat Statistik 10%
3 Banyaknya penyakit Dinas Kesehatan 15%
4 SR dan HU air bersih PDAM, PU 12%
5 Jamban keluarga Dinas Kesehatan, PU 15%
6 Timbulan sampah BPLH, DKPP 15%
7 Wilayah terbangun BAPPEDA 6%
8 Luas area genangan BAPPEDA, PU 10%
9 Jumlah SPAL Dinas Kesehatan 12%

Setelah kriteria ditetapkan, tahap berikutnya adalah analisis awal atas


opsi/pilihan area berisiko menggunakan pendekatan multi criteria analysis dengan
mempertimbangkan aspek kemudahan, transparan, serta kebutuhan sumberdaya
manusia dan waktu untuk menganalisis.

Dalam menilai pilihan, kinerja setiap kelurahan atas kriteria diberi skor dan
pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota
Tarakan sebagaimana terlihat pada Tabel 5.2 Area Beresiko Kota Tarakan.

2. Proses Penentuan Area Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD


SKPD-SKPD terkait di Kota Tarakan yang tergabung di Pokja SANITASI
sebagai perencana dalam strategis sektor sanitasi yang akan memetakan kondisi sanitasi
Kota Tarakan saat ini. Penentuan area beresiko ini tidak hanya dilihat dari fasilitas yang
ada, cakupan dan penyediaan layanan serta informasi mengenai kelembagaan dan
keuangan tetapi juga analisis awal mengenai pemetaan area/kelurahan berisiko.
Penilaian area berisiko ini diperlukan untuk pemilihan dan pelaksanaan
intervensi-intervensi yang diperlukan oleh pemerintah kota dalam menetapkan usulan
prioritas program/kegiatan. Kesalahan untuk menciptakan sebuah proses penentuan area
yang menjadi target kegiatan telah banyak menyebabkan pendanaan bagi pembangunan
sektor sanitasi tidak dapat digunakan secara efektif bagi area-area yang memiliki tingkat
risiko sanitasi tinggi. Ada beberapa alasan, yaitu:

3
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

 Pembangunan sanitasi hanya didasarkan pada supply-driven yang membawa dampak


rendahnya efektivitas sarana dan prasarana yang terbangun.
 Pengambil keputusan tidak waspada terhadap masalah-masalah di luar batas
administratif mereka, khususnya dampak secara langsung maupun tak langsung dari
masalah sanitasi di wilayah mereka terhadap daerah disekitarnya.
 Proses pengambilan keputusan sering dipengaruhi oleh faktor-faktor kepentingan
pribadi, atau organisasi, pemberi dana, budaya dan kondisi setempat.
Oleh karena itu Persepsi SKPD dalam penentuan area beresiko ini juga
mempertimbangkan fungsi tata ruang (urban function) di masa mendatang. Adapun SKPD
yang terlibat dalam penentuan area beresiko adalah sebagai berikut :
 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tarakan
 Badan Pelaksana Lingkungan Hidup Kota Tarakan
 Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Tarakan
 Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Tarakan
 Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Tarakan
 Dinas Kesehatan Kota Tarakan
Dalam menilai pilihan, kinerja setiap kelurahan atas kriteria diberi skor dan
pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh anggota Pokja SANITASI Kota
Tarakan sebagaimana terlihat pada Tabel 5.2 Area Beresiko Kota Tarakan dan Peta .
Peta Area Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD.

3. Proses Penentuan Area Beresiko Berdasarkan Data EHRA


Tahap berikutnya adalah penilaian, penetapan dan pemetaan area berisiko
dengan menggunakan data EHRA 2011. Data dari studi EHRA ini memperlihatkan
kondisi fasilitas sanitasi dan air bersih, dan perilaku-perilaku terkait higienitas dan sanitasi
yang memiliki resiko pada kesehatan warga. Studi sanitasi yang diteliti mencakup kondisi
kesehatan meliputi ; sistem penyedian air bersih, layanan pembuangan sampah,
ketersedian jamban dan saluran pembuangan limbah dan perilaku dengan higenitas dan
sanitasi meliputi ; cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak
dan pembuangan sampah. Pelaksanaan studi EHRA ini dilaksanakan oleh Pokja
SANITASI Kota Tarakan dari Tim Penyusunan Buku Putih (white book) dan Dokumen
Study Resiko Kesehatan Lingkungan (EHRA) masing-masing kelurahan dilakukan oleh
Enumerator. Yang proses penetapan area beresiko dilakukan berdasarkan gambar di
bawah ini.

4
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Interpretasi data EHRA Menyiapkan format analisa


 Menyiapkan tabel matriks area beresiko
 Menyepakati parameter dan nilai  Merekam data EHRA ke
persentasenya dalam format rekanan data
 Mengisi tabel matriks sekunder
 Melakukan interpretasi

Bahan untuk penetapan area


berisiko

Dalam menilai pilihan, kinerja setiap kelurahan atas kriteria diberi skor dan
pembobotan yang ditetapkan sesuai kesepakatan seluruh anggota Pokja SANITASI Kota
Tarakan sebagaimana terlihat pada Tabel 5.2 Area Beresiko Kota Tarakan dan Peta .
Peta Area Beresiko Berdasarkan Data EHRA.

5.1.2 Skoring Kondisi Sanitasi Kelurahan Kota Tarakan


Data/informasi baik yang berasal dari data sekunder tahun 2010, studi EHRA
(Environmental Health Risk Assessment) tahun 2011, dan persepsi SKPD digunakan
sebagai kriteria untuk menentukan pilihan area berisiko. Opsi/pilihan dilakukan terhadap 20
kelurahan yang tersebar di 4 kecamatan.
Penilaian awal area berisiko disajikan dalam tabel matriks kinerja. Tabel 5.2.
berikut ini menjelaskan skor yang disepakati berdasarkan data sekunder, persepsi SKPD dan
hasil studi EHRA. Selain itu masih perlu ditambahkan dengan skor hasil kunjungan lapangan
jika diperlukan.
Berdasarkan hasil dari analisa data-data sekunder, persepsi SKPD, dan studi EHRA
maka diperoleh data area beresiko yang ada di Kota Tarakan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2. Area beresiko Kota Tarakan


Skor Skor
Kecamatan / Skor Skor hasil
berdasarkan berdasarkan Skor
berdasarkan kunjungan
Kelurahan persepsi data
data EHRA
ygdisepakati
lapangan
SKPD sekunder
20% 20% 60% 100%

5
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Skor Skor
Kecamatan / Skor Skor hasil
berdasarkan berdasarkan Skor
berdasarkan kunjungan
Kelurahan persepsi data
data EHRA
ygdisepakati
lapangan
SKPD sekunder

Hasil penilaian terhadap area berisiko untuk Kota Tarakan telah ditetapkan oleh
Kelompok Kerja (Pokja) SANITASI Kota Tarakan setelah membandingkan skor penilaian
terhadap data sekunder, persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) (Peta . Peta Area
Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD),dan hasil data EHRA (Peta . Peta Area Beresiko
Berdasarkan Data EHRA) yang menjadi anggota Pokja SANITASI. Maka hasil kesepakatan
yang telah dilakukan yaitu dengan melakukan pembobotan yaitu untuk persepsi SKPD
sebesar 20%, data sekunder 20% dan data EHRA 60% maka di dapat sebagaimana terlihat
pada Tabel . (Peta . Peta Area Beresiko Berdasarkan Skor Yang Disepakati), menetapkan
kelurahan yang mempunyai resiko sangat tinggi. Kelurahan-kelurahan tersebut
adalah:......................................... Sedangkan untuk kelurahan yang mempunyai resiko tinggi
sebanyak ………….. kelurahan adalah sebagai berikut: ……………………

6
Buku Putih Sanitasi Kota Tarakan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Hasil awal identifikasi area berdasarkan kepadatan populasi ini kemudian


disesuaikan dengan pemanfaatan detil ruang Kota Tarakan sebagaimana tercantum dalam
RTRW Tahun 2006-2015 untuk mendapatkan hasil akhir klasifikasi tiap kelurahan yang
disajikan dalam Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Klasifikasi Kelurahan di Kota Tarakan

KLASIFIKASI KELURAHAN
Peri- Rural
Kecamatan / Urban Seleksi dan Urutan Final
Urban
Kelurahan Pengem Future
Kepadatan
Kepadatan orang/ ha bangan Developm Lokasi
Penduduk
BWK ent
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

5.2 Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas.

5.2.1 Kajian Partisipasi Masyarakat dan Jender (PMJ)


PMJK (Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan)
adalah sebuah survai/penilaian tentang kondisi sanitasi masyarakat yang tanggap terhadap
kebutuhan. Tujuan studi PMJK adalah untuk memberikan gambaran tentang
program/proyek/layanan apa yang sudah dilakukan terkait sanitasi dan hygiene dengan
pelibatan jender dan kemiskinan, oleh (a) dinas-dinas, program dan layanan yang ada, (b)
LSM lokal, (c) kelurahan, kecamatan dan kelompok masyarakat (misalnya kegiatan atas
inisiatif masyarakat sendiri) dan (d) sektor swasta baik formal maupun informal.
Manfaat studi PMJK untuk Program Pembangunan Sanitasi adalah:
a. Terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat, dan pemerintah kota
baik laki-laki dan perempuan mengenai kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan
kebersihan;
b. Munculnya kebutuhan masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin yang
disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi;
c. Teridentifikasinya daerah setingkat Kelurahan yang berpotensi.
d. Hasil survai digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota &
Penyusunan Strategi Sanitasi Kota

5.2.2 Proses dan Tahapan Studi PMJK

• Pembentukan Tim
(berbagai kedinasan)
• Menetapkan kriteria PMJK
• Menyusun daftar
program/proyek/layanan
yang sesuai kriteria PMJK
• Menetapkan kriteria untuk
keperluan kunjungan
lapangan
• Pilih
program/proyek/layanan
untuk kunjungan lapangan
• Kunjungan lapangan:
melakukan observasi
diskusi dengan tokoh
masyarakat, perempuan
dan laki-laki serta
mendokumentasikanya
• Lakukan penilaian
terhadap kualitas dan hasil,
biaya
• Menyepakati skala yang
dibuat
• Memasukannya ke dalam
Buku Putih
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

5.2.3 Indikasi permasalahan dan opsi

Dari studi yang dilakukan terhadap proyek/program/layanan kegiatan dari


Pemerintah daerah dengan mengambil sSanitasie kegiatan Pengentasan keluarga miskin,
Kota Bersih, Indah, Aman dan Nyaman, Pengelolaan dan Pengembangan Kebersihan dan
Sanitasi Kota, 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) dan CGH, Adiwiyata, Pendidikan Lingkungan,
Program Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Program
Jamban Sehat, Posyandu/PKK, Pengembangan Kawasan Pemukiman Berwawasan
Lingkungan, Kegiatan sampah kering dan basah dan Kegiatan sampah jadi kompos terdapat
beberapa indikasi permasalahan dan opsi pengembangan yang terkait dengan PMIK.
5.2.3.1 Indikasi Permasalahan
 Pengentasan Keluarga Miskin (Gakin)
a. Hasil survey dan curah pendapat ditemukan masih banyak keluarga miskin yang
belum tercatat sehingga belum mendapat kartu gakin.
b. Masih adanya perbedaan penafsiran tentang kriteria keluarga miskin sehingga
berakibat pada kesulitan bagi pencatat keluarga miskin di lapangan. Lagipula
begitu ada kabar tentang pemberian bantuan kepada keluarga kurang mampu ada
beberapa keluarga yang ingin mendaftar sebagai gakin.
c. Pendataan gakin sering mengalami kesulitan di lapangan seperti terjadi human
error dan kesalahan mendata sehingga hasil pencatatan keluarga miskin di Kota
Tarakan jadi kurang akurat.
d. Walaupun di Tarakan banyak perusahaan-perusahaan besar namun keterlibatan
perusahaan dalam program pengentasan kemiskinan di Kota Tarakan masih
dirasakan kurang.

 Program Kota Beriman


a. Hasil observasi di beberap sudut kota ditemukan masih ada sebagian warga yang
membuang sampah di sembarang tempat seperti parit, sungai dan laut/pantai.
b. Dalam perencanaan kota, hasil survey mencatat bahwa sebagian besar warga
tidak terlibat dalam proses perencanaan kota, hanya RT dan tokoh masyarakat
yang dilibatkan.
c. Program pelayanan sampah dirasakan warga belum merata sampai ke kampung-
kampung terdalam sehingga warga merasa sudah membayar iuran sampah tetapi
tidak mendapat pelayanan yang memadai.
d. Jika diperhatikan secara seksama masih terdapat sudut-sudut kota yang terlihat
kotor dan kumuh. Ini menunjukkan tempat-tempat tersebut belum tersentuh
program-program kebersihan dan kesehatan.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

 3R dan CGH
a. Kegiatan CGH sudah mendapat apresiasi yang positif dari warga kota namun
untuk program 3R masih merupakan program percontohan di beberapa RT Kota
Tarakan.
b. Dana yang masih terbatas menjadi kendala untuk mewujudkan program 3R
kepada seluruh warga Tarakan.
c. Kegiatan 3R dan CGH masih kurang mendapatkan dukungan dari perusahan-
perusahaan yang beroperasi di Tarakan sehingga kesannya program ini milik
pemkot dan warga saja.

 Adiwiyata
a. Kegiatan Adiwiyata masih merupakan “pilot project” di beberapa sekolah terpilih
dari tingkat SD dan SLTA. Dalam pelaksanaannya yang di sekolah-sekolah masih
banyak yang perlu diperbaiki untuk memenuhi indikator Adiwiyata yang ditetapkan
oleh Jakarta.
b. Tidak semua guru yang memahami dan membantu menjalankan kegiatan ini.
Hanya guru dan siswa yang ditugasi untuk memegang tugas ini yang melakukan
tugas-tugas di sekolah-sekolah.
c. Belum ada proses transfer pengetahuan dan keahlian mengelola Adiwiyata ke
sekolah-sekolah lain.
d. Para guru, siswa dan orang tua/wali murid banyak yang belum memahami apa itu
Adiwiyata. Contoh kecil misalnya apa arti sebenarnya Adiwiyata itu? Mungkin
masih banyak yang belum tahu. Apa hubungan Adiwiyita dengan kota beriman,
pendidikan lingkungan, UKS, dst.

 Pendidikan Lingkungan
a. Kurikulum pendidikan lingkungan sudah lama diterapkan di sekolah-sekolah
Tarakan, namun demikian belum atau hampir tidak pernah melakukan updating
kurikulum dan teknis pelaksanaannya. Akibatnya pendidikan lingkungan seperti
jalan di tempat. Padahal informasi dan pengetahuan termasuk lingkungan sudah
banyak yang berubah dan berkembang.
b. Dengan semakin berkembangnya IPTEK dan berubah lingkungan saat ini,
ternyata tidak dibarengi dengan usaha-usaha peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan metodologi pengajaran siswa tentang lingkungan.
c. Pendidikan linngkungan yang penting untuk publik ternyata kurang tersosialisi
kepada public sehingga publik kurang memahami mengapa pendidikan lingkungan
menjadi kurikulum muatan lokal.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

 PHBS
a. Masih lemahnya peran pemerintah untuk memberdayakan laki-laki dan
perempuan terutama laki-laki untuk meningkatkan PHBS, kenyataannya lebih-
banyak laki-laki yang kurang peduli terhadap PHBS dibanding perempuan.
b. Dalam melakukan penyadaran tentang PHBS masih terkendala oleh kurangnya
tenaga promotor kesehatan dan alat-alat peraga kesehatan. Sehingga kampanye
PHBS untuk penyadaran masyarakat masih dirasakan berjalan cukup lambat.
c. Di lapangan ditemukan bahwa pihak perusahaan juga mempunyai program
serupa. Tapi pada kenyataannya jarang terjalin kerjasama untuk menjalankan
program serupa tersebut. Perusahaan dan pemerintah terlihat menjalankan
programnya masing-masing, akibatnya terlalu banyak waktu yang digunakan oleh
warga untuk mengikuti kegiatan yang sama atau hampir sama.

5.2.3.2 Opsi Pengembangan Sanitasi


Berikut ini adalah opsi-opsi untuk mengatasi kendala/hambatan yang dialami dan opsi
pengembangan program yang diharapkan akan lebih baik/maju.
 Pengentasan kemiskinan
a. Gunakan dukungan yang kuat dari pemkot dan bermodal kerja keras dari dinas,
camat, lurah dan RT secara optimal untuk mengurangi gakin.
b. Mungkin cara yang efektif untuk mengatasi kendala pendataan gakin adalah
membentuk tim verifikasi data gakin untuk mengecek langsung ke lapangan
terhadap data yang error. Libatkan dinas, camat, lurah dan RT untuk melakukan
pencatatan gakin yang cermat dan melakukan evaluasi hasil gakin secara berkala.
c. Mendorong Pemkot untuk mengajak perusahaan agar terlibat aktif dalam program
mengurangi gakin. Sehingga percepatan pengurangan Gakin lebih efektif dan
tepat sasaran.
d. Hindari kesalahan data gakin misalnya dilakukan oleh tim verifikasi data gakin dan
perbaiki kriteria gakin keadaaan Tarakan.

 Program Kota BAIS


a. Tingkatkan keterlibatan masyarakat denganpotensi budaya gotong royongnya dan
swadaya masyarakat dan dipadukan dengan visi pemkot dalam membangun kota
menjadi modal kuat dapat dijadikan modal mewujudkan kota yang bersih, indah,
aman dan nyama.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

b. Libatkan LSM dan perusahaan untuk berkampanye penyadaran masyarakat


terutama di kawasan pemukiman padat penduduk seperti bantaran sungai dan
tepi pantai sehingga kesadaran semakin meningkat.
c. Dalam perencanaan kota yang dilakukan oleh pemkot diharapkan lebih banyak
melibatkan stakeholder strategis untuk mengintegrasikan berbagai program
perusahaan dan program pemkot.
d. Tingkatkan kesadaran warga dan libatkan tingkatan masyarakat untuk
mengintegrasikan berbagai program kebersihan dan kesehatan yang ada.

 3R dan CGH
a. Gunakan upaya yang kuat oleh pemerintah dan didukung oleh modal swadaya
masyarakat untuk menjalankan program 3R dan CGH.
b. Program 3R hendaknya dijadikan program bagi warga, dimana selama ini masih
menjadi kegiatan percontohan di beberapa kelurahan. Dukungan yang kuat dari
masyarakat untuk mengembangkan program 3R menjadi modal utama
menjalankan program ini.
c. Harus diupayakan semaksimal mungkin agar lebih banyak perusahaan yang aktif
mendukung 3R dan CGH.

 Adiwiyata
a. Program Adiwiyata yang jadi “pilot project” dari beberapa sekolah mulai SD
hingga SLTA sudah mendapat penghargaan dan rencananya akan dibentuk tim
terpadu Adiwiyata. Dengan potensi ini sudah saatnya Adiwiyata harus
mengembangkan sayap ke sekolah-sekolah lainnya. Bila perlu dapat menjangkau
sekitar 250-an sekolah yang ada di Tarakan.
b. Dengan akan dibentuknya tim terpadu Adiwiyata maka pelaksanaan program
Adiwiyata terkoordinasi dan semua sekolah di Tarakan sudah mulai berpredikat
Adiwiyata.
c. Dengan adanya beberapa sekolah yang berprestasi di bidang Adiwiyata harus ada
proses transfer pengetahun dan keahlian ke-adiwiyata-an kepada sekolah-sekolah
lain.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

 Pendidikan lingkungan
a. Kontinuitas dukungan LSM dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran siswa
tentang pentingnya kualitas lingkungan perlu diapresiasi secara kongkret oleh
Pemkot.
b. Libatkan LSM/masyakat untuk melakukan updating kurikulum pendidikan
lingkungan termasuk metode dan teknis penyampaian kurikulum lingkungan
kepada siswa. Misal saja menghubungkan kegiatan pramuka dengan pendidikan
lingkungan.
c. Sekolah-sekolah yang berprestasi dalam bidang mengelola lingkungan harus
disosialisasikan kepada publik. Ini secara tidak langsung memberi pembelajaran
publik tentang pentingnya kualitas lingkungan.

 PHBS
a. Perlunya melibatkan laki-laki dan perempuan untuk sebagai upaya mensukseskan
program PHBS semaksimal mungkin karena hasil survey menunjukkan dalam
Rumah Tangga ditemukan bahwa suami dan istri sama-sama aktif dalam yang
dalam kegiatan kebersihan keluarga dan lingkungan sekitarnya (48% dari 100
responden rumah tangga).
b. Perlu adanya tambahan tenaga promoter kesehatan dan penambahan alat peraga
kesehatan untuk menjalankan program PHBS yang digalakkan oleh pemkot.

5.3 Komunikasi untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi


Sanitasi dan kepedulian masyarakat tidak dapat lepas dari komunikasi dimana dalam
komunikasi terdapat pengirim pesan (komunikator), media / saluran komunikasi, pesan yang
ingin disampaikan, alat / tools komunikasi yang digunakan serta sasaran komunikasi
(komunikan). Untuk itu dilakukan studi media yang merupakan salah satu studi yang dilakukan
oleh Pokja SANITASI Kota Tarakan dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku
putih merupakan rangkuman kondisi eksisting kota diharapakan dapat menyediakan semua
informasi mengenai kota termasuk mengenai media yang terdapat dikota termasuk
didalamnya preferensi media masyarakat.
Studi media bertujuan :
a. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah media
yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan
pembelajaran.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

b. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemkot dan
peluang-peluang kerjasama dengan media massa
c. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan
isu sosial lainnya
d. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi.
Adapun hasil dari studi ini adalah :
1. Sebagai salah satu bahan menyusun strategi kampanye kepedulian sanitasi
2. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi
3. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis dimasa
mendatang
4. Terinformasinya program pembangunan sanitasi kota, ISSDP dan pokja sanitasi kota
kepada nara sumber yang diwawancarai
Hasil survey dari responden yang berbasis media, perusahaan swasta dan instansi
pemerintah daerah di Tarakan yakni sebagai berikut:
A. Informasi Umum Tentang Responden
Informasi umum responden meliputi: Institusi, usia dan tingkat pendidikan
1. Institusi Responden
Responden merupakan perwakilan dari institusi target dalam survey ini, yaitu: Media (TV,
Koran dan Radio), Perusahaan Swasta yang dipilih secara random dan Instansi di
Pemerintah Kota yang relevan dengan pembangunan sanitasi.
Grafik. 5.1 Institusi Responden
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

2. Usia Responden
Responden adalah para eksekutif dari media, perusahaan swasta dan birokrat yang
semuanya masih dalam kategori usia produktif. Mayoritas responden berusia 25 – 55
tahun
Grafik.5.2 Usia Responden

3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan responden mayoritas adalah S1. Sebagian kecil ada yang lulusan SLTA,
Diploma dan 2 orang lulusan S2.
Grafik.5.3 Tingkat Pendidikan

B. PERTANYAAN UNTUK INSTANSI PEMERINTAH


1. Apa saja kegiatan komunikasi untuk masyarakat dan kegiatan pemasaran social lainnya
yang pernah dilakukan?
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Metode yang paling sering dilakukan oleh dinas/ badan adalah Sosialisasi dan paling
sedikit adalah melalui media seminar.
Berikut adalah gambaran Pemasaran Sosial yang dilakukan oleh beberapa SKPD yang
terkait dengan pengembangan sanitasi di Kota Tarakan.
Grafik 5.4. Pemasaran Sosial

Catatan;
Kampanye luar ruang termasuk didalamnya adalah penyuluhan-penyuluhan ke sekolah-sekolah

2. Isu apa saja yang diangkat?


Isu yang paling sering dan paling banyak diangkat adalah sanitasi dan sanimas (air
limbah, sampah dan B3). Beberapa isu lainnya seperti DBD, PHBS, UKS dan CGN
diangkat oleh DKK. Isu Adipura dan Adiwiyata juga diangkat oleh 3 instansi responden.
Grafik.5.5. Isu Yang Diangkat

3. Siapa saja khalayak yang dituju?


Khalayak yang dituju pada umumnya adalah masyarakat Kota Tarakan melalui kelompok-
kelompok paguyuban/KSM/PKK, melalui RT dan Kelurahan serta sekolah-sekolah. Dunia
usaha juga menjadi target tujuan penyampaian informasi sanitasi.
Grafik.5.6. Khalayak Yang Dituju
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

4. Jenis kegiatan apa saja yang dilakukan?


Kegiatan yang dilakukan adalah merupakan bentuk dari pemasaran sosial, yaitu dengan
metode sosialisasi, pembuatan brosur, kampanye luar ruang, seminar.dan penilaian
posyandu dan penilaian kebersihan tingkat RT. Jenis kegiatan ini bisa dilihat tingkatan
metode yang paling sering digunakan adalah sosialisasi (lihat grafik 1)

5. Media apa saja yang digunakan? (media massa, luar ruang, alternatif)
Media yang favorit digunakan adalah surat kabar, dengan pertimbangan efektifitas
jangkauan dan biaya yang relatif murah. Penggunaan media lainnya adalah TV, Radio
dan Internet.
Grafik.5.7 Media Yang Digunakan

6. Kalau media massa lokal yang digunakan, media massa mana saja yang diajak
kerjasama? Bagaimana bentuk kerja samanya?
Pada umumnya responden menjawab: media yang memiliki jangkauan luas. Untuk Koran
lokal adalah Tribun Kaltim dan Radar Tarakan. Sebagian responden juga menjawab;
penggunaan radio spot lebih tepat dengan system 2 arah yaitu tanya jawab.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

7. Bagaimana pengalaman kerjasama dengan sesama instansi pemerintah lainnya dalam


mengkampanyekan masalah sosial?
Lintas program sesama instansi pada dasarnya tidak pernah mengalami kesulitan.
Selama ini sudah terjalin dengan baik, terintegrasi dan saling mendukung. Biasanya
dilakukan secara periodik dengan pertemuan rutin. Yang perlu ditingkatkan adalah
koordinasi yang efisien bagi lintas sektoral.
8. Apa saja yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang
pernah dilakukan?
- Berhasilnya / terlaksananya program-program ditentukan oleh terbangunnya
komunikasi dan koordinasi yang baik
- Managemen sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan
- Perlu pengelolaan keuangan yang lebih baik
- Koordinasi dan transparansi
- Program gerakan cuci tangan pakai sabun sudah ada perubahan prilaku di sekolah
- Industri rumah tangga sebelum mendapatkan nomor register diberikan pelatihan
sertifikasi untuk jaminan keamanan distribusi makanan

C. PERTANYAAN UNTUK MEDIA


1. Apa kecendrungan berita yang diangkat oleh media ini?
Kecendrungan berita media responden adalah news (berita). Berita-berita khusus untuk
lingkungan hidup menduduki peringkat terendah. Berita umum (termasuk di dalamnya
adalah masalah kesehatan dan sanitasi) masih sangat rendah dalam hal pemberitaan
disemua level media.

Grafik. 5.8 Kecendrungan Berita


PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

.
2. Siapa segmentasi utama target audience yang dituju?
Segmen utama dari mayoritas media ini adalah pada eksekutif. Yang dimaksud para
eksekutif muda disini adalah usia muda produktif, terpelajar dan para pengambil
keputusan disemua lini/bidang.
Dari grafik dibawah, kategori lainnya menduduki segmen kedua terbesar yaitu sejumlah
25%. Yang termasuk dalam segmen ini menurut penilaian responden adalah: aparat
penegak hukum, all audience dan masyarakat umum.
Grafik. 5.9 Segmen Utama

.
3. Target audience yang ingin dicapai untuk media elektronik? Atau jumlah distribusi (oplah)
untuk media cetak? Atau jumlah pendengar/penonton/rating?
Untuk Media Elektronik (Radio dan TV);
- Target jumlah penonton 7.000 - 50.000 penonton
- Target jumlah pendengar 1.000 orang – 1 juta orang
- Oplah 8.000 – 60.000 exp/hari
- Seluruh eksekutif muda – pengambil keputusan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

- 70% dari total jumlah penduduk Kota Tarakan


4. Berapa jangkauan siar atau jangkauan distribusi? Versi siar, cetak dan online?
- Jangkauan siar radius 20 - 100 Km
- Seluruh Kota Tarakan – wilayah Kaltim
- Tarakan – KTT – Bulungan
- Seluruh Indonesia/dunia (melalui streaming)
5. Harga Iklan?
Berikut adalah daftar harga iklan dari masing-masing media.
Daftar harga iklan yang lebih detail pada beberapa media dilampirkan dalam laporan ini.
Tabel.5.4. Daftar Tarif Iklan Media
Media Nama Media Segmen Utama

Harga Unit Durasi Frekwensi Waktu Ket

Televisi Tarakan Tv 1.000.000 7Xtayang 60 Detik Perbulan

Koran/ Tribun Kaltim 27.000 permm perhari 2 warna

Media Radar Tarakan 150.000 perkolom 15 hari Iklan deret

6. Adakah ketersediaan halaman/ durasi untuk informasi kesehatan/ sanitasi? Bila ada
mengapa ada durasi tersebut? Dan bila tidak ada mengapa tidak dimunculkan?
- Tarakan Bersih; merupakan program inisiatif Tarakan TV. Memberikan informasi
kesehatan dan sanitasi kepada masyarakat. Telah disiarkan selama 10 episode
dengan durasi 10-15 menit per episode.
- Program Talkshow “Jumpa Pagi” : merupakan program inisiatif dari Tv, disiarkan
selama 1 jam dalam setiap Hari Senin Pagi.
- Green n Clean: program dari Radar Tarakan untuk kegiatan kebersihan di Kota
Tarakan, setiap hari di halaman belakang.
7. Darimana biasanya mendapatkan sumber informasi tentang kesehatan atau sanitasi?
- DKPP
- BPLH
- Rumah Sakit
- Klinik Kesehatan
- DPRD Kota
- Ahli Kesehatan Lokal
- Internet, Perpustakaan, Koran, majalah
- Pemerintah
- Universitas Borneo
- Masyarakat
- Pantauan langsung ke Lapangan
- PDAM
- Wartawan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

8. Kendala yang dihadapi dalam memperoleh data informasi tentang sanitasi?


Beberapa responden menjawab; tidak ada kendala yang cukup berarti dalam memperoleh
data tentang sanitasi.
Beberapa responden lainnya mengatakan kendala sebagai berikut;
- Janji bertemu dengan narasumber (Narasumber tidak on time)
- Kecepatan Akses data di internet
- Ketidakpahaman yang mendalam terhadap isu sanitasi
- Keterbatasan informasi tertulis
- Perhatian pemerintah minim, khususnya pembahasan tentang isu sanitasi
9. Kerjasama yang pernah dilakukan untuk program kesehatan atau sanitasi? Bagaimana
bentuknya? Dengan instansi/organisasi/ perusahaan mana saja? Berapa kali dan berapa
lama durasinya?
- “Tarakan Bersih”, bentuknya media partner dengan gratis biaya produksi.
Ditayangkan selama lebih dari 10 episode dengan durasi 10-15 menit. (kerjasama TV
Tarakan dengan Infokom Kota Tarakan)
- “Jumpa Pagi”. Bentuknya Tanya Jawab dengan durasi 60 menit dan dilakukan setiap
senin pagi. (Kerjasama Tarakan TV dengan Infokom)
- Publikasi sebagai media partner (Radar Tarakan)
- “Green n Clean” kerjasama Radar Tarakan dengan Infokom dan seluruh RT di Kota
Tarakan
- Beberapa responden menyatakan: tidak pernah/belum pernah ada kerjasama dengan
instansi lain
10. Adakah program khusus yang dibiayai oleh pemerintah/swasta untuk topik sanitasi (atau
topik kesehatan secara umum?)
- Beberapa responden menyatakan belum ada/tidak ada program khusus yang dibiayai
oleh pemerintah/swasta untuk topik sanitasi (atau topik kesehatan secara umum)
- Oleh Infokom di Tarakan TV
- Oleh DKPP di Radar Tarakan
- Tribun Kaltim dengan Pemerintah melalui media partner
- Radar Tarakan dalam tiga tahun terakhir aktif memprakarsai program Green n clean
(GnC) untuk Tarakan.
11. Bentuk kerjasama dengan media seperti apa?
- sharing budget
- sharing promosi
- media partner
- free budget (gratis), biaya produksi ditanggung TV
12. (khusus media cetak) dalam kolom opini; pernahkan ada tulisan opini dari public
(akademisi, birokrat, mahasiswa, praktisi, umum) ttg sanitasi?
- Banyak, dalam rubrik Lingkungan Hidup
- Beberapa responden menjawab belum pernah.
13. (khusus untuk media elektronik) pernahkah ada talkshow? Program khusus dengan topik
sanitasi dari instansi pemerintah/ swasta?
- Beberapa responden menjawab: belum/ tidak
- Talkshow, di danai APBD Kota dengan nama Program Jumpa Pagi (di Tarakan Tv)
14. Bagaimana pendapat anda tentang isu sanitasi yang akan diangkat melalui pendekatan
media oleh instansi pemerintah dan swasta? (efektifitas)
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

- Beberapa responden menjawab; Efektif


- Cukup efektif, terutama bila ada tolok ukur keberhasilan sanitasi lingkungan yang
bisa dijadikan contoh. Misalkan melakukan perbandingan antara satu RT dengan RT
yang lain dengan menampilkan kondisi lingkungan setempat apakah termasuk kumuh
atau bersih.
- Cukup efektif, karena radio lebih bersifat flexibel dan perlu dilibatkan dalam setiap
kegaitan kampanye sanitasi
- Cukup baik, selain agar penyampaian bisa lebih maksimal di karenakan media
memilki pangsa pasar masyarakat yang lebih dekat, juga agar bisa menambah nilai
jual media itu sendiri di kalangan masyarakat
- Cukup bagus dan harus didukung
- Sebaiknya lebih diutamakan pendekatan door to door agar masyarakat lebih mengerti
dan tahu akan pentingnya sanitasi
- 50% tepat sasaran
- Ada responden yang menjawab; kurang efektif
15. Bagaimana sebaiknya masyarakat diberitahu tentang masalah pentingnya sanitasi?
- Bila melalui media elektronik/cetak bentuknya seperti apa?
- Bagaimana agar lebih efektif? (murah, efisien dan pesan tersebut sampai ke
masyarakat)
- Iklan layanan masyarakat, talkshow atau live report dan off air
- Membuat program acara quiz dengan tema sanitasi
- Melaksanakan beberapa rangkaian event dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap sanitasi
- Sebaiknya juga dilakukan live ke pasar-pasar tradisional di Kota Tarakan
- Melaksanakan program lingkungan secara berkesinambungan terutama terkait isu
sanitasi
- Mendatangi target/ masyarakat dari rumah ke rumah (door to door)
- Program khusus melalui pesan-pesan yang disesuaikan formatnya dengan
segmentasi radio
- Agar lebih murah dan efektif sebaiknya melalui sharing budget atau kerjasama
promosi.
- Roadshow
- Gencar melakukan penyuluhan ke berbagai media secara berkesinambungan
- Sosialisasi dan aksi yang melibatkan masyarakat
- Pemutaran film tentang sanitasi
- Edukasi melalui pemberitaan media
- Kampanye sanitasi dengan beriklan di media
- Menyesuaikan dengan peristiwa atau momen yang terkait dengan sanitasi
- Mengangkat issue demam berdarah, longsor dan banjir
- Iklan display – advertorial
- Pendampingan/ Penyuluhan
- Sosialisasi
- Monitoring program sanitasi
- Program kampung sehat menghadirkan dokter untuk pemeriksaan kesehatan gratis
dan penyuluhan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

16. Peluang kerjasama seperti apa yang bisa dikembangkan untuk dapat meningkatkan
kebutuhan layanan sanitasi yang layak bagi pemerintah daerah dan masyarakat?
- Iklan layanan masyarakat, talkshow atau live report
- Penyuluhan dan himbauan kepada masyarakat lebih bresifat proaktif yakni dengan
melakukan roadshow
- Program edukasi dengan metode penyuluhan, praktek dan roadshow
- Kerjasama promosi dengan media
- Tulisan kontinyu di media
- Menciptakan isu uo to date tentang lingkungan
- Informasi dan publikasi
- Workshop tentang sanitasi dengan melibatkan kelompok masyarakat, NGO, dan
pihak swasta
- Sosialisasi dari Pemerintah dan NGO
- Memperbanyak poster
- Hotline Media

D. PERTANYAAN UNTUK SWASTA


1. Pengeluaran kantor selama satu bulan terakhir?
- Semua responden menjawab lebih dari Rp 30 juta,-
2. Pengeluaran untuk biaya utilitas? (air, telp, listrik, dll) selama satu bulan terakhir?
- Semua responden swasta menjawab lebih dari Rp 7 Juta,-
3. Adakah alokasi biaya pemasaran untuk mensponsori kegiatan tertentu (misalnya
pelatihan) dan untuk iklan layanan masyarakat, khususnya untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat pada sanitasi? Bila ada sampai skala berapa ?
- Semua responden menjawab ada alokasi biaya pemasaran untuk mensponsori
kegiatan pelatihan maupun iklan layanan masyarakat.
- Kegiatan lebih banyak pada kampanye permasalahan kota khususnya masalah
persampahan untuk dikelola sampai melewati tahap 3 R (Recycle, Reuse, Reduce).
- Alokasi Pendanaan untuk itu semua responden menjawab lebih dari Rp 200 Juta,-
4. Pernahkah mensponsori kegiatan atau melakukan pemasangan iklan layanan
masyarakat? Untuk produk apa dan kapan (tahun berapa) ?
- Semua responden menjawab pernah melakukan pemasangan iklan layanan
masyarakat.
- Produk yang diiklankan diantaranya adalah :
o lalu lintas dan hemat energy pada tahun 2009 -2010
o Penghijauan kawasan kota pada tahun 2007 – 2009
o Pendidikan anak untuk bersekolah 9 tahun 2007 – 2008
5. Apakah bersedia mensponsori kegiatan yang terkait dengan program sanitasi dan atau
melakukan pemasangan iklan layanan masyarakat untuk menggugah kepedulian
masyarakat bagi peningkatan kualitas sanitasi ?
- Semua jawaban responden mengatakan memungkinkan asalkan sesuai dengan visi
dan misi perusahaan.

E. Kesimpulan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Pada umumnya media elektronik dan media cetak di Kota Tarakan merespon secara
positif upaya untuk mengkampanyekan isu pembangunan sanitasi melalui media dengan
kolaborasi program pemerintah kota dan perusahaan swasta.
Pada tataran SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tarakan yang selama ini banyak
bersentuhan secara langsung pada isu pembangunan sanitasi, terlihat adanya kebutuhan
akan peningkatan sumberdaya manusia yang akan disiapkan mendesain sebuah program
kampanye dan kemampuan menjaring dukungan dan menggalang sinergi dari berbagai pihak
untuk mendukung misi pembangunan sanitasi yang diemban oleh badan/ instansi pemerintah
kota sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Pada tataran pihak swasta program yang diajukan menyesuaikan dengan visi dan misi
perusahaan dan sepertinya program CSR (Corporate Social Responsibility) bisa menjadi
pertimbangan untuk meminta dukungan dalam kesuksesan program Sanitasi di Kota
Tarakan.

5.4 Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi.

5.4.1 Subsektor Limbah Padat dan Cair


Keterlibatan Perusahaan Swasta
Sebagaimana di kota-kota lain, inisiatif pihak swasta dalam limbah padat dan cair
sudah bermunculan dengan sendirinya karena mereka melihat adanya peluang bisnis.
Melalui pemulung atau penjual langsung, mereka mengumpulkan limbah padat dan cair baik
yang bersumber dari rumah tangga maupun dari fasilitas umum dan kawasan bisnis (hotel,
restoran dll) yang memiliki nilai jual. Sejauh ini sudah ada interaksi formal antara Badan
Pelaksana Lingkungan Hidup dengan para pelaku bisnis terkait pengelolaan limbah tersebut.
Untuk pengusaha daur ulang limbah padat dan cair yang berhasil di ifrntifikasi adalah PT.
Tarakan Environmental Services (TES). Dari perusahaan satu-satunya perusahaan swasta
yang menangani limbah cair dan padat ini hasil wawancaranya adalah sebagai berikut:

1. Bidang Usaha Pengelolaan Barang Bekas Daur Ulang &


Penyimpanan Sementara Limbah B3
2. Nama Perusahaan (bila berbadan hukum) PT. Tarakan Environmentan Services
3. Nama Penanggung Jawab / Direktur Irawan Hadi, ST
4. Alamat Jl. Mulawarman No. 12 RT 23 Tarakan
5. Telepon 30551
6. Mulai menjalankan usaha 2007
7. Area Kerja Tarakan
8. Jumlah Personel
a. Tenaga langsung 45 orang
b. Tenaga tidak langsung 10 orang
9. Lingkup usaha (bisa dipilih lebih dari satu) Pengelolaan Barang Bekas Daur Ulang &
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Penyimpanan Sementara Limbah B3

Penilaian Kapasitas Usaha


1) Jumlah dan ukuran peralatan yang dimiliki/dioperasikan?
Ada 3 yaitu :
- Alat Pencacah sampah ( ± 4 m3/hari)
- Compactor (± 6 m3/trip)
- Dump Truck (± 4m3/trip)
2) Jumlah tenaga kerja
75 orang
3) Modal investasi pada saat pendirian:
Rp. 3.250.000.000,-
4) Nilai Kekayaan Perusahaan pada saat ini:
Rp. 6.811.960.538,-
5) Tipe Sampah/barang bekas yang di daur ulang (recycle)
Sampah Organik
6)
No. Jenis Barang Volume rata2 Harga Beli/ Harga Jual/ Keterangan
Bekas per bulan Kg (Rp) Kg
1. Logam 0,663 ton -- -- --
2. Kertas 0,09 ton -- -- --
3. Plastik 0,24 ton -- -- --
4.

7) Asal Sampah/barang bekas.


Klien PT. TES
8) Produk hasil olahan yang dihasilkan (apabila menjalankan kegiatan produksi?
Kompos.
9) Tempat menjual material yang sudah dikumpulkan/ produk yang dihasilkan:
Belum dilakukan

Aspek Bisnis

1) Apakah ada alternative usaha lain yang dijalankan?


Penampung dan penyimpanan sementara limbah B3
2) Apakah sebelum saat pendirian, dilakukan kajian kelayakan bisnis?
Tidak ada.
3) Dari mana modal awal usaha dan modal selanjutnya diperoleh? Saham
4) Apakah ada hambatan regulasi atau birokrasi yang dihadapi ketika memulai bisnis?

- Kurangnya sosialisasi regulasi tentang bisnis ini,


- Birokrasi dan biaya perizinan tidak transparan
- Lamanya waktu proses perijinan yang akan diterbitkan.
5) Apakah para personel cukup memahami peraturan teknis dan standar kualitas pelayanan? Iya
6) Apakah ada pelatihan khusus yang diberikan kepada para personel? Bila ada, pelatihan apa?
Ada, pelatihan Pengelolaan Persampahan oleh BPLH Kota Tarakan, Pengolahan Limbah B3,
Gerakan Efektif Masyarakat Membudayakan K3, dll.
7) Ada berapa perusahaan/ individu yang juga memiliki usaha sejenis di kota ini? Sebutkan beberapa
nama perusahaan dan alamatnya (bila responden mengetahui)
Semoga Jaya, Sempurna dan Blang Panjang
8) Bila ada perusahaan / individu lain yang juga memiliki usaha sejenis di kota ini, apakah terjadi
persaingan atau sinergi? Adakah asosiasi/ organisasi sesama pengusaha sejenis?
Persaingan, tidak ada organisasi.
9) Dengan pihak mana saja hubungan harus dijalin untuk memulai usaha ini?
- Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Tarakan
- Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
- Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP)
- Dinas Perhubungan Darat
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

10) Informasi apa saja yang harus dimiliki untuk memulai usaha ini?
- Sumber limbah/sampah/barang bekas daur ulang
- Jenisnya
- Volumenya
11) Apakah ada aturan khusus yang diberlakukan oleh pemda setempat untuk menjalanka bisnis ini?
Peraturan Daerah No. tahun 2008
12) Hal-hal apa saja yang diharapkan dapat ditangani oleh Pemda setempat agar penanganan sampah
bisa lebih baik dan kegiatan usahanya lebih lancar.
- Teknologi terpadu tepat guna
- Melibatkan pihak swasta

Kendala yang pernah atau sedang di hadapi

1) Apakah saja hambatan regulasi atau birokrasi yang dihadapi ketika memulai usaha
- Kurangnya sosialisasi regulasi tentang bisnis ini.
- Birokrasi dan biaya perizinan tidak transparan
- Lamanya waktu proses perizinan yang akan di terbitkan.
2) Apakah ada penerapan regulasi pada saat sudah beroperasi?
Sudah ada penerapan regulasi
3) Adakah hambatan lain terhadap kelancaran operasi yang sebenarnya bisa dihilangkan?
Ada,
- Melakukan sosialisasi regulasi tentang bisnis ini
- Birokrasi dan biaya perizinan bisa transparan
- Lamanya waktu proses perizinan yang akan diterbitkan.

Pemasangan Iklan

1) Nama dan alamat kantor cabang perusahaan


Tidak ada kantor cabang
2) Adakah alokasi biaya pemasaran untuk mensponsori kegiatan tertentu (misalnya pelatihan) dan
untuk iklan layanan masyarakat, khususnya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat pada
sanitasi? Bila ada, sampai skala berapa rupiah?
± 10 juta rupiah.
3) Pernahkan mensponsori kegiatan atau melakukan pemasangan iklan layanan masyarakat? Untuk
produk apa dan kapan?
Pernah, slogan Anti Narkoba,Perayaan Ulang Tahun Kota Tarakan (Desember 2010)
4) Apakah bersedia mensponsori kegiatan terkait program sanitasi dan/atau melakukan pemasangan
iklan layanan masyarakat, untuk menggugah kepedulian masyarakat bagi peningkatan kualitas
sanitasi.? Iya Bersedia.

5.4.2 Subsektor Limbah Padat / Sampah

Produksi Barang Bekas Daur Ulang

 Profil Pengusaha Penampung (Pengepul)


Dari data yang ada bahwa terdapat sekitar 33 - 35% sampah padat /domestik
Tarakan. Dari 33 - 35% inilah yang menjadi lahan bagi pemulung dan pengusaha
pengumpul bahan/barang bekas menggantungkan hidupnya dengan melakukan pemilahan
dan pemilihan lagi terhadap barang-barang yang masih mempunyai nilai ekonomi untuk
dapat diolah lebih lanjut.
Keberadaan pemulung dan pengepul barang bekas adalah sebuah mata rantai
yang saling terkait satu dengan lainnya dan saling membutuhkan. Tumpukan sampah yang
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

masih mempunyai nilai manfaat untuk dapat didaur ulang kemudian oleh pemulung dipilah-
pilah berdasarkan bahan dan jenisnya dan dikelompokkkan selanjutnya dalam jumlah
tertentu akan dibawa ke pengepul dan dilakukan perlakuan lebih lanjut seperti pembersihan,
pengelompokkan lebih kecil, pengepakan bahkan dilakukan proses lanjutan seperti
pencacahan (seperti jenis plastik) dan dilakukan pengiriman ke industri pengolahan daur
ulang.
Berdasarkan Survei yang dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 terhadap
para pemulung dan pengepul barang bekas di Tarakan terdapat tiga katagori Status Sosial :
Pemulung, Pengepul (Bandar Kecil) dan Bandar Besar. Gambaran mengenai Karakteristik
dari masing masing-masing status katagori tersebut dapat dilihat pada tabel ...... Dari tabel
tersebut terlihat bahwa struktur yang ada mengikuti bentuk piramida. Ini berarti pemulung
merupakan komunitas terbesar di Tarakan diikuti oleh pengepul dan pada posisi puncak
adalah Bandar besar.

Tabel 5.5. Status Sosial, Karakteristik dan Populasi masing-masing Strata di Tarakan
LAPISAN (STATUS) KARAKTERISTIK POPULASI
SOSIAL
BANDAR BESAR  Memiliki modal usaha berkisar lebih dari Rp 100 15- 20 orang
juta
 Kapasitas penampungan/pembelian dari
pemulung/pengepul lebih dari 5 ton perhari
 Memiliki tenaga tetap lebih dari 10 orang
 Memiliki gudang penyimpanan barang lebih dari
500 meter persegi.
 Memiliki lapak penampungan yang luas
 Memiliki kendaraan operasional berupa Truk atau
Pick Up lebih dari satu buah
 Umumnya menentukan nilai harga beli barang
bekas dari pengepul

PENGEPUL (BANDAR  Memiliki modal usaha berkisar lebih dari Rp 10 – 35 - 40 orang
KECIL) 100 Juta
 Kapasitas penampungan/pembelian dari
pemulung/pengepul lebih dari 100 – 1000 Kg
perhari
 Memiliki tenaga tetap lebih dari 2 orang
 Memiliki gudang penyimpanan barang kurang dari
500 meter persegi.
 Memiliki lapak penampungan yang tidak terlalu luas
 Memiliki kendaraan operasional berupa Pick Up
rata-rata satu buah dan kendaraan roda dua
 Sebahagian mempunyai anak buah pemulung yang
bekerja untuk pengepul diatas 5 orang yang
segalakeperluan ditanggung pengepul.
 Sebagian kecil melakukan pengiriman langsung ke
pabrik daur ulang dan sebgain besar menjualnya
kembali ke Bandar
PEMULUNG  Berdasarkan area kerjanya pemulung ada yang 200 -300 orang
menetap di sekitarTPA/TPS dan ada yang secara
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

LAPISAN (STATUS) KARAKTERISTIK POPULASI


SOSIAL
mandiri mengumpulkan barang bekas keliling kota.
 Pada umumnya tidak memiliki modal, namun modal
yang ada berupa sepeda motor, gerobak atau
dengan menggunakan karung dengan berjalan kaki
 Sebagian bekerja sebagai buruh/anak buah dari
pengepul/bandar yang melakukan kegiatan
pemulungan sampah plastik, kertas, botol maupun
logam lainnya dengan sistem target.
 Sebagian lagi bekerja secara mandiri dengan
dengan menggunakan sepeda motor, gerobak atau
karung tanpa ada keterikatan dengan pengepul
(bebas melakukan penjualan) dan bersifat mandiri.
Sumber : Survei Agustus-September ( diolah))2011

Bidang Usaha
Pengusaha pengumpul barang bekas yang ada di Kota Tarakan sebagian besar
merupakan pengusaha informal tanpa adanya status badan hukum yang jelas dengan modal
pribadi meskipun ada sebagian kecil merupakan modal bersama. Para pengusaha ini
tersebar di seluruh wilayah Tarakan dan sebagian besar terkonsentrasi pada wilayah Timur
Kota Tarakan. Seperti di ketahui di wilayah tersebut tingkat kepadatan penduduk masih
rendah dan TPA berada di wilayah itu.

Tabel 5.6. Lokasi Penyebaran Pemulung dan Pengepul barang Bekas


KECAMATAN LOKASI





Sumber : Survei Agustus – September 2011

Keberadaan para pengumpul barang bekas ini pada umumnya mereka memulai
usaha setelah tahun 2000 saat krisis ekonomi terjadi dimana banyak terjadi pengangguran
dan pilihan pekerjaan selanjutnya adalah diawali menjadi pemulung barang-barang bekas
dan dengan kerja keras mereka meningkat menjadi seorang pengepul maupun bandar
barang bekas.
Kegiatan Pemulung dan pengumpul barang bekas yang ada di Tarakan melakukan
aktivitasnya hampir semuanya berada di wilayah Tarakan, namun ada beberapa pengepul
besar yang melakukan aktivitas pengumpulanbarang bekas sampai kewilayah Bulungan.
Pada umumnya mereka menampung hampir semua barang bekas yang dapat didaur ulang
seperti plastik, kertas/kardus, logam (termasuk kaleng, seng dsb) dan karet (ban, spatu,
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

sandal dsb), sebagian yang lain mempunyai spesialisasi tersendiri seperti khusus kertas
saja, besi saja, plastik saja, drum plastik/besi, ban mobil/motor, botol bekas (minuman,
kecap, saus, miras dll). Dan biasanya mereka yang khusus mengumpulkan baang tertentu
tersebut lebih detil melakukan pemilahan sesuai dengan kebutuhan pabrik atau
konsumennya.
Dari survei yang dilakukan bulan Agustus – September 2011 kepada 40 orang
pengusaha pengumpul barang bekas di Tarakan

Tabel 5.7. Bidang Usaha Pengumpul barang bekas


NO JENIS BARANG YANG DIKUMPULKAN JUMLAH
1 Campuran (Logam, kertas,kardus, plastik, accu, botol dll) 25
2 Khusus Logam 5
3 Khusus Plastik 3
4 Khusus Kertas 3
5 Khusus Drum 2
6 Kaleng Bekas/Seng 1
7 Karet / Ban 1
Sumber : Survei Agusus - September 2011
Kapasitas Usaha
Sebagian besar pengepul atau bandar kecil mempekerjakan 1 – 2 orang pekerja tetap
dan dibantu oleh beberapa orang tenaga tidak tetap yang membantu pekerjaan. Selain itu
pula ada beberapa pengusaha yang mempekerjakan lebih dari 10 orang tenaga pemulung
untuk mencari barang bekas dengan sistem target setiap harinya setiap orang harus
mendapatkan barang bekas senilai Rp 65.000,- sampai Rp 80.000,- setiap hari, dengan
segala kebutuhan seperti tempat tinggal, makan, rokok dan kebutuhan operasionalnya
disediakan oleh pengusaha.
Pada pengusaha produksi barang bekas daur ulang seperti pengusaha pencacah biji
plastik ataupun pengusaha pembuat kotak telur lebih banyak lagi menggunakan tenaga kerja
khususnya untuk operasional kegiatan pabrik, mulai sortir/pemilahan, pencucian,
penjemuran, pencacahan/peleburan, pencetakan, pengemasan sampai pada tahap
pemasaran.
Seluruh pengusaha pengepul biasanya memiliki satu sampai dua buah kendaran
operasional berupa Pick Up untuk mencari barang bekas dan beberapa pengepul kecil
berupa kendaraan roda dua. Setelah baang dikumpulkan dan dikelompokkan serta di kemas
maka selanjutnya untk keperluan pengiriman kepada bandar besar atau ke pabrik daur ulang
sebagian besar menggunakan jasa ekspedisi berupa Kontainer dan sebagian lagi
memanfaatkan jasa transportasi Truck untuk mengirimkan barangnya.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Selain kendaraan peralatan lain yang wajib dimiliki adalah timbangan barang paling
kecil dengan kapasitas 200 – 500 Kg, kemudian pada pengepul besar memiliki alat
pengepres kertas atau besi yang digunakan untuk mempermudah proses pengemasan.
Disamping itu pula fasilitas lahan penumpukan barang pada ruang terbuka maupun berupa
gudang dengan luas bervariasi antara 200 -500 meter persegi meskipun ada beberapa
pengusaha yang memiliki gudang penumpukan lebih besar lagi.
Barang-barang yang dikumpulkan dari pemulung oleh pengepul dan selanjutnya ke
bandar barang bekas secara periodik dilakukan pengiriman ke pabrik pengolah daur ulang
dengan menggunakan kontainer maupun truck. Tujuan pengiriman pengusaha asal Tarakan
dari survei yang dilakukan baik itu berupa biji plastik, kertas maupun logam semuanya
menuju pelabuhan Surabaya untuk selanjutnya di kirim kembali ke pabrik pengolah di Kota
Mojokerto, Sidoarjo maupun ke Gresik bergantung kepada lokasi pabrik berada dan
perhitungan harga beli masing-masing pabrik.
Untuk pengusaha pembuat kotak/piring telur seluruh produk yang dihasilkan sekitar
8000 lembar perharinya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan peternak ayam petelur
maupu pedagang telur yang ada di Kota Tarakan dan sekitarnya.

Volume Produk
Tabel 5.8. Volume Produk Bulanan dan Rata-rata Harian dan Penjualan
( Survei terhadap 60 responden )
Volume produk yang Volume Volume Harga Beli Harga Jual
No Jenis dikumpulkan selama Rata-rata harian Rata-rata (Rata-rata) (Rata-rata)
satu bulan ( Kg ) (Kg) bandar (Kg) Rp Rp
1 PLASTIK
Botol PET 58.480 1.949,33 1.329 1.200 2.000
Gelas PP 52.740 1.758 1.199 2.700 3.500
Plastik Keras 52.410 1.747 1.191 2.200 3.200
163.630 5.454,33 3.719
2 KERTAS
Kertas Putih 34.750 1.158,33 869 1.000 1.500
Kertas Warna 35.340 1.178 884 1.000 1.500
Kardus 63.480 2.116 1.587 9.000 2.500
133.570 4.452,33 3.340
3 LOGAM
Besi 184.005 6.133,5 3,680 2.100 2.500
Tembaga 1.616 53,87 32 4.5000 50.000
Alumunium 6.912 230,40 138 10.000 12.000
Kuningan 923 30,77 18 27.000 32.000
193.456 6.448,53 3.868
JUMLAH 490.456 16.355,2 10.927

Sumber : Survei Agustus – September 2011


Dari data diatas terlihat bahwa setiap harinya barang bekas yang dikumpulkan oleh
para pengepul dan bandar barang bekas melalui para pemulung diperkirakan minimal
sebanyak 16.355,2 Kg atau sekitar 16 ton lebih. Ini berarti sampah yang berhasil dikurangi
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

oleh para pemulung setiap harinya dari sekitar 350 ton sampah yang dihasilkan Kota
Tarakan sebanyak 5% terdiri dari sampah Plastik, sampah kertas dan logam. Ini belum
termasuk jenis sampah lain yang dilakukan oleh para pengusaha pengepul untuk jenis
barang-bekas tertentu seperti karet (ban sepeda motor/mobil), Drum bekas, kaleng maupun
seng bekas, sepatu/sandal bekas dan jenis barang lainnya.

Rantai Tataniaga Produk


Rantai Tataniaga bahan/barang bekas mulai dari pemulung hingga sampai ke pabrik
pengolahan cukup panjang. Rantai ini melibatkan sejumlah pelaku terpisah dengan berbagai
tingkatan. Pada tingkat paling bawah terdapat pemulung, pada tingkat lebih tinggi terdiri dari
sejumlah pengepul kecil, pengepul besar dan sampai akhirnya kepada Bandar besar yang
akan berhubungan langsung dengan pabrik atau produsen akhir.

Namun pada beberapa Pengepul atau Bandar yang bermodal besar yang mempunyai
karyawan yang bertugas sebagai pemulung tidak langsung mengikuti rantai tersebut.
Pengepul ini mulai dari proses pencarian barang bekas oleh pekerjanya, pemilahan, sampai
pada proses pengemasan dan pengiriman langsung ditangani sendiri oleh pengepul
sehingga rantai produksi /tataniaga telah dipangkas.

Gambar 2. Tahapan Kegiatan dan Rantai Tataniaga

PABRIK DAUR
PEMULUNG PENGEPUL BANDAR ULANG

 Mencari,  Menimbang,  Menimbang,


mengumpulkan Membeli barang membeli barang
dan memilah bekas dari bekas dari
barang bekas pemulung pengepul
dari sampah.  Memilah,  Mengemas dan
 Dilakukan di mengemas dan menampung
seluruh kota menampung  Mengirim dengan
(TPS, TPA,  Dilakukan di lapak kontainer/truck ke
Perumahan, pengepul pabrik
pertokoan dll)

Tingkat harga rata-rata perkilogram produk hasil pemulungan tingkat pemulung,


pengepul hingga bandar besar sangat jauh berbeda. Meskipun pada tingkat pengepul dan
bandar proses yang dilakukan untuk menciptakan kualitas yang lebih tinggi pada produk
pulungan yang telah dibeli dari pemulung. Karena itu perolehan marjin yang cukup tinggi
pada level bandar sesungguhnya pada satu sisi berasal dari pengetahuan mereka yang lebih
akurat mengenai perkembangan harga pasar di level pasar lebih tinggi dan kemampuan
mereka dengan jumlah modal tertentu.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

 Aspek Bisnis
Dari hasil yang dilakukan terhadap para pengepul dan bandar barang bekas, bidang
usaha pengumpulan barang bekas yang telah mereka lakukan ini nampaknya merupakan
bidang usaha yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Bisnis yang mereka lakukan
menjadi bisnis utama tanpa ada usaha sampingan atau usaha lainnya untuk menopang
kehidupannya, namun ada beberapa orang yang memanfaatkan keahlian yang dimiliki atau
aset usaha yang dimiliki untuk melakukan kerja sambilan. Ada beberapa pengusaha yang
memiliki keahlian mengelas membuka bengkel las dengan memanfaatkan bei-besi hasil
pemulungan yang masih baik dan bisa dimanfaatkan untuk membuat barang-barang tertentu.
Demikian pula pengusaha yang mempunyai kendaran berupa Pick Up pengangkut barang
juga diwaktu tidak digunakan untuk mengangkut barang hasil pemulungan disewakan
kepada orang lain yang membutuhkan jasa angkutan barang.

Kebutuhan Modal Awal


Kebanyakan pengusaha pengepul barang bekas yang ada berangkat dari modal awal
yang minim dari modal sendiri dan sebelumnya sudah mempunyai latar belakang sebagai
pemulung. Modal awal yang mereka gunakan untuk usaha ini berkisar Rp 5 juta sampai
dengan Rp 15 juta untuk membeli barang-barang hasil pencarian para pemulung yang
kemudian mereka putar dan kelola sampai akhirnya mereka mempunyai modal yang cukup
untuk mengembangkan usahanya. Untuk kelompok ini biasanya mereka tidak melakukan
kajian kelayakan bisnis untuk memulai usahanya, mereka berangkat dari pengalaman
sebagai pemulung sebelumnya serta keberanian dan keuletan dalam menjalankan
usahanya.
Sebagian pengepul dan bandar lain memulai usahanya dengan modal antara Rp 100
juta sampai dengan Rp 200 juta digunakan untuk membeli barang dari hasil pencarian para
pemulung dan juga digunakan untuk menyewa lahan penumpukan dan membeli sebuah
mobil Pick Up bekas untuk kendaraan operasional mengangkut barang-barang hasil dari
pemulung yang jauh dari lokasi pengepul dan bandar.
Sedangkan untuk kelompok pengepul besar dan bandar modal yang mereka
gunakan untuk memulai usahanya berkisar antara Rp 300 juta keatas digunakan untuk
membeli lahan penumpukan maupun membuat gudang penampungan barang bekas. Modal
yang mereka gunakan berasal dari gabungan beberapa orang untuk memulai menjalankan
usahanya. Untuk kelompok ini mereka biasanya telah melakukan kajian kelayakan usaha
mulai dari sumber bahan baku, tingkat harga, proses perizinan, ekspedisi barang hingga
informasi mengenai kebutuhan dan informasi harga dari pabrik daur ulang. Selain digunakan
untuk membeli barang dari pemulung maupun pengepul kecil modal yang digunakan untuk
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

menyewa atau membeli lahan penampungan juga digunakan untuk membangun gudang dan
kendaraan operasional seperti Pick Up dan Truck untuk kegiatan usahanya.
Untuk memulai usahanya para pengusaha yang melakukan produksi dari bahan
barang bekas untuk didaur ulang jauh lebih besar lagi membutuhkan modal awalnya, dari
beberapa pengusaha mereka mengeluarkan dana lebih dari Rp 1,5 milyar. Seperti usaha
pencacahan plastik bekas menjadi biji plastik dan pengusaha pembuat piring / kotak telur
modal awal tersebut digunakan untuk membangun bangunan pabrik, membeli mesin-mesin
pengolah, membeli bahan baku dan menggaji karyawan yang berjumlah diatas 20 orang
serta keperluan operasional lainnya.

Pelatihan Bagi Pekerja

Para pekerja yang bekerja pada pengusaha pengepul dan bandar umumnya tidak
mendapatkan pelatihan secara khusus, karena memang keahlian yang dibutuhkan untuk
bidang usaha ini tidak diperlukan secara khusus. Kegiatan memilah, menimbang dan
mengangkut barang keterampilannya diajarkan secara langsung oleh pemilik usahanya
kepada para pekerjanya. Sedangkan untuk pekerja pada usaha produksi pengolah bahan
bekas seperti pencacah biji plastik dan pembuat piring telur beberpa pekerja memang
diberikan pelatihan secara khusus untuk mengoperasikan mesin pengolahnya di pabrik
pembuat mesinnya, setelah itu mereka kembali dan mengajarkan dan melatih pekerja lain
yang ada di pabrik pengolah.

Kerjasama dan Persaingan Usaha


Usaha atau bisnis barang bekas merupakan usaha yang unik, usaha ini dilakukan
dengan memilah dan mengumpulkan barang bekas dari sampah yang ada di perumahan,
pertokoan, pasar dan pertokoan, industri dan sebagainya tanpa menggunakan input yang
beragam seperti usaha lain. Para pengusaha membeli barang hasil pemulungan dari para
pemulung dan menjualnya kembali ke bandar atau ke pabrik pengolah.
Persaingan yang terjadi untuk tingkat pemulung biasanya pada wilayah operasi kerja
mereka. Untuk Kota Tarakan yang mempunyai jadwal pembuangan sampah pukul 17.00
sore sampai dengan 03.00 pagi meyebabkan terkumpulnya sampah pada jam tersebut
sehingga para pemulung akan saling berlomba untuk memperebutkan barang bekas dari
TPS – TPS yang ada. Sehingga para pemulung akan mencari TPS lain yang belum didatangi
oleh pemulung lain. Sehingga faktor kecepatan (apakah menggunakan sepeda motor,
sepeda atau gerobak) serta ketahanan dan kemampuan fisik akan menentukan seberapa
banyak mereka akan memperoleh/mengumpulkan barang-barang sampah yang masih
memiliki nilai ekonomi.
Pada tingkat pengepul dan bandar persaingan yang terjadi adalah pada jumlah barang
pengumpulan dari para pemulung dan harga. Persaingan yang terjadi relatif pada batas yang
wajar dalam arti tidak terjadi praktek-praktek kecurangan yang mencolok. Masing-masing
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

pengepul memberikan tingkat harga yang relatif sama bergantung pada tingkat perhitungan
keuntungan pengepul kepada para pemulung yang menjual barangnya kepada para
pengepul maupun bandar.
Kerjasama yang terjadi antara pemulung dan pengepul dan bandar umumnya dalam ikatan
jual beli yang dilakukan tanpa ada ikatan apapun artinya para pemulung atau pengepul
bebas melakukan transaksi penjualan kepada pengepul atau bandar yang diinginkan,
tergantung pada kesepakatan harga yang ditawarkan. Namun pada beberapa pengepul
maupun bandar yang mempekerjakan pemulung sebagai anak buahnya sehingga semua
hasil perolehan dari memulung harus disetor kepada pengepul maupun bandar dengan
harga yang sudah ditentukan pengepul maupun bandar. Demikian pula dengan pemulung
yang mempunyai keterikatan dengan pengepul maupun bandar berupa pinjaman atau utang
maka penjualan barang hasil memulung juga diserahkan kepada bandar yang bersangkutan.
Pola kerjasama yang dilakukan antar sesama pengepul maupun bandar banyak dilakukan
berupa pertukaran informasi harga ditingkat bandar maupun informasi harga ditingat pabrik
daur ulang untuk mendapatkan informasi harga terbaik diantara beberapa bandar maupun
pabrik. Disamping itu kerjasama juga dilakukan dalam pengiriman barang ke pabrik pengolah
daur ulang. Biasanya dilakukan oleh pengepul atau bandar secara bersama untuk menekan
harga jasa ekspedisi maupun untuk memenuhi kebutuhan barang tertentu yang diminta oleh
pabrik.
Demikian pula Bandar sering bekerja sama dengan pengepul maupun sesama bandar dalam
bentuk pemberian modal untuk pembelian barang dari pengepul kecil maupun dari
perusahaan atau industri yang pailit atau menjual limbah industrinya.

 Hambatan Yang Dialami Para Pengusaha

Dari hasil wawancara dengan para pengusaha pengepul maupun bandar barang bekas
ternyata untuk memulai usaha ini sebagian besar tidak mempunyai hambatan dalam
memulai usahanya terutama dalam regulasi maupun birokrasi yang diterapkan oleh
pemerintah Kota Tarakan. Sebagian besar para pengusaha ini tidak berbadan hukum dalam
status usahanya sehingga pada saat mendirikan tidak ada persyaratan khusus yang diminta
oleh pemerintah kota. Namun dalam perkembangannya setelah usaha mereka berjalan dan
ingin mengembangkan usahanya dengan menambah modal usaha melalui jasa perbankan,
maka mereka mencoba untuk melakukan pendekatan ternyata banyak ditemukan kendala
dalam pengurusannya. Berikut beberapa identifikasi yang ditemui oleh para pengusaha dari
aspek perizinan dan dalam pengembangan usahanya.

Tabel 5.9 Identifikasi Hambatan


NO HAMBATAN
1 PERIZINAN
 Informasi prosedur pengurusan perizinan yang tidak dipahami
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

NO HAMBATAN
 Banyaknya birokrasi yang harus dilewati Membuat keengganan untuk mengurus
 Sebagian besar lahan yang digunakan adalah lahan sewa/kontrak sehingga
kesulitan dalam pengurusan SITU/SIUP dan IMB
2 PENGEMBANGAN USAHA
 Kesulitan mengakses modal dari Bank karena ketiadaan dokumen perizinan
usaha
 Sistem pengelolaan administrasi yang buruk
 Keterbatasan lahan penumpukan dan gudang
 Bertambahnya jumlah pengepul
 Harga barang yang tidak stabil ditingkat bandar
 Adanya perdagangan bebas menyebabkan masuknya barang-barang dari Cina
yang lebih murah dan lebih baik menyaingi barang dari dalam negeri
 Banyaknya pungutan-pungutan tidak resmi oleh aparat
 Kurangnya perhatian dari pemerintah kota terhadap perkembangan usaha
pemulung, pengepul dan bandar di Tarakan
 Adanya kecurigaan yang berlebihan dari masyarakat tentang aktivitas pemulung
di permukiman
 Adanya aktivitas pemulung dari luar Tarakan yang melakukan aktivitas pencarian
barang bekas di wilayah Tarakan
Sumber : Wawancara Survei Agustus – September 2011

Bagi pengusaha dengan modal besar dan umumnya telah berbentuk badan
hukum, hambatan perizinan umumnya tidak terlalu menjadi hal penting, karena sejak
pertama kali memulai usahanya mereka telah melalui prosedur untuk mendapatkan
izin. Selain itu biasanya lahan yang mereka tempati untuk penumpukan barang dan
lokasi gudang penampungan adalah milik pengusaha sehingga dalam pengurusan
izin-izin yang dipersyaratkan lebih mudah. Hambatan yang dikeluhkan oleh bandar
besar ini lebih kepada permodalan dan fluktuasi harga barang bekas tersebut di
tingkat produsen atau pabrik daur ulang.

 Peran Pemerintah Kota Tarakan


Meskipun keberadaan pemulung dan para pengusaha pengepul dan bandar barang
bekas mempunyai andil yang nyata dalam mengurangi jumlah timbulan sampah kota, seperti
yang disebutkan di depan diperkirakan minimal sekitar 5 % sampah berupa plastik, kertas
maupun jenis logam yang masih dapat didaur ulang atau setara dengan 16 ton lebih sehari,
namun keberadaan mereka belum mendapatkan perhatian secara serius.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan para pengusaha sebagian besar
mereka mengeluhkan kurangnya perhatian bahkan tidak adanya perhatian dari pemerintah
kota terhadap usaha yang mereka jalankan. Sementara ini masyarakat menganggap dan
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

memperlakukan pemulung sebagai waga kelas dua dengan memandang pemulung sedang
mencari barang bekas dengan penuh kecurigaan. Disamping itu pula memulung bukan
dianggap sebagai sebuah pekerjaan sehingga kebutuhan untuk mendapatkan identitas diri
berupa KTP maupun Kartu Keluarga kadang sulit untuk diperoleh.

Tabel 5.10 Peran Para pihak yang dibutuhkan oleh Pemulung dan Pengusaha Pengepul
Barang Bekas
NO Peran yang Diharapkan dari Parapihak
1 Pemerintah Kota
 Memberikan kejelasan informasi yang benar tentang prosedur berusaha di Tarakan terkait
dengan kegiatan pengumpulan barang bekas.
 Kemudahan birokrasi dalam melakukan pengurusan perizinan
 Adanya fasilitasi peemerintah kota untuk mempermudah akses pinjaman dana melalui
lembaga keuangan/perbankan
 Adanya fasilitasi dari pemerintah kota untuk mewadahi aspirasi para pemulung dan pengusaha
pengepul dan barandar barang bekas di Tarakan, sekaligus sebagai media pembinaan bagi
para pemulung, pengepul dan bandar barang bekas.
 Adanya pengakuan terhadap profesi sebagai pemulung bagi warga masyarakat yang memilih
memulung sebagai profesi.
 Untuk lebih meningkatkan keberhasilan program pengurangan sampah yang sampai ke TPA
melalui kegiatan pemilahan sampah di sumber sampah pemerintah kota khususnya instansi
terkait dengan kebesihan kota melibatkan pemulung dalam perencanaan programnya.
2 Masyarakat
 Memperlakukan pemulung sama dengan profesi halal lainnya dengan tidak menganggap
pemulung sebagai pelaku kejahatan.
 Melakukan pemilahan dan menempatkan barang bekas yang dapat didaur ulang pada tempat
tertentu untuk memudahkan pengambilan dengan tidak menhamburkan dengan jenis sampah
organik dan an organik lainnya.
 Melakukan pola kerjasama dengan kelompok-kelompok di masyarakat seperti dengan
kelompok PKK, RT, kompleks perumahan dengan sistem pembelian barang bekas yang dapat
didaur ulang melalui sistem Bank Sampah.
3 Sesama Pemulung dan Pengusaha Pengepul dan Bandar
 Adanya organisasi yang mewadahi para pemulung, pengepul dan bandar barang bekas
sebagai wadah untuk bertukar informasi, jaminan kesehatan, pendidikan, posisi tawar dan
pembinaan terhadap anggotanya.
 Membuat kode etik bagi para pemulung dalam menjalankan profesinya serta aturan main
lainnya didalam organisasi yang terbentuk.
 Terbentuknya “KOPERASI PEMULUNG” yang memfasilitasi kebutuhan modal dan kebutuhan
lainnya.
Sumber : Wawancara Survei Agustus – September 2011 (diolah)
Dari survei yang dilakukan serta wawancara terhadap para pemulung maupun
pengusaha pengepul barang bekas keberadaan mereka saat ini belum ada yang mewadahi
profesi mereka sehingga sangat sulit untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang
kondisi pemulung dan pengusaha pengepulnya. Disamping itu tidak ada satu pun instancia
pemerintah yang bertanggung jawab dan secara rutin melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap kegiatan pemulung ini.

Sudah selayaknya parapiak memberikan penghargaan lepada pemulung yang


sebenarnya ikut berjasa dalam kebersihan kota,menciptakan lapagan kerja, mengurangi
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

tumpukan sampah dan memperpanjang umur TPA serta mengembalikan sampah menjadi
sumberdaya (return to resource). Aktifitas pemulung menjadi aktifitas turunan dari
perlapakan, pencucian plastik, pencacahan plastik, daur ulang, bandar/pabrik terus
berkembang menjadi suatu kekuatan bisnis yang sangat besar, belum lagi kedepannya
sektor perlapakan Bering, kaleng, logam, kertas dan jenis lainnya yang belum
termanfaatkan. Dengan kontribusi yang sangat nyata tersebut sudah sewajarnya apabila
pemerintah kota maupun pemerintah pusat memberikan dukungan usaha, maupun fasilitas
yang memadai baik dari segi kesehatan, permukiman dan lingkungan serta pendidikan bagi
anak-anak peulung serta perbaikancitra dan martabat sebagai Marusia yang mempunyai
derajat dan martabat bagi manusia.

Komposting
 Dikelola Swasta/Industri
PT. Tarakan Environmental Service (TES)
Dikelola di perusahaan PT. TES di Jalan Gunung Selatan dengan luas lahan 96 m2,
luas bangunan 84m2 dan jumlah sampah terolah 4.05 m3/hari.
 Dikelola Masyarakat
Komposting di Kelurahan Karangrejo
Dikelola oleh BKM Indah, berupa Depo Pengolahan di skala RT/Komunal di
Kelurahan Karangrejo dengan jumlah sampah terolah 0.175 m3/hari.

Tabel 5.11. Partisipasi Lembaga Non Pemerintah (LSM/KSM)

1. Nama Unit Kegiatan : BKM Indah (Badan Keswadayaan Masyarakat)


2. Masa Operasi : Didirikan tahun 2004

3. Lingkup Kegiatan dan Area Daur Ulang dan Pengelolaan Lingkungan, dengan wilayah
Kerja: kerja meliputi Kelurahan Karangrejo.

4. Sumber Pendanaan : Pendanaan didapat dari swadaya badan dan kerjasama


dengan parapihak (Pemerintah Kota/kabupaten, Dana
Pengembangan Masyarakat dari Perusahaan (BUMN/Swasta),
Lembaga internacional/nasional) serta Sharing dana dengan
parapihak.

5. Jumlah personel yang Personel inti enam orang ditambah tenaga


terlibat : volounteer masing-masing kegiatan

6 Volume sampah yang diolah Sampah Organik


: Untuk pengelolaan sampah secara akumulatif sampah yang
dikelola sebanyak 5 ton perbulan. Hasil pengolahannya
berupa kompos (3 ton/bulan) untuk sampah organik .
Sebagian diserap untuk taman Kota oleh pemerintah Kota
Tarakan (DKPP) dan sebagian lagi untuk dijual.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Untuk skala RT biasanya hanya digunakan untuk penghijauan


kampung dilingkungan RT itu saja dan akan dijual jika ada
yang membeli.

Sampah Anorganik
Karena jumlah yang dihasilkan bukan dalam jumlah yang
besar, biasanya ibu-ibu hanya membuat saja untuk pameran
atau keperluan anak-anak sekolah. Jika ada pesanan massal
baru dikerjakan secara kolektif.

7 Bantuan atau kerjasama Kerjasama dalam bentuk kerjasama program Percontohan


dengan unsur Pemerintah Pengelolaan sampah rumah tangga, program
kota : sosialisasi/penyuluhan, program pelatihan melalui Dinas
Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP), Badan
Lingkungan Hidup, Badan Pemberdayan Masyarakat,
Perempuan dan Keluarga Berencana serta Beberapa
Kecamatan dan Kelurahan di Kota Tarakan.
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Dari beberapa responden yang dikunjungi, berikut ini salah satu hasil wawancaranya:

Bidang Usaha Cleaning Services dan Pengepul Barang Bekas


1. Nama Perusahaan (bila berbadan hukum) CV. Bumi Minang Lestari
2. Nama Penanggung Jawab / Direktur Sumarijo
3. Alamat Jl. Sei Brantas 2 No. 9 Tarakan
4. Telepon --
5. Mulai menjalankan usaha 2007
6. Area Kerja
7. Jumlah Personel
a. Tenaga langsung 4
b. Tenaga tidak langsung 3
8. Lingkup usaha (bisa dipilih lebih dari satu) Pengepul Sampah

Penilaian Kapasitas Usaha

1) Jumlah dan ukuran peralatan yang dimiliki/dioperasikan?


Tidak ada
2) Jumlah tenaga kerja
7 orang
3) Modal investasi pada saat pendirian:
375 juta
4) Nilai Kekayaan Perusahaan pada saat ini:
Tidak memberi jawaban
5) Tipe Sampah/barang bekas yang di daur ulang (recycle)
Plastik dan besi
6)
No. Jenis Barang Volume rata2 Harga Beli/ Harga Jual/ Keterangan
Bekas per bulan Kg (Rp) Kg
1. Plastik 3 kwintal 2.500,- -- --
2. -- -- --
3. -- -- --
4.

7) Asal Sampah/barang bekas.


TPA Aki Babu
8) Produk hasil olahan yang dihasilkan (apabila menjalankan kegiatan produksi?
Tidak ada
9) Tempat menjual material yang sudah dikumpulkan/ produk yang dihasilkan:
Semoga Jaya
10) Bagaimana pengaturan transportasi dan biayanya?
Transportasinya sewa truk dikirim ke Bandar...Tidak memberi jawaban

Aspek Bisnis

1) Apakah ada alternative usaha lain yang dijalankan?


Tidak ada
2) Apakah sebelum saat pendirian, dilakukan kajian kelayakan bisnis?
Tidak
3) Dari mana modal awal usaha dan modal selanjutnya diperoleh?
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

Sendiri , perputaran
4) Apakah ada hambatan regulasi atau birokrasi yang dihadapi ketika memulai bisnis?
-
5) Apakah para personel cukup memahami peraturan teknis dan standar kualitas pelayanan?
--
6) Apakah ada pelatihan khusus yang diberikan kepada para personel? Bila ada, pelatihan apa?
--
7) Ada berapa perusahaan/ individu yang juga memiliki usaha sejenis di kota ini? Sebutkan beberapa
nama perusahaan dan alamatnya (bila responden mengetahui)

8) Bila ada perusahaan / individu lain yang juga memiliki usaha sejenis di kota ini, apakah terjadi
persaingan atau sinergi? Adakah asosiasi/ organisasi sesama pengusaha sejenis?

9) Dengan pihak mana saja hubungan harus dijalin untuk memulai usaha ini?
- Bank (tetapi tidak ada kepercayaan)
10) Informasi apa saja yang harus dimiliki untuk memulai usaha ini?
- Bantuan modal

11) Apakah ada aturan khusus yang diberlakukan oleh pemda setempat untuk menjalanka bisnis ini?

12) Hal-hal apa saja yang diharapkan dapat ditangani oleh Pemda setempat agar penanganan sampah
bisa lebih baik dan kegiatan usahanya lebih lancar.
- Perlu adanya bantuan modal
- Kemudahan proses pengajuan pinjaman modal
- Adanya pembinaan dari instansi terkait

Kendala yang pernah atau sedang di hadapi

1) Apakah saja hambatan regulasi atau birokrasi yang dihadapi ketika memulai usaha
-
2) Apakah ada penerapan regulasi pada saat sudah beroperasi?

3) Adakah hambatan lain terhadap kelancaran operasi yang sebenarnya bisa dihilangkan?

5.4.3 Subsektor Limbah Cair


Perusahaan Kuras Tangki Septik
CV. Batang Hari

1) Apa saja yang menjadi lingkup usaha pekerjaan penanganan limbah cair domestik?
Sedot tinja saja.
2) Bagaimana menentukan tarif layanan jasa? Berapa?
Berdasarkam jarak lokasi, dalam kota Rp. 350.000,- s/d Rp. 400.000,- dan luar kota
Rp. 700.000,-
3) Berapa banyak order rata-rata perhari yang ditangani?
Tidak menentu
4) Apa saja daftar inventaris peralatan utama (alat-alat yang langsung digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan: mobil, tangki tinja dan lain-lain)?
Mobil, Vakum
5) Berapakah rata-rata umumnya perolehan total pendapatan perbulan ?
PEMERINTAH KOTA TARAKAN
KELOMPOK KERJA SANITASI

20 – 25 rate.
6) Apakah pendapatan operasional bisa menutupi seluruh biaya depresiasi, biaya
operaasional dan pemeliharaan serta menghasilkan keuntungan? Ada
7) Berapa keuntungan rata-rata per bulan? Rp. 4.000.000,-
8) Dimanakah tempat pembuangan limbah tinja ? di Aki Babu
9) Adakah pihak yang memanfaatkan pembuangan limbah tinja ?
Dimanfaatkan sendiri untuk pupuk.
10) Adakah usaha lain terkait penanganan limbah cair domestik?
Ada rencana untuk pemanfaatan limbah sebagai pupuk.
11) Apa yang akan/telah dilakukan dalam usaha lain tersebut, apakah ada kendala-kendala?
Sudah melakukan kerja sama dengan pihak swasta tetapi terkendala dengan dana.

Anda mungkin juga menyukai